FISIOLOGI KEPERAWATAN
WAKTU REAKSI
OLEH:
KELOMPOK 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waktu reaksi makin lama makin dikenal manfaatnya setelah diketahui cara
mengukurnya. Waktu reaksi dapat dipakai sebagai asupan dalam menentukan seleksi
olahragawan, untuk membantu diagnosis suatu penyakit yang menyangkut sistem saraf,
misalnya penyakit – penyakit akibat kelelahan kerja, ketagihan obat dan lain sebagainya
(Respati,Resa et al, 2017).
Pada keadaan fisiologi waktu reaksi berbeda –beda sesuai dengan umur seseorang. Pada
anak – anak waktu reaksi lebih cepat daripada orang dewasa. Hal tersebut disebabkan oleh
karena panjang saraf pada anak lebih pendek sedang kecepatan konduksinya hampir sama.
Waktu reaksi menjadi panjang (lamban) misalnya pada kelelahan, ketegangan mental, kedukaan
dan dalam keadaan bimbang (menimbang – nimbang untuk menentukan pikiran). Sebaliknya
waktu reaksi menjadi pendek (cepat) misalnya karena kenaikan intensitas rangsangan dan
latihan (Respati,Resa et al, 2017).
Ada dua macam reaksi yang akan diukur yaitu waktu reaksi sederhana dan waktu reaksi
pilihan. Waktu reaksi sederhana hanya menunjukkan waktu antara saat orang menerima
rangsangan, misalnya mendengar bunyi atau melihat sesuatu benda, sampai saat orang tersebut
bereaksi terhadap rangsangan tersebut. Sedang yang dimaksud waktu reaksi pilihan ialah waktu
yang diperlukan dari saat orang coba mendapat rangsangan sampai dia dapat memilih
rangsangan – rangsangan yang telah ditentukan sebelumnya dan bereaksi terhadap rangsangan
tersebut yang sesuai dengan petunjuknya (Guyton, A.C.1997).
B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan proses pengukuran waktu reaksi
2. Menjelaskan penggunaan waktu reaksi dalam kehidupan sehari - hari
1
C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan tentang konsep waktu reaksi
2. Mahasiswa dapat mengembangkan keterampilannya langsung ditempat praktikum.
3. Memahami cara kerja praktikum.
4. Memahami metode praktikum fisiologi di laboratorium.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Waktu Reaksi Kompleks
Waktu reaksi komplek ster jadi apabila terdapat beberapa stimulus sekaligus yang
harus direspon bersamaan dan hanya satu stimulus yang dapat direspon dengan baik
sedangkan stimulus yang lain tidak mendapatkan respon.Contohnya pada seseorang yang
harus menekan tombol arah panah dikeyboard sesuai dengan arah panah yang ada dilayar
sedang kan layar tersebut menampilkan beberapa tanda panah yang arahnya berbeda-
beda.Waktu reaksi komplek sesese orang tergantung pada bagaimana kompleksitas dari
stimulus, ada berapa banyak pilihan untuk bereaksi, dan seberapa sering seseorang telah
berada dalam situasi yang sama.
4
pengenalan wajah, emosi dan lain-lain.Berdasarkan hal tersebut para peneliti beranggapan
seharusnya tangan kiri memiliki waktu reaksi yang lebih cepat.
5. Kelelahan
Waktu reaksi merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai indikator yang
dapat mengukur tingkat kelelahan. Penelitan yang dilakukan oleh Welford menyatakan
bahwa waktu reaksi akan menjadi lebih lama apabila subjek dalam keadaan kelelahan.
Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki sedikit pengaruh
terhadap waktu reaksi.
6. Stimulus yang berulang
Ketika subjek merespon stimulus yang baru pertama kali dihadapinya, waktu
reaksi akan kurang konsisten dibandingkan subjek yang telah beberapa kali merespon
stimulus yang sama yang sudah pernah dihadapinya.
7. Latihan
Tujuan dari latihan adalah untuk meningkatkan kondisi fisik dan keterampilan
dalam melakukan suatu respon dan proses pemulihan dari suatu stimulus. Latihan dapat
mempercepat waktu reaksi. Menurut Simkin, waktu reaksi dapat memendek 10-20%
dengan diberikan latihan. Hal ini dapat diamati dengan jelas pada atlet dan non-atlet di
mana waktu reaksi atlet akan lebih cepat dibandingkan dengan non-atlet, contohnya pelari
sprint akan bereaksi lebih cepat daripada yang bukan pelari sprint.
8. Nutrisi
Nutrisi dapat menjadi salah satu yang mempengaruhi performa tubuh seseorang.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat seperti asupan cairan dan elektrolit yang kurang akan
menimbulkan gangguan metabolisme maupun gangguan keseimbangan cairan.
9. Status hidrasi
Suatu penelitian menyatakan bahwa kehilangan 1-2% berat badan akibat dehidrasi
dapat mengganggu fungsi kognitif dan performa tubuh seseorang yang membutuhkan
atensi, memori dan psikomotor.Keadaan dehidrasi secara tidak langsung dapat
menyebabkan peningkatan waktu reaksi.
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Identitas Probandus
1. Probandus 1 (Probandus 1 tidur pukul 22.30 wita)
Nama :Nn. B
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 21 Tahun
Tinggi Badan : 153cm
Berat Badan : 43 Kg
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
6
Berat Badan : 67 Kg
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
C. Cara Kerja
1. Waktu reaksi sederhana
a. Siapkan peralatan, tentukan 1 orang naracoba, 1 orang pemeriksa, dan 1 orang
pencatat
b. Lakukan kalibrasi terlebih dahulu antara stopwatch biasa dan stopwatch elektronik,
dengan cara menekan stopwatch secara bersamaan untuk memulai dan
menghentikannya secara bersamaan pula. Catat selisih waktu yang dicatat oleh kedua
stopwatch tersebut.
c. Rangsang sentuhan
Mula – mula naracoba disuruh memegang stopwatch tekan pada tangan kiri dijulurkan
lurus di atas meja. Mata orang coba ditutup peneliti juga memegang stopwatch yang
sama kecepatannya dengan stopwatch tekan, namun waktu ditekan tidak
menimbulkansuara (stopwatch elektronik), selanjutnya peneliti menekan stopwatch
bersamaan menyentuh tangan kiri naracoba. Naracoba diminta menekan stopwatch
secepat – cepatnya pada saat tangan kirinya mendapat sentuhan. Lakukanlah hal
tersebut, perbedaan antara waktu penekanan stopwatch oleh peneliti dan orang coba
merupakan suatu rekasi sederhana.
d. Rangsangan suara
Dengan cara yang sama pada percobaan 1, tetapi percobaan ini yang diberikan adalah
rangsangan suara. Orang coba disuruh menekan stopwatch bila ia mendengar bunyi
(stopwatch) bukan sentuhan.
e. Rangsangan cahaya
Pada percobaan ini rangsang yang diberikan ialah cahaya lampu beterai sedang
percobaannya seperti percobaan 1.
7
2. Waktureaksi pilihan
Sebelum melakukan percobaan orang coba terlebih dahulu disuruh memilih satu
sinyal dan memilih satu jawaban tanpa mengetahui sinyal sesunggunya yang akan
diberikan. Sinyal yang akan diberikan terdiri atas 4 macam sinyal yaitu huruf “A1”, “A2”,
“B1” dan “B2”. Naracoba menjawab dengan menekan stopwatch. Pada saat itu peneliti
memperlihatkan satu sinyal yang harus dijawab dengan bersamaan dengan menekan
stopwatch. Setelah latihan beberapa saat, percobaan dimulai. Langkah percobaan seperti
langkah pada percobaan waktu reaksi sederhana.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan ,diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Waktu reaksi sederhana
a. Manual
Tabel 1. Hasil percobaan waktu reaksi sederhana pada naracoba 1 (Nn. B)
Rangsang Rangsang suara Rangsang
sentuhan (detik) cahaya (detik)
(detik)
Stopwatch 2,66 2,27 2,98
naracoba
Stopwatch 2,80 2,62 3,41
pemeriksa
Selisih 0,14 0,35 0,43
(waktureaksi)
9
Tabel 4. Hasil percobaan waktu reaksi sederhana pada naracoba 4 (Nn. E)
Rangsang Rangsang suara Rangsang
sentuhan (detik) (detik) cahaya (detik)
Stopwatch naracoba 3,01 2,94 4,46
Stopwatch 3,14 3,35 4,93
pemeriksa
Selisih (waktureaksi) 0,13 0,41 0,46
10
Tabel 9. Hasil percobaan waktu reaksi pilihan pada naracoba 3 (Nn. D)
Ulangan Stopwatch Stopwatch Selisih (waktu reaksi)
naracoba pemeriksa
Tabel 10. Hasil percobaan waktu reaksi pilihan pada naracoba 4 (Nn. E)
Ulangan Stopwatch Stopwatch Selisih (waktu reaksi)
naracoba pemeriksa
1 5,24 5,79 0,55
2 4,19 4,75 0,56
3 4,00 5,05 1,05
Rata - rata 4,14 5,20 1,05
Tabel 12. Hasil percobaan waktu reaksi pilihan pada naracoba 3 dan 4
Naracoba Waktu Reaksi
3. (Nn.D) 0,542
4. (Nn.E) 0,450
B. Pembahasan
Praktikum ini adalah tes mengenai waktu reaksi. Praktikum bertujuan untuk
melakukan pengukuran waktu reaksi dan memahami penggunaan waktu reaksi dalam
kehidupan sehari-hari. Praktikum dilakukan pada hari Kamis, 28 November
2019bertempat di Laboratorium PSIK Universitas Lambung Mangkurat. Dalam
praktikum ini, ada4orang praktikan mahasiswa jurusan PSIK AJ tahun 2018.Ada 2 tes
dalam praktikum ini, yaitu: tes waktu reaksi sederhana untuk rangsang berupa: sentuhan
(1), bunyi (2), dan cahaya (3). Ke dua yaitu waktu reaksi pilihan dimana memperlihatkan
11
satu sinyal yang harus dijawab bersamaan dengan menekan stopwatch. Untuk ke 2 tes
tersebut, baik penguji maupun naracoba sama-sama memegang stopwatch.
Pada tes waktu reaksi untuk rangsang berupa sentuhan, penguji meminta
naracoba untuk menutup mata dan memegangstopwatch. Penguji lalu menyentuh tangan
naracoba sembari menyalakanstopwatch yang ia pegang. Naracoba diminta untuk
menyalakanstopwatch yang ia pegang ketika merasakan tangannya tersentuh. Penguji
dan naracoba lalu mematikan stopwatch secara bersama-sama.Perbedaan waktu antara
penguji dengan naracoba merupakan waktu reaksi sederhana.
Pada praktik ini probandus 1 (tidur pukul 22.30 wita) dibandingankan dengan
probandus 2 (tidur pada pukul 04.00 wita), dan probandur 3 (pra menstruasi)
dibandingkan dengan probandus 4 (post menstruasi).
Dari tes tersebut diperoleh data selisih waktu reaksi pada naracoba adalah lebih
cepat reaksi (respon) dari probandus 1 yang tidur pada pukul 22.30 wita dibandingkan
dengan probandus 2 yang tidur pada pukul 04.00 wita. Hal ini menandakan kelelahan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi waktu reaksi.
Terdapat sesuatu yang disebut neurotransmitter dalam kondisi normal untuk
menciptakan kondisi tidur yang baik dan bekerja lebih baik pula di dalam tubuh sesuai
dengan fungsinya. Namun, gangguan kebiasaan tidur seperti salah satunya tidur larut
malam dapat mengacaukan neurotransmitter yang kemudian dapat mengganggu fungsi
tubuh. Dimana melatonin dan serotonin yang juga berperan dalam kondisi tidur, kadar
kedua neurotransmitter ini akan meningkat untuk menciptakan kondisi mengantuk dan
akan menurun seiring kondisi tidur mulai tercapai. Pada kondisi gangguan kebiasaan
tidur seperti tidur larut malam, melatonin dan serotonin terus meningkat untuk membuat
tubuh beristirahat, tingginya kadar melatonin dan serotonin akan menimbulkan efek
seperti mudah lemas, mengantuk, kesadaran berkurang, dan gangguan fungsi kognitif
yang salah satunya dapat memperlambat proses waktu reaksi (Boonstra, 2007).
Pada perbandingan yang kedua probandus 3 dengan keadaan pra menstruasi
dibandingkan probandus 4 dengan keadaan post menstruasi. Pada siklus menstruasi
hormon sangat berpengaruh terhadap perasaan seseorang, pada masa pra menstruasi
hormon progeseron meningkat yang menyebabkan suasana hati yang berubah – ubah
seperti kesedihan, dan pada masa post menstruasi hormon esrogen meningkat yang dapat
menimbulkan respon kegembiraan. Dari tes waktu reaksi diperoleh data selisih waktu
reaksi pada naracoba adalah lebih cepat reaksi (respon) probandus 3 dengan pra
menstruasi dibandingkan probandus 4 post menstruasi, hal ini dikarenakan pada
12
probandus 4 dipengaruhi kedukaan sehingga waktu reaksi terjadi lebih lambat.
Kesedihan/kedukaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi waktu
reaksi.
Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu
rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai
dengan timbulnya respon dari subjek yang menerima rangsangan. Waktu reaksi terdiri
dari 2 jenis, yaitu Waktu Reaksi Sederhana dan Waktu Reaksi Pilihan (Ganong,
WF.1999).
Waktu reaksi terdiri dari 2 macam bentuk: Waktu reaksi sederhana yaitu
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan satu rangsangan yang harus dijawab dengan
satu macam respon secepat mungkin. Tidak ada alternatif lain yang menyulitkan individu
dalam menjawab rangsangan karena subyek sudah mengetahui sebelumnya respon yang
harus dilakukannya. Waktu rata-rata bervariasi bagi setiap individu dan untuk perbedaan
kepekaan. Waktu reaksi memilih yaitu Pada percobaan waktu reaksi memilih ini, subyek
harus memberikan jawaban yang cocok dengan rangsang yang diberikan, misalnya,
menekan tombol yang sesuai dengan huruf yang tampak pada layar (Ganong, WF.1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi: Arousal atau state of attention,
dalam hal ini di dalamnya termasuk tekanan darah. Waktu reaksi akan menjadi cepat bila
tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat bila
praktikan terlalu santai atau terlalu tegang. Direct vs peripheral vision yaitu Waktu reaksi
akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat pada titik stimulus
(direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata
(peripheral vision) (Kasron, Susilawati, 2017).
Kelelahan yaitu Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami
kelelahan. Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu
reaksi. Peringatan akan stimulus waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada
peringatan yang diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan. Konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi. Faktor lingkungan seperti
Pencahayaan, temperatur, dan lain-lain. Faktor psikologi seperti Suasana hati, tekanan,
dan lain-lain. Faktor latihan seperti Semakin banyak orang berlatih, semakin baik
reaksinya, semakin cepat pula waktu reaksi yang diperlukannya untuk menjawab suatu
rangsang (Kasron, Susilawati, 2017).
Latihan akan menguntungkan karena akan membiasakan dan melatih terutama
saraf motorik dalam memberikan reaksi terhadap rangsang yang diberikan. Apabila
13
subyek penelitian sudah terlatih maka akan semakin cepat memberikan reaksi terhadap
rangsang yang diberikan. Faktor konsentrasi yaitu Semakin tinggi tingkat konsentrasi
orang terhadap suatu rangsang, semakin tinggi pula kepekaannya, sehingga semakin
cepat pula waktu reaksinya terhadap rangsang yang diberikan (Kasron, Susilawati, 2017).
Faktor Olahraga seperti menemukan bahwa subyek yang sehat dan segar secara
fisik memiliki waktu reaksi yang lebih cepat. subyek memiliki waktu reaksi yang lebih
cepat ketika dia berolahraga secukupnya. Ketika denyut nadi seseorang meningkat
akibat olahraga berat tetapi tidakmenimbulkan kelelahan, waktu reaksi akan semakin
cepat (Kasron, Susilawati, 2017).
Faktor penyakit seperti Infeksi traktus respiratorius atas akan memperlambat
waktu reaksi, membuat mood menjadi jelek, dan menyebabkan gangguan tidur (Kasron,
Susilawati, 2017).
Peran waktu reaksi telah banyak dipelajari karena mempunyai pengaruh yang
cukup besar dalam kehidupan sehari-hari.Dalam bidang olahraga yang membutuhkan
kecepatan seperti lari sprint, sepakbola, bola basket dan bola voli, waktu reaksi sangat
berperan penting. Reaksi yang cepat akan menghasilkan poin ataupun angka,
misalnya gol dalam sepak bola, dan secara umum meningkatkan kualitas permainan
seorang atlet. Selain itu, waktu reaksi juga berpengaruh pada aktivitas seperti berkendara.
Waktu reaksi yang lebih lambat dari normal saat berkendara bisa berakibat fatal bagi
pengendara maupun bagi penumpangnya. Waktu reaksi secara objektif menggambarkan
tingkat kewaspadaan dan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat
kelelahan (Respati, Resa et al, 2017).
Kelelahan dapat menimbulkan gejala yang ditandai dengan kemunduran reaksi,
sehingga apabila seseorang yang mengalami kelelahan diberikan suatu stimulus, akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merespon stimulus tersebut. Kelelahan
dapat disebabkan oleh aktivitas ataupun kegiatan fisik, seperti olahraga, yang apabila
dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi merupakan defisit
cairan tubuh di mana pengeluaran air melebihi pemasukannya. Dehidrasi dapat
menyebabkan penurunan kemampuan mental dan psikomotor yaitu penurunan waktu
reaksi, penurunan akurasi, penurunan ketahanan mental, peningkatan waktu problem
solving, meningkatkan perasaan subjektif dari kelelahan, serta penurunan
kewaspadaan (Respati,Resa et al, 2017).
14
Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan
sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi
ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja
diantaranya tingkat kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi
psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang
berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll)
maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri (Respati, Resa
et al, 2017).
15
BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum pemeriksaan waktu reaksi yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan
secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan
timbulnya respon dari subjek yang menerima rangsangan.
2. Waktu reaksi terdiri dari 2 jenis, yaitu Waktu Reaksi Sederhana dan Waktu Reaksi Pilihan.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahwa dari tes tersebut diperoleh data selisih waktu
reaksi pada naracoba adalah lebih cepat reaksi (respon) dari probandus 1 yang tidur pada
pukul 22.30 wita dibandingkan dengan probandus 2 yang tidur pada pukul 04.00 wita. Dan
dari tes waktu reaksi naracoba 3 dan 4 diperoleh data selisih waktu reaksi pada naracoba
adalah lebih cepat reaksi (respon) probandus 3 dengan pra menstruasi dibandingkan
probandus 4 post menstruasi,
3. Kelelahan dapat menimbulkan gejala yang ditandai dengan kemunduran reaksi, sehingga
apabila seseorang yang mengalami kelelahan diberikan suatu stimulus, akan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk merespon stimulus tersebut. Kelelahan dapat disebabkan
oleh aktivitas ataupun kegiatan fisik, seperti olahraga, yang apabila dilakukan secara
berlebihan akan menyebabkan dehidrasi.
4. Pada siklus menstruasi hormon sangat berpengaruh terhadap perasaan seseorang, pada masa
pra menstruasi hormon progeseron meningkat yang menyebabkan suasana hati yang sering
berubah seperti kesedihan, dan pada masa post menstruasi hormon esrogen meningkat yang
dapat menimbulkan respon kegembiraan. Sehingga kesedihan/kedukaan merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi waktu reaksi.
5. Faktor Olahraga seperti menemukan bahwa subyek yang sehat dan segar secara fisik
memiliki waktu reaksi yang lebih cepat. subyek memiliki waktu reaksi yang lebih cepat
ketika dia berolahraga secukupnya. Ketika denyut nadi seseorang meningkat akibat olahraga
berat tetapi tidakmenimbulkan kelelahan, waktu reaksi akan semakin cepat. Latihan akan
menguntungkan karena akan membiasakan dan melatih terutama saraf motorik dalam
memberikan reaksi terhadap rangsang yang diberikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W F.1999. Review of Medical Physiology.19th edition, Lange Medical Publication, Los
Altos, California, pp. 406-14; 518-20.
Guyton, A.C.1997. Text Book of Medical Physiology,9th Edition.W.B Sauders Company,
Philadhelpia.
Asnawati dkk. 2018. Panduan Praktikum Fisiologi Keperawatan. Banjarbaru: ULM.
Respati, Resa et al. 2017. Motion In Song As Efforts To Increase Intelligence Kinesthetic Early
Childhood. Vol 10: No.1.
Kasron, Susilawati.2017. The Effect Of Progressive Muscle Relaxation On Sleep Quality In
Patients With Hypertension In South Cilacap City. Vol 3;No.2
17