Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN ANALISIS JURNAL

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAPPENYEMBUHAN LUKA


PASIEN PASCA PEMBEDAHAN

OLEH

NAMA : PUJI RIANTI ILAHUDE

NIM :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Pembedahanatauoperasiadalahsegalatindakanpengobatanyang

menggunakancarainvasifdenganmembukaataumenampilkanbagiantubuhyang

akanditangani,

umumnyadilakukandenganmembuatsayatanyangdiakhiridenganpenutupan dan

penjahitanluka.Pembedahandilakukankarenabeberapaalasan, sepertidiagnostik

(biopsi, laparatomieksplorasi), kuratif (eksisimassa tumor, pengangkatanapendiks

yang mengalamiinflamasi), reparative(memperbaikilukamultipel), rekonstruksi

dan paliatif. (Ditya, dkk, 2016).

Tindakanpembedahan yang dilakukanmengakibatkantimbulnyaluka pada

bagiantubuhpasiensehinggamenimbulkan rasa nyeri. Nyeridapatmemperpanjang

masa penyembuhankarenaakanmengganggukembalinyaaktivitaspasien dan

menjadi salah

satualasanpasienuntuktidakinginbergerakataumelakukanmobilisasidini.

Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan

pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih

belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya

masalah ini perludikhawatirkan,bahkan justru hampir semua jenis operasi

membutuhkan mobilisasi ataupergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa

nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan

bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti pra pembedahan

dapat dipersingkat (Brunner & Suddarth, 1996 dalam Gusty, 2015).


Mobilisasi dini termasuk faktor yang dapat mempengaruhi proses

penyembuhan luka pasca operasi. Mobilisasi dini merupakan gerakan yang segera

dilakukan pasca operasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan

otot-otot perut aar tidak kaku dan mengurangi rasa sakit sehingga dapat

mempercepat proses penyembuhan luka. Pada pasien pasca operasi, mobilisasi

secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien.

Secara psikolois mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia

mulai merasa sembuh (Brunner & Suddarth, 2002 dikutip dalam Anggraini,

2013).

Akibat yang mendasar pada pasien pasca operasi pembedahan yang tidak

melakukan mobilisasi dini yaitu proses penyembuhan luka lebih lambat sehingga

perawatan di rumah sakit lebih lama dan kemungkinan akan terjadi komplikasi

pasca operasi seperti pneumonia hipostatis, peritonitis, atau abses (Smelltzer dan

Bare, 2002 dikutip dalam Anggraini,

2013).Pasienpascaoperasidiharapkandapatmelakukanmobilisasisesegeramungkinu

ntukmengurangi rasa nyeriyang dirasakan dan

menurunkaninsidenkomplikasipascaoperasi.Mobilisasidinidimaksudkansebagaiup

ayauntukmempercepatpenyembuhandarisuatucederaataupenyakittertentu yang

telahmerubahcarahidup yang normal.

Di Rumah Sakit Toto Kabila, Bone Bolango tepatnya di ruang bedah,

banyak pasien post operasi yang di rawat di ruang tersebut diantaranya post

operasi apediktomi, hernioraphy, open ginjal. Dari hasil observasi selama dinas d

ruangan bedah selama 7 hari, pasien-pasien post operasi diberikan edukasi tentang
mobilisasi dini, namun tidak dilakukan pengontrolan setiap saat sesuai

prosedur.Sedangkan menurut teori dan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan

mobilisasi dini yang dilakukan secara bertahap dan terkontrol dapat memberikan

manfaat dan pengaruh bagi penyembuhan luka pasien post operasi. Maka dari itu,

dengan adanya hal tersebut, saya tertarik untuk menganalisis jurnal mengenai

“Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Pasien Pasca Operasi”.

1.2. Tujuan

1.2.1. TujuanUmum

Untukmengetahuipengaruhtindakanmobilisasidiniterhadappenyembuh

an luka pasien pasca pembedahan.

1.2.2. TujuanKhusus

a. Untukmengetahuitindakanmobilisasidini

b. Untukmengetahuipenyembuhan luka pasca pembedahan

c. Untukmenganalisispengaruhtindakanmobilisasidiniterhadappenye

mbuhan luka pasien pasca pembedahan.

1.3. Manfaat

a. ManfaatPraktis

Menambahwawasan dan

pengetahuantentangpengaruhtindakanmobilisasidiniterhadappenyembuhan

luka pada pasien pasca pembedahan sertadapatmemberikaninformasi dan

masukan yang

berkaitandenganlingkungankerjasehinggadapatmeningkatkanderajatkesehata

n pada kritis.
b. ManfaatTeoritis

Penelitianinidiharapkandapatmenjadisuatukajian dan

pembuktianteoritisbahwaterdapatpengaruhtindakanmobilisasidiniterhadappe

nyembuhan luka pasien pasca pembedahan.


BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1. MetodePencarian

Analisisjurnalinimenggunakan3 (tiga) media ataumetodepencarianjurnal,

yaitusebagaiberikut :

1. Google Cendekiadenganalamat situs: https:/scholar.google.co.id

2. Nursing Center dengan alamat situs https://www.nursingcenter.com

3. Science Direct dengan alamat situs https://www.sciencedirect.com

2.2. KonsepTentangTinjauanTeori

2.2.1. Mobilisasi Dini

a. Definisi Mobilisasi

Mobilisasisetelahoperasiyaitu proses aktivitas yang

dilakukansetelahoperasidimulaidarilatihanringandiatastempattidursampaide

nganbisaturundaritempattidur, berjalankekamar mandi dan

berjalankeluarkamar (Brunner &Suddarth, 2002 dikutip dalam Anggraini,

2018).

MenurutCarpenito (2000) dalam Angraini 2018,

Mobilisasidinimerupakansuatuaspek yangterpentingpada

fungsifisiologiskarenahalituesensialuntukmempertahankankemandirian.

Konsepmobilisasidinisebenarnyaadalah

untukmencegahkomplikasipaskaoperasi. Dari

Keduadefinisitersebutdapatdisimpulkanbahwamobilisasidiniadalahsuatuupa

yamempertahankankemandiriansedinimungkindengancaramembimbingpend

eritauntukmempertahankanfungsifisiologis yang dilakukan melalui


suatupergerakan, posisiatauadanyakegiatanolehpasiensetelahbeberapa jam

post/pascaoperasi.

b. Tujuan Mobilisasi

Tujuanmobilisasiadalahmempertahankanfungsitubuh,

memperlancarperedarandarah, membantupernapasanmenjadilebihbaik,

mempertahankan tonus otot, memperlancareliminasibuang air besar

(BAB) dan buang air kecil (BAK),

mengembalikanaktivitastertentusehinggapasiendapatkembali normal

memenuhikebutuhangerakharian,

retensiurinsertameningkatkankepuasanpasien danmengurangilong of stay

(LOS)lamaharirawatpasien(Samuel, 2011 dikutip dalam Merdawati,

2018).

c. Manfaat Mobilisasi

Menurut Potter & Perry (2010), adabeberapamanfaat yang

dapatdiperolehdaridilakukannyamobilisasidini pada klien, yaitu:

1. Sistemrespiratori

Meningkatkanfrekuensi dan kedalamanpernapasandiikuti oleh

lajuistirahatkembalilebihcepat juga dapatmeningkatkanventilasi alveolar

(normal 5-6 L/mnt), menurunkankerjapernapasan,

meningkatkanpengembangandiafragmajikamengubahposisipasien 2 jam

sekali.

2. Sistemkardiovaskuler
Meningkatkancurahjantung, memperbaikikontraksimiokardial,

menguatkanototjantung dan menyuplaidarahkejantung dan otot yang

sebelumnyaterjadipengumpulandarah pada bagianekstermitas,

menurunkantekanandarahistirahat, sertamemperbaikialiranbalik vena.

Jumlahdarah yang dipompa oleh jantung (cardiac output) normal

nyaadalah 5 L/mnt, denganmelakukanmobilisasimeningkatsampai 30

L/mnt.

3. Sistem metabolic

Meningkatkanlajumetabolisme basal

dimanaapabilapasienmelakukanaktivitasberatmakakecepatanmetabolisme

dapatmeningkathingga 20 kali darikecepatan normal,

meningkatkanpenggunaanglukosa dan asam lemak,

meningkatkanpemecahantrigliserida, meningkatkanmotilitaslambung,

sertameningkatkanproduksipanastubuh.

4. Menurunkaninsidenkomplikasi

Mencegahhipotensi/ tekanandarahrendah, ototmengecil,

hilangnyakekuatanotot, konstipasi, meningkatkankesegarantubuh, dan

mengurangitekanan pada kulit yang

dapatmengakibatkankulitmenjadimerahataubahkanlecet.

5. Sistemmuskuloskeletal

Memperbaiki tonus otot, meningkatkanmobilisasisendi,

memperbaikitoleransiototuntuklatihan, mengurangikehilangantulang,

meningkatkantoleransiaktivitas dan mengurangikelemahan pada pasien.


d. Macam-macamMobiliasasi

Hidayat (2010) membagimobilisasimenjadiduabagianyaitu:

a. Mobilisasipenuhadalahkemampuanseseoranguntukbergeraksecarape

nuh dan bebassehinggadapatmenjalankanperansehari-

harisertamelakukaninteraksisosial. Saraf motorikvolunter dan

sensorikmerupakanfungsimobilitaspenuh yang

mengontrolseluruhtubuhseseorang

b. Mobilisasisebagianadalahkemampuanseseoranguntukbergeraktetapia

dabatasangeraksehinggatidakdapatbergerakbebaskarenadipengaruhi

oleh gangguansarafsensorik dan motorik di area tubuhnya.

Mobilisasisebagiandibagimenjadiduayaitu :

a) Mobilitassebagiantemporeradalahkemampuanindividuuntukberg

eraksecaraterbatas yang bersifatsementara. Hal

inidapatdisebebkan oleh trauma reversible pada

sistemmuskuloskeletal.

b) Mobilitassebagianpermanenadalahkemampuanindividuuntukberg

eraksecaraterbatas yang bersifatmenetap. Hal inidisebebkan oleh

rusaknyasistemsyaraf yang reversible.

e. TahapanMobilisasi Dini

Tahap-tahapmobilisasidinimenurut Clark, et al, (2013), meliputi :

1. Level1 : Pada 6-24 jam pertama post pembedahan,

pasiendiajarkantekniknafasdalam dan batukefektif, diajarkan latihan

gerak (ROM) dilanjut dengan perubahan posisi ditempat tidur yaitu


miring kiri dan miring kanan, kemudian meninggikan posisi kepala

mulai dari 150,300, 450, 600, dan 900..

2. Level2 : Pada 24 jam kedua post pembedahan, pasien diajarkan

duduk tanpa sandaran dengan mengobservasi rasa pusing dan

dilanjutkan duduk ditepitempattidur.

3. Level 3 : Pada 24 jam ketiga post pembedahan,

pasiendianjurkanuntukberdiridisampingtempattidur dan

ajarkanuntukberjalandisampingtempattidur.

4. Level 4 :Tahapterakhirpasiendapatberjalansecaramandiri.

MenurutKasdu (2013)

mobilisasidinidilakukansecarabertahapberikutiniakandijelaskantahapmobilis

asidiniantaralain :

1. Setelah operasi, pada 6 jam pertamapasienharustirah baring dahulu.

Mobilisasidini yang bisadilakukanadalahmenggerakkanlengan,

tangan, menggerakkanujungjari kaki dan memutarpergelangan kaki,

mengangkattumit, menegangkanototbetissertamenekukdan menggeser

kaki.

2. Setelah 6-10 jam, pasiendiharuskanuntukdapat miring kekiri dan

kekananmencegahtrombosis dan trombo emboli.

3. Setelah 24 jam pasiendianjurkanuntukdapatmulaibelajaruntuk duduk.

Setelah pasiendapat duduk, dianjurkanpasienbelajarberjalan.

Kebanyakan

daripasienmasihmempunyaikekhawatirankalautubuhdigerakkan pada
posisitertentupascaoperasiakanmempengaruhilukaoperasi yang masih belum

sembuh yang baru saja selesai dikerjakan.Padahaltidak sepenuhnya masalah

ini perlu dikhawatirkan,bahkan justru hampir semua jenis operasi

membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badansedini mungkin. Asalkan

rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi

gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untukmencapai level kondisi

seperti pra pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi

waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat

mengurangi stress psikis.

Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi

sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah,

memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,mengembalikan kerja

fisiologisorgan-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat

penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot

dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikirandan

mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja

berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik. Pengaruh latihan pasca

pembedahan terhadap masa pulih ini, juga telah dibuktikanmelalui

penelitian-penelitian ilmiah. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam

setelahpembedahan, tentusetelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh

dapat digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional.

Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur

dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk

juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiriatau ke kanan. Pada 12

sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badansudah bisa

diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya

dudukdiatas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di

lantai sambil digerak-gerakan.Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk

pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada

hambatanfisikuntuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiridan

berjalan di sekitar kamaratau keluar kamar, misalnya berjalan sendiri ke

toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga.

Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di

sekitar luka operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan

dengan tubuh, seperti; infus, cateter, pipa nasogastrik (NGT=nasogastric

tube), drainage tube, kabel monitor dan lain-lain. Perangkat ini pastilah

berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani. Namun paling tidakdokter

bedah akan mengintruksikan susternya untuk membuka atau

melepasperangkat itu tahap demi tahap seiring dengan perhitungan masa

mobilisasi ini. Untuk operasi di daerah kepala, seperti trepanasi, operasi

terhadap tulangwajah, kasus THT, mata dan lain-lain, setelah sadar baik,

sudah harus bisa menggerakkan bagian badan lainnya. Akandiperhatikan

masalah jalan nafas dan kemampuan mengkonsumsi makanan jika daerah

operasinya di sekitar rongga mulut, hidung dan leher.


Terhadap operasi yang dikerjakan di daerah dada, perhatian utama pada

pemulihanterhadap kemampuan otot-otot dada untuk tetap menjamin

pergerakan menghirup dan mengeluarkan nafas. Untuk operasi di perut, jika

tidak ada perangkattambahan yang menyertai pascaoperasi, tidak ada alasan

untuk berlamalama berbaring di tempat tidur. Perlu diperhatikan kapan

diet makanan mulai diberikan, terutama untuk jenis operasi yang

menyentuh saluran pencernaan. Yang luka operasinya berada di areal

punggung, misalnya pada pemasangan fiksasi pada tulangbelakang,

kemampuan untuk duduk sedini mungkin akan menjadi targetdokter

bedahnya. Sedangkan operasi yang melibatkan saluran kemih dengan

pemasangancateter dan atau pipa drainage sudah akanmemberikan

keleluasaan untuk bergerak sejak dua kali 24 jam pasca operasi. Apalagi

operasi yang hanya memperbaiki anggota gerak, seperti operasi patah

tulang, sudah menjadi kewajiban pasien untuk menggerakkan otot dan

persendian di sekitar areal luka operasinya secepat mungkin.

Penjelasan di atas diperuntukkan bagi penderita yang menjalani operasi

yang memerlukan rawat inap, sudah sadar baik, tidak terganggu

keseimbangancairan dan elektrolitnya dan terlepas dari beban psikis atau

subyektifitas rasa nyeri seseorang, beberapa jam pasca operasi. Berbeda

dengan pasien yang dirawat di ruang intensif yang memerlukanmonitoring

ketat. Masa dan cara mobilisasinya tentu sudah diatur dan dikerjakan oleh

tenaga medis. Begitu juga sebaliknya, operasi dengan teknikminimal


invasifakan memberikan keunggulan dalam hal mobilsasi. Pasien akan

bisalebih cepat dan leluasa bergerak pasca pembedahan.

f. KontraindikasiMobilisasi Dini

MenurutZanni& Needham (2010),

kontraindikasipasienuntukmobilisasidiniadalah:

1. Tekanandarahtinggi

Pasiendengantekanandarahsistole> 200 mmHg dan diastole > 100

mmHg. Peningkatantekanandarah yang mendadak pada orang yang

sebelumnyamemilikitekanandarah normal

bisamenyebabkanpembuluhdarah di otakmengalamipenciutanmendadak.

2. Pasiendengan fraktur tidakstabil

Pasiendengan fraktur ataupatahtulang yang tidakstabilkarenapasien

fraktur membutuhkanimobilisasiuntukmempertahankanposisi dan

kesejajaran yang benarsampai masa penyatuan.

3. Penyakitsistemikataudemam
Mobilisasidilakukandenganbertahapsesuaidenganpulihnyakeadaanatau

kekuatanpasien. Pengobatan yang mendukung pada

sistemikataudemammeliputiisitirahat yang cukup,

gunauntukmencegahkomplikasi dan mempercepat proses penyembuhan.

Pasienharustirah baring sampaidemampasienmenurun.

4. Trombus emboli pada pembuluhdarah

Pembentukan thrombus dimulaidenganmelekatnyatrombosit-trombosit

pada pemeriksaanendotelpembuluhdarahjantung. Darah yang

mengalirmenyebabkansemakinbanyaktrombosittertimbun pada

daerahtersebut. Pada saatmobilisasi, peningkatanalirandarah yang cepat

masa yang

terbentukdaritrombositakanterlepasdaridindingpembuluhtetapikemudiand

iganti oleh trombositlain.

g. HambatanMelaksanakanMobilisasi

MenurutZanni& Needham (2010),

adabeberapahambatandalammelaksanakanmobilisasi, diantaranya :

1. Gejalafisikyang dialamipasiensepertimerasakanlemah, nyeri dan

kelelahan.

2. Kurangnyatenagakesehatanuntukmembantu dan

membimbingpasienketikamelakukanmobilisasi.

3. Kurangnyapengetahuan dan

kesadaranpasiententangpentingnyamelakukanmobilisasi post

pembedahan.
2.2.2. Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhanlukadimulaisejakterjadinyacidera pada

tubuh,lukamemilikitepiberlawanan, misalnyalukaoperasi,

sembuhdengancepatdenganintensipertamaatau primer. Luka dalam dan

mengangalebihlama penyembuhanmelaluiintensisekunder. Ada 4

fasepenyembuhanluka, hemostasis, inflamasi, prolifeasi, maturase(Johnson &

Taylor, 2005 dikutip dalam Anggraini, 2018).

Untukmempercepatpenyembuhanlukaoperasisebaiknyadijaga agar

tidakterkena air.

Untukitupenderitadisarankantidakmandi,cukupmenyeka.Tidaksedikitpenderitakan

ker yang menderitaluka-lukakarenaberbagaisebab:bekasoperasi, efekradiasi,

terlalulama berbaring, terjatuhataupertumbuhansel-selkankersampai keluar kulit.

Sebagian diantaranya merupakan luka kronis yang tidaksembuh dalam waktu

14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi danmenjadi semakin parah, luka

memerlukan perawatan khusus (Anggraini, 2018).

Menurut Morison (2013), proses fisiologipenyembuhan

lukadapatdibagikedalam 4 faseutama, yaitu:

a. FaseInflamasi(0-3 hari) :Jaringanyang rusak dansel yang

matimelepaskan histaminedan mediator lain,

sehinggadapatmenyebabkanvasodilatsidaripembuluhdarahsekelilingmas

ihutuhsertameningkatkannyapenyediaandaerahtersebut,

sehinggamenyebabkanmerah
danhangat.Permiabilitaskapilerdarahmeningkat dan cairan yang

kayaakan protein mengalirke interstitial menyebabkanoedema local.

b. FaseDestruksi (1-6 hari) :Pembersihanterhadapjaringanmatiatau yang

mengalamidevitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag.

Polimorfmenelan dan menghancurkanbakteri.Tingkat aktivitaspolimorf

yangtinggihidupnyasingkatsaja dan

penyembuhandapatberjalanterustanpakeberadaanseltersebut.

c. FaseProliferasi (durasi 3-24 hari) :Fibrolasmemperbanyakdiri dan

membentukjaringan-jaringanuntuksel-sel yangbermagrasi.

Fibrolastmelakukansintesiskolagendan mukopolisakarida.

d. FaseMaturasi (durasi24-365 hari) :Dalamsetiapcedera yang

mengakibatkanhilangnyakulit, selepitel pada pinggirluka dan sisa-

sisafolikelmembelah dan mulaiberimigrasidiatasjaringanglanurasibaru.

MenurutDamayanti, dkk (2015), proses fisiologipenyembuhan

lukadapatdibagikedalam 4 faseutama, yaitu:

Faktor yangMempengaruhiPenyembuhan Luka operasi antara lain :

1. Vaskularisasi mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan

peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.

2. Anemia, memperlamabat proses penyembuhan luka, perbaikan sel

membutuhkan kadar hemoglobin yang cukup. Oleh karena itu, orang

yang mengalami kekurangan hemoglobin dalam darah akan mengalami

proses penyembuhan luka lama.


3. Usia, kecepatan perbaikan sel sejalan dengan pertumbuhan atau

kematangan usia seseorang. Proses penuaan dapat menurunkan sistem

perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

4. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya

penyakit seperti diabetes melitus, dan ginjal, dapat memperlambat

proses penyembuhan luka.

5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel,

terutama kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh

vitamin A dapat membantu proses epitalisasi atau penutupan luka dan

sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem

enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak;

vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah adanya

infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin K yang

membantu sintesi protrombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan

darah.

6. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress mempengaruhi proses

penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi

obat-obatan, merokok, atau stres akan mengalami proses penyembuhan

luka lebih lama.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Author Judul Metode
Reni Prima Gusti, PengaruhMobilisasi Eksperimen Hasilpenelitianmenunjukkanterdapa
(2016). Dini Pasien Pasca Semu (Quasi perbedaanpenyembuhanluka
Operasi Abdomen Experiment), operasiabdomenantarakelompok
Terhadap Posttest only yangtidakmelakukanmobilisasidinis
Penyembuhan Luka Control melakukanmobilisasidinisesuaipros
dan Fungsi Group 0.000. tidakterdapatperbedaanpad
Pernafasan Design antarakelompokkontroldenganperla
dan terdapatperbedaanbermaknap
antara
kelompokkontroldenganperlakuanu
Uchi Wulan Sari, Efektivitas Eksperimen Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa
Edy Siswantoro, Mobilisasi Dini Semu (Quasi pada kelompokintervensimeng
Puteri Indah Terhadap Experiment), 90,9%. Padapenyembuhan
Dwipayanti, (2015). Penyembuhan Luka Posttest only kelompokkontroldidaptkanpenyemb
Post Operasi Hernia Control signifikan p = 0,008antaramobi
Inguinalis Group daripenelitianiniadanyapengaruhmo
Design operasi.
Wira Ditya, Asril Hubungan Mobilisasi Cross Hasil penelitianmenunjukkanterdap
Zahari, Dini dengan Sectional danproses penyembuhanlu
Afriwardi,(2016). Penyembuhan Luka Study Pasienmobilisasidinidenganpenyem
pada Pasien Pasca (77,8%) dan
Laparatomi di Respondentanpamobilisasidinideng
Bangsal Bedah Pria 3responden (23,1%),sedangkan
dan Wanita RSUP Berdasarkanhasilpenelitian,dapatdis
Dr. M. Djamil mobilisasidinidenganproses penyem
Padang. bangsalbedahpriadan anita RSUP D
Julio F.FioreJr.PhD, The effect of early Experimental Four studies in abdominal surgery
PetruNiculiseanuMD, mobilizationprotocols And Control observational prospective study) an
TaraLandryMLIS, onpostoperative Groups. observationalretrospective study)
BersonAugustinBSc, outcomes evaluating postoperative complicat
Liane S.FeldmanMD, followingabdominal 4 studies evaluating duration of
(2015). and thoracic surgery: intervention group. One
A systematic review functionreportedifferences in favo
evaluating performance-based ou
intervention group. One of 5 studie
differences in favor of the intervent
KellyRothman, MS, The Impact of Early Cross- Patients who experienced nausea an
BSN, RN, CPN, Ambulation in the sectional had a longer mean time toambulate
CynthiaGarvan, PhD, Pediatric study hours, respectively;p< .0001). Pa
and Adalynn Neu, Postoperative narcotics, and nonnarcotic
PhD, RN, FAAN, Appendectomy analgesics had a mean time to
(2016). Patient respectively (p= .0661). TheSpearm
stay and time to ambulatewas .47.
early ambulation has a significant
being taught in basic nursing educa
this nursing-driven interventionis n
surgical specialty unit may lead to
targeted audience for future educati

3.2. Pembahasan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Reni Prima Gusti pada tahun

2016 denganjudulPengaruhMobilisasi Dini PasienPascaOperasi Abdomen

TerhadapPenyembuhan Luka dan FungsiPernafasandenganjumlahsampel 40

pasien, 20 pasien dalam bedah mayor, dan 20 pasien dalam bedah minor.
Masing-masing kelompok pasien bedah mayor dan bedah minor tersebut

dibagi lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 10

orang dan kelompok kontrol sebanyak 10 orang. Kelompok intervensi

diberikan pendidikan tentang mobilisasi dini dan dipantau serta dibantu

terus dalam melakukan mobilisasi dini, sedangkan kelompok kontrol tanpa

diberikan pendidikan mobilisasi dini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan penyembuhan luka pasien post operasi abdomen

antarakelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini sesuai prosedur

(kontrol) dengan kelompok yang melakukan mobilisasi dini sesuai prosedur

perlakuan dengan p value = 0.000.

Hal ini menunjukkan bahwapendidikan dan pemantauan

pemberianmobilisasi dini sesegera mungkin memberikan penyembuhan luka

operasi abdomen yang baik. Sesuai teori yang diungkapkan oleh Kozier dan

Rodt (2008) dalam jurnal ini, mobilisasi yang dilakukan akan memperlancar

peredaran darah sekitar lukaoperasi sehingga sirkulasi nutrisi kearah luka

terserap dengan baik dan proses penyembuhan luka cepat. Mengganti-ganti

posisi di tempat tidur, berjalan dan melakukan gerakan-gerakan yang

dianjurkan dokter atau perawat akanmemperbaiki sirkulasi

sehinggaterhindar dari resiko pembekuan darah karenapembekuan darah ini

dapat memperlambat penyembuhan luka.

Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti dalam jurnal menyatakan

bahwa penyembuhan luka pada kelompok yang diberi penyuluhan dan

pemantauan mobilisasi waktu perkembangan penyembuhanluka pada


kelompok bedah mayor (laparatomi) sama dimana pelepasan drain sudah

dapat dilakukanpada hari ke-3 dan pengangkatan jahitan selang seling sudah

bisa dilakukanpada hari ke-7 dan hari ke-14 jahitan sudahdapat dilepas

semua walaupun dari indeks masa tubuh klien ada 2 orang yang kurus

sedangkan pada kelompok minor rata-rata pasien sudah dapat pulang pada

hari ke-4sedangkan di kelompok kontrolnya pasien pulang pada hari ke-7.

Pada penelitian yang dilakukan oleh UchiWulan Sari, Edy Siswantoro,

Puteri Indah Dwipayanti pada tahun 2015 dengan judul

EfektivitasMobilisasi Dini TerhadapPenyembuhan Luka Post OperasiHernia

Inguinalis terdapat jumlah pasien post operasi yang menjadi responden

sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 11 responden intervensi, dan 11

responden kontrol. Pada kelompok intervensi dilakukan mobilisasi selama 4

hari, dan selanjutnya untuk hari terakhir peneliti mengobservasi luka. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap

penyembuhan luka post operasi hernia inguinalis di RS Bedah Mitra Sehat

Lamongan dengan p value = 0,008. Dari 11 responden yang di intervensi, 10

responden yang menunjukkan penyembuhan luka yang baik, dan 1

responden menunjukkan penyembuhan luka yang kurang baik. Hampir

semua responden sebanyak 90,9% yang menunjukkan penyembuhan luka

baik dengan dilakukannya mobilisasi dini. Pada pasien post operasi yang

dilakukan mobilisasi dini akan berpengaruh pada sirkulasi termasuk di

daerah pembedahan yang membawa nutrisi untuk proses penyembuhan

luka. Semakin dini mobilisasi yang dilakukan maka semakin baik proses
penyembuhan lukanya. Sedangkan pada responden kontrol yang tidak

dilakukan mobilisasi dini didapatkan 3 responden mempunyai penyembuhan

luka yang baik, dan 8 responden mempunyai penyembuhan luka kurang

baik. Penyembuhan luka lambat didapatkan pada kelompok kontrol, dimana

pada kelompok kontrol mobilisasi tidak dilakukan sedini mungkin.

Sehingga sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ke daerah luka belum

terpenuhi akibatnya perbaikan sel di daerah luka terhambat.

Pada penelitian yang dilakukan oleh WiraDitya,AsrilZahari, Afriwardi

pada tahun 2016 dengan judul HubunganMobilisasi Dini

denganPenyembuhan Luka pada PasienPascaLaparatomi di

BangsalBedahPria dan Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang, terdapat

31responden. Data dikumpulkan dengan kuesioner mobilisasi dini dengan

5 pertanyaan dan lembarobservasiproses penyembuhan luka dengan5

kategori.Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat hubungan antara

mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pasien pasca laparatomi di

bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr M. Djamil Padangdengan p =

0,003. Pasienmobilisasi dini dengan penyembuhan lukayang baik sebanyak

14 responden (77,8%) dan buruk 4 responden (22,2%). Responden tanpa

mobilisasi dini dengan penyembuhan luka yang baik berjumlah 3 responden

(23,1%), sedangkan yang buruk 10 responden (76,9%).

Mobilisasi dini dapat menunjang proses penyembuhan luka pasien

karena dengan menggerakkan anggota badan akan mencegah kekakuan otot

dan sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri dan dapat memperlancar


peredaran darah ke bagian yang mengalami perlukaan agar proses

penyembuhan luka menjadi lebih cepat.Mobilisasi merupakan faktor yang

utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi

pasca bedah.Ada beberapa pasien yang melaksanakan mobilisasi dini, tetapi

proses penyembuhan lukanya tidak baik. Hal ini juga dipengaruhioleh faktor

lain, yaitu usia.Semakin tua seseorang, maka akan semakin lama dalam

prosespenyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

penurunanelastin dalam kulit, perbedaan penggantiankolagen yang

mempengaruhi penyembuhan luka, sehingga akan mempengaruhi lama

perawatan pada pasien.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Julio F. Fiore Jr. PhD,

PetruNiculiseanu MD, Tara Landry MLIS, Berson Augustin BSc, Liane S.

Feldman MD tahun 2015 yang berjudul The effect of early mobilization

protocols on postoperative outcomes following abdominal and thoracic

surgery: A systematic review. Didapatkan hasil penelitian ialah empat

studidalamoperasiabdomen (3 percobaanterkontrolacak dan 1

studiprospektifobservasional) dan 4 studidalamoperasitoraks (3 percobaan

terkontrol dan 1 studiretrospektifobservasional) diidentifikasi. Tidaksatu

pun dari 5 penelitian yang mengevaluasikomplikasipascaoperasi yang

melaporkanperbedaanantarkelompok. Satu dari 4 penelitian yang

mengevaluasidurasitinggalmelaporkanpenurunan yang signifikan pada

kelompokintervensi. Satu dari 3 penelitian yang mengevaluasifungsi

gastrointestinal melaporkanperbedaan yang mendukungkelompokintervensi.


Satu dari 4 penelitian yang

mengevaluasihasilberbasiskinerjamelaporkanperbedaan yang

mendukungkelompokintervensi. Satu dari 5 penelitian yang

mengevaluasihasil yang dilaporkanpasienmelaporkanperbedaan yang

mendukungkelompokintervensi.

Kualitasmetodologisecarakeseluruhanburuk.

Pada penelitian yang dilakukan Kelly Rothman, MS, BSN, RN, CPN,

Cynthia Garvan, PhD, and Adalynn Neu, PhD, RN, FAAN tahun 2016

dengan judul The Impact of Early Ambulation in the Pediatric Postoperative

Appendectomy Patient, penelitianiniadalahuntukmengukur

meanwaktuuntukambulasidalampopulasipasienususbuntupascaoperasianak

di rumahsakitanak-anak yang berdirisendiri dan

untukmengidentifikasihubunganantarawaktu rata-rata

untukambulasidenganlantaimasuk, usiapasien, obatpenghilang rasa sakit,

terjadinyamualdan muntah, dan lama tinggal. Dari penelitian ini didapatkan

hasil Pasien yang mengalamimual dan/ataumuntahmemilikiwakturata-

ratalebih lama untukambulasidaripadapasien yang melakukannyatidak

(21,17 dan 13,49 jam, masing-masing; p <.0001). Pasien

yangmenerimaobatintravena, obat oral, dan

nonnarcoticanalgesikmemilikiwaktu rata-rata untukambulasi 17,30, 13,03,

dan11,61 jam, masing-masing (p = 0,0661). Koefisienkorelasi Spearman

antara lama tinggal dan waktuuntukambulasiadalah 0,47.


Hasil

studipenelitianinimenunjukkanbahwaambulasidinimemilikidampak yang

signifikanterhadap lama tinggal.

Meskipunambulasidiajarkandalampendidikankeperawatandasarsebagaihal

yang pentingkomponenperawatanpascaoperasi, intervensi yang didorong

oleh keperawataninitidakdipraktikkansecararutin. Menempatkanpasienini

pada unit khususbedahdapatmenyebabkanpeningkatanhasilpasien dan

akanmemberikanaudiens yang ditargetkanuntukintervensipendidikan di

masa depan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari

penelitiandiatasmenyatakanbahwaterdapatpengaruhtindakanmobilisasidinite

rhadappenyembuhan luka pasien pasca operasi. Mobilisasimengacu pada

kemampuanseseoranguntukbergerakbebas, dan imobilisasimengacu pada

ketidakmampuanseseoranguntukbergerakdenganbebas.

4.2. Saran

a. Bagi Program StudiProfesiNers


Diharapkananalisisjurnalinidapatdijadikantambahanteori dan

bahanbacaantentangKeperawatanMedikal Bedah.

b. BagiPerawat

Diharapkananalisisjurnalinidapatdijadikansebagaibahanmasukanbagip

erawatdalamtindakanmandirikeperawatanyaitutindakanmobilisasidiniterh

adappenyembuhan luka pada pasien pasca operasi.

c. BagiRumahSakit

Diharapkananalisisjurnalinidapatmenjadimasukanrumah sakit

atauinstitusilainnyadalampenggunaanintervensikeperawatanyaitutindakan

mobilisasidiniterhadappenyembuhan luka pada pasien pasca operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M. 2018. Penaruh Mobilisasi Dini Terhadap Kebersihan Penyembuhan


Luka pada Pasien Pasca Operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi. Yoyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyah.
Clark, et all. 2013. Effecyiveness of an Early Mobilization Protocol in a Trauma
and Burns Intensive Care Unit. Critical Illness, 93, 186-196.
Damayanti, I. P., dkk. 2015. Panduan Lengkap Kterampilan Kebidanan II.
Yogyakarta: Deepublish, CV Budi Utama.
Ditya, W., dkk. 2016. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan
Luka pada Pasien Pasca Laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 5, Fakultas
Keperawatan. Padang:Universitas Andalas.
Gusty, R.P. 2011. Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen
Terhadap Penyembuhan Luka dan Fungsi Pernafasan. Ners Jurnal
Keperawatan, Vol. 7, No. 2, Program Studi Ilmu Keperawatan. Padang:
Universitas Andalas.
Hidayat. A. 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi, Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Julio F.FioreJr.PhD, PetruNiculiseanuMD, TaraLandryMLIS,
BersonAugustinBSc, Liane S.FeldmanMD. 2015.The effect of early
mobilizationprotocols onpostoperative outcomes followingabdominal and
thoracic surgery: A systematic review. (Online). Tersedia di
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0039606015010442.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019.
Kasdu, D. 2013. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Kelly Rothman, MS, BSN, RN, CPN, Cynthia Garvan, PhD, and Adalynn Neu,
PhD, RN, FAAN. 2016.The Impact of Early Ambulation in the Pediatric
Postoperative Appendectomy Patient. (Online). Tersedia di
https://www.nursingcenter.com/cearticle?an=01781601-201607000-
00006&Journal_ID=2419515&Issue_ID=3760180. Diakses pada tanggal 24
Oktober 2019.
Merdawati, L. 2018. Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi Dini Pasca Operasi di
Ruang Irna Bedah Pria. Padang: Universitas Andalas.
Morison, M.J. 2013. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
Potter, dan Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Consep, Proses, and Practice,
Edisi 7, Vol 3. Jakarta: EGC.
Sari, U., dkk. Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan luka post
operasi Hernia Inguinalis. Jurnal Keperawatan, Program Studi Ilmu
Keperawatan. Jawa Timur: Stikes Dian Husada Mojokerto.
Zanni, dan Needham. 2010. Promoting Early Mobility and Rehabilitatiion in the
Intensive Care Unit. Ptmmotion, 32-38.

Anda mungkin juga menyukai