Anda di halaman 1dari 4

Candi Borobudur Punya Inovasi Baru untuk Menarik Wisatawan di hari libur

Pihak pengelola Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) di Magelang, Jawa Tengah terus berinovasi
untuk menarik wisatawan saat musim libur Lebaran 2018. Saat ini, inovasi yang dilakukan tak hanya
menyulap kawasan menjadi lebih indah, tapi juga membuka wahana baru.

Salah satu wahana baru yang dipercaya bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan itu adalah
Museum Kapal Samudraraksa. Museum yang berada di sisi Utara candi ini kini semua tampilannya
telah diubah menjadi digital. Museum ini memiliki replika Kapal Samudraraksa yang tergambar dalam
relief candi. “Sebelumnya memang sudah memiliki Museum Samudraraksa tapi yang lama kurang
menarik. Untuk itu mereka melakukan modernisasi dengan cara metode digital, jadi masarakat akan
lebih tertarik khususnya generasi muda,” kata Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan, Ratu Boko (PT TWCB PRB), Edi Setijono, di Borobudur, baru-baru ini. Lebih lanjut Edi
mengatakan Museum Samudraraksa dibangun dengan tujuan untuk mengedukasi pengunjung akan
sejarah bangsa seperti halnya keberadaan Candi Borobudur. "Museum ini memuat historical bangsa
kita yang luar biasa di bidang kemaritiman. Kita ingin menumbuhkan ini di dalam jiwa anak-anak
melalui cerita yang dikomunikasikan dengan metode digital berupa teknologi cinema interaktif," papar
Edi. Menurutnya, metode digital dipilih karena bisa memaparkan cerita yang lebih panjang dalam
ruang terbatas. Hal tersebut agar pesan yang disampaikan melalui cerita dalam museum bisa diterima
dengan baik oleh wisatawan. Untuk itu Edy berharap Museum bisa menjadi wahana edukasi bagi para
pengunjung, khususnya anak-anak. “mereka juga akan lebih sering mengadakan event off air yang
menggali potensi kemaritiman yang bisa dipelajari anak-anak," Meski tidak berbeda jauh dengan
Museum Kapal Samudraraksa yang sudah ada sebelumnya, tapi Edi memastikan bahwa kualitas
museum yang ada saat ini lebih bagus. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan untuk modernisasi mencapai
Rp 16 miliar.
Ragam inovasi produk-produk kesenian Tradisional Borobudur

Bukit Menoreh di sisi selatan Candi Boro-budur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di kaki dan
lerengnya tumbuh subur kesenian tradisional yang diyakini sudah ada lebih dari seabad silam.
Sejumlah kesenian rakyat itu hingga kini tetap dilestarikan, meski harus bersaing dengan arus kesenian
modern yang merangsek hingga ke pelosok-pelosok dusun. Warna-warni produk kesenian tradisional
seperti Rodat, Topeng Ireng, Kubro Siswo, Jatilan, sekarang ini telah mengalami proses revitalisasi.
Baik pada tata rias, kostum, musik pengiring, hingga pada gerak dan formasinya, sehingga tampil lebih
atraktif sebagai sarana hiburan masyarakat.
Kesenian tradisional bagian dari hiburan rakyat yang tumbuhnya di pedesaan. Konon ceritanya, dahulu
ketika para petani menunggu ladang atau sawahnya panen, mereka melakukan proses penciptaan
karya seni pertunjukan. Setelah panen, karya tersebut dipentaskan sebagai rasa syukur atas karunia
Tuhan atas nikmat hasil panen yang melimpah. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya sebagai
penonton. Mereka biasanya berbondong-bondong turut menyaksikan pementasan meski tak ada
undangan. Dan, jika ada pementasan kesenian, tak hanya satu desa saja yang menyaksikan. Sejumlah
desa di sekitar pun tumpah-ruah turut menyaksikan hiburan gratis tersebut. Kini, di zaman yang kian
modern, berbagai media hiburan pun hadir di tengah masyarakat. Mulai dari film layar lebar, televisi,
radio, hingga internet. Keberadaan seni pertunjukan tradisional tampak mulai terancam ditinggalkan
penontonnya. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari fenomena semakin menurunnya jumlah penonton
dalam setiap pergelaran. Budayawan Ariswara Sutomo (68), mengatakan seni pertunjukan tradisional
di kawasan Borobudur sudah ada sejak dulu, tapi keberadaanya kian menggeliat pada 1930-an.
Semakin digemari oleh masyarakat, kesenian tradisional akan tumbuh subur. Namun jika ditinggalkan
para penonton maka akan mati dengan sendirinya. Sutomo menceritakan, sekitar tahun 1950-an
Raden Cokrodisastro –ayah kandung H. Boediardjo (mantan direktur pertama PT Taman Wisata Candi
Borobudur dan mantan Menteri Penerangan RI)– mempopulerkan kelompok kesenian tradisional
kepada masyarakat. Kesenian-kesenian rakyat di kawasan Borobudur itu sering dipentaskan di area
wisata Candi Borobudur. Pada perkembangannya, seni pertunjukan tradi-sional juga mulai
mendapatkan sentuhan koreografi dan inovasi. Salah satu yang melakukan revitalisasi itu adalah
Ahmad Sujak dari Desa Tuksongo, Borobudur. Mbah Sujak –nama populernya– mentransformasikan
kesenian tradisional Rodat menjadi tari Topeng Kawedar. Dalam tarian tersebut, ia juga memasukkan
unsur baru, seperti topeng berwajah binatang harimau, kuda, gajah, dll.
PROSES BISNIS BOROBUDUR
Metoda yang diajarkan dalam pelatihan ini akan membantu anda dalam:
 Mengeliminasi duplikasi dan birokrasi yang panjang.
 Menjelaskan apa yang dinamakan dengan “process costs.”
 Secara jelas menentukan process boundaries.
 Membangun internal controls untuk mengurangi tingkat kesalahan karyawan.
 Melakukan pengetesan dan rework the process sebelum anda memperkenalkan proses itu baik
kepada pimpinan anda atau customer anda.
 Mengimplementasikan “change” karena penerapan business process improvement.

Materi Pelatihan Peningkatan Proses Bisnis:


 The Roadmap: Learning How to Navigate, membahas pengantar Business Process Improvement
 Step 1: Develop the Process Inventory: Identifying and Prioritizing the Process List, membahas
proses-proses apa yang akan dipilih dan diprioritaskan untuk penerapan Business Process
Improvement
 Step 2: Establish the Foundation: Avoiding Scope Creep, membahas scope definition document,
termasuk bagaimana memperoleh masukan dari rekan-rekan anda
 Step 3: Draw the Process Map: Flowcharting and Documenting, akan membahas cara
menggambar process map yang membantu orang-orang yang terlibat untuk memahami kerja sebuah
proses bisnis
 Steps 4–5: Estimate Time and Cost and Verify the Process Map: Introducing the
Process and Cycle Time and Gaining Buy-In, akan membahas waktu dan biaya untuk
penerapan Business Process Improvement, termasuk bagaimana memperoleh
dukungan dari pihak lain.
 Step 6: Apply Improvement Techniques: Challenging Everything, akan membahas The
improvement technique wheel yang akan membantu anda dalam mengurangi birokrasi,
mengevaluasi aktivitas value addes, mengeliminasi duplikasi dan menyederhanakan proses
 Step 7: Create Internal Controls, Tools, and Metrics: Making It Real, akan dibahas berbagai
simbol untuk mengingatkan adanya persoalan di aera tertentu yang butuh perbaikan. Peserta juga
akan belajar membuat internal control document, yang berisi rincian bagaimana menghindarkan
kesalahan yang umum terjadi, dan juga menyediakan sarana training bagi pegawai baru
 Step 8: Test and Rework: Making Sure It Works, akan membahas bagaimana menciptakan rencana
untuk mengetes proses bisnis yang baru untuk memastikan bahwa proses itu berjalan sesuai tujuan.
Teknik dan strategi akan dibahas lebih lanjut
 Step 9: Implement the Change: Preparing the Organization, akan dibahas implementation plan
termasuk menentukan langkah dan orang yang tepat untuk memperbaiki proses bisnis yang akan
membuahkan hasil yang optimal bagi perusahaan
 Step 10: Drive Continuous Improvement: Embracing the New
 Mindset, akan membahas mindset yang bisa mendorong terus terjadinya perbaikan yang
berkesinambungan, termasuk tools dan studi kasusnya
 Create the Executive Summary: Getting the Recognition, akan mengajarkan bagaimana membuat
ringkasan eksekutif yang menarik yang membuat anda akan makin dikenal oleh para pimpinan
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai