Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TANDA BAHAYA NIFAS

DISUSUN
Oleh

KELOMPOK III (TIGA)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2019

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Mata Ajar : Tanda Bahaya Nifas


2. Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Nifas
3. Sasaran : Ibu Hamil, pendamping dan ibu
post partum
4. Waktu : 30 Menit
5. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mengikuti Penyuluh.an selama 30 menit diharapkan keluargadan
pasien mampu mengetahui tentang Tanda Bahaya Nifas
6. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti Penyuluh.an selama 30 menit diharapkan keluarga pasien
mampu:
 Menyebutkan pengertian nifas
 Menyebutkan pengertian tanda bahaya nifas
 Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam tanda bahaya nifas
7. Metode : Ceramah, Demonstrasi dan Tanya Jawab

8. Kegiatan Penyuluhan :
Pengalamam Belajar
No. Kegiatan AVA
Keg. Pemateri Keg. Peserta Diskusi
1. Pembuka Memberi salam Menjawab salam 10 detik
(5-10%) Memulai proses Memperhatikan 30 detik
diskusi
2. Penyajian Pemaparan Materi Memperhatikan Pemateri 15 menit
Materi Memberikan sesi Memberikan pertanyaan 10 menit
(80-90%) tanya jawab

3. Penutup Menyimpulkan hasil Mendengarkan kesimpulan 4 menit


(5-10%) diskusi

2
Memberi salam Menjawab salam 20 detik
penutup

9. Evaluasi :
 Evaluasi Proses
Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
 Evaluasi Hasil
80% dari jumlah peserta yang hadir mampu memberikan pendapat & 60%
dari peserta yang hadir mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan
tepat.
10. Seting Tempat: Ruang Nifas RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE
11. Materi Penyuluhan : Terlampir

TANDA-TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS


a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu pemulihan
dari perubahan anatomis dan fisiologis yang berlangsung selama kira-kira 6-12
minggu setelah kelahiran anak (Hutahaean, 2009; Sulistyawati, 2009).
b. Pengertian Tanda Bahaya Nifas
Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa

3
nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian
ibu (Pusdiknakes, 2003).
c. Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Perdarahan pasca persalinan (post partum)
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan yang
melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu :
 Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah
atonia uteri, retensio placenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
 Perdarahan post partum sekunder (Late post partum hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi,
infeksi nifas dan sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan
post partum merupakan penyebab penting kematian maternal.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:
a. Jumlah anak lebih dari 5
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan
tindakan paksa (Notoatmodjo, 2008).
Penanganan :
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).
2) Lochea yang berbau busuk
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret yang berasal

4
dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang berupa cairan seperti
nanah yang berbau busuk (Prawirohardjo, 2007).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau akibat
infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat pembukaan
dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya. Subinvolusi uteri
karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat (Manuaba, 2008).
Penanganan :
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis, pemberian
antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau metergin), dan
tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan pemeriksaan patologi-
anatomik (Notoatmodjo, 2008).
3) Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60 gram 6
minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub
involusi (Eny, 2009).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau akibat
infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat pembukaan
dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya. Subinvolusi uteri
karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat (Manuaba, 2008).
Penanganan :

5
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap hari
ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan
antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).
4) Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium.
Faktor penyebab:
Peritonitis nifas biasa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya pada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis
mengeluarkan nanahnya ke rongga paritonium dan menyebabkan peritonitis
(Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik peritonoitis dibagi 2 yaitu :
 Peritonitis terbatas pada daerah pelvis
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis
umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap
baik. Pada pelvio peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses
(Prawirohardjo, 2007).
 Peritonitis umum
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen
dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka
penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi (Prawirohardjo, 2007).
Penanganan :
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang
infuse intravena, berikan kombinasi antibiotic sampai ibu tidak demam

6
selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam, ditambah
gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24 jam,
ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap 8 jam) (Pamilih,
2006).
5) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada
masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140
mmHg dan diastole >110 mmHg).
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana
keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan
kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol <100 mmHg
diastole <60 mmHg). Penanganan gejala tersebut adalah :
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
 Makan dengan diet berimbang untuk mandapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya.
 Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
6) Suhu tubuh ibu > 380C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik
antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah
normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama
2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang

7
mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar,
2002). Penanganan umum bila terjadi demam :
a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse.
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok
harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk
dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).
7) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim
kelenjar payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu
pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3 atau
ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan
takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih hangat,
kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2008).
Penanganan utama mastitis adalah :
 Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu bernanah
(abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan terlambat, tidak
cepat, atau kurang efektif.
 Susukan bayi sesering mungkin.
 Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
 Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.Bila terjadi abses
payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk mengeluarkan nanah dan
dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar nanah dapat keluar terus.
8) Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)
Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan

8
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah
yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama
beberapa bulan kehamilan (Eny, 2009). Gejala-gejala baby blues antara lain :
 Menangis.
 Mengalami perubahan perasaan.
 Cemas.
 Kesepian.
 Khawatir mengenai sang bayi.
 Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (Manuaba, 2008).
9) Depresi masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran
anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat
murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Gejala-gejala depresi masa nifas
adalah :
 Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
 Nafsu makan hilang.
 Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
 Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
 Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
 Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
 Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.

9
 Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-
debar.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Depkes. 2009. Menkes Buka Rakernas : Kebersamaan Pusat dan Daerah dalam
Kemandirian Pembangunan Kesehatan Menuju Rakyat Sehat dan
Negara Kuat. Available from : http : // www.google.co.id.

Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Manuaba, I.B.G. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

10
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
_____________. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pamilih, Ns. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta :EGC.

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

11

Anda mungkin juga menyukai