Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara,
berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan. Mereka
punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan makan waktu lebih lama
dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa pelajari.Retardasi mental merupakan masalah
dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka
kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai
IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan
karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan
sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal
kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih
dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai
14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
1
dengan perempuan.Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan
bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.Dari penjelasan tersebut, penulis
tertarik untuk membuat makalah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia
18 tahun. Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki
perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam
proses belajar serta adaptasi sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan
mental.
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah
inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan: Mental retardation (MR) is a
generalized disorder, characterized by significantly impaired cognitive functioning and
deficits in two or more adaptive behaviors with onset before the age of 18. It has historically
been defined as an Intelligence Quotient score under 70. The term “mental retardation” is a
diagnostic term denoting the group of disconnected categories of mental functioning such as
“idiot”, “imbecile”, and “moron” derived from early IQ tests, which acquired pejorative
connotations in popular discourse.
Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan
jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan
kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan
dalam penyesuaian diri.
3
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah
inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan
mental yang tidak mencukupi (WHO).
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi mental
yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual
secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial.
2.2. ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya
retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab
dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa
factor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan
oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal.
Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya
retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara
langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
4
5. Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih
merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di
Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
a. Penyebab pranatal
1) Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria (PKU), Maple Syrup Urine
Disease, gangguan siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe,
hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak yaitu
degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolisme
karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease.
2) Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan, kebanyakan kehamilan yang
memilki kelainan kromosom berakhri dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu
persen yang lahir memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. bayi
yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome, atau trisomy
21. Manusianormal memiliki 46 kromosom (23 pasang).orang dengan kelainan down
syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
3) Infeksi maternal selama kehamilan
yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body disease merupakan penyakit
infeksi virus yang paling sering menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau
subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal.
Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental.
4) Komplikasi kehamilan
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak terkontrol,
malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa dan solutio plasenta serta penggunaan
sitostatika selama hamil.
b. Penyebab perinatal
1) Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkan meningkatnya
keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai
resiko besar untuk mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak anak
dengan retardasi mental.
2) Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan.
3) Kernikterus
5
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di
dalam sel-sel otak.
4) Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
1) Infeksi (meningitis, ensefalitis)
2) Trauma fisik
3) Kejang lama
4) Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
2.3. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa
kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah
normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan
merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas,
pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
6
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu
memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan
pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan
Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan
bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak ini
hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu
menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM.
Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan
pelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara
yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan
untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1
gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat
dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang
pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-kanak,
individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan “self care” yang
sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan
perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu
mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental intelektual
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya
hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya
terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
7
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
8
Uji perkembangan seperti DDST II
Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson
Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).
2.7. Pencegahan
1.Pencegahan primer
Dapatdilakukandenganpendidikankesehatanpadamasyarakat, perbaikankeadaan-
sosioekonomi, konselinggenetikdantindakankedokteran (umpamanyaperawatan
prenatal yang baik, pertolonganpersalinan yang baik,
kehamilanpadawanitaadolesendandiatas 40
tahundikurangidanpencegahanperadanganotakpadaanak-anak).
2.Pencegahansekunder
Meliputidiagnosadanpengobatandiniperadanganotak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (suturatengkorakmenutupterlalucepat, dapatdibukadengankraniotomi;
padamikrosefali yang kogenital, operasitidakmenolong).
3.Pencegahantersier
Merupakanpendidikanpenderitaataulatihankhusussebaiknyadisekolahluarbiasa.
Dapatdiberineuroleptikakepada yang gelisah, hiperaktifataudektrukstif.Konseling
kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain
membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
Retardasi mental.
2.8. Penatalaksanaan
1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mentaladalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
9
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik,
gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
10
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk
mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu
lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan
demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas
memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.
2.9. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
11
b. Riwayat kesehatan dahulu
KemungkinanbesarpasienpernahmengalamiPenyakitkromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom
Down), Sindrom Fragile X, GangguanSindrom ( distrofiotot Duchene ), neurofibromatosis (
tipe 1), Gangguanmetabolismesejaklahir ( Fenilketonuria ), Abrupsioplasenta, Diabetes
maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis danperdarahan
intracranial, Cederakepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
2.)Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung
tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanyaletakrendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan
lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : tdpbeberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidakturun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk
12
3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan
perkembangan.
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
13
-Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
1) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial
2) Tingkatkan komunikasi verbal
3) Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
4) Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
5) Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya
Rasional :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan anak
2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.
14
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 19 tahum
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLB
Alamat : Cibiru
2. Indentitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. Dengan Klien : Ibu Kandung
3. Alasan Masuk Sekolah Luar Biasa
Ny. A mengatakan karena tidak ada perubahan ketika masuk TK/PAUD tidak
naik kelas selama 2 tahun.
4. Keluhan Utama
Ny. A mengatakan saat usia 2 tahun baru ketauan An. B mengalami retardasi
mental
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. A mengatakan anaknya sulit berbicara
6. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Ny. A mengatakan bahwa saat melahirkan An. B usia kehamilan 8 bulan
dengan BB 2,4 kg. Kesehatan Ny.A tidak ada komplikasi apapun. Saat lahir
An. B diberikan ASI
b. Ny. A mengatakan makan diberikan nasi tim, dan ayam. Makan An.U
2x/sehari.
c. Ny. A mengatakan bahwa An.B pernah mengalami sakit cacar.
d. Ny. A mengatakan anaknya tidak memiliki alergi apapun
e. Ny. A mengatakan melakukan imunisasi seperti yang dianjurkan dokter.
f. Ny. A mengatakan saat anaknya sakit hanya minum obat dengan resep dokter.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
15
a. Ny. A mengatakan BB An.B saat lahir 2,4 kg. BB badan hingga sekarang
bertambah secara normal. TB badan An.B tidak tumbuh secara normal.
b. – Motorik kasar: An.B mampu berjalan, dan duduk.
- Motorik halus: An.B suka menggambar.
- Perkembangan bicara dan bahasa: An. B bicara kurang jelas dan pendiam..
- Perkembangan emosi: emosi An.B seperti anak-anak lainnya
- Perkembangan Kognitif : An.B berfikir kurang.
8. Riwayat Sosial Anak
Ny. A mengatakan bahwa anaknya tidak sulit bersosialisasi dengan teman-
temannya. An.B tidak pernah melakukan menghisap jari, menggigit kuku dan
sebagainya. Ketika marah An. B tidak pernah menarik diri tetapi An. B lebih
menceritakan emosinya kepada ibunya.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. A mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
retardasi mental.
10. Spiritual Anak dan Keluarga
Ny. A mengatakan An. B selalu melaksanakan beribadah tanpa harus di perintah
oleh ibunya. Tapi, An. B saat melakukan ibadah kiblatnya tidak sesuai.
11. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Aktivitas Di Rumah
Nutrisi: - Makan nasi tim dan daging ayam
a. Makan dengan porsi habis dan terkadang
b. Minum nambah. Frekuensi makan An. B
2x/sehari
- An. B menyukai buah anggur dan
papaya.
- Tidak ada pantrangan atau alergi
makananan
- An. B makan sendiri
- Tidak terpasang alat apapun
- An. B minum air putih dan minuman
yang disukai nya adalah susu
2 Eliminasi: - An. B BAK lancar sesuai pemasukan
16
a. BAK nutrisi warna urine kuning jernih dan
b. BAB baunya khas
- An. B BAB lancar 1x/sehari dengan
konsistensi lembek warna kuning
3 Istirahat: - An. B biasa tidur siang 30 menit,
a. Siang kualitas tidur nyenyak.
b. Malam - Tidurnya ditemani oleh kakaknya, dan
pengantar tidurnya dengan cerita
- An. B tidur malam jam 7 WIB sudah
bangun lagi jam 5 WIB
4 Keberisihan diri - An. B mandi 2x/sehari memakai sabun
(Personal tidak dibantu memakai air hangat
Hygiene): - Sikat gigi 2x/sehari memakai odol tidak
a. Mandi dibantu
b. Sikat gigi - Cuci rambut seminggu 2 kali memakai
c. Cuci shampoo tidak dibantu
rambut
5 Aktivitas - Permainan yang disukai An. B adalah
Berteman/ main gambar-gambaran dan suka main
Bermain dan ayunan di taman
Rekreasi
17
d. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala, kulit kepala dan Rambut
a) Kepala
Kepala An. B bentuk kepala bulat konsistensi keras
b) Kulit kepala
Kulit kepala An. B normal, bersih, tidak ada lesi dan benjolan.
c) Rambut
Rambut An. B normal, warna hitam tipis, tidak rontok, tidak ada kutu
atau ketombe
2. Muka, mata, hidung dan mulut
a) Muka
Bentuk mata cenderung sipit, lipatan nasolabial normal
b) Mata
Bentuk mata cenderung sipit, tidak ada lesi, tidak oedema, alis mata
tipis, bulu mata tipis tidak rontok
c) Hidung
Tidak ada lesi, bentuk simetris, batang hidung kokoh, lubang hidung
bersih, tidak ada penyumbatan, tidak ada sekret, cuping hidung normal.
d) Mulut
Mukosa bibir kering, kemampuan bicara kurang, bentuk simetris,
terdapat tonsilitis, kualitas suara nya normal
3. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan atau pembengkakan.
Pendengaran tidak normal
4. Leher
Dapat menegakkan kepala, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak
ada lipatan leher tambahan.
5. Thorax/dada
Tidak dikaji
6. Abdomen
Tidak dikaji
7. Genitalia
Tidak dikaji
8. Ekstermitas
18
Cara berjalan tidak normal, lengkungan tulang tidak bongkok, tidak ada
dislokasi panggul.
e. Data penunjang
Ny. B mengatakan setelah mengetahui anaknya mengalami retardasi mental,
tidak dibawa ke RS.
B. ANALISA DATA
NO Symptom Etiologi Problem
1 DS : Retardasi mental Hambatan komunikasi
Ny. A mengatakan anaknya ↓ verbal
berbicara lambat Ketidak mampuan
DO: kognitif
An. B bicaranya lambat ↓
tetapi dapat dimengerti Kelainan fungsi
kognitif berbicara
dan berbahasa
↓
Hambatan
komunikasi verbal
19
ASUHAN KEPERAWATAN
D. PENGKAJIAN
13. Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 19 tahum
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLB
Alamat : Cibiru
14. Indentitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. Dengan Klien : Kakak Kandung
20
l. Ny. A mengatakan saat anaknya sakit hanya minum obat dengan resep dokter.
19. Riwayat Tumbuh Kembang
c. Ny. A mengatakan BB An.B saat lahir 2,4 kg. BB badan hingga sekarang
bertambah secara normal. TB badan An.A tidak tumbuh secara normal.
d. – Motorik kasar: An.B mampu berjalan, berlari, duduk.
- Motorik halus: An.B suka menggambar.
- Perkembangan bicara dan bahasa: An. B bicara kurang jelas dan sedkit
bawel.
- Perkembangan emosi: emosi An.B seperti anak-anak lainnya
- Perkembangan Kognitif : An.B berfikir kurang
20. Riwayat Sosial Anak
Ny. A mengatakan bahwa anaknya tidak sulit bersosialisasi dengan teman-
temannya. An.B tidak pernak melakukan menghisap jari, menggigit kuku dan
sebagainya. Ketika marah An. B tidak pernah menarik diri tepati An. B lebih
menceritakan emosinya kepada ibunya.
21. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. A mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
retardasi mental.
22. Spiritual Anak dan Keluarga
Ny. A mengatakan selalu beribadah An. U melaksanakan tanpa harus di perintah
oleh ibunya. Tapi, An. B saat melakukan ibadah kiblatnya tidak sesuai.
23. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Aktivitas Di Rumah
Nutrisi: - Makan nasi tim dan daging ayam
c. Makan dengan porsi habis dan terkadang
d. Minum nambah. Frekuensi makan An. B
2x/sehari
- An. B menyukai buah anggur dan
papaya.
- Tidak ada pantrangan atau alergi
makananan
- An. B makan sendiri
- Tidak terpasang alat apapun
21
- An. B minum air putih dan minuman
yang disukai nya adalah susu
2 Eliminasi: - An. B BAK lancar sesuai pemasukan
c. BAK nutrisi warna urine kuning jernih dan
d. BAB baunya khas
- An. B BAB lancar 1x/sehari dengan
konsistensi lembek warna kuning
3 Istirahat: - An. B biasa tidur siang 30 menit,
c. Siang kualitas tidur nyenyak.
d. Malam - Tidurnya ditemani oleh kakaknya, dan
pengantar tidurnya dengan cerita
- An. B tidur malam jam 7 WIB sudah
bangun lagi jam 5 WIB
4 Keberisihan diri - An. B mandi 2x/sehari memakai sabun
(Personal tidak dibantu memakai air hangat
Hygiene): - Sikat gigi 2x/sehari memakai odol tidak
d. Mandi dibantu
e. Sikat gigi - Cuci rambut seminggu 2 kali memakai
f. Cuci shampoo tidak dibantu
rambut
5 Aktivitas - Permainan yang disukai An. B adalah
Berteman/ main gambar-gambaran dan suka main
Bermain dan ayunan di taman
Rekreasi
22
Denyut nadi :35x/menit
Pernafasan :65x/menit
Tekanan Darah :110/80
i. Pemeriksaan Head to toe
9. Kepala, kulit kepala dan Rambut
d) Kepala
Kepala An. B bentuk kepala bulat konsistensi keras
e) Kulit kepala
Kulit kepala An. B normal, bersih, tidak ada lesi dan benjolan.
f) Rambut
Rambut An. B normal, warna hitam tipis, tidak rontok, tidak ada kutu
atau ketombe
10. Muka, mata, hidung dan mulut
e) Muka
Bentuk mata cenderung sipit, lipatan nasolabial normal
f) Mata
Bentuk mata cenderung sipit, tidak ada lesi, tidak oedema, alis mata
tipis, bulu mata tipis tidak rontok
g) Hidung
Tidak ada lesi, bentuk simetris, batang hidung kokoh, lubang hidung
bersih, tidak ada penyumbatan, tidak ada sekret, cuping hidung normal.
h) Mulut
Mukosa bibir kering, kemampuan bicara kurang, bentuk simetris,
terdapat tonsilitis, kualitas suara nya normal
11. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan atau pembengkakan.
Pendengaran tidak normal
12. Leher
Dapat menegakkan kepala, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi, tidak
ada lipatan leher tambahan.
13. Thorax/dada
Tidak dikaji
14. Abdomen
Tidak dikaji
23
15. Genitalia
Tidak dikaji
16. Ekstermitas
Cara berjalan normal, lengkungan tulang tidak bongkok, tidak ada
dislokasi panggul.
j. Data penunjang
Ny. B mengatakan setelah mengetahui anaknya mengalami retardasi mental,
tidak dibawa ke RS.
E. ANALISA DATA
NO Symptom Etiologi Problem
1 DS : Kondisi fisiologis Hambatan komunikasi
Ny. A mengatakan anaknya verbal
sulit berbicara
DO:
An. B sulit bebicara atau
sulit mengungkapkan kata-
kata
2 DS: Kurang mengenal Kurangnya
- informasi pengetahuan
DO
Ny. A kurang nya
pengetahuan terhadap
penyakit yang di derita
anaknya.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Hambatan komunikasi verbal b/d kelainan fungsi kognitif
24
3. Kurangnya pengetahuan b/d kurang mengenal informasi
G. INTERVENSI
No Diagnosa tujuan intervensi rasional
1 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan - Tingkatkan - untuk melatih
verbal b/d kelainan keperawatan 2x24 jam komunikasi verbal anak dalam
fungsi kognitif diharapkan An. B mampu - Ajarkan anak berkomunikasi
berbicara normal. Dengan untuk - untuk
kritria hasil: berbicara/berinter meningkatkan
- An. B mampu berbicara aksi dengan kemampuan
normal temannya berbicara
- An. B tidak mengisolasi -
diri
2 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan - Berikan - Agar Ny. A
b/d kurang mengenal keperawatan 2x24 jam pengetahuan mengetahui
informasi diharapkan ny. A mampu: tentang apa itu apa itu
- Mengetahui penyebab retardasi mental retardasi
anaknya mengalami - Anjurkan Ny. A mental
penyakit retardasi untuk memonitor - Agar Ny. A
mental kemajuan An. B tahu
- Mengetahui kemajuan perkembanga
anak Ny. A n An. B
H. INTERVENSI
No Diagnosa tujuan intervensi Rasional
1 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan - Tingkatkan - untuk melatih
verbal b/d kelainan fungsi keperawatan 2x24 jam komunikasi verbal anak dalam
kognitif diharapkan An. B mampu - Ajarkan anak berkomunikasi
berbicara normal. Dengan untuk - untuk
kritria hasil: berbicara/berinter meningkatkan
- An. B mampu berbicara aksi dengan kemampuan
normal temannya berbicara anak
25
- An. B akan merespon - Monitor kecepatan -Supaya dapat
setelah di ajak bicara berbicara anak mengalihkan
- Perhatikan apa pehatian anak
yang menjadi
pehatian anak
2 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan - Berikan - Agar Ny. A
b/d kurang mengenal keperawatan 2x24 jam pengetahuan mengetahui
informasi diharapkan ny. A mampu: tentang apa itu apa itu
- Mengetahui penyebab retardasi mental retardasi
anaknya mengalami - Anjurkan Ny. A mental
penyakit retardasi untuk memonitor - Agar Ny. A
mental kemajuan An. B tahu
- Mengetahui kemajuan perkembanga
anak Ny. A n An. B
26
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Peran orang tua sangatlah penting dalam perawatan anak dengan retardasi mental, di
dalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Dan sebaiknya orang tua ataupun keluarga
menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan retardasi mental, serta lebih
memberikan support atau pujian yang dapat membuat anak menjadi lebih baik. Serta peran
serta perawat dalam memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan
keperawatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.
27
DAFTAR PUSTAKA
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
T. Sutjihati Somantri, M.Si., psi., Psikologi Anak Luar Biasa, PT. Refika Aditama, Bandung, 2006
Betz and Sowden. 2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta : EGC
Moorhouse.1999.Rencanaasuhankeperawatan.Jakarta :EGC
http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com/perihal/anak-dengan-kebutuhan-khusus-
dan-identifikasinya/
28
LAMPIRAN
29