PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Utsman dilahirkan di mekkah pada tahun 573 masehi bertepatan dengan tahun ke enam
dari kelahiran nabi saw. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah
bin Abdu Syams. Usman bin Affan berasl dari kabilah Bani Umayyah. Pada masa itu, Usman bin
Affan menjalankan kafilah dagang bersama kerabatnya dari Bani Umayyah.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau
dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati
oleh masyarakat di sekelilingnya. Ketika itu ia sudah bersahabat dekat dengan Abu Bakar as-
siddiq. Sebagai sesama pedagang, mereka sering berhubungan dalam menjalankan usahanya.
B. Usman bin Affan Setelah Masuk Islam
Utsman bin Affan termasuk golongan yang awal masuk Islam atau as-sabiqunal
awwalun. Ia menerima ajaran islam berkat ajaran bu Bakar as-Siddiq. Dengan harta
kekayaannya, Usman bin Affan membantu perjuangan dakwah Islam. Ketika budak-budak yang
masuk Islam disiksa oleh tuannya, ia memerdekakan beberapa orang diantara mereka.
Dibandingkan sahabat-sahabat yang lain, Usman bin Affan memiliki sifat-sifat yang berbeda.
Sifat-sifat tersebut antara lain :
1. Rasa malu
Tidak seorang pun diantara sahabat Nabi Muhammad saw, yang memiliki rasa malu
seperti Usman bin Affan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Nabi Muhammad
saw, bersabda, ”Tidaklah engkau malu pada seorang lelaki di mana Malaikat pun sangat malu
kepadanya.”
2. Pemurah
Usman bin Affan adalah orang yang sangat dermawan. Tidak seorang pun dari orang
Quraisy yang lebih dermawan dari’nya.
Usman bin Affan menikah dengan dua putri Nabi Muhammad saw, yaitu Ruqayyah dan
Ummu Kalsum. Ia menikah dengan Ummu Kalsum setelah Ruqayyah meninggal. Oleh karena
itu Usman bin Affan mendapat julukan zu nurain atau memiliki dua cahaya.
Ketika tantangan kaum kafir Quraisy semakin berat, Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum
muslimin kaum muslimin hijrah ke Habsyah. Pada waktu itu, Usman bin Affan juga berhijrah
dengan istrinya, Ruqayyah beserta sahabat-sahabat yang lain. Pada waktu kaum muslimin hijrah
ke Madinah, Usman bin Affan juga mengikutinya. Ia rela meninggalkan harta bendanya di
Mekkah utuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu, ia tidak pernah tertinggaldalam perjuangan
membela Islam.
Pada tahun 6 H (627 M), Nabi Muhammad saw, menerima perintah untuk mengerjakan ibadah
haji. Kaum muslimin kemudian berangkat menuju Mekkah. Dalam perjalanan menuju Mekkah
terjadi kesalah pahaman. Kaum Quraisy Mekkah mengira bahwa kaum muslimin akan
menyerang meraka. Oleh karena itu, kaum Quraisy segera melakukan persiapan perang.
Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad saw segera mengirimkan utusan untuk menjelaskan bahwa
kedatangan mereka bemaksud damai. Kaum muslimin semata-mata hanya ingin menunaikan
ibadah haji. Salah satu utusan itu adalah Usman bin Affan. Peperangan berhasil dihindarkan dan
Perjanjian Hudaibiyah yang sangat termasyhur.
Ketika terjadi Perang Tabuk pada tahun 631 M, Usman bin Affan menanggung sepertiga biaya
perang. Ketika itu, kaum Muslimin enggan untuk berangkat perang. Hal itu disebkan cuaca yang
panas dan terik. Usman bin Affan menyumbangkan 950 ekor unta, 50 ekor kuda, dan uang uang
1.000 dinar sebagai biaya perang. Akhirnya kaum muslimin berhsil memperoleh kemenangan
terbesar dalam perang tersebut. Nabi Muhammad saw. Kemudian bersabda, “Tidak ada yang
membahayakan Usman bin Affan, apa pun yang dia lakukan sesudah ini.”
Usman bin Affan ikut berperan penting dalam pemerintahan Abu Bakar as-Siddiq dan Khalifah
Umar bin Khattab. Ia merupakan penasihat yang utama dalam masa pemerintahan keduanya.
Usman bin Affan juga merupakan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat jaminan surga
dari Nabi muhammad saw. Beliau pernah bersabda, ”Sesungguhnya tiap nabi akan teman dan
temanKu di surga adalah Usman bin Affan.”
C. Masa Pemerintahan Usman bin Affan
Ketika Umar bin Khattab sedang sakit, ia menunjuk Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas
untuk memilih saah satu di antara mereka sebagai khalifah. Pada waktu itu, Talhah bin
Ubaidillah tidak ada di rumah. Kelima orang itu bersepakat mengangkat Usman bin Affan
menjadi khalifah. Musyawarah itu berlangsung di rumah Abdurrahman bin Auf, pada waktu itu
Usman bin Affan berusia 70 tahun.
Secara umum, masa pemerintahan Usman bin Affan meliputi dua periode yang masing-masing
berlangsung selama enam tahun. Periode enam tahun pertama ditandai berbagai keberhasilan dan
kejayaan. Periode enam tahun kedua ditandai oleh perpecahan, pergolakan, dan pemberontakan
dalam negeri.
Pada tahun-tahun pemerintahannya Usman bin Affan meneruskan kebijaksanaan pendahulunya,
Umar bin Khattab. Ketika itu, Umar bin Khattab berpesan agar wali (gubernur) yang di
angkatnya jangan diganti atau dipindahkan dalam jangka waktu setahun. Hal itu dimaksudkan
agar tidak terjadi keguncangan dan gangguan keamanan. Berdasarkan pesan itu, Usman bin
Affan mengukuhkan beberapa gubernur di beberapa wilayah, yaitu :
1. Amru bin As Gubernur Mesir dan Syam;
2. Mu’awiyah bin Abu Sufyan sebagai Gubernur Irak yang juga meliputi wilayah Azerbaijan dan
Armenia;
3. Abu Musa al-Asy’ari sebagai Gubernur Iran yang mencakup Khurasan dan Basra.
Usman bin Affan benar-benar melaksanakan pesan Umar bin Khattab itu. Pada tahun berikutnya,
barulah Usman bin Affan mengganti atau memutasikan pejabat-pejabat bawahannya. Selain itu,
seiring berkembangnya wilayah Islam, Usman bin Affan juga mengangkat pejabat-pejabat baru.
Kecuali yang disebut diatas, pejabat-pejabat pada masa Usman bin Affan merupakan kerabatnya
dari Bani Umayyah. Yang paling terkemuka diantara mereka ialah Marwan bin Hakam, saudara
sepupu Usman bin Affan. Ia diangkat menjadi sekretaris negara.
Kebijakan itu telah mendapat tanggapan yang kurang baik. Hal itu dikarenakan Marwan bin
Hakam menjadi tokoh yang lebih menentukan dibanding Usman bin Affan sendiri. Usman bin
Affan seakan menjadi boneka didepannya.
Sejak itu, permasalan kebijakan perbandaharaan negara mulai muncul. Menurut Usman bin
Affan, khalifah mempunyai wewenang untuk menggunakan kekyaan umum bagi kemaslahatan
umat. Selama memangku jabatan, khalifah berhak mengatur kepentingan kaum muslimin. Sikap
ini membedakannya dari dua khalifah sebelumnya.
D. Perluasan Wilayah Islam
Pada masa Usman bin Affan, kaum muslimin melanjutkan penaklukan-penaklukan. Usman bin
Affan melanjutkan kebijakan Umar bin Khattab. Penaklukan itu berlangsung melewati jalur darat
dan laut.
Ancaman terbesar waktu itu datang dari Bizantium. Mereka sering kali menyerang daerah
perbatasan pantai muslim di Suriah dan Mesir. Pada tahun 646 M, pasukan Bizantium berhasil
menduduki Iskandariah. Akan tetapi Amr bin As yang menjabat sebagai gubernur Mesir berhasil
mengusir mereka kembali. Pada tahun 651 M, pasukan Bizantium kembali menyerbu Mesir.
Abdullah bin Abi Sarah yang menggantikan Amru bin As sebagai gubernur berhasil
mengalahkan mereka. Keadaan ini menyadarkan Usman bin Affan bahwa kaum muslimin
memerluakan sebuah angkatan laut yang kuat. Usman bin Affan kemudian memerintahkan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan untuk membentuk angkatan laut yang berkemampuan tinggi.
Dengan dukungan angkatan laut tersebut, kaum muslimin berhasil memperluas wilayahnya.
Beberapa panglima perang yang terlibat dalam perluasan wilayah Islam adalah sebagai berikut :
1. Abdullah bin Abi Sarah
Ia merupakan pengganti Amru bin As sebagai Gubernur Mesir. Ketika pasukan Bizantium
menyerbu Mesir pada tahun 651 M, ia berhasil mengusir mereka. Setahun berikutnya, Abdullah
bin Abi Sarah menyiapkan pasukan Bizantium. Ia berhasil merebut pangkalan mereka di Tarablis
(tripoli). Gubernur Bizantium disana yang bernama Gregorius berhasil di kalahkan pada tahun
652 M.
2. Mu’awiyah bin Abu Sufyan
Ia adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh Quraisy yang terkenal dari Bani
Umayyah. Mu’awiyah bin Abu Sufyan berhasil membentuk angkatan laut yang tangguh. Ia
bertempur melawan pasukan Bizantium di Pantai Kalkilia. Perang itu merupakan perang laut
yang pertama bagi kaum muslimin dan terkenal dengan nama Perang Zatu Sawri. Dengan
bantuan Abdullah bin Abi Sarah, ia berhasil menguasai Amuriyah dan Pulau Siprus pada tahun
33 H (653 M). Dalam perang itu, Kaisar Konstantin terbunuh.
3. Umair bin Usman
Pada tahun 29 H (649 M), ia berhasil menguasai Fergana.
4. Abdullah al-Laisi
Ia berhasil menguasai Kabul.
5. Abdullah at-Tamimi
Ia memimpin pasukan muslim menguasai Hindustan. Daerah tersebut semula dikuasai orang-
orng Hindu.
6. Sa’id ibnu As
ia berhasil menguasai Jurjan.
7. Abdullah bin Amir
Ia memimpin pasukan muslimin menghadapi pemberuntakan Yazdajird. Ia ialah Kaisar Persia
yang dikalahkan Umar bin Khattab. Ia mengorbankan perlawanan di Kirman. Ketika terdesak ia
melarikan diri ke Khurasan. Akhirnya, Yazdajird terbunuh disana. Beberapa wilayah yang
melanggar kesepakatan dengan kaum musimin di tundukkan oleh Abdullah bin Amir.
E. Menyusun Mushaf Al-Qur’an
Terus berkembangnya wilayah Islam membuat pemeluk agama islam makin bertambah. Disetiap
wilayah yang baru, di situ pula Al-Qur’an ditinggalkan. Bahkan, tidak hanya tulisannya yang di
tinggalkan, tetapi juga penghapalnya. Tulisan Al-Qur’an yang ditinggalkan itu beragam
bentuknya, susunan surah-surahnya dan dialeknya. Hal itu menimbulkan banyak perselisihan,
perpecahan dan pertengkaran dikalangan umat islam.
Orang yang mula-mula menaruh perhatian terhadap hal ini adalah Huzaifah bin Yaman. Ia
kemudian mengusulkan Usman bin Affan agar menyelesaikan masalah ini. Langkah awal yang
dilakukan oleh Usman bin Affan adalah meminta kumpulan naskah Al-Qur’an yang disimpan
oleh Hafsah binti Umar. Naskah ini merupakan suatu kumpulan tulisan Al-Qur’an yang
berserakan pada masa Abu Bakar as-Siddiq. Usman bin Affan kemudian membentuk sebuah
panitia penyusun Al-Qur’an.
F. Peristiwa Fitnah
Peristiwa ini terjadi pada periode keduapemerintahan Usman bin Affan. Sebab terjadi peristiwa
itu adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Usman bin Affan yang mengangkat kerabat-kerabatnya dari Bani Umayyah sebagai
pejabat pemerintahan menaimbaulkan rasa iri dari kaum muslimin. Mereka melihat bahwa Bani
Umayyah mempunyai kedudukan yang tingggi dalam pemerintahan. Meraka juga memiliki hak –
hak istemewa dan kekayaan yang belimpah. Padahal, Bani Umayyah orang-orang yang terakhir
menerima Islam. Banyak dari mereka menerima islam berdasarkan keuntungan duniawi. Mereka
menyadari mereka akan tetap kalah apabila mereka masih tetap memnyembah berhala. Beberapa
pejabat dari Bani Umayyah menunjukkan periaku yang tidak baik. Hal itu ditunjukkan oleh
Walid bin Uqbah, Gubernur Irak. Ia datang kemesjid dalam keadaan mabuk. Keadaan itu
memunculkan perlawanan terbuka. Pada tahun 30 H, Walid bin Uqbah menjatuhkan hukuman
mati kepada tiga pemuda yang membunuh Ibnu Haisuman al-Khuza’i. Hukum mati itu
mengundang kemarahan Bani Azad, keluarga pemuda yang dihukum.
2. Hilangnya pengaruh kaun Ansar Madinah dan Bani Hasyim juga menjadi sebab yang penting.
Kedua golongan tersebut kehilangan hak-hak mereka dalam urusan pemerinthan. Hal itu
menyebabkan kedua golongan tersebut Bani Umayyah.
3. Pengangkatan Mawan bin Hakam sangat tidak disukai oleh masyarakat muslim. Ia adalah
orang yang sangat mementingkan diri sendiri. Ia juga merencanakan agar Bani Umayyah dapat
menguasai pemerintahan Islam.
4. Kesederhanaan dan kemurahan hati Usman bin Affan menjadi penyebab bencana bagi dirinya.
Ia terlalu mempercai Marwan bin Hakam. Hal itu membuat pemerintahan makin buruk.
Akibatnya, banyak orng yang membuat kerusuhan di daerah. Seharusnya Usman bin Affan
mampu mengatasi hal itu dengan kekerasan dan ketegasan. Akn tetapi, ia tidak melakukan hal itu
krena kelembutan hatinya.
5. Pembuangan Abu Darda al-Ghifari telah membangkitkan kemaran kaum muslimin. Abu
Darda al-Ghifari adalah orang yang sangat saleh. Ia membela kepentingan rakyat kecil. Ia telah
mendesak Gubernur Suriah agar mewajibkan orang-orang kaya menyisihkan sebagian
hartanyabagi kepentingan kaum miskin. Akan tetapi, Mu’awiyah bin Abu Sufyan melporkannya
sebagai penghasut kepada Usman bin Affan. Akhirnya, ia dibuang dan dikucilkan di Desa
Rabadah.
6. Kaum munafik telah menyebarkan fitnah dan hasutan. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin
Saba’. Ia adalah seorang Yahudi yang berasal dari Yaman dan berpuara-pura masuk Islam. Ia
menghasut kaum muslimin agar memberptak kepada khalifah.
Keadaan itu mnyebabkan kaum muslimin menjadi kacau. Dikota Kufah dan Basrah, rakyat
menentang gubernur-gubernur yang diangkat oleh Usman bin Affan. Di Mesir, Abdullah bin
Saba’ mendakwahkan hak Ali bin Abi Thalib yang sah untuk menjabat sebagai khalifah. Ia
menyebarkan pemikiran Yahudi tentang Mesiah. Abdullah bin Saba’ menyatakan bahwa Ali bin
Abi Thalib akan datang sebagain al-Mahdi atau penyelamat dunia.
Pemberontakan pertama pecah di Mesir. Mereka mengusir gubernur. Kemudian, sekitar 600
orang pemberontak datang ke Madinah. Dalam perjalanan, para pemberontak dari Kuffah dan
Basrah ikut bergabung. Mereka mengamukakan keluhan-keluhan terhadap Usman bin Affan.
Keluhan itu ditanggapi oleh Usman bin Affan dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar
sebai Gubernur yang baru. Para pemberontak itu kelihatannya puas dan kembali kedaerah
masing-masing.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan