Anda di halaman 1dari 21

JURNAL UJIAN PRAKTIKUM

SEDIAAN SUPPOSITORIA IBUPROFEN

I. Nama Sediaan atau Nama Dagang


Nama sediaan : Paten :
Generik : Ibuprofen
II. Kekuatan Sediaan
Kandungan Ibuprofen : 125 mg/suppositoria
III. Formula Sediaan (GANTIIN TABELNYA BIKIN ALA PAK EKA)
Fase Dalam 94%
Nama zat Konsentrasi Fungsi
Allopurinol 100 mg Zat aktif
Starch (pati singkong) 13% Bahan Pengikat
Sodium Starch Glycolate 4% Bahan penghancur dalam
(SSG) atau primogel
Laktosa q.s Bahan pengisi
Aquadest q.s Pelarut bahan pengikat

Fase Luar 6%
Nama zat Konsentrasi Fungsi
Sodium Starch Glycolate 3% Bahan penghancur luar
Magnesium Stearat 1% Lubrikan
Talk 2% Glidan
IV. Preformulasi Zat Aktif
1. Allopurinol

Gambar 4.1 Struktur kimia allopurinol

Rumus Molekul : C5H4N4O (Ditjen POM, 2014: 83)


Berat molekul : 136,11 g/mol (Ditjen POM, 2014: 83)
Pemerian : Serbuk halus, berbau lemah (Ditjen POM, 2014:
83), amorf dan berwarna putih hingga hampir putih
(AHFS,2005:3577)
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan dalam etanol; larut
dalam larutan Kalium dan dalam natrium hidroksida;
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
(Ditjen POM, 2014: 83)
Stabilitas : Produk dekomposisi utama dari allopurinol adalah
3-amiopirazol-4-karboksamida, yang terbentuk
dalam media asam dan basa. Dekomposisi lebih
lanjut untuk 3-amiopirazol-4-karboksamida dan 3-
amiopirazol dapat terjadi dalam larutan basa; asam
3-amiopirazol-4-karboksamida adalah tidak
terbentuk dalam media asam. Degradasi Allopurinol
dalam media alkali diperkirakan kinetika orde
pertama dan tetapan laju dihitung. Allopurinol, pada
suhu 105° menunjukkan stabilitas maksimum dalam
kisaran pH 3,1 hingga 3,4. Dekomposisinya akan
cepat adalah cepat pada nilai pH tinggi (Lund W,
1994:716)
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan natrium prednisolon
suksinat dan material asam, amikasin sulfat,
amfoterisin B, karmustin, natrium cefotaxim,
klorometon HCl, klorpromazin HCl, cimetidine HCl,
clindamycin fosfat, sitarabin, dakarbazin,
daunorubisin HCl, difenhidramin HCl, gentamisin
sulfat, haloperidol laktat, hidroksizin HCl, idarubisin
HCl, natrium metil prednisolon suksinat,
metoklopramid HCl, netilmisin HCl, petidin HCl,
natrium bikarbobat, streptosozin, tobramisin sulfat,
vinorelbin tartrat (Sweetman et al, 2009:412)
Titik leleh : 350° (Lund W, 1994:716)
Pka : 9,4 (Lund W, 1994:716)
pH : 6,5-7,5 9Lund W, 1994:716)
Interaksi obat : ADA DI ALBUM GRUP MARTIN (Sweetman et
al, 2009:413)
Indikasi : untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan
kadar asam urat. Pengobatan jangka pajang
mengurangi frekuensi serangan, menghambat
pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan
mengurangu besarnya tofi, obat ini terutama berguna
untuk mengobati penyakit pirai kronik dengan
insufisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal
(Gunawan G, 2016:248)
Dosis : untuk pirai ringan 200-400 mg sehari. 400-600 mg
untuk penyakit yang lebih berat. Untuk pasien
gangguan fungsi ginjal cukup 100-200 mg sehari.
Dosis untuk hiperurisemua sekunder 100-200 mg
sehari. Untuk anak 6-10 tahun adalah 300 mg sehari
dan anak dibawah 6 tahun 120 mg/ hari (Gunawan G,
2016:248).
Mekanisme : Obat ini bekerja dengan menghambat xanthin
oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi
xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui
mekanisme umpan balik allopurinol menghambat
sintesis purin yang merupakan precursor xantin.
Allopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh
enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa
paruhnya lebih panjang dari pada allopurinol, itu
sebabnya allopurinol yang masa paruhnya pendek
cukup diberikan satu kali sehari (Gunawan G,
2016:248)
Aturan pakai :
Kontra indikasi :
Efek samping : reaksi kulit, bila kemerahan pada kulit timbul, obat
harus dihentikan karena gangguan mungkin menjadi
berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil,
leukopenia atau leukositosis, eosinofilis, artalgia dan
pruritis. Gangguan saluran cerna (Gunawan G,
2016:248)
Penyimpanan :
Kategori :

V. Preformulasi Eksipien
1. Starch (Pati Singkong)
Gambar 5.1 Struktur kimia pati singkong

Pemerian : Pati terjadi sebagai bubuk tidak berbau dan hambar, halus,
putih hingga putih. Ini terdiri dari butiran bulat kecil atau bulat
telur atau biji-bijian yang ukuran dan bentuknya merupakan
karakteristik untuk setiap varietas botani.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan dalam air
dingin. Pati akan secara otomatis terbang di air sekitar 5-10%
pada suhu 378 C. (3) Pati menjadi larut dalam air panas pada
suhu di atas suhu gelatinisasi. Pati sebagian larut dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Stabilitas : Pati kering stabil jika terlindung dari kelembaban tinggi. Pati
dianggap inert secara kimia dan mikrobiologis kondisi
penyimpanan normal. Larutan atau pasta pati secara fisik tidak
stabil dan siap dimetabolisme oleh mikroorganisme; mereka
harus mempersiapkan diri dengan segar saat digunakan
untukpelatihan. Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara
di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibiltas : Pati tidak sesuai dengan zat pengoksidasi kuat. Senyawa
inklusi berwarna dibentuk dengan yodium.
pH : 4-8
Kegunaan : Bahan pengikat pada granulasi basah tablet (3-20%).
Bahan penghancur tablet (3-25%) konsentrasi yang khas
adalah 15%”

(Rowe et al, 2009: 668)


2. Sodium Starch Glycolate (SSG) / Primogel

Gambar 5.2 Struktur kimia primogel

Pemerian : Sodium starch glycolate adalah bubuk sangat


higroskopis putih atau hampir mengalir bebas putih.
The PhEur 6.0 menyatakan bahwa ketika diperiksa di
bawah mikroskop terlihat terdiri dari: butiran,
berbentuk tidak teratur, berbentuk bulat telur atau
berbentuk buah pir, berukuran 30-100 mm, atau
bundar, berukuran 10–35 mm; granula majemuk yang
terdiri dari 2-4 komponen terjadi sesekali; butiran
memiliki hilus eksentrik dan lurik konsentris terlihat
jelas. Di antara prisma nicol yang bersilangan, butiran-
butiran memperlihatkan salib hitam yang berbeda
yang berpotongan di hilus; kristal kecil terlihat di
permukaan granula. Butiran-butiran itu menunjukkan
bengkak besar jika bersentuhan dengan air.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam metilen klorida. Ini
memberikan suspensi tembus dalam air.
Stabilitas : Tablet yang disiapkan dengan Sodium starch
glycolate memiliki sifat penyimpanan yang baik.
Sodium starch glycolate stabil meskipun sangat
higroskopis, dan harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat untuk melindunginya dari berbagai
variasi kelembaban dan suhu, yang mungkin
menyebabkan caking. Sifat fisik natrium pati glikolat
tetap tidak berubah hingga 3 tahun jika disimpan pada
suhu dan kelembaban sedang.
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas terhadap vitamin C (Asam askorbat)

Bobot jenis : 1,56 g/cm3

Titik leleh : sekitar 200°C

Kegunaan : Bahan penghancur tablet ( 2-8%). Namun konsentrasi


optimumnya adalah 4%.

(Rowe et al,2009: 663)

3. Laktosa

Gambar 5.3 Struktur kimia laktosa

Rumus molekul : C12H22O11.H2O


Pemerian : Serbuk atau massa hablur putih atau putih kusam, tidak
berbau, sedikit manis sebagai partikel atau bubuk kristal
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%) dan eter,
mudah larut dalam air
Stabilitas : Pertumbuhan jamur dapat terjadi dalam kondisi lembab
(kelembaban relatif 80% ke atas). Laktosa dapat
mengembangkan warna cokelat penyimpanan, reaksi
dipercepat oleh kondisi hangat, lembab. Kemurnian laktosa
yang berbeda dapat bervariasi dan evaluasi warna mungkin
penting, terutama jika tablet putih sedang diformulasikan.
Stabilitas warna berbagai laktosa juga berbeda. Solusi
menunjukkan mutarotasi. Laktosa sebaiknya diletakkan di
wadah tertutup dengan baik di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi tipe Maillard kemungkinan akan terjadi
antara laktosa dan senyawa dengan gugus gugus gugus
gugusankadar coklat, atau produk berwarna coklat. Interaksi
Maillard juga terbukti terjadi antara laktosa dan amina
sekunder. Namun, urutan reaksi berhenti dengan
pembentukan imina, dan tidak ada warna kuning-coklat yang
berkembang. Laktosa juga inkompatibilitas dengan asam
amino, amfetamin, dan lisinopril.

Bobot Jenis : 1,545 g/cm3


Titik Leleh : 201-202°C
pH : 4-6,5
Kegunaan : Bahan pengisi tablet

(Rowe et al, 2009: 364)

4. Aquadest

Gambar 5.4 Struktur kimia aquadest


Rumus molekul : H20

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Kelarutannya : Dapat bercampur dengan pelarut polar

Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es,


cairan, dan uap). Air yang meninggalkan sistem
pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan khusus.
Tujuan dari merancang dan mengoperasikan sistem
penyimpanan dan distribusi adalah untuk menjaga air
dari melewati tahap awal selama penyimpanan.
Secara khusus, sistem penyimpanan dan distribusi
harus memastikan bahwa air dilindungi terhadap
kontaminasi ion dan organik, yang masing-masing
akan menyebabkan peningkatan konduktivitas dan
total karbon organik. Sistem ini juga harus dilindungi
terhadap masuknya partikel asing dan
mikroorganisme secara fisik sehingga pertumbuhan
mikroba dicegah atau diminimalkan.

Inkompatibilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan


obat-obatan dan zat penerima lainnya yang rentan
terhadap hidrolisis (penguraian dalam air atau uap
air) pada suhu sekitar dan suhu tinggi. Air dapat
bereaksi dengan keras dengan logam alkali dan
dengan cepat dengan logam alkali dan oksida
mereka, seperti kalsium oksida dan magnesium
oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat
untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi,
dan dengan bahan organik dan kalsium karbida
tertentu.

Titik leleh/ titik didih : 0°C / 100°C

Bobot jenis : 1 gr/cm3

pH :7

Kegunaan : Pelarut

(Rowe et al, 2009: 766) (Ditjen POM,1979:96)

5. Talk (Talkum)
Pemerian : Bubuk kristal yang sangat halus, putih hingga
keabu-abuan, tidak berbau, tidak dapat ditembus,
tidak berbahaya. Ini mudah menempel pada kulit dan
lembut saat disentuh

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali,


pelarut organik dan air

Stabilitas : bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan


pemanasan pada 160°C selama tidak kurang dari 1
jam. Ini juga dapat disterilkan dengan paparan etilen
oksida atau iradiasi gamma. Talk harus disimpan
dalam wadah tertutup dengan baik di tempat yang
sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Senyawa ammonium kuartener


pH : 7-10
Kegunaan : Lubrikan dan Glidan pada tablet (1-10%)
(Rowe et al, 2009: 728)

6. Magnesium Stearat

Gambar 5.5 Struktur kimia magnesium stearat

Runus molekul : [CH3(CH2)16COO]2Mg

Pemerian : bubuk yang sangat halus, putih muda, diendapkan


atau digiling, tidak dapat ditembus dengan
kepadatan massal yang rendah, memiliki aroma
samar-samar dari rasa asam stearat dan karakteristik
bakteri.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air sedikit
larut dalam benzen hangat dan etanol hangat
Stabilitas : Mg Stearat akan stabil dan harus disimpan dalam
wadah tertutup baik dan disimpan pada tempat kering
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan asam kuat, alkali, dan ion.
Hindari dicampur dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam
produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin,
dan sebagian besar garam alkaloid.
Titik Leleh : 117-150°C
Bobot Jenis : 1,092 g/cm3
Kegunaan : Lubrikan pada tablet (0,25-5%)

(Rowe et al, 2009: 404)


VI. Analisis Formula
1. Allopurinol
Alasan pembuatan tablet tersebut dilakukan dengan metode granulasi basah
adalah karena penentuan metode cara pembuatan tablet dilihat dari segi
urutan prioritasnya yaitu yang pertama adalah dilihat dari segi stabilitas zat
aktif yang digunakan dalam tablet tersebut, lalu dilihat dari sifat alir serbuk
dan dosis zat aktif tersebut. Zat aktif yang digunakan dalam tablet ini adalah
Allopurinol. Menurut (Lund W, 1994:797),data stabilitas Allopurinol yaitu
Allopurinol, pada suhu 105°C menunjukkan stabilitas maksimum dalam
kisaran pH 3,1 hingga 3,4. Dekomposisinya akan cepat pada kondisi nilai
pH yang tinggi. Artinya zat aktif tersebut tahan terhadap suhu tinggi
(panas). Sehingga bisa dikatakan bahwa zat aktif tersebut bersifat
termostabil. Oleh karena itu, zat aktif ini cocok dilakukan pembuatan tablet
dengan metode granulasi basah karena pada metode ini dilakukannya proses
pemanasan. Sehingga zat aktif (Allopurinol) ini tidak akan mengalami
penguraian. Setelah itu, apabila dilihat dari segi sifat alirnya, menurut
(AHFS,2005:3577), zat aktif Allopurinol ini memiliki sifat alir yang buruk.
Hal ini dilihat berdasarkan dari data pemeriannya bahwa zat aktif tersebut
berupa amorf dan cocok untuk kondisi penerapan pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah. Dalam pembuatan tablet ini, Allopurinol memiliki
dosis tiap tabletnya adalah sebesar 100 mg. Alasan digunakannya pada dosis
100 mg adalah karena dosis tersebut merupakan dosis yang biasa dipasarkan
pada umumnya. Menurut (IAI,2017:62), selain 100 mg, dosis lain yang
biasa dipasarkan adalah sebesar 300 mg. Penggunaan dosis tersebut
diberikan tergantung pada kondisi pasien tersebut. Untuk pirai ringan 200-
400 mg sehari, 400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk pasien
gangguan fungsi ginjal cukup 100-200 mg sehari. Selain itu, alasan lain
dipilihnya pembuatan tablet pada dosis 100 mg adalah karena menurut
(AHFS, 2005:3574), dosis efektif minimum untuk zat aktif Allopurinol ini
adalah 100-200 mg setiap hari. Pada penggunaan dosis 100 mg, dosis
tersebut bisa dikategorikan termasuk dosis yang sedang. Artinya tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sehingga metode yang dipilih untuk
proses tabletasi adalah dengan menggunakan metode granulasi basah.
Alasan tidak menggunakannya metode kempa langsung, karena pada
pembuatan tablet metode kempa langsung tidak digunakannya eksipien
berupa bahan pengikat maka dikhawatirkan, kemungkinan tablet yang
nantinya akan terbentuk akan kurang kompak dan mudah rapuh
(Sinko,PJ,2011). Hal ini disebabkan dari zat aktifnya itu sendiri yang
memiliki sifat alir yang buruk sehingga tidak bisa dalam pembuatan
tabletnya dicompress langsung. Selain itu, alasan tidak dipilihnya metode
granulasi kering untuk pembuatan tabletnya, karena salah satu stabilitas dari
allopurinol adalah tahan terhadap panas (Lund W, 1994:797) Jadi zat aktif
tersebut masih bisa dilakukan pembuatan tabletnya dengan metode
granulasi basah. Berbeda halnya dengan granulasi kering. Biasanya, untuk
pembuatan granulasi kering dilakukan jika zat aktif yang ada pada tablet
tersebut memiliki stabilitas yang tidak tahan panas dan lembab tetapi tahan
terhadap tekanan mekanik yang diberikan (Sinko,PJ,2011). Alasan zat aktif
Allopurinol ini dijadikan sediaan tablet adalah karena memiliki ketepatan
dosis dalam setiap penggunaannya, lebih stabil dan tidak ditumbuhi
mikroba karena dalam bentuk sediaan kering dan kadar air yang rendah
(Mohr, M, 2012)
2. Tapioca Starch (Pati Singkong)
Peran dari pati singkong dalam formula ini adalah sebagai bahan pengikat.
Bahan pengikat berfungsi untuk memberikan daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi sehingga menjadi granul (Syamsuni,2006:172).
Pati singkong yang digunakan dalam formula ini adalah sebesar 13%.
Alasan digunakannya 13% karena konsentrasi tersebut termasuk ke dalam
rentang pati singkong sebagai bahan pengikat yaitu 3-20% (Rowe et
al,2009:686). Selain itu, alasan lain digunakannya bahan pengikat berupa
pati singkong dibandingkan dengan bahan pengikat lain adalah hal ini
sebagaimana pada literatur jurnal penelitian yang kelompok praktikan
peroleh. Menurut (Anggraini et al,2016), dalam jurnal tersebut dilakukan
penelitian penggunaan bahan pengikat mana yang terbaik antara PVP dan
pati singkong dalam berbagai konsentrasi. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa penggunaan bahan pengikat pati singkong lebih baik
dibandingkan dengan PVP. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi tabletnya
yaitu pada formula yang menggunakan pati singkong berbagai konsentrasi
yaitu 7%. 9%, 13%, 15% dan 17% hasilnya adalah pada konsentrasi 13%
lah yang menunjukkan data evaluasi yang banyak memenuhi syarat dan
memiliki waktu hancur tablet yang paling cepat. Semakin cepat waktu
hancur tablet maka efek obat yang diberikan dari tablet tersebut akan
semakin cepat pula. Pada konsentrasi 7% dan 9%, data evaluasi
kekerasannya tidak memenuhi syarat. Pada konsnetrasi 15% dan 17% data
waktu hancurnya tidak memenuhi syarat karena lebih dari 15 menit. Hal ini
karena efek bahan pengikat yang diberikan terlalu banyak sehingga
kompresibilitasnya akan meningkat dan daya penetrasi air dalam tablet akan
lambat. Proses pati menyerap air dan membentuk gel akan butuh waktu
yang lama. Sedangkan apabila dibandingkan dengan penggunaan bahan
pengikat PVP, hasil uji kekerasannya antara formula bahan pengikat PVP
dengan formula bahan pengikat pati singkong adalah sama. Namun yang
membedakannya adalah waktu hancur tablet tersebut yaitu pada
penggunaan pati singkong waktu hancurnya lebih cepat dibandingkan
dengan PVP. Sehingga efek obat tablet yang diberikannya akan semakin
cepat pula (Anggraini et al,2016). Selain itu, alasan lain penggunaan pati
singkong sebagai bahan pengikat dalam formula ini adalah karena eksipien
tersebut tidak inkompatibilitas dengan bahan lain yang digunakan dalam
formula ini.
3. Aquadest.
Peran aquadest dalam formula ini adalah sebagai pelarut dari bahan
pengikat. Sehinga nantinya akan menghasilkan berupa pelarut pengikat
cairan lendir tidak berwarna seperti lem yang berperan sebagai zat
pembasah dalam formula pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
ini. Namun, syarat penggunaan aquadest untuk dijadikan pelarut bahan
pengikat pati singkong ini adalah berupa aquadest panas. Alasan
digunakannya aquadest sebagai pelarut untuk bahan pengikat ini adalah
karena pati singkong ini memiliki data kelarutannya yaitu praktis tidak larut
pada etanol 95% dan dalam air dingin (Rowe et al, 2009: 686). Serta dapat
larut dan mengembang membentuk mucilago dalam air panas. Selain itu,
alasan lain digunakannya aquadest dalam formula ini karena tidak
inkompatibilitas dengan bahan lain yang digunakan dalam formulasi
pembuatan tablet ini, mudah diperoleh dan murah. (Rowe et al, 2009:766).
4. Sodium Starch Glycolate / Primogel
Peran primogel dalam formula ini adalah sebagai bahan penghancur dalam.
Bahan penghancur dalam adalah eksipien dalam sediaan tablet yang
berfungsi untuk memudahkan hancurnya tablet dan granul ketika nantinya
berada pada saluran cerna (Syamsuni.2006:172). Alasannya adalah karena
tidak inkompatibilitas dengan bahan lain yang digunakan dalam formula
tersebut. Primogel yang digunakan adalah dengan konsentrasi 4%. Alasan
digunakannya pada konsentrasi 4%, karena konsentrasi tersebut termasuk
ke dalam rentang primogel sebagai bahan penghancur yaitu 2-8%. Selain
itu, konsentrasi tersebut adalah konsentrasi optimum dari primogel yang
dapat berperan sebagai bahan penghancur sediaan tablet (Rowe et al, 2009:
376). Mekanisme primogel sebagai bahan penghancur adalah saat primogel
kontak dengan air, maka akan mengalami pengembangan yaitu air masuk
ke dalam tablet melalui celah antar partikel yang dibentuk bahan
penghancur. Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang
dimulai dari bagian lokal meluas ke seluruh tablet. Akhirnya pengembangan
bahan penghancur ini menjadikan tablet pecah dan hancur (Mahendra et
al,2014). Selain itu, alasan lain digunakannya primogel sebagai bahan
penghancur dalam pada formulasi ini karena hal ini sebagaimana mengacu
pada literatur yang ada yaitu, menurut (Niazi,S,1949:196), dalam formulasi
sediaan tablet Allopurinol 100 mg menggunakan primogel atau sodium
starch glycolate sebagai bahan penghancurnya. Selain sebagai bahan
penghancur dalam (fase dalam), primogel digunakan juga sebagai bahan
penghancur luar (fase luar) dalam formula ini dengan tujuan yang sama
yaitu untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berada pada saluran cerna
atau penghancur luar pertama yang menginisiasi hancurnya tablet. Sehingga
pada saat proses penghancuran tablet, selain bagian dalam tablet yang
hancur, bagian permukaan tabletpun akan ikut hancur secara bersamaan.
Namun konsentrasi yang digunakan sebagai bahan penghancur luar adalah
3% dan ini lebih sedikit dibandingkan dengan konsentrasi sebagai
penghancur dalam. Hal ini terjadi karena dilihat dari persentase kadar fase
dalam yang digunakan dalam formula ini lebih banyak yaitu 92% sedangkan
fase luar adalah sebanyak 8%. Alasan jumlah fase dalam lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah fase luar, karena komponen komponen fase
dalam berperan untuk membentuk inti tablet yang mengandung zat aktif
(…) Sedangkan fase luar prinsipnya hanya bertugas untuk memperlancar
atau menudahkan jalannya proses pembentukan tablet. Tetapi konsentrasi
3% tersebut masih termasuk ke dalam rentang bahan primogel sebagai
penghancur sediaan tablet (Rowe et al, 2009: 663)
5. Laktosa
Peran dari laktosa dalam formula ini adalah sebagai bahan pengisi. Bahan
pengisi berfungsi untuk menggenapkan bobot tablet sesuai dengan yang
diharapkan serta untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak dan
dibuat (Syamsuni,2006:172). Bahan pengisi diperlukan dalam formula ini
karena dosis obat yang digunakan bisa dikatakan kecil (100 mg/tablet)
sedangkan bobot tiap tablet yang dibuat adalah sebesar 230 mg. Sehingga
tidak cukup untuk membuat bulk dan membutuhkan bahan pengisi. Alasan
digunakannya laktosa sebagai bahan pengisi dalam formula ini adalah
karena tidak inkompatibiltas dengan bahan lain pada formula ini serta
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik serta bersifat inert
sehingga tidak akan mempengaruhi khasiat dari zat aktif allopurinol (Rowe
et al,2009:364). Selain itu, alasan lain digunakannya laktosa sebagai bahan
pengisi dalam formula tabletasi ini karena sebagaimana mengacu pada
literatur yang ada yaitu, menurut (Niazi,S,1949:196), dalam formulasi
sediaan tablet Allopurinol 100 mg menggunakan laktosa sebagai bahan
pengisi.
6. Talk
Peran talk adalah sebagai glidan. Fungsi glidan adalah menunjang
karakteristik aliran granul atau meningkatkan aliran granul dari hopper ke
dalam die (Syamsuni,2006:173). Persentase talk yang digunakan dalam
formula ini adalah sebesar 2%. Alasan digunakannya pada persentase
demikian, karena talk digunakan sebagai glidan dengan rentang persentase
1%-10% dan konsentrasi tersebut termasuk ke dalam rentang sebagai
glidan. Digunakannya pada konsentrasi 2% karena…. Selain itu, alasan talk
digunakan dalam formula ini sebagai glidan adalah karena tidak
inkompatibilitas dengan bahan lainnya pada formula ini dan merupakan
glidan umum yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan tablet. (Rowe
et al, 2009:728). Kelebihan Talk dibandingkan dengan jenis glidan lainnya
adalah karena talk ini memiliki bentuk serbuk berupa kristalin artinya
memiliki sifat alir yang bagus. Hal ini sesuai dengan sebagaimana fungsi
talk (glidan) untuk meningkatkan aliran granul dari hopper ke dalam die
sehingga memperlancar proses pencetakan tablet. Berbeda halnya dengan
jenis glidan lainnya misalnya Colloidal Silicon Dioxide. Jenis glidan ini
merupakan suatu serbuk yang amorf artinya bisa dikatakan bahwa serbuk
glidan ini memiliki sifat alir yang buruk. Sehingga tidak sesuai dengan
sebagaimana fungsinya sebagai glidan (Rowe et al, 2009:186). Selain itu,
kelompok praktikan menggunakan talk sebagai glidan hal ini juga mengacu
pada literatur yang ada yaitu, menurut (Niazi,S,1949:196), dalam formulasi
sediaan tablet Allopurinol 100 mg menggunakan talk sebagai glidan.
7. Magnesium stearat
Peran magnesium stearat adalah sebagai lubrikan pada formula ini. Fungsi
lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara
permukaan tablet dengan dinding die selama proses pengempaan dan
penarikan tablet (Syamsuni,2006:173) Persentase Mg stearat yang
digunakan dalam formula ini adalah sebesar 1%. Alasan digunakannya pada
persentase demikian, karena Mg stearat digunakan sebagai lubrikan dengan
rentang persentase 0,25%-5% dan konsentrasi tersebut termasuk ke dalam
rentang sebagai lubrikan. Digunakannya konsentrasi 1% karena… Selain
itu, alasan Mg stearat digunakan dalam formula ini sebagai lubrikan adalah
karena tidak inkompatibilitas dengan bahan lainnya pada formula ini dan
merupakan lubrikan umum yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan
tablet (Rowe et al, 2009:404). Penggunaan Mg stearat sebagai lubrikan
dibandingkan dengan jenis lubrikan lainnya adalah karena… Kelompok
praktikan menggunakan Mg stearat sebagai glidan hal ini juga mengacu
pada literatur yang ada yaitu, menurut (Niazi,S,1949:196), dalam formulasi
sediaan tablet Allopurinol 100 mg menggunakan Mg stearat sebagai
lubrikan. Dalam kombinasi antara glidan (talk) dan lubrikan (Mg stearat)
yang digunakan sebagai fase luar untuk memperlancar proses pembuatan
tablet adalah jumlah glidan lebih besar daripada jumlah lubrikan. Hal ini
sebagaimana mengacu pada jurnal penelitian beberapa jenis zat aktif tablet
yang ada menjelaskan bahwa dari ketiga jenis formula dengan perbandingan
Mg sterat dengan talk berturut turut adalah (1:1). (2:1) dan (1:2) formula
yang paling bagus adalah yang jumlah Mg stearatnya (lubrikan) lebih kecil
daripada talk (glidan) karena menghasilkan profil disolusi yang tinggi.
Semakin cepat obat tablet tersebut mengalami disolusi maka semakin cepat
pula efek obat yang diberikan (Syofyan et al, 2015)
8. Fase Dalam dan Fase Luar
Pada proses pembuatan metode granulasi basah ini, Alasan penggunaan fase
dalam dan fase luar tidak dicampurkan secara bersamaan karena hal ini
berdasarkan pada teknik kerja metode granulasi basah. Fase luar dalam
formula ini akan dicampurkan dengan bahan lainnya pada saat granul akan
masuk ke dalam mesin pencetak tablet. Tujuannya adalah untuk melapisi
bagian luar massa granul untuk meningkatkan sifat alirnya agar mudah
mengalir pada alat mesin cetak tablet. Selain itu, dalam perhitungan dan
penimbangan pada fase luar, fase luar tersebut dikalikan terhadap fase
dalam yang diperoleh sebenarnya atau komponen granulat yang diperoleh
sebenarnya. Alasannya adalah karena sebagaimana peran dari fase luar
adalah melindungi atau melapisi komponen fase dalam yang merupakan
suatu inti tablet (…)
Alasan lain digunakannya fase dalam dengan konsentrasi yang lebih besar
yaitu 92% dari pada fase luar yaitu 8% hal ini karena fase dalam berperan
untuk membentuk inti tablet yang mengandung zat aktif. Sedangkan fase
luar prinsipnya bertugas hanya untuk memperlancar jalannya proses
pembentukan tablet (…)
VII. Prosedur Pembuatan

VIII. Prosedur Evaluasi Granul

IX. Prosedur Evaluasi Tablet

X. Informasi Obat

XI. Wadah dan Kemasan


11.1 Kemasan Primer

11.2 Kemasan Sekunder

11.3 Brosur

XII. Daftar Pustaka (MIN 10)

Anda mungkin juga menyukai