Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA

PENYULUHAN KESEHATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

Pokok Bahasan : Manajemen Diabetes Mellitus


Sub Pokok Bahasan : Manajemen Diabetes Mellitus dengan Gaya Hidup Sehat
Sasaran : Keluarga An. J
Tempat : Ruang PICU/NICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Hari/Tanggal : Jumat, 09 Februari 2018
Waktu : 45 menit

A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup
masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka
pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti : makanan tinggi
lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk
membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan
minum - minuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu
dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah
kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes
Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas
diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. (Smeltzer C, Suzanne, 2001)
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus
tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua
Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung
insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun
dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan
pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30
tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas
80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset,
penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari
seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita mengalami kebutaan akibat
komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi. Berdasarkan dari data
Riskesda 2007, pada kelompok umur 65-74 tahun mencapai 2,4 %, dan pada
kelompok umur 75 tahun keatas adalah 2,2%.
Diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik
oleh perawat. Secara Promotif seperti memberikan penyuluhan kesehatan
tentang Diabetes Mellitus, kemudian dengan preventif yaitu dengan cara
menerapkan gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok.
Selain itu perawat juga berperan secara kuratif dan rehabilitatif seperti
pengontrolan kadar gula darah, melakukan perawatan luka dan mengatur diet
makanan yang harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula
darah. Maka dari itu perawat memberikan penyuluhan kesehatan tentang
manajemen Diabetes Mellitus pada keluarga An. J.

B. TUJUAN
 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, keluarga dapat mengetahui
tentang manajemen diabetes mellitus.
 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 menit, diharapkan keluarga
dapat:
1. Menjelaskan Pengertian Diabetes Mellitus
2. Menyebutkan Tipe Diabetes Mellitus
3. Menyebutkan Penyebab Diabetes Mellitus
4. Menyebutkan Faktor Resiko Diabetes Mellitus
5. Menyebutkan Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
6. Menjelaskan Manajemen Diabetes Millitus

C. METODE
Penyuluhan ini menggunakan metode, antara lain :
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. MEDIA
Media yang diperlukankan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah :
1. Leaflet
E. MATERI (terlampir)
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Tipe Diabetes Mellitus
3. Penyebab Diabetes Mellitus
4. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
5. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
6. Manajemen Diabetes Mellitus

F. SETTING TEMPAT PENYULUHAN


Keterangan :
: Peserta
: Penyuluh

G. KEGIATAN PENYULUHAN
NO KEGIATAN RESPON KELUARGA WAKTU
1. Pendahuluan 5 menit
a. Menyampaikan salam a. Membalas Salam
b. Menjelaskan maksud dan tujuan b. Memperhatikan
c. Menyampaikan kontrak waktu c. Memberikan respon
d. Mengkaji pengetahuan audiens
2. Penyampaian Materi 30 menit
a. Menjelaskan materi tentang a. Memperhatikan
1. Pengertian Diabetes penjelasan
Mellitus
2. Tipe Diabetes Mellitus
3. Penyebab Diabetes Mellitus
4. Faktor Resiko Diabetes
Mellitus
5. Tanda dan Gejala Diabetes
Mellitus
6. Manajemen Diabetes
Mellitus
b. Memberikan pertanyaan peserta b. Menanyakan hal yang
penyuluh yang berkaitan belum jelas
c. Menjawab pertanyaan peserta c. Memperhatikan jawaban
penyuluh yang berkaitan dengan yang telah disampaikan
materi yang belum jelas
3. Penutup 10 menit
a. Tanya jawab (evaluasi) a. Keluarga menjawab
pertanyaan
b. Menyimpulkan hasil materi b. Memperhatikan
c. Mengakhiri kegiatan (salam) c. Menjawab salam

H. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Membuat preplanning sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Membuat kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan media dan perlengkapan
d. Mempersiapkan setting sesuai dengan preplanning.
e. Melaksanakan penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Presentator menyampaikan materi tentang Manajemen Diabetes Militus
pada keluarga.
b. Keluarga menanggapi positif pelaksanaan kegiatan.
c. Keluarga hadir dalam acara penyuluhan
d. Melakukan evaluasi
e. Penutup
3. Evaluasi Hasil
a. 80% keluarga mengetahui pengertian penyakit Diabetes Melitus
b. 80% keluarga mengetahui tentang tipe Diabetes Mellitus
c. 80% keluarga mampu menyebutkan penyebab penyakit Diabetes Mellitus
d. 80% keluarga mampu menyebutkan faktor resiko penyakit Diabetes
Melitus
e. 80% keluarga mampu menyebutkan tanda dan gelaja penyakit Diabetes
Mellitus
f. 80% keluarga mampu menyebutkan manajemen penyakit Diabetes
Mellitus dengan pola hidup sehat
LAMPIRAN MATERI

DIABETES MELLITUS

A. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)
Diabetes meletus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang di
tandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, keja insulin, atau keduanya. Tiga komplikasi
akut utama diabetes terkait ketidak seimbangan kadar glukosa yang berlangsung
dalam jangka waktu pendek ialah hipoglikemia, ketoasidosis diabetik (DKA)
dan sindrom nonketorik hiperosmolar hiperglikmik. Hiperglikemia jangka
panjang dapat berperan menyebabkan komplikasi microvaskuler kronok
(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropatik, Diabetes juga dikaikan
dengan peingkatan insidensi penyakit makrovaskuler, seperti penyakit arteri
koroner (infark miakard), penyakit serebos faskular (stroke), dan penyakit
vaskular parifer. (Smeltzer, C. Suzane, 2013)
Jadi dapat disimpulkan, diabetes melitus adalah penyakit sistemik yang
dikarenakan adanya gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya
kadar gula darah akibat abnormalitas sekresi insulin ataupun kerja insulin dalam
tubuh.

B. TIPE DIABETES
1. Tipe 1 (Dulu Dulu disebut dengan Diabetes Militus Tergantung Insulin)
a. Sekitar 5% sampai 10% pasien mengalami diabetes tipe 1. Tipe ini di
tandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas akibat faktor genetis,
imonologis, dan mungkin juga lingkungan (mis., virus). Injeksi insulin
diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah.
b. Awitan diabetes tipe 1 terjadi secara mendadak, biasanya sebelum umur
30 tahun.
2. Tipe 2 (Dulu Disebut dengan Diabetea Melitus Tak-Tergantung Insulin)
a. Sekitar 90% sampai 95% pasien menyandang diabetes menyandang
diabetes tipe 2 tipe ini disebabkan oleh penurunan sensivitas terhadap
insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang di
produksi.
b. Pertam-tama, diabetes tipe 2 ditangani dengan diet dan olah raga, dan dan
juga dengan agens hipoglemik oral sesui kebutuhan.
c. Diabetes tipe dua paling sering dialami oleh pasien di atas usia 30 tahun
dan pasien yang obes.

C. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
d. Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I.
e. Faktor imunologi (autoimun)
f. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
2. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat, dan keluarga.(Nurarif, A.H dan H. Kusuma, 2013)

D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko Diabetes Mellitus antara lain :
1. Usia diatas 40 tahun
2. Kegemukan (Obesitas)
3. Hipertensi (TD : > 140/90 mmHg)
4. Adanya riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus
5. Riwayat kadar gula abnormal
6. Riwayat penyakit jantung koroner
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klini Diabetes Mellitus antara lain :
1. Poliuria, polidpsia, dan polifagia.
2. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak, sensasi
kesemutan atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka
yang lambat sembuh, atau infeksi berulang.
3. Awitan diabetes tipe 1 dapat di sertai dengan penurunan berat badan
mendadak atau mual, mutah, atau nyeri lambung.
4. Diabetes tipe 2 di sebabakan olehintoleransi glikosa yang progresif dan
berlangsung perlahan dan (bertahun tahun) dan mengakitbatkan komplikasi
jangka panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-tahun (mis.,
penyakit mata, neuropatiparifer, penyakit vaskular parifer). Komplikasi dapat
munculsebelum diagnosa sebenarnya ditegakkan.
5. Tanda dan kejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri abdomen,
mualmutah, hiperventilasi dan nafas berbau buah. DKA yang tidak tertangani
dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma, dan
kematian.(Smetzer, C. Suzane, 2013)

F. MANAJEMEN
Di dalam literatur, manajemen diri (self-management) juga disebut dengan
perawatan diri (self-care) telah didefinisikan dalam beberapa cara tergantung
pada fokus disiplin (yaitu, sosiologi, fisiologi, ekologi, medis, atau terkait dengan
perawatan atau promosi kesehatan) (Weiler & Crist, 2007). Manajemen diri
mengacu pada pelaksanaan tugas-tugas dimana seseorang harus berusaha untuk
hidup dengan baik dengan satu atau lebih kondisi kronis. Tugas ini juga ternasuk
dalam mendapatkan kepercayaan untuk menangani manajemen medis,
manajemen peran, dan manajemen emosional.
1. Manajemen Diri pada Diabetes

Manajemen diri pada diabetes merupakan seperangkat perilaku yang


dilakukan oleh individu dengan diabetes untuk mengelola kondisi mereka,
termasuk minum obat, mengatur diet, melakukan latihan fisik, pemantauan
glukosa darah mandiri, dan mempertahankan perawatan kaki. Manajemen diri
pada diabetes juga didefinisikan sebagai perilaku manajemen diri yang
mencakup pengaturan pola makan, olahraga, pemantauan glukosa darah
secara mandiri, dan minum obat, yang secara keseluruhan berhubungan
dengan perbaikan yang signifikan dalam mengontrol status metabolik.
Seseorang dengan diabetes perlu mengetahui pemahaman dalam pengelolaan
penyakitnya. Tugas-tugas dalam manajemen diri yang diperlukan.

a. Pengaturan pola makan (diet)

Diet merupakan faktor utama dalam mengontrol diabetes, yang


melibatkan pengendalian berat badan dan perencanaan makan yang sehat.
Pasien dengan diabetes tipe 2 harus dimotivasi untuk menerapkan
perubahan pola hidup yang lebih sehat (Amod et al., 2012). Rekomendasi
diet bagi penderita diabetes mirip dengan rekomendasi untuk masyarakat
umum, misalnya mengurangi gula, lemak jenuh, dan asupan garam.
Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan yang sama untuk nutrisi
dasar, pasien diabetes akan membutuhkan diet yang lebih terstruktur
untuk mencegah hiperglikemia. Diet yang direkomendasikan untuk pasien
diabetes tipe 2 sebagai berikut (Amod et al., 2012): Mengikuti
perencanaan makan yang sehat dan seimbang, yaitu;

b. Mengkonsumsi berbagai buah dan sayuran segar setiap hari, hindari jus
buah, mengkonsumsi produk susu rendah lemak dan minuman kedelai
yang diperkaya dengan kalsium, mengkonsumsi ikan setidaknya dua kali
perminggu, gunakan alternatif pengganti daging seperti kacang-kacangan,
kedelai dan tahu, dan batasi mengkonsumsi produk olahan.

c. Karbohidrat harus mencukupi 45-60% dari total asupan energi.


Pemantauan asupan karbohidrat dapat dilakukan dengan menghitung
karbohidrat, atau melakukan pertukaran atau memperkirakan jumlah
karbohidrat bagi yang berpengalaman, batasi gula alkohol (maltitol,
manitol, sorbitol, laktitol, isomalt, xylitol) <10 gr per hari, batasi total
asupan fruktosa sekitar 60 gr per hari; meningkatkan asupan serat larut
dan tidak larut 25-50 gr per hari, asupan untuk mengontrol diabetes,
sebagai berikut: sukrosa hingga 10% per hari dapat diterima, dan
penggunaan pemanis buatan dikonsumsi dalam batas harian yang
ditetapkan oleh FDA.

d. Protein harus mencukupi 15-20% dari total asupan energi.


e. Asupan lemak harus dibatasi <35% dari total asupan energi. Asupan
lemak jenuh harus dibatasi <7% dari total asupan energi, asupan lemak
polysaturated harus dibatasi <10% dari total asupan energi,
meminimalkan asupan lemak trans, dan mengkonsumsi lemak tidak jenuh
tunggal dan asam lemak omega-3 yang berasal dari tumbuhan dan ikan.

f. Garam. Sumber utama natrium dalam makanan adalah garam yang


terkandung dalam makanan kemasan dan makanan olahan. Kurangi diet
natrium hingga <2300 mg per hari dapat membantu mengontrol tekanan
darah.

g. Vitamin dan mineral. Suplemen vitamin dan mineral mungkin diperlukan


pada kelompok-kelompok tertentu seperti; lansia, wanita hamil dan
menyusui, suplemen antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, dan beta
karoten, tidak dianjurkan, karena tidak cukup bukti keberhasilan dan
keamanan jangka panjang, akan tetapi suplemen dapat dipertimbangkan
pada penderita diabetes yang merokok.

h. Latihan fisik

Latihan fisik merupakan faktor penting dalam mengelola diabetes dan


mengontrol kadar glukosa darah yang lebih baik. Sebelum meningkatkan
pola aktivitas fisik dari yang biasanya, pasien diabetes harus melakukan
pemeriksaan medis terlebih dahulu, untuk menyesuaikan kebutuhan
individu dan mempertimbangkan adaptasi latihan terhadap adanya
komplikasi diabetes. Aktifitas fisik dapat menurunkan resistensi insulin,
dan memungkinkan untuk penggunaan insulin yang lebih baik. Aktifitas
latihan fisik yang direkomendasikan pada pasien diabetes tipe 2 yaitu
melakukan latihan fisik selama 30 menit setiap hari. Jenis latihan yang
dapat dilakukan seperti berjalan, jogging, berenang, atau membersihkan
taman. Latihan fisik dapat membantu meningkatkan sirkulasi, tonus otot,
dan mengurangi berat badan (Caterson, 2005; Nair, 2007), serta
meningkatkan penyerapan glukosa dalam sel otot sehingga membantu
menurunkan kadar glukosa darah

i. Medikasi

Bagi penderita diabetes tipe 2, kontrol glikemik dapat dipertahankan


dengan intervensi non-farmakologis seperti diet, latihan fisik, dan
monitoring gula darah mandiri. Namun, sebagian besar penderita diabetes
tipe 2 memerlukan pengobatan dengan farmakologi. Diabetes tipe 2 dapat
diobati dengan obat tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin. Setiap
obat diberikan untuk salah satu ketidaknormalan kadar gula darah dan
kombinasi dengan perawatan medis yang dapat menormalkan kadar gula
darah. Jika terapi oral tidak bekerja, maka terapi insulin satu-satunya cara
untuk mengontrol kondisi hiperglikemia. Insulin hanya akan digunakan
jika nilai HbA1c lebih dari 6,5% setelah terapi oral maksimal. Insulin
harus dikombinasi dengan terapi oral untuk mengurangi risiko
hipoglikemia dan peningkatan berat badan (Garber et al., 2002; vartholm
& Nylander, 2010).

j. Monitoring gula darah mandiri

Monitoring gula darah mandiri merupakan bagian penting dalam


manajemen diri pasien dengan diabetes, dan disarankan pada pasien
diabetes yang menggunakan terapi obat oral. Monitoring gula darah
mandiri bertujuan untuk mencapai penurunan HbA1c dengan tujuan
utama mengurangi risiko komplikasi, mengidentifikasi adanya
hipoglikemia. mempertahankan kadar glukosa darah pada 4-6 mmol/L
sebelum makan (preprandial) dan tidak di atas 10 mmol/L dua jam setelah
makan (postprandial). Monitoring gula darah mandiri didasarkan pada
kebutuhan individu, jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan.
Monitoring gula darah mandiri efektif dalam meningkatkan kontrol
glikemik pada individu dengan diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan
insulin (Hirsch et al, 2008). Pasien dengan diabetes tipe 2 non-insulin
direkomendasikan untuk memonitoring kadar gula darah mandiri
setidaknya sekali dalam sehari (Hirsch et al., 2008). Pada pasien diabetes
tipe 2 yang menggunakan insulin, dapat melakukan monitoring gula darah
pre dan post prandial untuk membantu menentukan penyesuaian insulin
yang digunakan. Pada pasien diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan
insulin, dapat melakukan monitoring gula darah post prandial untuk
mengevaluasi status glikemik yang disebabkan oleh diet atau aktivitas
fisik. Pedoman International Diabetes Federation tentang monitoring
gula darah mandiri untuk diabetes tipe 2 noninsulin diobati tipe 2
merekomendasikan bahwa monitoring gula darah mandiri arus
dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan manajemen diri diabetes
berkelanjutan untuk membantu pasien untuk lebih memahami kondisi
mereka, berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pengobatan,
dan memodifikasi perilaku perawatan dan obat-obatan yang diperlukan.
Monitoring glukosa darah mandiri memberikan informasi mengenai efek
terapi, diet dan aktivitas fisik. Pernyataan dari ADA (2009, dalam CPG
on Management T2DM, 2009) merekomendasikan bahwa monitoring
glukosa darah mandiri harus dilakukan 3 atau 4 kali sehari untuk pasien
menggunakan suntikan insulin atau terapi pompa insulin. Untuk pasien
yang menggunakan suntikan insulin tidak sering, terapi non-insulin atau
terapi nutrisi medis saja, monitoring glukosa darah mandiri mungkin
berguna dalam mencapai kontrol glikemik. (Sumber: ADA, 2009; CPG
on Management T2DM, 2009)

k. Perawatan kaki

Kaki diabetes dianggap sebagai komplikasi umum dari diabetes. Pasien


dengan risiko ulkus kaki, harus memahami dasar-dasar perawatan kaki.
Beberapa studi menunjukkan bahwa intervensi pendidikan bagi pasien
tentang perawatan kaki sangat efektif dalam pencegahan ulkus kaki
diabetik Perawat dapat mengajarkan pasien bagaimana melakukan
pemeriksaan fisik dan merawat kaki
DAFTAR PUSTAKA

ADA . 2009. dalam CPG on Management T2DM. (diambil pada10 januari 2016,
http/www.self.management.jurnal.pdf.com)

Amod et al., 2012. Dalam ADA. (diambil pada 10 januari 2016,


http/www.self.management.jurnal.pdf.com)

Caterson, 2005: Nair 2007. Dalam ADA. (diambil pada 10 januari 2016,
www.self.management.jurnal.pdf.com)

Garber et al., 2002. Dalam jurnal vartholm & Nylander, 2010. (diambil pada 10
januari 2016, www.medikasi-untuk-pasien-DM-jurnal-keperawatan-pdf.com)

Hirsch et al, 2008. Self care management Diabetes Militus.(diambil pada 8 januari
2016 dalam jurnal penelitian penerapan self care management keperawatan untuk
pasien DM)

Smeltzer S.C. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner Suddarth.
Diterjemahkan oleh Kuncoro, et.al.. 2014. ed.8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran . EGC.

Weiler & Crist, 2007. Dalam ADA. (diambil pada 10 januari 2016,
www.self.management.jurnal.pdf.com)

Anda mungkin juga menyukai