Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan ULANGAN TENGAH SEMESTER
mata kuliah FILSAFAT ILMU. Makalah ini kami susun dengan maksud untuk
memenuhi syarat dan tugas guna mengikuti mata kuliah FILSAFAT ILMU.

Dengan terselesainya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan para


pembacanya. Penyusun juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada yang
terhomat :

1. Bapak Dr. H Suparyo, SH.,M.S. Selaku Rektor Universitas Muria Kudus,


2. Bapak Dr.Drs. Mochamad Edris,MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
3. Bapak Dr.Drs. Sukirman,SH,MM. Selaku dosen mata kuliah FILSAFAT ILMU
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah
menyumbangkan tenaga, pikiran, dan waktunya dalam rangka penyelesaian makalah
ini,
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya baik itu secara
lahiriyah maupun batiniyah,
Semoga semua amal beliau selalu diterima dan diberikan balasan oleh ALLAH
SWT. Dengan balasan yang setimpal dan berlipat ganda.

Selanjutnya penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diperlukan untuk menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi
dan diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pihak-pihak yang
memerlukan khususnya mahasiswa, mahasiswi dan para pembaca umumnya,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iv

RINGKASAN ............................................................................................................v

KERANGKA LAPORAN ........................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1

1. Latar Belakang ...................................................................................................1

2. Rumusan Masalah ..............................................................................................2

3. Tujuan ................................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................3

1. Landasan Teori ..................................................................................................3

2. Peneliti Sebelumnya ..........................................................................................4

BAB 3 METODE ......................................................................................................8

1. Cara Memperoleh Data ......................................................................................8

2. Cara Mengumpulkan Data .................................................................................8

3. Cara Menganalisis Data .....................................................................................8

BAB 4 PEMBAHASAN ...........................................................................................9

1. Filsafat Rasionalisme ..........................................................................................9

2. Epistemologi Empirisme.....................................................................................10

3. Filsafat Positivisme ............................................................................................11

4. Epistemologi modernisme dan epistemologi post modernisme ........................13

5. Epistemologi Fenomenologi ..............................................................................17

6. Epistemologi intuisionisme ................................................................................18

ii
7. Kebenaran absolutisme dan relativisme ............................................................19

8. Ontology, epistemologi, dan aksiologi ..............................................................22

BAB 5 PENUTUP ....................................................................................................26

1. Kesimpulan ........................................................................................................26

2. Saran ...................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................27

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rene Decartes .......................................................................................5

Gambar 2.2 John Lock ...............................................................................................6

Gambar 2.3 august comte ..........................................................................................6

Gambar 2.4 Edmund Gustav Albrecht Husserl .........................................................7

iv
RINGKASAN

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas
dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap
jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya
dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah
kebenaranyang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran
yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.

Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting dalam memperoleh dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka
rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Descartes merupakan orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang sangat
dipengaruhi oleh fisika baru dan astronomi. Ia banyak menguasai filsafat Scholastic,
namun ia tidak menerima dasar-dasar filfasat Scholastic yang dibangun oleh para
pendahulunya. Dia berhasrat untuk menemukan “sebuah ilmu yang sama sekali baru
pada masyarakat yang akan memecahkan semua pertanyaan tentang kuantitas secara
umum, apakah bersifat kontinim atau terputus.”

Epistemologi disebut juga teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang


berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki. Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-
ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak spekuliasi dari suatu filosofis atau metafisik.

v
KERANGKA LAPORAN

A. BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

a. Masalah 1 : Bagaimana penjelasan filsafat rasionalisme ?


b. Masalah 2 :Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi dan empirisme ?
c. Masalah 3 : Bagaimana penjelasan filsafat positifisme ?
d. Masalah 4 : Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi modernism dan
epistemologi post modernisme ?
e. Masalah 5 : Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi fenomenologi ?
f. Masalah 6: Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi instuisionisme ?
g. Masalah 7 : Bagaimana penjelasan kebenaran absolutisme dan relatifisme ?
h. Masalah 8: Bagaimana penjelasan filsafat ontologi, epistemologi, dan
aksiologi ?

B. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

a. Teori 1: Rasionalisme

b. Teori 2 : Epistemologi Empiisme

c. Teori 3 : Positivisme

d. Teori 4 :fenomenologi

e. Teori 5 : Ontologi

f. Teori 6 : Aksiologi

2. Peneliti sebelumnya:

a. Rene decartes
b. John lock

vi
C. BAB 3 METODE

1. Cara Memperoleh Data


Cara memperoleh data yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah
data primer yaitu dengan menggunakan data yang sudah tersedia atau di
kumpulkan oleh study sebelumnya.
2. Cara Mengumpulkan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah
dengan cara studi pustaka (library research). Artinya adalah bahwa setiap data
yang diperoleh bersumber dari data-data yang sifatnya sekunder yang berasal
dari buku-buku, jurnal, surat kabar, majalah, dan website yang memberikan
informasiinformasi yang relevan dan sesuai dengan tema serta permasalahan
yang dibahas.
3. Cara Menganalisis Data

Berikut adalah cara saya dalam menganalisis data kuantitatif, ada beberapa
tahap;

a. Reduksi data, pada proses ini saya melakukan penyaringan data yang saya
peroleh dari internet.

b. Penyajian data, setelah melakukan reduksi data saya akan melakukan


penulisan data, dengan kalimat yang mudah dipahami.

c. Menarik kesimpulan, setelah melakukan penelitian secara bertahap saya akan


menarik kesimpulan atas permasalahan yang diteliti.

D. BAB 4 PEMBAHASAN
1. Bahasan 1 : Bagaimana penjelasan filsafat rasionalisme ?
2. Bahasan 2 : Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi dan empirisme ?
3. Bahasan 3: Bagaimana penjelasan filsafat positifisme ?
4. Bahasan 4 : Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi modernism dan
epistemologi post modernisme ?
5. Bahasan 5 : Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi fenomenologi ?
6. Bahasan 6 : Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi instuisionisme ?
7. Bahasan 7 : Bagaimana penjelasan kebenaran absolutisme dan relatifisme ?
8. Bahasan 8 : Bagaimana penjelasan filsafat ontologi, epistemologi, dan aksiologi ?

vii
E. BAB 5 PENUTUP

1. KESIMPULAN

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah
puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
dalam memperoleh dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.

2. SARAN

Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran
dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya.
Selebihnya mohon dimaafkan apa bila ada kata ataupun bahasa yang kurang
berkenan, sekian yang dapat saya sampaikan Terima Kasih

viii
i
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak


pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari
kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban.
Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus
mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini
bukanlah kebenaranyang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu
kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.

Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi
segala realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat harus dipelajari. Filsafat
merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan.
Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat
menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan
kemanusiaan yang tinggi(actus humanus), bukan asal bertindak sabagaimana yang
biasa dilakukan manusia(actus homoni). Kebijaksanaan tidaklah dapat dicapai
dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah tertenu, khusus, istimewa.

Pengetahuan dalam filsafat dibahas dalam epistemologi. Dari epistemologi,


lahirlah dua madzhab besar sumber pengetahuan yang sangat terkenal, yaitu
rasionalisme dan empirisme. Dalam tulisan ini, secara panjang akan diuraikan
madzhab yang pertama, yakni rasionalisme. Latar belakang munculnya rasionalisme
adalah adanya keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran
tradisional(scholastic),yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi.

Sebagaimana hasil pertempuran pola pikir manusia, maka muncullah berbagai


interpretasi pengetahuan dalam filsafat ilmu yang melahirkan berbagai aliran atau
teori-teori filsafat. Meski pada dasarnya filsafat berbicara mengenai epistemologi,
aksiologi, dan antologi. Memandang dari sudut epistemologi, maka muncul berbagai
aliran filsafat, yaitu epistemologi rasionalisme, empirisme, positivisme,
fenomenologi, instuisionalisme, dan epistemologi modernisme serta
postmodernisme. Berbagai aliran tersebut diaplikasikan sesuai kesamaan pandangan
yang dituangkan oleh penemu aliran.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan filsafat rasionalisme ?


2. Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi dan empirisme ?
3. Bagaimana penjelasan filsafat positifisme ?
4. Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi modernism dan epistemologi post
modernisme ?
5. Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi fenomenologi ?
6. Bagaimana penjelasan filsafat epistemologi instuisionisme ?
7. Bagaimana penjelasan kebenaran absolutisme dan relatifisme ?
8. Bagaimana penjelasan filsafat ontologi, epistemologi, dan aksiologi ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat rasionalisme.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat epistemologi
dan empirisme.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat positifisme.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat epistemologi
modernism dan epistemologi post modernism.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat epistemologi
fenomenologi.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat epistemologi
instuisionisme.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebenaran
absolutisme dan relatifisme.
8. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Rasionalisme
Doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan atau
didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta,
bukan berasal dari pengalaman inderawi. Rasionalisme menentang paham
empirisme, karena kaum rasionalis berpendapat bahwa ada kebenaran yang
secara langsung dapat dipahami. Dengan kata lain, orang-orang yang menganut
paham rasionalis ini menegaskan bahwa beberapa prinsip rasional yang ada
dalam logika, matematika, etika, dan metafisika pada dasarnya benar.
2. Teori Epistemologi dan Empirisme
Epitemologi merupakan suatu teori pengetahuan yang fundamental. Kajian
tersebut sangat berguna bagi kehidupan manusia. Yang memuat secara
mendasar filosofis tentang asal, struktur metode dan tujuang ilmu pengetahuan.
Ia memperjelas hakikat kebenaran dan kriteriannya. Sehingga membantu
memperoleh kebenaran tersebut. Epistemolgi merupakan bangunan filsafat
yang sangat penting. Sehingga penulis tertarik untuk mengkajinya secara
mendalam. Sedangkan empirisme merupakan aliran ilmu pengetahuan dan
filsafat berdasarkan metode empiris. Atau teori yang mengatakan bahwa
pengetahuan didapat dengan pengalaman. Pengalaman merupakan serankaian
peristiwa apa yang terjadi pada manusia dan interkasinya dengan alam, diri
sendiri, sosial dan juga tuhan.
3. Teori Positivisme
Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa
filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat
dialami sebagai suatu realitas. Ini berarti, yang disebut sebagai positif
bertentangan dengan sesuatu yang hanya ada di dalam angan-angan (impian),
atau terdiri dari sesuatu yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi
kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan bahwa
pengertian positivisme secara terminologis berarti suatu paham yang dalam
"pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang
benar-benar terjadi. Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam
positivisme.

3
4. Teori Fenomenologi
sebuah disiplin ilmu dan studi inkuiri deskriptif yang meletakkan perhatiannya
pada studi atas penampakan (fenomena), akuisisi pengalaman, dan kesadaran.
Fenomenologi, singkatnya, adalah studi mengenai pengalaman dan bagaimana
pengalaman tersebut terbentuk. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman
subjektif dan intensionalitasnya. Studi ini kemudian mengarahkan pada analisis
kondisi kemungkinan intensionalitas, latar belakang praktik sosial, dan analisis
bahasa.

5. Teori Ontologi
Salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara
penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah
sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah
pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
6. Teori Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin di capai oleh aksiologi adalah
hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Aksiologi berasal
dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.

B. Peneliti Sebelumnya
1. Rene Decartes
Menjadikan rasio sebagai sudut pandang dan basis pemikiran filosofisnya dalam
membangaun klaim-klaim kebenaran filosofisnya. Menurutnya,hanya rasio lah
yang mampu menjamin terwujudnya klaim-klaim kebenaran filosofisnya, lepas
dari selera atau kehendak subyektif dan emosionalitas yang buta. Sudut pandang
yang rasio akan mampu memberi arah dan pedoman pemikiran yang jelas dan

4
tegas ,karena rasio selalu bersikap kritis ntuk mencari kebenaran-kebenaran yag
murni dan obyektif.

Gambar 2.1 foto rene decartes

2. John Lock
seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan
empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal
sebagai filsuf negara liberal. Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke
dipandang sebagai salah satu figur terpenting di era Pencerahan. Selain itu,
Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-
Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya
pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Kemudian
Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya
eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

5
Gambar 2.2 foto john lock

3. August Comte

Seorang filsuf Prancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu


sosiologi serta aliran positivism. Melalui prinsip positivisme, Comte
membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian
metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran.
Comte juga merupakan Tokoh yang pertama memciptakan istilah sosiologi,
sehingga ia mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi Dunia.

Gambar 2.3 foto august comte


6
4. Edmund Gustav Albrecht Husserl

adalah seorang filsuf Jerman, yang dikenal sebagai bapak fenomenologi.


Karyanya meninggalkan orientasi yang murni positivis dalam sains dan filsafat
pada masanya, dan mengutamakan pengalaman subyektif sebagai sumber dari
semua pengetahuan kita tentang fenomena obyektif.

Gambar 2.4 foto Edmund Gustav Albrecht Husserl

7
BAB 3 METODE

A. Cara Memperoleh Data

Cara memperoleh data yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah data
primer yaitu dengan menggunakan data yang sudah tersedia atau di kumpulkan oleh
study sebelumnya.

B. Cara Mengumpulkan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah
dengan cara studi pustaka (library research). Artinya adalah bahwa setiap data yang
diperoleh bersumber dari data-data yang sifatnya sekunder yang berasal dari buku-
buku, jurnal, surat kabar, majalah, dan website yang memberikan informasiinformasi
yang relevan dan sesuai dengan tema serta permasalahan yang dibahas.

C. Cara Menganalisis Data

Berikut adalah cara saya dalam menganalisis data kuantitatif, ada beberapa tahap;

d. Reduksi data, pada proses ini saya melakukan penyaringan data yang saya
peroleh dari internet.

e. Penyajian data, setelah melakukan reduksi data saya akan melakukan penulisan
data, dengan kalimat yang mudah dipahami.

f. Menarik kesimpulan, setelah melakukan penelitian secara bertahap saya akan


menarik kesimpulan atas permasalahan yang diteliti.

8
BAB 4 PEMBAHASAN

A. FILSAFAT RASIONALISME

1. Pengertian Rasionalisme

Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism.


Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. A.R. Lacey7
menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah sebuah
pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan
dan pembenaran. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa
akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh dan mengetes
pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan
alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Dalam aliran rasionalisme ada dua
macam bidang, yaitu bidang agama dan bidang filsafat. Dalam bidang agama
rasionalisme adalah lawan autoritas, dan biasanya digunakan untuk mengkritik
ajaran agama. Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan
empirisme dan terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan
empirisisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting
pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh yang paling jelas ialah
pemahaman kita tentang logika dan matematika.

2. Sebab timbulnya pemikiran Rasionalisme

Descartes merupakan orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang


sangat dipengaruhi oleh fisika baru dan astronomi. Ia banyak menguasai filsafat
Scholastic, namun ia tidak menerima dasar-dasar filfasat Scholastic yang
dibangun oleh para pendahulunya. Dia berhasrat untuk menemukan “sebuah ilmu
yang sama sekali baru pada masyarakat yang akan memecahkan semua
pertanyaan tentang kuantitas secara umum, apakah bersifat kontinim atau
terputus.”

Visi Descartes telah menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya tentang
kepastian pengetahuan ilmiah, dan tugas dalam kehidupannya adalah

9
membedakan kebenaran dan kesalahan dalam semua bidang pelajaran. Karena
menurutnya “semua ilmu merupakan pengetahuan yang pasti dan jelas. Dalam
usahanya untuk mencapai kebenaran dasar tersebut Descartes menggunakan
metode “Deduksi”, yaitu dia mededuksikan prinsip-prinsip kebenaran yang
diperolehnya kepada prinsip-prinsip yang sudah ada sebelumnya yang berasal
dari definisi dasar yang jelas. Sebagaimana yang ditulis oleh Robert C. Solomon
dan Kathleen M. Higgins dalam buku sejarah filsafat,“kunci bagi deduksi
keseluruhan Descartes akan berupa aksioma tertentu yang akan berfungsi
sebagai sebuah premis dan berada diluar keraguan. Dan aksioma ini merupakan
klaimnya yang terkenal Cogito ergo sum “Aku berpikir maka aku ada”.

3. Pola Pikir Rasionalisme

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan


bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis
yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Di luar
konteks religius, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, umpamanya
kepada masalah-masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang
menjadi ciri-ciri penting dari perspektif para rasionalis adalah penolakan terhadap
perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan yang sedang populer.

B. EPISTEMOLOGI EMPIRISME

1. Pengertian Epistemologi

Epistemologi disebut juga teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang


berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan
dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Tatkala manusia baru lahir, ia
tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun. Nanti, tatkala ia 40 tahunan,
pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang seumuran dengan dia
mengkin mempunyai pengetahuan lebih banyak dalam bidang yang sama atau
berbeda.

10
2. Pengertian Empirisme

Kata Empirisme berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata
empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata
Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. John locke
(1632-1704), bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula
rasa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu
pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa
yang kosong itu.

3. Kelemahan-kelemahan Empirisme

Kelemahan aliran ini cukup banyak diantaranya;

a. Indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil?
Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak
sebagaimana adanya. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
b. Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara
panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang
salah juga.
c. Objek yang menipu, contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek ini sebenarnya
tidak sebagaimana ia ditangkap oleh alat indera; ia membohongi indera.
d.Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (mata) tidak
mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak
dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.

C. FILSAFAT POSITIVISME

1. Pengertian Positivisme

Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-


ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak spekuliasi dari suatu filosofis atau metafisik. Dapat pula dikatakan
positivisme ialah “aliran yang bependirian bahwa filsafat itu hendaknya semata-
mata mengenai dan berpangkal pada peristiwa-peristiwa positif. Jadi, dapat

11
dikatakan titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual
dan positif, sehingga metafisika ditolaknya, karena positif adalah dalam artian
segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-
pengalaman objektif bukannya metafisika yang merupakan ilmu pengetahuan yg
berhubungan dengan hal-hal yg nonfisik atau tidak kelihatan.

2. Ajaran-ajaran di dalam filsafat Positivisme

Positivisme memuat nilai-nilai dasar yang diambil dari tradisi ilmu alam, yang
menempatkan fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat dikontrol,
digeneralisasi sehingga gejala ke depan bisa diramalkan. Yang mana positivisme
menganggap ilmu-ilmu alam adalah satu-satunya ilmu pengetahuan yang secara
universal adalah valid. Jadi, ajaran di dalam filsafat positivisme dapat dipaparkan
sebagai berikut:

a. Positivisme bertolak dari pandangan bahwa filsafat positivisme hanya


mendasarkan pada kenyataan (realita, fakta) dan bukti terlebih dahulu.
b. Positivisme tidak akan bersifat metafisik, dan tidak menjelaskan tentang
esensi.
c. Positivisme tidak lagi menjelaskan gejala-gejala alam sebagai ide abstrak.
Gejala-gejala alam diterangkan berbasis hubungan sebab-akibat dan dari itu
kemudian didapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak tergantung dari
ruang dan waktu.
d. Positivisme menempatkan fenomena yang dikaji sebagai objek yang dapat
digeneralisasi sehingga kedepan dapat diramalkan (diprediksi).
e. Positivisme menyakini bahwa suatu realitas (gejala) dapat direduksi menjadi
unsur-unsur yang saling terkait membentuk sistem yang dapat diamati.

3. Konsep Positivisme serta Kelamahan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Konsep positivisme adalah penelitian dengan metode kuantitatif yang bersifat
obyektif, dan juga Hipotetik. Di dalam konsep tersebut terdapat beberapa
kelemahan yaitu sebagai berikut:
a. Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai
sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai

12
kemanusiaan. Hal ini dikarenakan manusia tereduksi ke dalam pengertian
fisik-biologik.
b. Akibat dari ketidakpercayaannya terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji
kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya manusia yang
nantinya tidak percaya kepada Tuhan, Malaikat, Setan, surga dan neraka.
Padahal yang demikian itu didalam ajaran Agama adalah benar kebenarannya
dan keberadaannya.
c. Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak
dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistic
semua hal itu dinafikkan.
d. Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat
menemukan pengetahuan yang valid.
e. Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang nampak
yang dapat dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah
bergantung kepada panca indera.
f. Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia sebagai teorisi
yang optimis, tetapi juga terkesan lincah – seakan setiap tahapan sejarah
evolusi merupakan batu pijakan untuk mencapai tahapan berikutnya, untuk
kemudian bermuara pada puncak yang digambarkan sebagai masyarakat
positivistic.

D. EPISTEMOLOGI MODERNISME DAN EPISTEMOLOGI


POSTMODERNISME
1. Modernisme

Secara etimologi, modern berasal dari bahasa Latin Modermayang berarti masa
kini, terbaru atau mutakhir.60Secara terminologi modern berarti sikap, cara
berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Modernisme ditandai
dengan runtuhnya otoritas dari gereja serta menguatnya otoritas ilmu
pengetahuan.Karakteristik dari peradaban modernisme ditandai dengan
berkembangnya pemikiran yang berpondasi dari rasionalitas dan materialistik61.
Hal ini menjadikan mental dari manusia lebih mengandalkan rasio, dan
menganggap segala sesuatu yang berada di alam itu hanya untuk kebutuhan
manusia. Kelahiran dari aliran-aliran modernisme terjadi pada masa

13
renaisansyang berarti kelahiran kembali. Maksud dari kelahiran kembali adalah
kelahiran kembali pemikiran filosofis Yunani Kuno yang disembunyikan oleh
kalangan elit gereja.

2. Aliran-aliran Modernisme

Aliran dari modernisme terbagi atas beberapa bagian, namun induk dari segala
aliran modernisme itu terletak pada rasionalisme. Karena rasionalisme bertumpu
pada persoalan mengkaji sesuatu hal kepada akal.

a. Rasionalisme.

Rasionalisme pertama kali diperkenalkan oleh Rene Descartes pada tahun


1596 dan beliau disebut sebagai bapak filsafat modern. Aliran rasionalisme
berpendapat bahwa segala sumber pengetahuan yang bisa dipercaya adalah
akal.

b. Empirisme

Empirisme berlandaskan kepada kemampuan berpikir melalui pengalaman.


Pengalaman adalah sebuah pengetahuan yang langsung berakar dalam data
yang bersifat inderawi, yang tidak dialami berarti tidak ada dan tidak dapat
dikenal. Hal ini disebabkan karena empirisme hanya membenarkan
pengalaman lewat panca indera maka biasa disebut dengan sensualisme.

c. Kritisisme

Kritisisme suatu aliran alternatif yang berusaha mengabunggkan antara


lairan rasionalisme dan aliran empirisme. Tokoh utamanya adalah
Immanuel Kant. Aliran ini ditandai dengan munculnya era
aufklarung(masa pencerahan) yang berartimanusia mulai berani bebas
berpikir.

d. Idealisme

Idealisme berasal dari kata Idea yang berarti cita-cita, gagasan, angan-
angan, paham, jiwa dan sebagainya. Idelisme berarti juga adalah suatu

14
paham serba cita atau roh. Idealisme menyatakan bahwa kenyataan itu
terdiri atas subtansi-subtansi sebagaimana yang terdapat pada jiwa.

e. Positivisme

Positivisme berdasar pada apa yang telah diketahui yang bersifat faktual
dan positif. Positivisme berasal dari kata positif yang berarti faktual atau
realitas. Positivisme adalah sebuah aliran yang hanya dapat menerima
sesuatu pengetahuan yang bersifat positif, faktual yakni yang dapat
diobservasi, survey, dan dapat dibuktikan secara eksperimental dan
menolak segala hal-hal yang bersifat metafisik yang tidak dapat dibuktikan
oleh ilmu pengetahuan.

f. Fenomenologi

Secara etimologi, fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenonyaitu


sesautu yang tampak, yang terlihat bercahaya. Sedangkan menurut
terminologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau
menampakkan diri. Pelopor dari filsafat fenomenologi adalah Edmund
Husserl. Menurut Husserl menyatakan bahwa hukum logika yang memberi
kepastian tidak mungkin bersifat aposteriorisebagai hasil pengalaman akan
tetapi bersifat apriori.

g. Materialisme

Materialisme berasal dari kata materi yang berarti kebendaan yang


merupakan suatu pandangan hidup untuk mencari dasar kehidupan
manusia dengan mengenyampingkan alam inderawi.76Aliran
materialisme timbul pada abad ke 19 di Jerman. Tokoh yang
memperkenalkan aliran dari materialisme adalah Ludwig Feuerbach yang
seorang pengikut dari aliran Hegel.

3. Postmodernisme

Awal dari perkembangan postmodernisme ditandai dengan lahirnya


ketidaksepahaman yang dilakukan oleh beberapa ahli filsafat. Secara etimolofi

15
postmodernime terdiri daridua kata yaitu postdan modern. Kata post yang berarti
later atau after. Namun menurut pengikut postmodernisme mengatakan bahwa
kata post itu berarti melampaui kematian modernisme. Sedangkan, secara
terminologi postmodernisme merupakan sebuah kritik atasmasyarakat modern
dan segala kegagalannya dalam memenuhi janji-janjinya. Postmodernisme
merupakan sebuah aliran pemikiran yang baru dan menjadi salah satu paradigma
baru atau sebuah antitesis dari perkembangan modernisme yang dianggap gagal
dan tidak relevan dalam perkembangan zaman.

4. Keunggulan dan Kekurangan Filsafat Postmodernisme


a. Kelebihan Postmodernisme
 Pengingkaran terhadap semua jenis ideologi. Dalamkonsep filsafat yang
dikemukakan oleh postmodernisme adalah postmodernisme tidak mau
terjebak dalam satu bentuk pondasi pemikiran filsafat tertentu.
 Menggantikan peran cerita-cerita besar menuju cerita-cerita kecil. Aliran
modernisme menganggap bahwa kemapanan filsafat hanya terletak pada
akal, dialektika roh, dan sebagainya.
 Aliran ini tidak meniru pemikiran yang telah ada akan tetapi menggunakan
sesuatu yang sudah ada namun dengan gaya baru.
b. Kekurangan Postmodernisme
 Postmodernisme tidak memiliki asas-asas yang jelas karena akal manusia
dapat menerima sesuatu yang jelas terlihat. Selain itu, postmodernisme
selalu menekankan untuk mengingkari bahkan menentang hal-hal yang
bersifat universal dan permanen.
 Postmodernisme tidak menolak modernisme secara total, melainkan
dengan pembaharui premis-premis modern. Dengan kata lain,
postmodernisme tidak menolak sains, melainkan sains hanya sampai pada
ideologi dan scientismsaja dimana kebenaran ilmiahlah yang dianggap
kebenaran yang paling dan menyakinkan.

16
E. EPISTEMOLOGI FENOMOLOGI
1. Pengertian Epistemologi Fenomologi

Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon yaitu suatu yang
tampak, yaitu terlihat karena bercahaya, yang di dalam bahasa Indonesia disebut
gejala. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena,
atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Sejak Edmund Husserl (1859-1938)
sebagai tokoh Fenomenologi, arti fenomenologi telah menjadi filsafat dan
menjadi metodologi berpikir, fenomenologi bukan sekedar pengalaman
langsung yang tidak mengimplisitkan penafsiran dan klasifikasi.

2. Dasar-dasar Filsafat Epistemologi Fenomenologi

Peletakan dasar-dasar filafat epistemonologi dapat di lakukan dengan beberapa


pendekatan seperti yang di uraikan berikut:

a. Pendekatan filsafatnya berpusat pada analisis terhadap gejala yang


menampakkan diri pada kesadaran kita. Analisis menunjukkan bahwa
kesadaran itu sungguh-sungguh selalu terarah kepada obyek.
b. Orang harus berpikir, dengan memulai dengan mengamati hal sendiri,
tanpa dasar apapun. Memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman-
pengalamannya sendiri tentang realita dan menjauhkan diri dari meneliti
dan mengulangi (teori orang lain).
c. Fenomenologi kebenaran dibuktikan berdasarkan ditemukannya yang
essensial.
d. Fenomenologi menerima kebenaran di luar empirik indrawi. Oleh sebab itu
mereka menerima kebenaran sensual, kebenaran logik, ethik dan
transedental.
e. Fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya
dengan yang dipercayainya.
f. Fenomenologi lebih merupakan sikap bukan suatu prosedur khusus yang
diikuti pemikirannya (diskusi, induksi, observsi dll). Dalam hubungan ini
hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi.
3. Kelebihan dan kekurangan Filsafat Fenomenologi

17
Kelebihan filsafat phenomenoligik diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan


penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka
macam teori dan pandangan.
b. Fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan
benar-benar yang objektif.
c. Fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak
terpisah dari objek lainnya.

Dari berbagai kelebihan tersebut, Fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari
berbagai kelemahan, seperti :

a. Tujuan Fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif


tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama
ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
b. Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan
nilai (value-bound).

F. EPISTEMOLOGI INTUISIONISME
1. Pengertian Epistemologi Intuisionisme

Beberapa ahli bahasa mengatakan bahwa secara bahasa, intuisionisme berasal


dari bahasa Latin, intuitio yang berarti pemandangan. Sedangkan ahli yang lain
mengatakan bahwa intuisionisme, berasal dari perkataan Inggris yaitu intuition
yang bermakna gerak hati atau disebut hati nurani.

Pengertian diatas memberi penjelasan bahwa manusia memiliki gerak hati


atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu membuat manusia melihat secara
langsung suatu perkara benar atau salah, jahat atau baik,buruk atau baik secara
moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses melihat dan memahami masalah secara
spontan juga merupakan satu proses melihat dan memahami suatu masalah
secara intelek. Pengetahuan intuitifini merupakan pengetahuan langsung
tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran rasional. Namun kemampuan
seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.

18
2. Intuisionisme Sebagai Sumber Pengetahuan

Secara epistemologis, pengetahuan intuitif berasal dari intuisi yang diperoleh


melalui pengamatan langsung, tidak mengenai objek lahir melainkan mengenai
kebenaran dan hakikat sesuatu objek. Dalam tradisi Islam, para sufi menyebut
pengetahuan ini sebagai rasa yang mendalam (zauq) yang berkaitan dengan
persepsi batin. Dengan demikian pengetahuan intuitif sejenis pengetahuan yang
dikaruniakan Tuhan kepada seseorang dan dipatrikan pada kalbunya sehingga
tersingkaplah olehnya sebagian rahasia dan tampak olehnya sebagian
realitas.perolehan pengetahuan ini bukan dengan jalan penyimpulan logis
sebagaimana pengetahuan rasional melainkan dengan jalan kesalehan, sehingga
seseorang memiliki kebeningan kalbu dan wawasan spiritual yang prima.

G. KEBENARAN ABSOLUTISME DAN RELATIFISME


1. Pengertian Absolutisme

Secara etimologi Absolutisme berasal dari kata berbahasa Inggris absolute dan
berbahasa Latin absolutus. Kata absolutus merupakan bentuk partisipium perfek
dari kata absolvere.Absolut secara harafiah dapat diartikan terlepas dari atau
bebas dari. Kata Latin absolutusberarti pula yang sempurnaatau lengkap. Dalam
pengertian ini, bila sesuatu dikatakan absolut berarti sesuatu itu tidak
membutuhkan yang lain untuk menjadi sempurna. Sedangkan secara
terminologi, absolut dan absolutisme mempunyai banyak pengertian yang harus
disesuaikan dengan tempat penggunaannya. Di antara pengertiannya yaitu:

a. Bebas dari keterbatasan, pembatasan, variabilitas, perubahan dan kesesatan.


b. Dalam metafisika, absolut dipakai bersama konsep-konsep kepurnaan seperti
totalitas, kesempurnaan, independensi, realitas obyektif, apa yang tidak
diasalkan, tidak dikondisikan, tidak disebabkan, tidak berubah, tidak
diragukan, murni, positif, tunggal, universal.
c. Sang Absolut. Yang-ada yang tidak menggantungkan keberadaan dan
kegiatannya pada sesuatu yang lain. Sebaliknya, yang lain menggantungkan
keberadaannya. Dan segala sesuatu lainnya akhirnya dapat dikembalikan
pada Yang-ada ini.

19
d. Konsep yang digunakan dalam filsafat idealis untuk menunjukkan subyek
yang kekal, tidak terbatas, tidak bersyarat, sempurna dan tidak berubah.
Subyek ini tidak bergantung pada yang lain. Di dalam dirinya terkandung
segala sesuatu yang berada dan menciptakan segala sesuatu yang ada.
e. Keyakinan bahwa hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat dan tidak
berubah tentang realitas. Absolutisme dilawankan dengan relativisme dan
subyektivisme.
f. Dalam teori politik: rezim yang berkuasa mutlak. Orang dituntut untuk setia
kepada seorang penguasa atau klas yang berkuasa, tanpa mempersoalkannya.
2. Pendapat Tokoh Klasik dan Modern tentangAbsolutisme

Dalam filsafat, istilah absolut digunakan pertama-tama dalam sistem metafisika.


Juga digunakan dalam teori nilai; misalnya, waktu, ruang nilai, kebenaran dan
Allah. Adabeberapa pandangan filsuf mengenai istilah ini, yaitu:

a. Descartes menerapkan istilah ini pada prinsip yang jelas dengan sendirinya
dan proposisi yang tidak dibuktikan, yang dapat digunakan dalam mendeduksi
pemecahan masalah selanjutnya.
b. Fichte menerapkan masalah ini pada ego sebagai daya pemrakarsa
pengetahuan dan realitas.
c. Hegel menggunakan istilah ini untuk entitas pokok dalam sistemnya, yakin
Roh Absolut. Roh ini mempunyai dimensi kebenaran absolut dan keindahan
absolut. Hal ini menunjukkan suatu keseluruhan dan kelengkapan realitas,
yang kiranya terletak diluar pengalaman kita.
3. Analisis terhadap Absolutisme

Absolutisme merupakan suatu paham yang menjelaskan suatu kemutlakan tanpa


syarat yang harus diterima dan kesempurnaannya itu tidak ada yang bisa dirubah
sebagai suatu kebenaran. Ia mempunyai banyak pengertian yang harus
disesuaikan dengan penggunaannya terkait dengan ruang, waktu, suasana, dan
pengertian lainnya. Yang mengharuskan perbedaan dalam pengertian itu terjadi.
Karena jika pengertian terhadap absolutisme itu sama, maka hal-hal yang
esensial antara Tuhan dan makhlukNya tidak dapat dibedakan.

20
4. Pengertian Realitivisme

Secara etimologis, relativisme yang dalam bahasa Inggrisnya relativism, relative


berasal dari bahasa latin relativus (berhubungan dengan). Dalam penerapan
epistemologisnya, ajaran ini menyatakan bahwa semua kebenaran adalah relatif.
Penggagas utama paham ini adalah Protagoras, Pyrrho. Sedangkan secara
terminologis, makna relativisme seperti yang tertera dalam Ensiklopedi
Britannicaadalah doktrin bahwa ilmu pengetahuan, kebenaran dan moralitas
wujud dalam kaitannya dengan budaya, masyarakat maupun konteks sejarah, dan
semua hal tersebut tidak bersifat mutlak.

5. Aliran –Aliran Relativisme


a. Relativisme Etika

Relativisme etika merupakan paham atau aliran pemikiran filsafat yang secara
tegas menolak pendapat yang mengatakan bahwa norma etika berlaku untuk
semua orang di mana saja.

b. Relativisme Budaya

Relativisme budaya berbeda dengan relativisme etika. Relativisme etika


berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab
dalam pengalaman hidup seseorang. Sebaliknya, relativisme budaya berbicara
mengenai pegangan yang teguh pada prinsip, pengembangan prinsip tersebut,
dan tanggung jawab penuh dalam kehidupan dan pengalaman seseorang.

c. Relativisme Agama

Lain halnya dengan relativisme etika dan budaya, inilah ujung dari paham
relativisme yang sangat mengkhawatirkan, yaitu relativisme agama.Paham ini
mengajarkan ketidakyakinan atau keraguan umat beragama terhadap
kebenaran agamanya sendiri. Inilah akar dari pemikiran Pluralisme Agama
yang mengakui kebenaran relatif dari semua agama.125Doktrin ini
mengajarkan bahwa agama tidak lagi berhak mengklaim mempunyai
kebenaran absolut, ia dipahami sama dengan persepsi manusia sendiri yang
relatif itu.

21
H. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
1. Pengertian Ontologi

Ontologi merupakan salah satudi antara lapangan penyelidikanyang paling


kuno dan berasal dari Yunani.Awal mula alam pikiranYunani telah
menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi.Studi tersebut
membahaskeberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenalseperti Thales, Plato, dan
Aristoteles. Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos
berarti sesuatu yang berwujud ( being ) dan logos b e r a r t i ilmu.
D a l a m Kamus Besar Bahasa Indonesia ontology artinyacabang ilmu filsafat
ygberhubungan denganhakikat hidup . Ontologi adalah bidang
pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang
adamenurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaituada
manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yangmenyeluruh,
teratur, dan tertib dalam keharmonisan.

2. Pandangan Pokok Pemikir dalam Pemahaman Ontologi


a. Teori ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Gocleniuspada tahun
1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yangbersifat
metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754)membagi
metafisika menjadi dua, yaitu:
 Metafisika umum
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari
ontologi.Dengan demikian,metafisika umum atau ontologi
adalah cabangfilsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar
atau palingdalam dari segala sesuatu yang ada.
 Metafisika khusus.
1) K o s m o l o g i Cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang
alam semesta
2) P s i k o l o g i Cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
tentang jiwamanusia
3) T e o l o g i Cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan

22
3. pandangan pemahaman tentang ontologi,diantaranya yaitu:
a. M o n o i s m e
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruhkenyataanitu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Thomas Davidson menyebut
dengan Block Universe
b. Dualisme
Paham ini menganggap bahwa benda terdiri dari dua macamhakikat sebagai
asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikatruhani, benda dan ruh, jasad
dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh,dan ruh bukan muncul dari benda.
c. Pluralism
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam
bentuk merupakankenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan
danmengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
d. Nihilisme
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yangpositif. tidak
ada sesuatu pun yang eksis. Paham ini berpandangan bahwa segenap macam
bentuk merupakankenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan
danmengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.

e. Agnotisisme
paham yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat
sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkinmengetahui hakikat
batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa
sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang
ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya.

4. Pengertian Epistemology
Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera
dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif,
metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. Epistemologi
derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.

23
Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan
logos,theory.Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.

5. Metode dalam teori pengetahuan Empirisme


a. Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyatan
hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
Yang bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal sampai pada
pernyataan-pernyataan universal.
b. Metode Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik
diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang
harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis antara
kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu
dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah,
ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan
jalan menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik
dari teori tersebut.
c. Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia
mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Oleh karena itu, iamenolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif,
adalah segala yang tampak dan segala gejala.
d. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan
berbeda-beda harusnya dikembangkan sutu kemampuanakal yang disebut
dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh
dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.
e. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk
mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun
24
Plato mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika,
yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung
dalam pandangan.
6. Pengertian Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan
logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan
manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain. Objek formal etika
meliputi norma-norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku
manusia baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan denganj nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya.

25
BAB 5 PENUTUP
A.KESIMPULAN
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah
puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
dalam memperoleh dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran
dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya.
Selebihnya mohon dimaafkan apa bila ada kata ataupun bahasa yang kurang
berkenan, sekian yang dapat saya sampaikan Terima Kasih

26
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad,Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu


Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2011
Akhmadi, Asmoro,Filsafat Umum,Jakarta: Raja grafindo Persada, 2007
Budi, F. Hardiman,Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, Jakarta: Erlangga,
2010
Juhari, Muatan Sosiologi dalam Pemikiran Filsafat John Locke. Al-Bayan. Vol 19 No 27. 2013.
Machmud, Tedy. Rasionalisme dan Empirisme : Kontribusi dan Dampaknya pada
Perkembangan Filsafat Matematika. Jurnal Inovasi Vol 8 No 1 2011.
Harri Hamersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern(Cet. V; Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992).
Harun Hadiwijono,Sari Sejarah Filsafat Barat 2(Cet. IX; Yokyakarta: Penerbit Kanisius,
1999).
Koento Wibisono, Arti Perkembangan menurut Positivisme Comte(Cet. II; Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1996).
https://id.wikipedia.org/wiki/Edmund_Husserl
https://en.wikipedia.org/wiki/Ren%C3%A9_Descartes
https://id.wikipedia.org/wiki/John_Locke
https://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte

27

Anda mungkin juga menyukai