Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR ILMU EKONOMI INTERNASIONAL

PERDAGANGAN DAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN KOREA


SELATAN

Dosen Pengampu: Muhammad Aditya Perdana Putra, M.E

Disusun Oleh:

1. Dinda Salsa (4201814071)


2. Livia Fitri Pangestutik (4201814116)
3. Susi Sulastri (4201814085)
4. Yogie Suhardi (4201814188)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun pokok bahasan yang dikaji
dalam makalah ini adalah tentang “Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan
Korea Selatan” yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi Internasional. Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Aditya Perdana Putra, M.E selaku Dosen Pengampu yang telah berkenan
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan
selama penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan mahasiswa/i yang turut memberikan dukungan.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai


kekurangan dan kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang bersifat membangun
yang bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi penulis untuk kesempurnaan
makalah ini dikemudian harinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian umumnya dan bagi penulis khususnya untuk
memahami materi “Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan”.

Pontianak, 17 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan .......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................2

BAB II TEORI

2.1 Teori Perdagangan Internasional ........................................................................3


2.2 Teori Kerjasama Internasional ...........................................................................6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Terkini Terkait Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan


Korea Selatan .....................................................................................................8
3.2 Data Terbaru Terkait Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan Korea
Selatan .................................................................................................................8
3.3 Kebijakan Terbaru Terkait Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan
Korea Selatan .....................................................................................................10

3.4 Dampak Perdagangan Internasional terhadap Indonesia ...................................12


3.5 Faktor Pendorong dan Penghambat Perdagangan Internasional ........................15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .........................................................................................................22


4.2 Saran ..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Lahirnya kerjasama antar negara pada dasarnya di latarbelakangi oleh adanya


kepentingan-kepentingan nasional yang akan tercapai apabila dilakukan dengan
menjalin kerjasama dengan negara lain sehingga dapat mempercepat atau
mendorong pencapaian kepentingan nasional tersebut. Secara umum kita semua
mengetahui bahwa tiap-tiap negara mempunyai masalah terutama masalah di
bidang perekonomian, salah satunya adalah Indonesia. Dikarenakan hal inilah
untuk lebih meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah mencoba untuk
menjalin hubungan dengan negara-negara lain terutama negara-negara yang
menjadi anggota Asean. Untuk lebih meningkatkan perekonomian Indonesia,
pemerintah mencoba untuk menjalin hubungan dengan negara-negara Asean
salah satunya yakni dengan Korea Selatan. Hubungan Indonesia dengan Korea
Selatan adalah hubungan bilateral luar negeri antara Indonesia dengan Korea
Selatan.

Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di kancah pergaulan dunia
pasti akan berinteraksi dengan negara-negara lain salah satunya yaitu dengan
Korea Selatan. Hubungan kenegaraan Indonesia dan Korea Selatan telah berjalan
selama lebih dari empat dasawarsa. Hubungan diplomatik kedua negara mulai
dijalin pada September 1973, namun hubungan tingkat konsulat telah dimulai
pada Agustus 1966. Hubungan kenegaraan antara Indonesia-Korea Selatan
dengan adanya kerjasama di bidang ekonomi yang setiap negara memiliki
kelebihan masing-masing, contohnya Indonesia dalam hal sumber daya alam,
tenaga kerja serta pasar yang luas dan aktif sedangkan keunggulan Korea Selatan
adalah dalam hal modal dan teknologi yang lebih memadai dibandingkan dengan
Indonesia. Untuk memperkokoh hubungan kedua negara dalam rangka lebih

1
memajukan kesejahteraan masing-masing negara, maka kedua belah pihak
melakukan kerjasama yang diharapkan dapat memainkan perannya masing-
masing.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana perkembangan terkini terkait perdagangan dan kerjasama
Indonesia dengan Korea Selatan?
1.2.2 Apa data terbaru terkait perdagangan dan kerjasama Indonesia dengan
Korea Selatan?
1.2.3 Apa kebijakan terbaru terkait perdagangan dan kerjasama Indonesia dengan
Korea Selatan?
1.2.4 Apa dampak perdagangan internasional terhadap Indonesia?
1.2.5 Apa faktor pendorong dan penghambat perdagangan internasional?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan terkini terkait perdagangan dan
kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan
1.3.2 Untuk mengetahui data terbaru terkait perdagangan dan kerjasama
Indonesia dengan Korea Selatan
1.3.3 Untuk mengetahui kebijakan terbaru terkait perdagangan dan kerjasama
Indonesia dengan Korea Selatan
1.3.4 Untuk mengetahui dampak perdagangan internasional terhadap Indonesia
1.3.5 Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat perdagangan
internasional

2
BAB II
TEORI
2.1 Teori Perdagangan Internasional (International Trade Theory)
Perdagangan internasional (international trade) merupakan salah satu bentuk
perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat negara-negara di dunia. Transaksi yang
dilakukan melalui perdagangan internasional (international trade) akan memberikan
dampak positif terhadap perekenomian sebuah negara. Tingkat perdagangan
internasional (international trade) yang dilakukan individu atau sekelompok individu
negara juga menjadi indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan.
Terjadinya perdagangan internasional (international trade) merupakan bentuk sifat
naluriah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin bertambahnya
jumlah penduduk dan meningkatnya persaingan membuat banyak orang memilih cara
dengan melakukan perdagangan internasional (international trade).
Transaksi antar negara ini semakin berkembang dan kompleks mengikuti
kemajuan zaman dan peradaban seperti juga dampak inflasi. Dengan perdagangan
internasional (international trade) ini sekaligus membuka tingkat persaingan global
yang lebih luas. Nyatanya mereka yang mampu bersaing di ranah internasional akan
memiliki nilai dan potensi yang tinggi untuk meraup keuntungan besar. Kondisi ini
kemudian memunculkan teori-teori penyebab terjadinya perdagangan internasional
(international trade). Teori perdagangan internasional (international trade theory)
menurut para ahli.

1. Teori Keunggulan Mutlak / Absolut Advantage (Adam Smith)

Teori ini menjadi salah satu teori perdagangan internasional yang paling
dikenal. Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith ini menyatakan bahwa
keuntungan mutlak merupakan keuntungan yang didapatkan oleh sebuah negara
karena berhasil membuat biaya produksi barang dengan harga yang lebih murah
dari negara lain. Dalam teori ini, jika biaya produksi antar negara tidak berbeda,

3
maka perdagangan internasional tidak ada alasan untuk dapat melangsungkan
perdagangan tersebut. Contoh sederhananya ialah, Indonesia memiliki
keunggulan dalam memproduksi kain yang lebih murah di bandingkan dengan
Negara Belanda. Sedangkan Belanda memiliki keunggulan dalam memproduksi
Televisi dengan biaya yang lebih murah dari kita.

Kedua negara memiliki keunggulan mutlak terhadap dua komoditas yang


berbeda. Artinya bahwa antara indonesia dan Belanda dapat melakukan
perdagangan internasional melalui dua komoditas tadi. Belanda menjual TV
kepada kita, sebaliknya kita menjual Kain kepada Belanda.

2. Teori Keunggulan Komparatif / Comparative Advantage (David Ricardo)

Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817. Dalam teori ini
lebih melihat kepada keuntungan dan kerugian perdagangan internasional dengan
perbandingan relatif. Sampai dengan saat ini keunggulan komparatif merupakan
dasar dalam melaksanakan perdagangan internasional. Teori komparatif milik
David Ricardo juga dikenal sebagi teori modern perdagangan internasional.
Dalam teorinya David Ricardo berpendapat bahwa meskipun sebuah negara tidak
memiliki keunggulan mutlak dibandingkan negara lain dalam memproduksi
barang tertentu, perdagangan internasional antar negara yang saling
menguntungkan masih dapat terjadi.

Dengan catatan bahwa negara tersebut melakukan spesialisasi produksi


terhadap barang yang memiliki biaya relatif lebih kecil dibandingkan negara lain.
Dasar pemikiran teori Ricardo ini pada dasarnya tidak berbeda dengan teori
absolut yang dikemukakan oleh Smith. Perbedaannya adalah terletak pada cara
pengukuran terhadap keungulan suatu negara, yakni ketika dilihat dari sisi
komparatif biayanya dan bukan pada perbedaan absolutnya. Perbedaan utama

4
dari kedua teori diatas adalah pada biaya mutlak dan relatif dalam memproduksi
sebuah produk.

3. Teori Dari Pandangan Kaum Merkantilisme

Merkantilisme merupakan sebuah kelompok masyarakat yang memiliki


ideologi kapitalisme komersial yang merupakan ciri-ciri ekonomi pasar. Dimana
adanya politik pandangan terhadap kemakmuran sebuah negara adalah lebih
tinggi dibandingkan dengan kemakmuran perseorangan. Teori dari kaum
merkantilisme berkembang pesat pada abad ke-16 dimana teori ini
mengembangkan pada ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi yang
mengusahakan jumlah ekspor harus lebih besar dari pada impor. Kaum
merkantilisme berpendapat bahwa salah satu cara membuat negara kaya adalah
dengan melakukan ekspor sebanyak-banyaknya dan memperkecil impor. Surplus
ekspor yang dihasilkan dalam bentuk aliran emas lantakan atau logam mulia,
berupa emas dan perak.

Dengan begini maka semakin banyak emas dan perak yang dimiliki sebuah
negara maka akan semakin kaya dan kuat negara tersebut. Dalam perdagangan
internasional teori merkantilisme menitikberatkan kepada tujuan untuk
memperbesar ekspor dibandingkan dengan impor serta kelebihan ekspor yang
dapat dibayar dengan menggunakan logam mulia. Kebijakan lain dari teori ini
adalah dengan melakukan monopoli perdagangan dalam memperoleh daerah
jajahan untuk bisa memasarkan barang industri.

4. Teori Permintaan Timbal Balik / Reciprocal Demand (John Stuart Mill)

Teori ini dikemukanan oleh JS Mill, sebenarnya munculnya teori ini adalah
untuk melanjutkan teori dari teori komparatif Ricardo dimana mencari titik
keseimbangan antara pertukaran barang antar dua negara dengan perbandingan

5
pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD). Teori
ini lebih menekankan kepada keseimbangan antara permintaan dan
penawarannya, sebab permintaan dan penawaran merupakan penentu dalam
menentukan jumlah barang yang akan diekspor dan diimpor. Pada dasarnya teori
ini tidak jauh berbeda dengan teori komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo
perbedaannya adalah penentuan Dasar Tukar Internasional (DTI). Menurut
Ricardo perdagangan internasional akan mendapatkan keuntungan jika DTI 1:1.
Sedangkan menurut Mill keuntungan dapat diperoleh tanpa harus DTI 1:1,
asalkan perdagangan internasional dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak
dan memberikan keuntungan yang sama.

J.S Mills menyimpulkan bahwa perdagangan internasional dapat bermanfaat


bagi kedua belah negara jika terdapat perbedaan dalam rasio produksi dan
konsumsi antar dua negara tersebut. Selain itu, jumlah jam kerja yang dibutuhkan
untuk memproduksi barang ekspor harus lebih kecil dibandingkan untuk
memproduksi barang impor. Maka negara otomotis akan diberi manfaat dari
perdagangan internasional yang dilakukan.

5. Teori Mazhab NeoKlasik

Mazhab Neoklasik mengubah pandangan dan teori tentang perdagangan


internasional bahwa pandangan ekonomi dan teori tidak lagi didasarkan pada
tenaga kerja, atau biaya produksi namun telah beralih pada tingkat kepuasan
(marginal utility). Pendekatan ini menjadi salah satu cara dalam mengungkapkan
teori ekonomi. Adanya perubahan pandangan ini tentu juga merubah teori yang
ada serta metodeloginya.

2.2 Teori Kerjasama Internasional (International Cooperation Theory)


Kerjasama internasional (international cooperation) adalah kerjasama yang
dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya, dengan memiliki tujuan

6
bersama dan saling menguntungkan namun tetap berpedoman dengan politik, dan
ekonomi dari negara-negara yang menjalin kerjasama. Biasanya kerjasama
internasional (international cooperation) meliputi beberapa bidang, mulai dari
kerjasama dibidang ekonomi, pertahanan, pendidikan, teknologi serta keamanan.
Kerjasama internasional (international cooperation) juga dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh negara yang bekerja sama. Selain
itu kerjasama bisa dilakukan oleh semua negara tanpa pengeculian berdasarkan
kebutuhan dari negara tersebut.
Selain akan berdampak terhadap keuntungan negara masing-masing,
kerjasama internasional (international cooperation) nantinya akan mempererat
hubungan diplomasi yang baik dari negara yang mengikuti atau menjalani
kerjasama. Untuk anggota yang mengikuti kerjasama tidak ada batasan berapa
banyak anggota yang mengikuti kerjasama. Hal tersebut tergantung dari
kesepakatan yang disetuju oleh negara-negara yang melakukan kerjasama.
Kerjasama Internasional (international cooperation) juga memiliki tujuan yang
positif.

7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Terkini Terkait Perdagangan dan Kerjasama Indonesia
dengan Korea Selatan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, nilai
total perdagangan kedua negara pada 2018 mencapai US$ 18,6 miliar. Neraca
perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2018 surplus bagi Indonesia sebesar
US$ 443,6 juta. Korea Selatan menempati peringkat ke-7 sebagai negara tujuan
ekspor utama Indonesia serta menempati urutan ke-6 sebagai negara sumber
impor utama Indonesia.
Total ekspor Indonesia ke Korea Selatan pada 2018 tercatat sebesar US$ 9,53
miliar atau naik 14% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 8,20 miliar.
Sementara itu, impor Indonesia dari Korea Selatan pada 2018 mencapai US$ 9,1
miliar atau naik 9% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 8,12
miliar.

3.2 Data Terbaru Terkait Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan


Korea Selatan

Neraca Perdagangan (Balance of Trade) terkadang dilambangkan sebagai NX.


Neraca Perdagangan (Balance of Trade) adalah selisih antara nilai moneter
ekspor dan impor suatu negara selama periode waktu tertentu diukur
menggunakan mata uang yang berlaku. Neraca perdagangan menjadi komponen
terbesar dalam neraca pembayaran karena menjadi indikator untuk mengukur
seluruh transaksi internasional.

Dalam praktiknya, neraca perdagangan mempunyai dua sifat, yaitu positif dan
negatif. Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor lebih
tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Neraca pedagangan
seringkali dibagi berdasarkan sektor barang dan sektor jasa.

8
NERACA PERDAGANGAN

INDONESIA dengan KOREA SELATAN

Periode: 2014 - 2019


(Nilai : Ribu US$)
Tren Jan-Jul Perub
Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 d(%) .(%)
14-18 2018 2019 19/18
TOTAL
22.448. 16.091. 13.683. 16.322. 18.628. 10.529. 9.322.
PERDAG -3,52 -11,46
495,6 652,1 517,5 662,9 928,8 069,1 274,7
ANGAN
8.975.2 4.373.3 2.509.7 2.768.6 3.405.5 - 1.896.2 1.399.
MIGAS -26,18
02,2 51,7 08,3 65,2 21,5 21,30 67,4 899,7
NON 13.473. 11.718. 11.173. 13.553. 15.223. 8.632.8 7.922.
3,97 -8,23
MIGAS 293,4 300,5 809,2 997,7 407,3 01,7 375,0
10.601. 7.664.4 7.008.9 8.200.3 9.540.0 5.302.0 4.426.
EKSPOR -1,42 -16,51
096,8 46,2 40,2 26,7 52,8 50,8 651,7
4.884.1 2.224.7 1.744.2 1.866.1 2.032.2 - 1.138.2 718.56
MIGAS -36,87
86,3 61,6 99,8 19,8 76,2 17,55 72,5 7,5
NON 5.716.9 5.439.6 5.264.6 6.334.2 7.507.7 4.163.7 3.708.
7,22 -10,94
MIGAS 10,5 84,6 40,4 06,9 76,6 78,4 084,2
11.847. 8.427.2 6.674.5 8.122.3 9.088.8 5.227.0 4.895.
IMPOR -5,51 -6,34
398,7 05,9 77,3 36,1 75,9 18,3 623,0
4.091.0 2.148.5 765.40 902.54 1.373.2 - 757.99 681.33
MIGAS -10,11
15,9 90,0 8,5 5,4 45,2 26,29 4,9 2,2
NON 7.756.3 6.278.6 5.909.1 7.219.7 7.715.6 4.469.0 4.214.
1,30 -5,70
MIGAS 82,9 15,9 68,8 90,8 30,7 23,4 290,8
NERACA - - - -
334.36 77.990, 451.17 75.032,
PERDAG 1.246.3 762.75 468.97 725,0
2,8 6 6,9 5
ANGAN 01,9 9,7 1,3 2
793.17 76.171, 978.89 963.57 659.03 380.27 37.235
MIGAS 24,20 -90,21
0,4 6 1,2 4,4 1,0 7,5 ,3
- - - - - - -
NON -
2.039.4 838.93 644.52 885.58 207.85 305.24 506.20 -65,84
MIGAS 36,32
72,3 1,3 8,4 3,8 4,1 5,0 6,6
Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

9
Neraca Perdagangan (Balance of Trade) Indonesia dengan Korea Selatan
untuk periode 2014-2015 menunjukkan nilai yang negatif, artinya nilai impor lebih
tinggi dari nilai ekspor. Sedangkan untuk periode 2016-2018 neraca perdagangan
(balance of trade) Indonesia dengan Korea Selatan menunjukkan nilai yang
positif, atau dengan kata lain nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor Korea Selatan. Total perdagangan bilateral
Indonesia dengan Korea Selatan periode Januari-Juli 2019 sebesar US$
9.322.274,7 turun 11,46% dibanding periode yang sama tahun 2018, yang tercatat
US$ 10.529.069,1. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor Indonesia ke
Korea Selatan sebesar US$ 4.426.651,7 yang turun 16,51% dibanding periode
yang sama tahun 2018 yang tercatat US$ 5.302.050,8. Nilai impor Indonesia dari
Korea Selatan sebesar US$ 4.895.623,0 juga turun 6,34% dibanding periode yang
sama tahun 2018, yang tercatat sebesar US$ 5.227.018,3. Neraca perdagangan
Indonesia dengan Korea Selatan surplus bagi Indonesia sebesar US$ -468.971,3
atau turun 725,02% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018,
yang tercatat surplus sebesar US$ 75.032,5.

Ekspor Indonesia ke Korea Selatan untuk periode 2014-2018 mengalami


penurunan sebesar 1,42%. Pada periode 2014-2018 nilai impor Korea Selatan juga
mengalami penurunan sebesar 5,51%. Produk ekspor utama Indonesia ke Korea
Selatan adalah batu bara, tembaga, karet, kayu lapis, timah, bubur kertas, minyak
kelapa sawit, alas kaki, dan produk kayu. Sedangkan, produk utama Korea Selatan
yang diekspor ke Indonesia adalah minyak bumi, kapal, sirkuit terpadu elektronik,
karet sintetis, kain tenun, dan baja.

3.3 Kebijakan Terbaru Terkait Perdagangan dan Kerjasama Indonesia dengan


Korea Selatan
Indonesia dan Korea Selatan mempercepat penyelesaian perjanjian kerjasama
ekonomi komprehensif (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership

10
Agreement/IK-CEPA) sebelum akhir 2019. Ini ditandai dengan perundingan
lanjutan Indonesia dan Korea Selatan pada pertemuan intersesi IK-CEPA pada
18-25 Juni 2019 di Jakarta. Pertemuan kali ini menunjukkan kemajuan dalam
menyelesaikan beberapa isu tertunda, terutama terkait akses pasar dan
pembahasan konsep teks perundingan. Rangkaian pertemuan intersesi ini
dilaksanakan secara paralel dengan enam pertemuan kelompok kerja dan dua
subkelompok kerja, antara lain perdagangan barang (subkelompok kerja
instrumen pengamanan perdagangan dan subkelompok kerja teks perdagangan
barang), jasa, dan investasi. Kemudian pertemuan ketentuan asal barang,
prosedur bea cukai dan fasilitasi perdagangan (ROOCPTF), kerjasama dan
pengembangan kapasitas, serta isu hukum dan kelembagaan.
Adapun, kedua pihak berkomitmen menjadikan IK-CEPA lebih baik dari
komitmen di perjanjian sebelumnya, yaitu ASEAN-Korean FTA (AKFTA).
Selain itu, kedua delegasi juga bertukar pandangan atas penawaran awal akses
pasar yang telah dipertukarkan pada 14 Juni 2019. Kemudian, ada kemajuan
dalam pembahasan konsep teks perdagangan barang dan konsep teks instrumen
pengamanan perdagangan yang sebagian besar artikelnya telah disepakati.
Dalam kelompok kerja, kedua pihak membahas beberapa kemungkinan
kerjasama kedua negara di sektor industri, perdagangan jasa, dan peningkatan
kapasitas di bidang kesehatan. Kelompok kerja ini akan menghasilkan desain
besar kerjasama Indonesia dan Korea Selatan.
Kerjasama tersebut khususnya di bidang industri, kesehatan, perikanan, dan
sektor potensial lainnya, sehingga dapat meningkatkan investasi Korea Selatan di
Indonesia. Pada perundingan jasa, kedua pihak membahas akses pasar jasa untuk
sektor jasa distribusi, hukum, konstruksi, profesional independen, serta peserta
pelatihan dan peningkatan kapasitas. Peningkatan perdagangan dan investasi dua
arah yang saling menguntungkan dapat tercapai bila perundingan IK-CEPA ini
dapat diselesaikan. Selanjutnya kedua delegasi negara dijadwalkan bertemu
kembali pada Agustus 2019 dalam putaran IK-CEPA selanjutnya di Korea

11
Selatan. Sebagai informasi, perundingan IK-CEPA dilatarbelakangi adanya
kesepakatan kedua negara untuk memulai kemitraan ekonomi komprehensif
dengan membentuk kelompok studi gabungan (JSG/joint study group) IK-CEPA.
Pertemuan JSG dilaksanakan tiga kali pada 2011 dan menghasilkan laporan
JSG pada Oktober 2011. Selama periode 2012-2014, perundingan telah
berlangsung hingga putaran ke-7 lalu terhenti karena pergantian pemerintahan.
Pada 19 Februari 2019, kedua negara sepakat mereaktivasi perundingan IK-
CEPA melalui penandatanganan Joint Ministerial Statement oleh Menteri
Perdagangan kedua negara. Perundingan IK-CEPA ditargetkan selesai pada
November 2019. Adapun, Korea Selatan merupakan negara tujuan ekspor dan
sumber impor ke-7 terbesar bagi Indonesia pada 2018.
Perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2018 mencapai US$ 18,6 miliar.
Secara rinci, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar US$ 9,53 miliar
dan impor Indonesia dari Korea US$ 9,08 miliar. Dari total perdagangan
tersebut, Indonesia surplus terhadap Korea Selatan sebesar US$ 443,6 juta.
3.4 Dampak Perdagangan Internasional terhadap Indonesia

Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja,


namun juga negara berkembang. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui
kegiatan ekspor impor. Perdagangan internasional membawa pengaruh yang
cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Pengaruh tersebut ada yang bersifat
positif, ada pula yang bersifat negatif. Berikut ini beberapa dampak dari
perdagangan internasional terhadap perekonomian Indonesia.

Dampak positif ekspor

1. Memperluas lapangan kerja.

Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru,


sehingga hal ini menjadi peluang bagi tenaga kerja baru untuk memasuki

12
dunia kerja. Semakin banyak lapangan kerja, maka pengangguran juga
dapat berkurang.

2. Meningkatkan cadangan devisa.

Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh


devisa. Semakin banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa
bagi negara akan semakin banyak.

3. Memperluas pasar karena dapat memasarkan hasil produksi ke seluruh


dunia.

Dampak negatif ekspor

1. Menimbulkan kelangkaan barang di dalam negara.


2. Menyebabkan eksploitas besar-besaran sumber daya alam.

Contohnya: Ekspor barang tambang telah menyebabkan semakin tipisnya


cadangan bahan tambang dan menimbulkan kerusakan alam / lingkungan.

Dampak positif impor

1. Meningkatkan kesejahteraan konsumen karena masyarakat Indonesia dapat


menggunakan barang-barang yang tidak dapat di dalam negeri.
2. Meningkatkan industri dalam negeri terutama yang bahan bakunya berasal
dari luar negeri.
3. Ahli teknologi agar tidak ketinggalan dengan negara maju.

13
Dampak negatif impor

1. Adanya ketergantungan dengan negara-negara pengimpor.

Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak diproduksi dalam


negeri, pemerintah akan mengimpor dari negara lain. Kegiatan mengimpor
ini dapat mengakibatkan ketergantungan dengan negara pengimpor.

2. Menciptakan pesaing bagi industri dalam negeri.

Perdagangan internasional dapat menimbulkan persaingan industri dalam


negeri. Industri yang tidak mampu bersaing tentu akan mengalami
kerugian, sehingga akan mematikan usaha produksinya.

3. Menciptakan pengangguran artinya kita telah kehilangan kesempatan untuk


membuka lapangan kerja.

Industri yang tidak mampu bersaing akan mengalami kerugian dan akan
mengurangi kesempatan untuk membuka lapangan kerja. Dalam jangka
panjang, hal ini dapat menyebabkan pengangguran.

4. Konsumenrisme artinya konsumen berlebihan terutama untuk barang-


barang mewah.

Banyaknya barang-barang impor yang masuk ke dalam negeri


menyebabkan semakin banyak barang yang ada di pasar baik dari jumlah,
jenis, dan bentuknya. Akibatnya akan mendorong seseorang untuk lebih
konsumtif, karena semakin banyak barang-barang pilihan yang dapat
dikonsumsi.

Contohnya: Pakaian mewah, mobil mewah, alat-alat rumah tangga mewah.

14
3.5 Faktor Pendorong dan Penghambat Perdagangan Internasional

Ada beberapa faktor yang mendorong perdagangan internasional, yaitu:

a. Perbedaan Sumber Daya alam

Adanya perbedaan sumber daya alam sangat mendorong terjadinya


perdagangan internasional pada negara yang bersangkutan demi
memenuhi kebutuhan negara tersebut.

b. Memenuhi Kebutuhan Nasional

Dalam hal ini bisa bercermin di negara kita, bahwa tidak semua negara
yang mempunyai banyak sumber daya alam mampu memproduksi dan
memenuhi kebutuhannya sendiri. Berbicara mengenai sumber daya alam
tentunya Indonesia paling pertama. Walau mempunyai wilayah yang luas
dan mampu menghasilkan beras, sampai saat ini Indonesia belum bisa
memenuhi kebutuhan nasional, bahkan sampai impor dari negara-negara
dengan wilayah yang tak sebanding seperti Thailand.

c. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Negara-negara dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


tinggi akan mampu memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak,
berkualitas, dan tentunya efisien dibandingkan dengan negara yang
lambat akan IPTEK nya. Hal demikian bisa terjadi karena pemanfaatan
teknologi sangat menghemat biaya produksi dan mampu menghasilkan
barang yang lebih banyak. Contohnya negara Jepang melakukan
spesialisasi dalam produk industri motor dan mobil, dan berusaha
mengekspornya ke Indonesia. Sebaliknya, Jepang banyak membeli hasil
tambang dan perkebunan dari Indonesia.

15
d. Adanya Kelebihan atau Kekurangan Hasil Produksi

Kelebihan produk pada suatu negara (surplus) dan kekurangan kas dalam
suatu negara (defisit), kedua hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan
sumber daya alam dan kemajuan antara negara satu dan lainnya.
Terjadinya surplus menyebabkan negara yang bersangkutan akan menjual
hasil produknya ke negara lain, sedangkan negara yang
mengalami defisit akan membeli barang dari luar negeri melalui
perdagangan internasional.

e. Adanya Transportasi Antar Negara

Kemajuan teknologi alat transportasi sudah mampu menciptakan


transportasi yang menjangkau semua negara. Dengan adanya transportasi
antar-negara tentu sangat memudahkan kegiatan perdagangan
internasional. Kegiatan ekspor dan impor dengan jumlah besar bisa
dilakukan dalam waktu yang singkat.

f. Adanya Perbedaan Selera

Terjadinya perbedaan kebudayaan, sistem politik, pandangan hidup, dan


tatanan sosial menyebabkan terjadinya selera terhadap berbagai jenis
komoditas. Contohnya negara Amerika Serikat memproduksi mobil Ford
dan Chevrolet, namun Amerika mengimpor mobil Honda dari Jepang.
Hal demikian terjadi karena adanya perbedaan selera.

g. Adanya Hubungan Diplomatik

Pengertian hubungan diplomatik adalah hubungan resmi antara satu


negara dengan negara lain. Perdagangan internasional tidak akan terjadi
apabila negara-negara tersebut tidak memiliki hubungan diplomatik.

16
h. Era Globalisasi

Dengan adanya era globalisasi ini menyebabkan dalam perdagangan


bebas tidak satu pun yang bisa hidup sendiri. Mereka semua akan
membutuhkan kerjasama dengan negara lain, salah satunya yaitu dengan
perdagangan internasional.

Selain faktor pendorong, terdapat beberapa faktor penghambat perdagangan


internasional, yaitu:

a. Keamanan Suatu Negara

Faktor keamanan menjadi sebuah patokan bagi negara lain untuk


menjalin kerjasama di bidang ekonomi. Faktor keamanan akan selalu
berimbas kepada sektor ekonomi. Dimana seseorang akan merasa tidak
nyaman dan ketakutan untuk bertransaksi. Para pedagang akan cenderung
memperhatikan faktor ini, karena secara langsung berpengaruh kepada
keselamatan diri dan produk yang dijual. Karenanya para pedagang akan
cenderung memilih negara yang tidak sedang dalam konflik dan lebih
stabil kondisi politik dan ekonominya.

b. Kebijakan Ekonomi Internasional yang Dilakukan Oleh Pemerintah

Setiap negara tentu memiliki kebijakan yang berbeda dalam


perekonomian mereka. Ternyata kebijakan yang diterapkan pada sebuah
negara juga dapat menjadi salah satu faktor penghambat perdagangan
internasional. Beberapa kebijakan tersebut antara lain adalah adanya
pembatasan terhadap impor sebuah produk, penetapan tarif impor/ekspor
yang relatif tinggi, serta birokrasi yang berbelit-belit. Tentunya beberapa
kebijakan di atas akan membuat para pelaku pasar internasional menjadi

17
memperhitungkan lebih detail untuk dapat menjalankan perdagangan
internasional kepada negara tersebut.

c. Ketidakstabilan Kurs Mata Uang Asing

Setiap negara tentu memiliki mata uang yang berbeda, perbedaan nilai
mata uang terhadap negara lain inilah yang disebut sebagai kurs. Dengan
adanya perbedaan kurs tersebut maka akan menyebabkan kesulitan bagi
para eksportir dan importir dalam menentukan nilai tukar valuta asing.
Kesulitan tersebut akan berimbas kepada harga permintaan dan
penawaran dalam perdagangan. Hal ini tentu membuat para pedagang
enggan untuk melakukan kegiatan ekspor atau impor. Ketidakstabilan
kurs mata uang dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satu
diantaranya ini krisis global yang memang sudah melanda dunia beberapa
tahun belakangan ini. Krisis ini kemudian menyebabkan nilai tukar mata
uang setiap negara cenderung mengalami kenaikan dan penurunan.

d. Perbedaan Mata Uang Antar Negara

Dalam perdagangan internasional belum terdapat standar kurs mata uang


yang valid. Sehingga tentunya dalam setiap pembayaran transaksi, mata
uang sebuah negara harus di konversikan kedalam nilai tukar dengan
mata uang negara yang bersangkutan. Jika negara pengimpor memiliki
nilai mata uang yang lebih rendah dibanding negara pengekspor juga
merupakan faktor penyebab inflasi, maka tentu biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan pembayaran akan menjadi meningkat.
Inilah yang kemudian menjadi kendala, karena jika tidak ada ketetapan
nilai mata uang, maka akan sangat merugikan bagi negara yang memiliki
nilai mata uang rendah.

18
e. Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Salah satu faktor yang menyebabkan perdagangan internasional dapat


berjalan ialah karena adanya sumber daya alam yang menjadi keunggulan
sebuah negara dibanding dengan negara lain. Negara yang memiliki
jumlah sumber daya alam tak terbatas akan cenderung dapat berkontribusi
lebih banyak dalam perdagangan internasional. Sebaliknya negara yang
memiliki sunber daya alam yang sedikit cenderung tidak akan memiliki
kemampuan dalam bertransaksi secara internasional. Karena hal
tersebutlah maka ketersedian sumber daya alam pada sebuah negara dapat
menjadi salah satu faktor penghambat dalam perdagangan internasional.

f. Adanya Penerapan Tarif dan Pembatasan Impor

Setiap negara tentu berharap bahwa sektor ekspor akan lebih besar
jumlahnya ketimbang sektor impor. Karena bagaimanapun bahwa
kemampuan sebuah negara bersaing dalam ekspor sebuah produk akan
menjadi indikator dalam pertumbuhan ekonomi sekaligus juga bahwa
sektor impor merupakan penyumbang besar dalam menambah devisa
negara. Karenanya sangat penting bagi sebuah negara untuk menaikkan
tarif tinggi terhadap barang impor. Dengan demikian maka masyarakat
akan bisa beralih kepada barang lokal. Kondisi ini tentu akan sangat
berpengaruh kepada para importir. Biaya masuk yang terlalu tinggi dan
harus dibayarkan tentu akan sangat membebani mereka.

g. Terjadi Perang

Selain faktor keamanan, kondisi sebuah negara yang sedang perang juga
bisa menjadi penghambat dalam perdagangan internasional. Apalagi jika
perang tersebut melibatkan banyak negara yang kebetulan biasa menjalin

19
kerjasama perdagangan internasional dengan kita. Tentunya kondisi ini
akan sangat merugikan. Bagaimana akan melakukan perdagangan
internasional jika negara yang bersangkutan sedang dilanda konflik dan
terjadi kekacauan dimana-mana. Keadaan ini tentu akan memaksa
hubungan perdagangan antar negara menjadi terputus.

h. Peraturan Anti-Dumping

Politik anti-dumping ini diterapkan sebagai upaya untuk melindungi


usaha dan industri dari gempuran barang impor yang harganya lebih
murah. Jika dibiarkan maka hal tersebut akan membahayakan produk
domestik dan dalam negeri. Karena cenderung harga barang impor yang
dijual lebih murah ketimbang barang lokal. Karenanya kebijakan anti
dumping ini dilakukan dengan cara menaikkan tarif bea masuk sebuah
produk impor. Agar menekan harga produk tersebut tidak bisa dijual lebih
murah dari harga barang lokal. Kebijakan ini juga dilakukan oleh
Indonesia sebagai upaya untuk menekan barang-barang dari china yang
masuk melalui pasar bebas.

i. Organisasi Ekonomi Regional

Sebagai contoh, kita memiliki wadah ASEAN sebagai organisasi negara-


negara Asia Tenggara yang mencakup berbagai sektor yakni ekonomi,
sosial, politik, pendidikan dan budaya. Dalam kaitannya dengan topik ini
bahwa, setiap organisasi regional akan menetapkan kebijakan yang
menguntungkan bagi para anggotanya terutama dalam sektor ekonomi.
Sedangakan bagi negara yang berada di luar keanggotaan tentu akan
mengalami kesulitan untuk melakukan kebijakan perdagangan
internasional. Kondisi ini disebabkan karena tidak ada nota kesepahaman

20
yang akan saling menguntungkan karena negara tersebut berada diluar
keanggotaan organisasi regional.

j. Sulitnya Pembayaran Antar Negara dan Resiko yang Besar

Dalam sekali transaksi dalam sebuah perdagangan internasional antar


negara tentu jumlah nominal yang harus dibayarkan sangatlah besar.
Kondisi ini tentu menyulitkan jika pembayaran harus dilakukan secara
tunai. Selain itu juga, faktor pembayaran tunai memiliki resiko yang
sangat besar. Karenanya setiap negara pengekspor akan menghindari
pembayaran tunai. Dan pembayaran dilakukan melalui Kliring
Internasional, Telegraphic Transfer atau melaui L/C.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap negara pasti mempunyai kekurangan terutama dalam bidang


perekonomiannya, untuk itulah pemerintah melakukan perdagangan dan
kerjasama dengan negara-negara yang lain. Perdagangan dan kerjasama
dilatarbelakangi karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Perdagangan
internasional adalah kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan antar negara.
Pemerintah mencoba untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain
terutama negara-negara yang menjadi anggota Asean. Untuk lebih meningkatkan
perekonomian Indonesia, pemerintah mencoba untuk menjalin hubungan dengan
negara-negara Asean salah satunya yakni dengan Korea Selatan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, nilai
total perdagangan kedua negara pada 2018 mencapai US$ 18,6 miliar. Neraca
perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2018 surplus bagi Indonesia sebesar
US$ 443,6 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan adalah batu bara,
tembaga, karet, kayu lapis, timah, bubur kertas, minyak kelapa sawit, alas kaki,
dan produk kayu. Sedangkan, produk utama Korea Selatan yang diekspor ke
Indonesia adalah minyak bumi, kapal, sirkuit terpadu elektronik, karet sintetis,
kain tenun, dan baja.

4.2 Saran

Perdagangan dan kerjasama yang terjalin antara negara Indonesia dengan Korea
Selatan hendaknya harus bisa saling menguntungkan satu sama lain. Indonesia
harus tetap menjaga hubungan kerjasama dengan baik agar perekonomian
Indonesia semakin berkembang. Upaya Indonesia dan Korea Selatan dalam
mempercepat penyelesaian perjanjian IK-CEPA diharapkan dapat memberikan

22
perkembangan yang baik terutama dalam hal perdagangan dan investasi kepada
kedua negara tersebut. Dampak positif dari perdagangan internasional berupa
peningkatan devisa dan memperluas pasar harus diupayakan sebaik mungkin
agar Indonesia mendapat keuntungan sebanyak mungkin. Hal itu tentunya dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan ekspor secara maksimal. Pemerintah juga
harus mengurangi kegiatan impor karena dampak negatif yang dapat dirasakan
berupa masyarakat menjadi konsumtif dan kurangnya penggunaan produk dalam
negeri, dengan begitu kegiatan impor akan selalu meningkat.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://id.123dok.com/document/lzg8g28y-dampak-asean-korea-free-trade-area-
akfta-terhadap-ekonomi-indonesia.html

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/teori-perdagangan-internasional-menurut-
para-ahli

https://salamadian.com/pengertian-kerjasama-internasional/

https://katadata.co.id/berita/2019/06/28/indonesia-dan-korsel-sepakat-percepat-kerja-
sama-ekonomi-cepa

https://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/balance-
of-trade-with-trade-partner-country?negara=114

http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/berita/detail/kembali-dimulai-perundingan-
ik-cepa-ditargetkan-selesai-pada-2019

https://www.bing.com/search?q=pengertian+neraca+perdagangan&pc=MOZD&form
=MOZLBR

https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-internasional/

https://alihamdan.id/perdagangan-internasional/

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/faktor-penghambat-perdagangan-
internasional

24

Anda mungkin juga menyukai