D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2019
ASSESMENT GCG: PENILAIAN ASPEK DIREKSI
Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu kebutuhan bagi dunia usaha
yang harus diterapkan oleh perusahaan publik maupun BUMN. Pemerintah melalui Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang diperbaharui
melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-09/MBU/2012 dan Surat Keputusan
Menteri Negara BUMN Nomor: SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan
Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara, dimaksudkan untuk memberikan pedoman yang lebih rinci bagi
BUMN dalam menerapkan GCG pada perusahaan masing-masing berdasarkan prinsip
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran. Keinginan PT
Pengembang Pelabuhan Indonesia (selanjutnya disebut PT PPI) untuk mengembangkan dan
menerapkan GCG merupakan wujud komitmen perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitasnya yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan berupa
peningkatan kinerja (performance) dan penciptaan citra perusahaan yang baik.
Dalam menilai implementasi GCG pada Perusahaan meliputi enam aspek pokok yaitu:
4. Komitmen Terhadap Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Secara Berkelanjutan;
6. Dewan Komisaris;
7. Direksi;
9. Aspek Lain.
Tujuan Asesmen
Aspek governance yang terkait dengan Direksi dinilai berdasarkan 13 indikator dengan 52
parameter dan 202 faktor yang diuji kesesuaiannya tersebut menghasilkan skor 33,316 atau
95,188% dari skor maksimum 35. Indikator yang telah mencapai pemenuhan 100% adalah
sebagai berikut:
c. Direksi berperan dalam pemenuhan target kinerja perusahaan. Indikator ini belum mencapai
pemenuhan maksimum karena terdapat hal yang masih perlu perbaikan yaitu target Key
Performance Indicators (KPI) PT PPI yang tertuang dalam Kontrak Manajemen tahun 2018
hampir semuanya tercapai, kecuali pertumbuhan pendapatan dan kinerja vendor. Selain itu,
belum ada kebijakan mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan kebijakan mutu
masih berbentuk draft yang belum ditandatangani oleh Direktur Utama. Terkait dengan anak
perusahaan, kebijakan pengaturan untuk anak perusahaan (subsidiary governance) dan
perusahaan patungan belum memadai. Juga belum terdapat penetapan target kinerja dan
realisasi kinerja anak perusahaan/perusahaan patungan yang mendukung kinerja perusahaan.
d. Direksi melaksanakan pengendalian operasional dan keuangan terhadap implementasi
rencana dan kebijakan perusahaan. Untuk indikator ini pemenuhan tidak mencapai 100%
karena ada faktor uji yang berupa kuesioner sehingga pemenuhan maksimalnya hanya 75%
karena subjektivitas yang tinggi.
e. Direksi melakukan hubungan yang bernilai tambah bagi perusahaan dan stakeholders.
Indikator ini belum mencapai pemenuhan maksimum karena terdapat hal yang masih perlu
perbaikan yaitu kebijakan mengenai hak-hak konsumen/pelanggan, kebijakan keamanan,
keselamatan dan kesehatan konsumen/pelanggan belum ditandatangani oleh Direktur Utama,
realisasi pendapatan dan laba bersih masih di bawah target RKAP, pertumbuhan pendapatan
yang ditargetkan sebesar 22,74% tidak tercapai karena realisasinya hanya sebesar 21,39%,
dan kinerja vendor ditargetkan sebesar 2,35 namun realisasinya hanya sebesar 2,33.
f. Direksi memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan anggota Direksi dan
manajemen di bawah Direksi. Untuk indikator ini pemenuhan tidak mencapai 100% karena
ada faktor uji yang berupa kuesioner sehingga pemenuhan maksimalnya hanya 75% karena
subjektivitas yang tinggi.
g. Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan penyampaian informasi kepada Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas dan Pemegang Saham tepat waktu. Untuk indikator ini
pemenuhan tidak mencapai 100% karena ada faktor uji yang berupa kuesioner sehingga
pemenuhan maksimalnya hanya 75% karena subjektivitas yang tinggi.
h. Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intern yang berkualitas dan efektif. Indikator
ini belum mencapai pemenuhan maksimum karena terdapat hal yang masih perlu perbaikan
yaitu Kepala Divisi Audit dalam menjalankan hanya memiliki 1 Auditor Administrator
sementara dalam Piagam Audit Intenal diharuskan memiliki 4 orang personel Auditor dan
staf Divisi Audit. Kepala SPI dan staf auditor juga belum memiliki sertifikasi profesi di
bidang audit internal. Selain itu, Divisi SPI PT PPI belum melakukan asesmen untuk
program jaminan kualitas.
j. Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai peraturan perundang-
undangan. Indikator ini belum mencapai pemenuhan maksimum karena terdapat hal yang
masih perlu perbaikan yaitu belum ada penyampaian rancangan RJPP dari Direksi kepada
Pemegang Saham dan pengesahan RKAP terlambat dilakukan karena seharusnya paling
lambat pada akhir tahun sebelum tahun anggaran berjalan, namun perusahaan
mengesahkannya pada tanggal 30 Januari 2018 yang berarti sudah memasuki tahun anggaran
yang baru.