Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu, dalam arti menghasilkan lulusan sesuai dengan harapan
masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan maupun kompetensi kerja menjadi
syarat mutlak dalam kehidupan masyarakat global yang terus berkembang saat ini dan yang akan
datang. Dalam merealisasikan pendidikan yang bermutu, dituntut adanya penjaminan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Pendidik
dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat berkaitan erat dengan dunia
pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda.
Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu
profesionalisme pendidik dan kinerja tenaga kependidikan. Mutu-mutu tersebut terkait dengan
mutu manajerial para pimpinan pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim
sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen pendidikan tersebut berujung pada
rendahnya mutu lulusan. Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah,
seperti lulusan tidak bisa melanjutkan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak di terima di
dunia kerja, atau diterima bekerja tapi tidak berprestasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanan penjaminan mutu pendidik?
2. Bagaimanan penjaminan mutu tenaga kependidikan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mendeskripsikan penjaminan mutu pendidik.
2. Untuk mendeskripsikan penjaminan mutu tenaga kependidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.
Dalam sekolah mutu, standar mutu ditetapkan untuk setiap rangkaian kerja didalam keseluruhan
proses kerja, bila pekerja mencapai standart mutu untuk masing-masing rangkaian kerja, hasil
akhirnya adalah sebuah produk bermutu.
Secara umum, penjaminan mutu merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar
mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen dan pihak
lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Dalam konteks Pendidikan Tinggi maka
penjaminan mutu merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan sehingga stakeholder memperoleh
kepuasan (Dikti, 2003). Dalam perkembangannya sekarang istilah “kepuasan“ lebih diartikan
sebagai manfaat, karena apabila kepuasan tidak selalu bermanfaat namun manfaat diharapkan
dapat mendatangkan kepuasan.
Mutu (Kualitas) pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia merupakan
hasil dari suatu proses pendidikan, jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien,
maka terbuka peluang yang sangat besar memperoleh hasil pendidikan yang bermutu. Mutu
pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu
variabel, dalam konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel kualitas pendidikan dapat
dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan,
iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar dan sebagainya

B. Penjaminan Mutu Pendidik


a. Pengertian penjaminan mutu pendidik
Dalam UU No.20 THN 2003, PSL 39 (2) dijelaskan pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

2
b. Peran pendidik
Dalam konteks pendidikan nasional tugas pokok guru yang profesional/ berkompetensi
adalah mendidik, mengajar dan melatih yang ketiganya diwujudkan dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian guru yang profesional dan berkompetensi adalah orang yang
menguasai ilmu pengetahuan (agama islam) sekaligus mampu melakukan transfer ilmu
pengetahuan, internalisasi, serta amaliah (implementasi), mampu menyiapakan peserta didik agar
dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan
masyarakatnya mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta
didik, memiliki kepekaan informasi.
Untuk melakukan perubahan sosial maka guru harus memposisikan diri sebagai model
atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik atau tokoh yang berperan sebagai
pembentuk masyarakat baru, pemimpin dan pembimbing serta pengarah trasformasi, agen
perubahan, serta arsitek dari tatanan sosial yang baru selaras dengan ajaran dan nilai-nilai illahi.
Agar perannya itu menjadi lebih efektif.
Seseorang dapat dikatakan profesional apabila ia telah menyelesaikan latihan dan studi
lanjut dalam bidang ilmu tertentu untuk memenuhi persyaratan profesinya. Dengan demikian
secara umum profesi dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan
lanjut dalam sains dan teknologi yang digunakan sebagai dasar untuk diimplementasikan dalam
kegiatan yang bermanfaat. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus
dipersiapkan melalui pendidikan dan latihan.
Berkaitan dengan hal itu, peran pendidik adalah sebagai berikut:
1) Mampu menemukan pembawaan (bakat) peserta didiknya.
2) Mampu menolong peserta didiknya dalam perkembangannya.
3) Mampu menunjukkan jalan yang terbaik bagi perkembangan peserta didiknya.
4) Mampu mengadakan evaluasi setiap waktu sebagai bentuk perhatian terhadap perkembangan
peserta didiknya.
5) Mampu memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik yang menghadapi
kesulitan dalam proses pendidikannya.

3
6) Mampu memahami bakat bawaan para peserta didiknya dan berusaha memberi jalan agar
mereka mampu mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan itu sendiri.
7) Mampu dan pandai berintrospeksi diri.
8) Pendidik harus pandai memilih metode atau teknik pengajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran dan peserta didiknya serta lingkungan sekitarnya
c. Kompetensi Pendidik
a. Kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Pedagogik dipandang sebagai suatu
proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia yang menjalani proses tersebut
berubah.
b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Zakiah Drajat menegaskan
bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang
baik atau menjadi perusak dan penghancur masa depan peserta didik.
c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali murud dan
masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional, yakni penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi, kurikulum mata pelajaran disekolah dan subtansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi keilmuannya.
e. Kompetensi spiritual, yaitu menyadari bahwa mengajar adalah ibadah dan harus dilaksanakan
dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh, menyakini mengajar merupakan rahmat, amanah
dan panggilan jiwa serta panggilan jiwa. Menyadari dengan sepenuh hati mengajar merupakan
aktualisasi diri dan kehormatan, pelayanan, seni dan profesi.
f. Kompetensi leadership, yaitu bertanggung jawab secara penuh dalam pembelajaran di satuan
pendidikan dan mengorganisir lingkungan satuan pendidikan demi terwujudnya budaya yang
islami serta melayani konsultasi keagamaan dan sosial.
4. Memberdayakan pendidik
Cara untuk membantu melaksanakan perkembangan mutu pendidikan adalah dengan
memberdayakan guru-guru, terutama guru di lapangan dengan informasi yang tepat dan dapat

4
dimanfaatkan secara langsung. Guru Yang Profesional, yaitu Guru Yang Mau Bertanggungjawab
dan Aktif untuk Meningkatkan Kemampuan dan Profesionalisme Sendiri (Guru Yang Dapat
Mandiri - Meningkatkan Profesionalisme Secara Swadaya).
Dalam hubungannya dengan keberhasilan dalam mendidik, maka guru harus mampu
melaksanakan ispiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu
mengilhami murid-muridnya. Guru seperti ini mampu menghidupkan gagasan-gagasan yang
besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya. Kemampuan ini harus dikembangkan, harus
ditumbuhkan sedikit demi sedikit, untuk ini guru harus menyisikan waktu untuk mencerna
pengalamannya sehari-hari dan memperluas pengetahuannya secara terus menerus.
Pelaksanaan penjaminan mutu pendidik dapat dilakukan, diantaranya dengan sertifikasi,
PLPG, diklat, belajar mandiri dan lain sebagainya. Pembinaan dan pengembangan profesi
pendidik dilakukan secara berkesinambungan menggunakan wadah yang sudah ada, seperti
kelompok kerja guru (KKG) untuk tingkat SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).
Aktifitas dalam wadah ini tidak hanya menyelesaikan persoalan pengajaran guru tetapi juga
strategi mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri.
Terlebih dahulu perlu di fahami bahwa tujuan sertifikat guru adalah :
1). menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajar dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
2). meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan dan
3). meningkatkan profesionalitas guru.
Dengan demikian secara umum tujuan sertifikasi adalah meningkatkan kualitas
pendidikan secara berkelanjutan. Karena keberadaan pendidik yang bermutu merupakan syarat
mutlak sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan
oleh pemerintah dibanyak negara adalah kebijakan intervensi langsung pada peningkatan mutu
dan pemberian jaminan dan kesejateraan hidup pendidik yang memadai.
C. Penjaminan mutu tenaga kependidikan
1. Pengertian penjamin mutu tenaga kependidikan
Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi tenaga struktural, tenaga
fungsional dan tenaga teknis penyelenggara pendidikan. Tenaga struktural merupakan tenaga
kependidikan yang menempati jabatan-jabatan eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung
jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan pendidikan. Tenaga fungsional

5
merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan. Sedangkan tenaga
teknis kependidikan merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya
lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis administratif.
Dalam UU No.20 THN 2003, PSL 39 (1) dijelaskan bahwa tenaga kependidikan
merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan.

2. Memberdayakan tenaga kependidikan


Guna menuntut kemandirian guru untuk memberdayakan tenaga kependidikan, sebab
keberhasilan pendidikan disekolah sangat ditentukan oleh ketertiban tenaga kependidikan dalam
seluruh kegiatan disekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktifitas dan prestasi kerja dapat
dilakukan dengan meningkatkan perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi
berbagai konsep dan teknik manajemen personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan disekolah harus ditunjukkan untuk memberdayakan
tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun
tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu fungsi manajemen tenaga
kependidikan disekolah yang harus dilaksanakan guru dan kepala sekolah adalah menarik,
mengembangkan, mengkaji dan memotivasi tenaga kependidikan guna mencapai tujuan
pendidikan secara optimal, membantu tenaga kependidikan mencapai posisi dan standar perilaku,
memaksimalkan perkembangan karier serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok dan
lembaga.
Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia sedikitnya mencakup tujuh
kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga kependidikan, pengadaan tenaga kependidikan,
pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian tenaga
kependidikan, kompensasi dan penilaian tenaga kependidikan. Semua itu perlu dilakukan dengan
baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga-tenaga kependidikan
yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai, serta dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan berkualitas.

6
Pemberdayaan tenaga kependidikan dalam praktiknya dapat dilakukan melalui strategi
umum dan strategi khusus, yaitu:
a. Strategi umum
1) Perencanaan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas.
Dengan demikian tidak akan terjadi ketimpangan antara kebutuhan akan tenaga kependidikan
dengan tenaga kependidikan yang lain,
2) Dalam setiap kegiatan pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan
profesional. Seorang tenaga kependidikan karus mampu untuk tidak bergantung pada pekerjaan
yang diberikan oleh orang lain. Untuk kepentingan tersebut, perlu dikembangkan bukan saja
pengetahuan dan kewirausahaan, akan tetapi juga sikap, inisiatif dan kepercayaan atas
kemampuan sendiri, serta kemampuan memecahkan masalah (problem solving).
3) Kerja sama sekolah dan perusahaan dan dunia industri perlu terus menerus dikembangkan,
terutama dalam memanfaatkan perusahaan dan dunia industri untuk laboratorium praktik dan
objek studi.
b. Strategi khusus, merupakan strategi yang langsung berkaitan dengan pengembangan dan
peningkatan manajemen tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan
dengan kesejateraan tenaga kependidikan, pendidikan prajabatan calon tenaga kependidikan,
rekruitmen dan penempatan, pembinaan kualitas tenaga kependidikan, dan pengembangan karier.
a) berkaitan dengan kesejateraan tenaga kependidikan perlu diupayakan hal-hal berikut:
1) Gaji tenaga kependidikan perlu senantiasa disesuaikan agar mencapai standar yang wajar bagi
kehidupan tenaga kependidikan dan keluarganya.
2) Peningkatan kesejateraan tenaga kependidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat harus
diikuti oleh pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha dan orang tua, sejalan dengan otonomi
daerah yang sedang bergulir.
3) Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan di daerah terpencil, perlu dilakukan sistem
kontrak dengan sistem imbalan yang lebih baik dan menarik.
b) pendidikan prajabatan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Memperbaiki sistem pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
2) Perlu dilakukan reorientasi progam pendidikan tenaga kependidikan agar tidak terjadi
ketimpangan tenaga kependidikan

7
3) Pendidikan tenaga kependidikan perlu disiapkan secara matang melalui sistem pendidikan yang
bermutu
c) rekruitmen dan penempatan tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Rekruitmen tenaga kependidikan harus berdasarkan seleksi yang mengutamakan kualitas
2) Sejalan dengan semangat reformasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan maka
rekruitmen tenaga kependidikan perlu didasarkan atas kebutuhan wilayah dengan cakupan
kabupaten dan kota
3) Perlu dilakukan sistem pengangkatan, penempatan, dan pembinaan tenaga kependidikan yang
memungkinkan para calon tenaga kependidikan mengembangkan diri dan kariernya secara
leluasa sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman
d) peningkatan kualitas tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Perlu senantiasa dilakukan peningkatan kemampuan tenaga kependidikan agar dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien
2) Peningkatan kualitas tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal,
dan nonformal dalam hal ini lembaga-lembaga diklat dilakukan dinas pendidikan nasional perlu
sesantiasa dioptimalkan perannya sesuai dengan tugas dan fungsinya
3) Sesuai dengan prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah dan semangat desentralisasi, sekolah
perlu diberikan kewenangan yang lebih besar untuk menentukan apa yang terbaik untuk
peningkatan mutu tenaga kependidikan
e) pengembangan karier tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Pengangkatan seseorang dalam jabatan tenaga kependidikan harus dilakukan melalui seleksi
yang ketat, adil dan trasparan dengan mengutamakan kapasitas kepemimpinan yang
bersangkutan
2) Fungsi kontrol dan pengawasan pada semua jenis dan jenjang pendidikan perlu dioptimalkan
sebagai sarana untuk memacu kualitas pendidikan.

8
BAB III
KESIMPULAN
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Seorang pendidikan PAI harus memiliki kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, soaial, spiritual dan leadership. Seseorang yang harus memiliki ijazah atau sertifikat
keahlian dalam bidang tertentu, akan tetapi jika tidak memiliki ijasah namun memiliki keahlian
khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji
kelayakan dan kesetaraan.
Tenaga kependidikan merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan yang menempati jabatan
fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis
kependidikan. Standar untuk setiap jenis tenaga kependidikan dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Tenaga Kependidikan pada pendidikan tinggi harus
memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jerome S, 2005, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata Langkah
Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shaleh, Abdul Rachman, 2006, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Umiarso dan Imam Gojali, 2011, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, jogjakarta:
Ircisod.

10

Anda mungkin juga menyukai