Anda di halaman 1dari 32

PENGEMBANGAN WILAYAH PERKOTAAN

“Permasalahan lingkungan hidup di perkotaan’’

DISUSUN OLEH :

ALMUGNI F231 17 078

ANISAH SAHRATUL S. F231 17 084

ANDI MOH.RIFLADI F231 17 079

INDRA DARMAWAN F231 17 081

DANDI F231 17 070

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PRODI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Permasalahan lingkungan hidup di
perkotaan’’ dapat terselesaikan. Makalah ini tentunya telah disusun dengan sebaik mungkin
meskipun masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya.

Oleh karena itu kami berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai masalah-masalah lingkungan hidup yang
terjadi di perkotaan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimahkasih pada semua pihak terkait
khususnya Dosen pembimbing yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah kami.

Akhir kata kami sangat membutuhkan saran dan kritikan sebagai ajang untuk mengoreksi dan
memulai perbaharuan baru agar dapat menjadi makalah yang baik dan menjadi dasar perencanaan
yang kompherensif. Demikian, terima kasih.

Palu, 29 April 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................ 1
BAB II KAJIAN LITERATUR ........................................................................................................... 2
2.1 LINGKUNGAN HIDUP......................................................................................................... 2
2.2 PERMUKIMAN ..................................................................................................................... 2
2.2.1 Ciri fisik Permukiman Sehat .................................................................................................. 3
2.3 PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP ............................................................................ 4
2.3.1 Macam-macam Pencemaran .................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 7
3.1 PENURUNAN KUALITAS FISIK PERMUKIMAN ............................................................ 7
3.1.1 Pengertian Permukiman Kumuh ............................................................................................ 7
3.1.2 Penggolongan Permukiman Kumuh ...................................................................................... 8
3.1.3 Penyebab Munculnya Permukiman Kumuh........................................................................... 8
3.1.4 Ciri Fisik dan Non Fisik Permukiman Kumuh ...................................................................... 9
3.2 PENURUNAN KUALITAS AIR DI PERKOTAAN ........................................................... 10
3.2.1 Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai .................................................................... 11
3.3 PENURUNAN KUALITAS UDARA DI PERKOTAAN ................................................... 17
3.3.1 Sumber dan Penyebab Pencemaran Udara ......................................................................... 18
3.3.2 Dampak Pencemaran Udara Dan Solusinya .................................................................... 19
3.3.3 Solusi Pencemaran Udara .................................................................................................. 21
3.4 MAKIN BESARNYA ANCAMAN BANJIR ...................................................................... 22
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 28
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 28
4.2 SARAN ................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Seiring dengan perkembangan suatu perkotaan yang berbanding lurus dengan perkembangan era
globalisasi, hal ini mengakibakan munculnya beberapa dampak negativ yang tentunya dirasakan oleh
lingkungan hidup terkhusus manusia itu sendiri. Salah satu dampak negativ yang paling pentinga dan
yang paling urgent adalah penurunan kualitas fisik permukiman atau degradasi permukiman, hal ini
menjadi sangat penting untuk dibahas karena yang merespon langsung dampak tersebut adalah
manusia (Masyarakat/penduduk) yang notabenenya berada pada lingkungan hidup berskala
permukiman.

Permasalahan penurunan kualitas fisik permukiman ini lebih cenderung banyak terjadi di
lingkup perkotaan di bandingkan dengan desa, hal ini dikarenakan ciri khas perkotaan yang jika
dilihat dari geografis memiliki luas wilayah dan lahan terbatas hingga mengakibatkan kepadatan dan
alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan merusak tatanan struktur keruangan
kota, hingga mengakibatkan penurunan kualitas fisik kota pada umumnya, dan akan terdampak
langsung pada permukiman yang ada di lingkup wilayah kota. Berbeda dengan desa, penurunan
kualitas fisik permukiman sangat jarang terjadi bahkan tidak terjadi karena kondisi geografis yang
cenderung luas, dan tidak terkontaminasi dengan aktifitas yang merusak lingkungan permukimannya
sendiri. Terkecuali akibat alam atau perilaku sosial masyarakat itu sendiri pada kawasan
permukimannya, misalnya kurang sadarnya akan lingkungan ( Penebangan Liar, Pembuangan
Sampah Sembarangan, dan sejenisnya).

Perkembangan tingkat kebudayaan manusia dikota mengikuti pertambahan penduduk yang


cepat membawa perubahan besar dalam kesimbangan lingkungan hidup diperkotaan. Pertambahan
penduduk di kota yang begitu cepat telah banyak menyita areal-areal tertentu yang seharusnya sangat
penting dilestarikan untuk keberlanjutan pertumbuhan suatu kota. Misalnya banyak taman, tanah
kosong, hutan, perkebunan disekelilingnya telah banyak berubah fungsi menjadi tempat tinggal atau
tempat usaha, tempat pendidikan, kantor ataupun tempat berolahraga dan untuk fasilitas umum
lainnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Daerah perkotaan menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi kerusakan lingkungan
yang sangat besar, apa saja permasalahan tersebut

1
2. Bagaimana dampak yang dirasakan oleh masyarakat
3. Serta penganggulan apa yang tepay dari permasalahan-permasalahan tersebut

BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 LINGKUNGAN HIDUP


Menurut undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan
menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal
yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan,
perkembangan, dan reproduksi organisme. Menurut Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto Lingkungan
hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita. Menurut Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, SH Lingkungan
hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya,
yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan
manusia dalam jasad hidup lainnya.

Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai keseluruhan unsur atau komponen, maka dapat
dibedakan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Komponen-komponen lingkungan hidup
dapat dibedakan menjadi komponen benda-benda hidup (biotik) dan komponen benda-benda mati
(abiotik). Termasuk ke dalam komponen biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan, sedangkan
yang termasuk ke dalam komponen abiotik adalah udara, tanah, dan air. Baik komponen biotik
maupun komponen abiotik membentuk satu kesatuan atau tatanan yang disebut ekosistem, sehingga
lingkungan hidup sering pula disamakan dengan ekosistem.

2.2 PERMUKIMAN
Permukiman (human settlement) adalah tempat (ruang) untuk hidup dan berkehidupan bagi
kelompok manusia (Doxiadis, 1971). Sehingga dapat kita artikan bahwa Permukiman adalah bagian

2
dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu perumahan yang mempunyai prasarana, saran,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Menururt WHO (World Health Organization), sehat berarti suatu keadaan yang lengkap dari fisik,
mental, dan kesejahtraan sosial tidak hanya sekedar bebas dari sakit dan cacat, yang memungkinkan
sesorang dapat bekerja secara produktif. Permukiman sehat adalah suatu hunian yang terhindar dari
penyakit karena terjaminnya kualitas kehidupan di dalamnya (Citra Kusmawardhani, Skripsi UI
2011).

2.2.1 Ciri fisik Permukiman Sehat

Menurut APHA (American Public Health Association) perumahan dikatakan sehat apabila terdapat
hal-hal sebagai berikut :

1. Memenuhi Kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah,
penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular, yaitu memiliki penyediaan air
bersih, saranan pembuangan sampah, dan saluran pembuangan air limbah yang saniter serta
memenuhi syarat kesehatan.
4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,
seperti pondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus
pendek listrik, keracunan bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas.

Keputusan Mentri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 menyatakan bahwa


persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman meliputi :

1. Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah,
bekas tambang, dan daerah rawan kecelakaan serta kebakaran.
2. Kualitas Udara
Kualitas Udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan
memenuhi syarat baku mutu lingkungan.
3. Kebisingan dan getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A dan tingkat getaran maksimum 10
mm/detik.
4. Kualitas tanah di daerah permukiman
Harus sesuai dengan memnuhi syarat berdirinya suatu bangunan tempat tinggal.

3
5. Prasaranan dan Sarana.
Dikatakan memenuhi lingkungan sehat apabila memiliki taman bermain untuk anak, sarana
rekreasi keluarga dengan kontruksi yang aman dari kecelakaan, adanya saranan drainase yang
tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit, dilengkapi dengan sarana jalan lingkungan
dengan ketentuan kontruksi jalan tidak menggangu kesehatan, kontruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, tembatan harus memiliki pagar
pengaman, lampu penenrangan jalan tidak menyilaukan mata, tersedia cukup air bersih
sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengelolaan
pembuangan tinja dan limbah rumah tangga, sampah harus memenuhi persyaratan kesehatan,
kemudahan akses sarana pelayanan kesehatan , komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan,
tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya, serta tersedianya pengaturan instalasi
listrik yang menjamin keamanan penghuninya.
6. Vektor Penyakit
Penyebab penyakit dapat terjadi karena perantara vector. Dalam lingkungan yang sehat
syarat-syarat adanya vector penyakit yaitu : Indeks lalat dan jentik nyamuk harus memenuhi
syarat di bawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan, dan kelestarian alam.

2.3 PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP


Pencemaran lingkungan hidup adalah kontaminasi komponen fisik dan biologis dari seistem
bumi atau atmosfer sedemikian rupa dimana proses lingkungan terganggu (Kemp 1998:129).
Pencemaran lingkungan hidup menurut Santos (1990:44) adalah sebagai kontaminasi habitat,
pemanfaatan sumber daya yabg tidak dapat terurai. Setiap penggunaan sumber daya yang
melebihi kapasitas alam untuk memulihkan dirinya sendiri dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan.

2.3.1 Macam-macam Pencemaran

Pencemaran lingkungan hidup secara umum terbagi atas 4 pencemaran, yaitu pencemaran udara,
pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran suara. Berikut 4 macam-macam pencemaran :

1. Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan suatu perubahan pada baku mutu air dari suatu badan air,
baik itu di sungai, danau, lautan, air tanah atau badan air lainnya. Pencemaran air terjadi

4
karena adanya kegiatan atau kebiasaan manusia atau peristiwa alam, contoh dari
peristiwa alam salah satunya adalah letusan gunung berapi yang melewati sungai bahkan
hingga danau. Adapun beberapa jenis pencemar air antara lain adalah adanya pembuangan
limbah industri, sisa-sisa insektisida, pembuangan sampah rumah tangga hingga zat- zat
kimia hasil dari sisa laboratorium ataupun rumah sakit. Salah satu jenis pencemar air laut
adalah tumpahan minyak bumi yang terjadi karena adanya kecelakaan pada kapal
tanker minyak bumi yang saat ini sering terjadi. Dampak dari tumpahan tersebut tentunya
dapat mengganggu organisme dalam air dan juga ekosistem air laut.

2. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah pencemaran yang terjadi karena masuknya substansi yang
dapat mengganggu mutu daru udara dan tentunya sangat membahayakan bagi makhluk
hidup. Sifat udara yang mudah menyebar inilah yang membuat penyebaran menjadi lebih
cepat dan tidak terarah sehingga menimbulkan pencemaran udara di berbagai tempat tanpa
mengenal waktu. Pada umumnya pencemaran udara terbagi atas dua macam, yaitu
pencemaran primer dan pencemaran sekunder.

Pada pencemaran primer terjadi substansi pencemar yang ditimbulkan langsung oleh sumber
pencemar udara, contohnya disini adalah karbon dioksida yang menjadi pencemar primer
hasil dari pembakaran. Sedangkan pada pencemaran sekunder adalah terjadi pencemar dalam
bentuk reaksi dari pencemar primer di lapisan atmosfer, contohnya adalah asam sulfur yang
terbentuk karena reaksi kimia antara sulfur diokside dengan sulfur monoksida bersama uap
air. Salah satu dampak dari pencemaran udara yang paling ekstream adalah terjadinya
pemanasan global yang dapat merusak lapisan ozon.

3. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah merupakan pencemaran yang terjadi akibat adanya zat tertentu
yang masuk dalam struktur lapisan tanah yang dapat mempengaruhi kualitas dari tanah
tersebut sehingga kemungkinan terbesarnya adalah tanah tersebut tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal.

Adapun faktor dari pencemaran tanah antara lain adalah adanya sampah-sampah yang
tertimbun dalam tanah, zat kimia dalam pertanian yang digunakan secara berlebihan. Pada
kasus pencemaran tanah, setidaknya tanah dapat dioptimalkan lebih baik dengan
memupuknya menggunakan pupuk organik agar unsur hara dalam tanah tetap terjaga.

5
4. Pencemaran Suara

Pencemaran suara merupakan pencemaran yang disebabkan oleh suara bising yang
berlangsung dalam waktu tertentu yang ditentukan oleh besarnya kekuatan suara tersebut.
Satuan kekuatan suara disebut sebagai satuan dB, dimana semakin besar dBnya maka
semakin bising pula suara yang dihasilkan. Pencemaran jenis ini tidak boleh dianggap remeh,
karena salah satunya dapat mengganggu sebuah ekosistem di alam luar.

Yang dimaksud disini adalah akan mempengaruhi hewan-hewan yang berada di alam bebas
untuk berpindah habitat sehingga hal ini menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem. Tidak
hanya mengganggu ekosistem alam luar saja, tapi juga dapat mengganggu pendengaran
manusia serta mempengaruhi sistem metabolisme tubuh yang diantaranya dapat
mempengaruhi tekanan darah, mempengaruhi denyut nadi, meningkatkan stress dan juga
mengganggu bagi mereka yang memiliki penyakit jantung.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENURUNAN KUALITAS FISIK PERMUKIMAN


Masalah penurunan kualitas fisik permukiman di perkotaan merupakan masalah
lingkungan hidup yang banyak dialami kota-kota besar. Salah satu masalah penurunan
kualitas fisik permukiman dikota adalah dengan ditandai banyaknya permukiman kumuh di
perkotaan.

3.1.1 Pengertian Permukiman Kumuh


Kumuh memiliki pengertian tidak beraturan, tidak terawat, dan kotor. Jadi permukiman
kumuh adalah suatu tatanan ruang yang tidak beraturan, tidak terawat, dan kotor yang
mengakomodasi ruang daur hidup manusia. Untuk pengertian lebih jauh, slum adalah suatu daerah
yang diperbolehkan oleh penguasa setempat untuk dibangun hunian. Daerah tersebut menjadi kumuh
karena kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam lingkungannya. Berbeda dengan
pengertian squatter areas yang berarti suatu daerah umum atau milik pemerintah yang tidak
diperbolehkan untuk dihuni. Sehingga squatter areas ini dikenal sebagai permukiman kumuh yang
liar. UN HABITAT6 (badan PBB) mengartikan permukiman kumuh sebagai sebuah perkumpulan
dari individu yang tinggal dalam satu atap di suatu perkotaan yang kekurangan satu atau lebih hal-hal
sebagai berikut :

1. Permukiman yang dapat bertahan dalam kondisi iklim yang ekstrem,


2. Kecukupan ruang dalam hunian, yang berarti tidak lebih dari 3 orang membagi ruang yang
sama, 3. Kemudahan akses untuk mendapatkan air bersih dengan harga terjangkau,
3. Adanya akses untuk sanitasi yang memadai dengan pengadaan toilet pribadi ataupun umum
dengan pembatasan jumlah penggunanya,
4. Rasa aman terhadap hak milik tanah maupun bangunan yang dapat mencegah penduduk dari
penggusuran secara paksa.

Permukiman kumuh memiliki jenis yang berbeda-beda di tiap-tiap tempat dalam suatu
perkotaan. Selain itu, penduduk di dalam permukiman kumuh juga memiliki tingkat ekonomi yang
beragam.7 Hal ini bergantung dari banyaknya poin-poin yang telah disebutkan diatas ditemukan
dalam rumah tangga di suatu permukiman. Oleh karena itu, permukiman kumuh di perkotaan perlu
ditangani dengan cara yang berbeda pula.

7
3.1.2 Penggolongan Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh dapat digolongkan menjadi dua, yaitu permukiman kumuh yang legal
dan permukiman kumuh yang illegal. Berikut penjelasan kedua penggolonggan permukiman kumuh :

Permukiman kumuh yang legal berarti permukiman kumuh yang mempunyai kepemilikan
yang jelas atas tanah dan bangunan. Permukiman kumuh jenis ini disebut juga slums. Slums
merupakan daerah di perkotaan dengan kepadatan tinggi ditandai oleh bangunan yang kualitasnya
tidak baik, tidak sehat, terdapat masalah kemiskinan dan kehidupan sosial yang tidak teratur di
lingkungan itu. Slum memiliki arti area dari suatu kumpulan rumah tinggal dengan keadaan:

1. Kondisi bangunan tua dan tidak terawat,


2. Sirkulasi udara, pencahayaan, dan sanitasi yang tidak memadai.

Permukiman kumuh yang illegal/squatter areas berarti permukiman kumuh yang tumbuh
secara tidak terencana di atas lahan negara tanpa persetujuan pemerintah setempat. Permukiman ini
terletak di lahan-lahan yang tidak memiliki izin untuk dibangun, antara lain di bantaran kali, pinggir
rel, bawah jalan layang, dan taman kota. Permukiman squatter disebut sebagai permukiman spontan
ataupun permukiman yang tidak terkontrol dikarenakan permukiman tersebut tidak memiliki
kepemilikan formal dan tidak terdapat dalam tata aturan pemerintah. Shanty towns juga adalah
penamaan untuk permukiman squatter karena rendahnya kualitas konstruksi dari bangunan di
permukiman tersebut.

3.1.3 Penyebab Munculnya Permukiman Kumuh


Permukiman kumuh yang muncul di Negara Dunia Ketiga salah satunya terjadi karena
adanya ketidakmerataan pembangunan dan ekonomi yang terpusat pada daerah perkotaan sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan arus migrasi dari pedesaan ke perkotaan. Banyak masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang tidak mampu untuk memiliki rumah karena tingginya harga
tanah maupun bangunan. Ini karena adanya pengalihan konsentrasi lahan yang semula dipergunakan
untuk pemukiman kemudian dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan kota. Sehingga kawasan hunian
terdesak menjadi terkonsentrasi di wilayah tertentu atau terpusat secara spasial. Akhirnya, mereka
yang tidak mampu untuk membeli atau menyewa hunian yang tersedia di perkotaan mulai menempati
area permukiman kumuh. Kawasan permukiman kumuh yang illegal/squatter areas cenderung untuk
terus tumbuh dan menyebabkan sejumlah dampak tidak hanya bagi penduduk di tempat itu sendiri
tapi juga bagi lingkungan yang lebih luas. Dampak yang terjadi akibat tidak terkendalinya
permukiman kumuh di perkotaan adalah permasalahan pencemaran air sungai, munculnya kegiatan-

8
kegiatan yang melanggar hukum, maupun pembentukan tata kota yang semrawut.11 Munculnya
permukiman kumuh di perkotaan dipicu oleh :

1. Perpindahan dari desa ke kota (Urbanisasi),


2. Pertumbuhan secara alami,
3. Kombinasi dari perkembangan secara alami dan pindah musiman,
4. Penempatan populasi misal karena konflik bersenjata, konflik internal, dan agresi militer.

3.1.4 Ciri Fisik dan Non Fisik Permukiman Kumuh


Ciri fisik permukiman kumuh di perkotaan dapat menjelaskan perihal pembenahan
permukiman kumuh salah satunya dengan mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana yang paling
dasar dibutuhkan oleh masyarakat. Ciri fisik permukiman kumuh antara lain :

1. Sanitasi, fasilitas MCK yang tidak layak dan kotor,


2. Utilitas, seperti akses jalan lingkungan yang tidak memadai,
3. Kondisi rumah tangga yang tidak sehat, berbau, dan pengap,
4. Tidak adanya kawasan hijau atau taman lingkungan,
5. Pengelolaan sampah yang tidak baik.

Ciri-ciri permukiman kumuh menurut Supardi Suparlan yaitu :

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai,


2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin,
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang
yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemerawutan tata ruang,
4. Ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

Ciri-ciri kawasan kumuh menurut kriteria Departemen Pekerjaan Umum :

1. Lingkungan tidak terawat dan kotor,


2. Umur kawasan kadangkala telah mencapai lebih dari 50 tahun dan kondisinya semakin
menurun,
3. Dibangun spontan sebagai hunian,
4. Tidak ada kejelasan hak milik (liar/squatter),

9
5. Bahan bangunan rumah diperoleh dari bahan-bahan seadanya,
6. Bangunan bersifat semi permanen,
7. Warganya merupakan migran urbanisasi,
8. Warga slum yang bekerja kebanyakan adalah pekerja pasar dan serabutan,
9. Banyak dihuni oleh pengangguran,
10. Tingkat kejahatan/kriminalitas tinggi,
11. Miskin dan berpendapatan rendah,
12. Sarana dan prasarana publik sangat tidak memadai.

Perbedaan ciri fisik permukiman kumuh yang legal dan illegal dapat dilihat pada struktur dan
material dari lingkungan pemukiman kumuh tersebut. Permukiman kumuh dengan status tanah yang
sah, pembangunan huniannya cenderung lebih permanen dibandingkan dengan permukiman kumuh
yang status tanahnya tidak sah. Ketersediaan fasilitas-fasilitas yang menunjang dalam suatu
lingkungan permukiman kumuh sering kurang memenuhi permintaan. Ini karena lingkungan
permukiman kumuh yang sudah melebihi kapasitasnya dalam menyediakan ruang bagi penduduk
(kepadatan tinggi). Akibatnya fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pemerintah bagi penduduk yang
bermukim di lingkungan permukiman tersebut tidak cukup untuk mewadahi semua kebutuhan
penduduk di tempat itu.

3.2 PENURUNAN KUALITAS AIR DI PERKOTAAN

1. Penurunan kualitas air sungai

Di dalam suatu sistem Daerah Aliran Sungai, sungai yang berfungsi sebagai wadah
pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondisi
sungai tidak dapat dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai (PP 38 Tahun 2011). Kualitas
air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan
kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di
dalamnya (Wiwoho, 2005). Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan
dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada (Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005)
Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta
meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam
suatu Daerah Aliran Sungai. Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan
limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).
Berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah DAS Blukar seperti aktivitas
permukiman, pertanian dan industri diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai
Blukar. Aktivitas permukiman dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS. Hasil

10
pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal
pada Sungai Blukar tahun 2006 menunjukkan parameter COD, belerang.

3.2.1 Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai


Strategi pengendalian pencemaran air merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran air serta pemulihan kualitas air
sesuai kondisi alaminya sehingga kualitas air sungai terjaga sesuai dengan peruntukkannya.
Strategi pengendalian pencemaran air memerlukan serangkaian kriteria dan alternatif untuk
mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan sumber daya yang
ada. Strategi pengendalian pencemaran air dirumuskan berdasarkan wawancara mendalam
dengan keyperson serta berdasarkan hasil AHP (Analytic Hierarchy Process) . Kriteria dan
alternatif untuk mencapai tujuan strategi pengendalian pencemaran air disusun berdasarkan
hasil survey lapangan serta diskusi terhadap keyperson yang berkompeten dalam
pengendalian pencemaran air.
Rumusan hasil survey dan pengamatan di lapangan yang dilanjutkan dengan wawancara
mendalam terhadap keyperson dalam upaya pengendalian pencemaran air adalah sebagai
berikut :
a. Perilaku masyarakat menyumbang terjadinya pencemaran air sungai.
b. Belum optimalnya koordinasi antar intansi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya air dan pengendalian pencemaran air
c. Diperlukan instrumen di tingkat kebijakan yang dapat dijadikan pedoman program
pengendalian pencemaran air.
d. Perlunya kegiatan nyata di lapangan baik berupa pembangunan system sanitasi
masyarakat maupun konservasi vegetatif.

Dari hasil rumusan diatas disusun 3 aspek utama yang berkaitan dengan strategi
pengendalian pencemaran air, yaitu :
a. Aspek managemen perencanaan
b. Aspek sosial kelembagaan
c. Aspek lingkungan/ekologi

Menurut Ringkasan Kajian Unicef Indonesia Oktober 2012, Di Indonesia, diare masih
merupakan penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007
menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun,
dan 25 persen kematian anak usia antara satu sampai empat tahun.
Angka diare pada anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum

11
tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan
air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang
melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan
fasilitas toilet pribadi dan septik tank.

Kematian dan penyakit yang disebabkan oleh diare pada umumnya dapat dicegah. Bahkan
tanpa perbaikan pada sistem pengairandan sanitasi, mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan
sabun dapat mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen. Di daerah-daerah kumuh
perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang
berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat.
Penyakit¬penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan penyakit diare lainnya, tipus,
hepatitis, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis dan infeksi
parasit usus.

Terkait dengan akses pada air bersih, menurut kajian Unicef diatas kita justru mengalami
penurunan akses pada air bersih. Perbandingan dengan tahun 2007 menunjukkan akses air bersih pada
tahun 2010 telah mengalami penurunan kira-kira sebesar tujuh persen. Perhitungan dengan
menggunakan kriteria MDG nasional Indonesia untuk air bersih dan data dari sensus tahun 2010
menunjukkan bahwa Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta orang dengan persediaan air bersih
pada tahun 2015. Di sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama WHO-UNICEF (JMP) untuk
air bersihii akan digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan 36,3 juta orang pada tahun 2015.
Permintaan terhadap penggunan air semakin meningkat, baik untuk keperluan irigasi, industri, air
minum, rekreasi, dan lainnya. Namun yang menjadi masalah, tingkat persediaan air bersih relative
tetap dengan kemampuan alam menahan air semakin berkurang.

Kuantitas merupakan jumlah air yang tersedia dan siap digunakan oleh masyarakat dengan
ketentuan bahwa: Air minum yang dikonsumsi oleh penduduk baik di desa maupun di kota harus
memperhatikan kualitas maupun kuantitasnya. Kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan berkisar
150 lt/org/hr, dan untuk masyarakat pedesaan 80 lt/org/hr. Air tersebut digunakan untuk keperluan
sehari¬hari dan keperluan pendukung lainnya termasuk yang mendukung kebutuhan¬-kebutuhan
sekunder. Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik konsumsi 100
lt/org/hr dan pedesaan sebanyak 40% dengan konsumsi 60 lt/org/hr.

Sedangkan pengertian kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter- parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan
perundang¬undangan yang berlaku. Kriteria mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas
air. Menurut Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 Kualitas air bersih meliputi kualitas secara fisika,

12
secara kimia, secara mikrobiologi dan kualitas secara radioaktivitas. Sedangkan parameter-parameter
yang harus terpenuhi meliputi :

1. Parameter fisika meliputi: Bau, Rasa, Warna, Zat padat terlarut dan Suhu.
2. Parameter kimia meliputi: kimia Anorganik seperti Air raksa, Arsen, Fluorida, Kadmium,
Kesadahan (Ca CO3), Khlorida, Kromium-Valensi-6, Mangan, Nitrat sebgai N, Nitrit sebagai
N, pH, Selenium, Seng, Sianida, Sulfat dan Timbal. Kimia Organik seperti Aldrin dan
Dieldrin, Benzene, Benzo (a) pyrene, Chlordane (total isomer), Chloroform, 2,4 D, DDT,
Detergen, ,2 Dichloroethane, 1,2 Dichloroethane, 1,1 Dichloroethane, Heptachlor dan
heptachlor epoxide, Hexachlorbenzene, Gamma-HCH (Lindane), Methoxychlor,
Pentachlorophenol, Pestisiotalda T, 3,4,6-Trichlorephenol, Zat Organik (KMnO4).
3. Parameter Mikrobiologi meliputi: Total Caliform (MPN).
4. Parameter Radioaktifitas meliputi: Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity), Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air

1. Kedalaman Permukaan Air tanah: Kedalaman permukaan air tanah merupakan permukaan
tertinggi dari air yang naik ke atas suatu sumuran atau tempat yang rendah. Ketiggian air
tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan, penguapan, dan kedalaman aliran
perkukaan terbuka (sungai). Kedalaman permukaan air tanah akan berpengaruh pada
penyebaran bakteri coliform secara vertikal.
2. Curah Hujan: Air hujan yang mengalir di permukaan tanah dapat menyebabkan bakteri
coliform yang ada di permukaan tanah terlarut dalam air tersebut. Meresapnya air hujan ke
dalam lapisan tanah mempengaruhi bergeraknya bakteri coliform di dalam lapisan tanah.
Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan
terjadinya pencemaran.
3. Jenis Tanah: Jenis tanah berbeda mempunyai daya kandung air dan daya melewatkan air yang
berbeda pula. Daya kandung atau kemampuan tanah untuk menyimpan air disebut porositas,
yaitu rasio antara pori-pori tanah dengan volume total tanah dan biasannya dinyatakan dalam
satuan persen, sedangkan kemampuan tanah untuk melewatkan air disebut permeabilitas,
yaitu jumlah air yang dapat dilewatkan oleh tanah dalam satuan waktu per satuan luas
penampang. Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri
coliform, mengingat air merupakan alat tranportasi bakteri dalam tanah. Makin besar
permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan air yang berarti jumlah bakteri
yang dapat bergerak mengikuti aliran juga makin besar.

13
Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan pada umumnya berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:

 Secara alamiah memang air tersebut tidak memenuhi syarat, misalnya keruh, berwarna,
berbau dan mengandung besi atau mangan dalam kadar yang berlebihan/tinggi.
 Lingkungan sekitar sarana air bersih yang dapat mencemari air, misalnya terdapat jamban,
pembuangan sampah, kandang ternak dan genangan air kotor pada jarak kurang 11 meter.
 Konstruksi sarana air bersih yang tidak memenuhi persyaratan teknis seperti sumur gali tanpa
dilengkapi bibir, dinding, lantai dan saluran pembuangan air bekas yang kedap air.

2. Penurunan kualitas air tanah di perkotaan

Pencemaran air tanah merupakan sebuah kondisi yang mana tanah sebagai tempat
berkumpulnya air tercemar oleh polutan (zat pencemar) sehingga air yang berada di dalamnya juga
ikut tercemar. Jenis polutan air tanah (baca : Polusi Air) bermacam- macam wujudnya, ada yang
berwujud padat, cair maupun gas. Polutan- polutan tersebut menyebabkan perubahan pada air tanah
baik perubahan fisis, kimia maupun biologi. Perubahan sifat- sifat air itu bisa dijadikan penanda atau
ciri- ciri pencemaran air tanah yang meliputi :

 Perubahan fisik Terjadinya perubahan pada air yang bisa kita lihat dan rasakan langsung
menggunakan panca indera, seperti berubahnya tingkat kejernihan air, berubahnya suhu air
tanah, serta berubahnya warna & rasa air tanah.
 Perubahan kimia Berubahnya pH (tingkat keasaman) dan susunan zat kimia yang
terkandung di dalam air tanah.
 Perubahan biologi Munculnya bakteri- bakteri berbahaya di dalam air tanah.

Penyebab pencemaran air tanah

1. Sampah anorganik : Penyebab pertama dari percemaran air tanah adalah sampah anorganik.
Sampah anorganik ini bisa berwujud sampah plastik, kaleng dan sterofoam yang menumpuk
di atas tanah atau tertimbun di dalam tanah. Ketika turun hujan, air hujan akan meresap ke
dalam tanah. Resepan air hujan tersebut membawa serta zat- zat pencemar yang berasal dari
sampah organik dan pada akhirnya menyebabkan pencemaran air tanah.

2. Sampah organik : Sampah organik bukannya tidak bisa menjadi penyebab pencemaran air
tanah. Secara logika, sampah organik mudah terurai dan dapat menjadi kompos alami bagi
tanah. Akan tetapi bagaimana jika sampah organik seperti sayuran dan bahan makanan busuk

14
lainnya tertimbun di dekat sumber air tanah dan butuh waktu lama untuk terurai karena
kondisi tanah lembab diguyur hujan. Sampah- sampah organik itu akan semakin membusuk,
mengeluarkan bau tak sedap dan mengandung banyak bakteri. Bakteri- bakteri yang ada pada
sampah organik itulah yang bisa menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah.

3. Limbah cair : Limbah cair beracun dapat berwujud air bekas mencuci pakaian, air sisa
pestisida, cairan berminyak atau bahkan cairan limbah industri yang mengandung zat kimia
beracun. Limbah industri seharusnya dikelola dengan baik. Jika pihak pengelola lalai,
misalnya tidak melapisi penampungan limbah cair dengan bahan kedap air, maka limbah cair
industri zat mengandung racun bisa merembes ke dalam tanah. Jika rembesan limbah cair
terbawa oleh air hujan kemudian bermuara di sumber air tanah, maka kandungan beracun dari
limbah cair tersebut bisa menjadi penyebab pencemaran air tanah yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia.

Dampak dan cara penanggulangan pencemaran air tanah

Pencemaran air tanah membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia. Diantara dampak buruk
tersebut yaitu :

 Berkurangnya persediaan air bersih karena air tanah sebagai sumber air bersih sudah
tercemar. Jika ketersediaan air tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari seperti minum, mandi,
mencuci dan kakus, maka akan terjadi kelangkaan air bersih yang berdampak pada
berkurangnya produktivitas manusia.
 Naiknya populasi bakteri- bakteri berbahaya. Bakteri yang bersifat phatogen akan
berkembangbiak dengan cepat di dalam air yang tercemar. Tingginya populasi bakteri
phatogen juga akan mengurangi tingkat oksigen di dalam air.
 Turunnya tingkat kesehatan. Mengkonsumsi dan menggunakan air tanah yang tercemar dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit seperti diare, muntaber, disentri, gatal- gatal dan
penyakit- penyakit lainnya. Jika air tanah yang dikonsumsi ternyata tercemar oleh limbah
yang mengandung logam maka berpotensi menimbulkan kanker dan penyakit yang
menyerang darah.

15
Dampak dari pencemaran air tanah sangatlah mengancam kelangsungan hidup manusia. Untuk
meminimalisir dan menghindari dampak- dampak tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi pencemaran air tanah. Berikut ini adalah penjelasannya :

1. Remediasi
Cara pertama untuk menanggulangi pencemaran air tanah adalah remediasi. Kegiatan yang
perlu dilakukan dalam sistem remediasi ini adalah memulihkan kembali permukaan tanah yang
telah mengalami pencemaran. Pemulihan ini dilakukan dengan cara membersihkan permukaan
tanah dari polutan. Remediasi dapat dibagi menjadi 3 jenis yakni remiadiasi in situ dan ex situ.

Remediasi ex situ dilakukan dengan cara menggali tanah yang telah tercemar lalu diangkut
menuju tempat lain yang lebih aman. Di tempat tersebut, tanah galian yang tercemar
dimasukkan ke dalam tangki yang kedap air lalu ditambahkan zat pembersih. Setelah disimpan
untuk beberapa waktu, zat pembersih tersebut dikeluarkan lagi dari tangki dan diolah ditempat
pengolahan limbah cair. Sementara itu, remediasi in situ lebih mudah dilakukan dari pada
remediasi ex situ. Kegiatan yang dilakukan hanya membersihkan tanah dan bioremediasi.

2. Bioremediasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bioremediasi ini termasuk dalam remediasi in situ.
Pembersihan tanah dengan teknik bioremediasi ini dilakukan dengan cara menambahkan
mikroorganisme pengurai seperti jamur vesikular arbuskular mikoriza dan bakteri pengurai ke
dalam tanah. Mikroorganisme pengurai tersebut akan memecah polutan menjadi gas korbon
dioksida dan air sehingga tidak berbahaya lagi untuk tanah

Studi kasus pada pencemaran air tanah diaerah kota kendari Sulawesi Tenggara

Daerah kota kendari sulawei tengah dalam memalukan kuantitas menganilis pemcemaran air
tanah, mereka melakukan tahap-tahap dalam mengetahui pencemaran tersebut diantaranta untuk
mengetahui :

 Kualitas air tanah


Dalam kasusu ini Kualitas air khususnya untuk kebutuhan domestic daerah tersebut, secara
ideal harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan, baik dari segi fisik, kimia dan
bakteriologi. Apabila kualitas air telah melebihi ambang batas maksimal yang telah
ditentukan berdasarkan peraturan maupun keputusan pemerinttah, maka kualitas air tersebut
dapat menurun sesuai peruntukannya, sehingga dapat digolongkan Sebagai air tercema.
 Parameter fisik

16
Suhu dan kekeruhan; Suhu merupakan parameter fisik yang penting dalam penelitian tentang
sifat fisik dan kimia air. Kenaikan suhu air dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
dalam air serta kelarutan gas (Purnama, 2004). Berdasarkan hasil pengukuran dikatahui
bahwa suhu airtanah di seluruh daerah penelitian menunjukan variasi yang kecil dengan suhu
terendah sebesar 250C yaitu terletak pada sampel 6 dan tertinggi sebesar 28 0C terletak pada
sampel 8 dan 10. Sedangkan parameter kekeruhan digunakan untuk mengambarkan sifat optic
air yang ditentukan berdasarkan cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-pahan
pencemar (Sudarmdji, 2012). Hasil pengukuran menunjukan bahwa kekeruhan terrendah
terdapat pada sampel 9 sebesar 1,200C dan tertinggi pada sampel 7 sebesar 6,210C bersumber
dari airtanah membawa residu-residu dari tanah sehingga dapat mempengaruhi kualitas
airtanah
 Parameter Kimia
Dalam penelitian ini parameter yang digunakan adalah pH, khlorida, nitrit, besi, BOD dan
COD. pH merupakan salah satu sifat kimia air yang cukup penting. Secara alamiah air
bersifat netral dan nilai pHnya sekitar 6-9. Hasil pengujian kualitas air menunjukan bahwa
nilai pH hampir sebagian besar wilayah bersifat normal. Nilai pH terendah adalah 6,1 yang
diperoleh dari sumur gali penduduk (sampel 3) dengan kontruksi sumur gali
yang baik dan kedap air, selain itu, keadaan topografi yang relative datar, sedangkan pH
teringgi adalah 8,9 diperoleh dari sumur gali penduduk (sampel 1) dengan kontruksi sumur
yang sama baiknya pada sampel 3, namun memiliki topografi agak landai dan memiliki jarak
drainase (2,1m) dan kamar mandi (2m) yang cukup dekat sehingga air sumur tersebut dapat
terkontaminasi langsung oleh limbah rumah tangga yang dihasilkan dan diduga memicu
peningkatan pH air dalam sumur gali tersebut. Berdasarkan nilai pH tersebut maka airtanah di
daerah penelitian masih tergolong baiik dan dapat dikonsumsi untuk air minum.
 Parameter Bakteriologi
Bakteri E.Coli merupakan bakteri yang digunakan Sebagai indicator sanitasi dan bersumber
dari tinja manusia (Purnama, 2007). Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No 492/
Menkes/Per/ IV/2010 tentang persyaratan Kualitas Air Minum kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 0 MPN/100/ml. oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kualitas air
tanah di daerah penelitian masih tergolong baik karena memiliki E. Coli sebesar 0
MPN/100/ml. Hal ini menunjukan bahwa tingginya laju pertumbuhan penduduk dan segala
aktivitasnya tidak berdampak pada kualitas air berdasarkan parameter E.Coli.

3.3 PENURUNAN KUALITAS UDARA DI PERKOTAAN


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan

17
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik
seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional,
maupun global.

3.3.1 Sumber dan Penyebab Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa penurunan kualitas
udara karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi. Unsur-unsur
berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa karbon monoksida (CO), Nitrogen
dioksida (No2), chlorofluorocarbon (CFC), sulfur dioksida (So2), Hidrokarbon (HC), Benda
Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon Diaoksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa disebut juga sebagai
polutan atau jenis-jenis bahan pencemar udara.

Masuknya polutan ke dalam atmosfer yang menjadikan terjadinya pencemaran udara bisa
disebabkan dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab pencemaran udara dari
faktor adalah alam contohnya adalah aktifitas gunung berapi yang mengeluarkan abu dan gas
vulkanik, kebakaran hutan, dan kegiatan mikroorganisme. Polutan yang dihasilkan biasanya berupa
asap, debu, dan gas.

Penyebab polusi udara yang kedua adalah faktor manusia dengan segala aktifitasnya. Berbagai
kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :

1. Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,


kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap, debu,
grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
2. Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik, aspal.
Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
3. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.

18
4. Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan
penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau.
5. Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya adalah
gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
6. Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan pembuatan
keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas.
7. Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.
8. Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan debu
radioaktif.

3.3.2 Dampak Pencemaran Udara Dan Solusinya

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan
tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. Pencemaran
udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan
perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di
dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah
tercemar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat,
energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara
ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi
fungsinya. Berikut dampak pencemaran udara :

19
 Dampak kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem
peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai
adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik,
memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur,
perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8
trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.

 Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang
terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

 Hujan asam

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan
asam ini antara lain:

 Mempengaruhi kualitas air permukaan


 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air
tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.

 Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya
panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.

20
Dampak dari pemanasan global adalah:

 Peningkatan suhu rata-rata bumi


 Pencairan es di kutub
 Perubahan iklim regional dan global
 Perubahan siklus hidup flora dan fauna

 Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer
dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

3.3.3 Solusi Pencemaran Udara


Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain
di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.

 Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan
angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

21
 Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai
salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar
potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
 Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
 Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering
diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan
memperlambat laju
 Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun
secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan
tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat
dan kelengkapan kendaraan yang lain.
 Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.

3.4 MAKIN BESARNYA ANCAMAN BANJIR


Banjir adalah tinggi muka air melebihi normal pada sungai dan biasanya mengalir meluap
melebihi tebing sungai dan luapan airnya menggenang pada suatu daerah genangan (Hadisusanto,
2011). Selain itu, banjir menjadi masalah dan berkembang menjadi bencana ketika banjir tersebut
mengganggu aktifitas manusia dan bahkan membawa korban jiwa dan harta benda (sobirin, 2009).

Penyebab banjir di kawasan perkotaan

Jika diperhatikan seksama, bencana banjir ini disebabkan oleh berbagai factor, yaitu :

1. Adanya pengurugan atau reklamasi pada daerah resapan air sebagai akibat
terbatasnya lahan

Pembangunan yang terus-menerus dilakukan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan yang


ada tentunya banyak menimbulkan dampak-dampak ngeatif yang terjadi di masyarakat
contohnya saja bencana banjir yang dipengaruhi oleh daerah resapan air yang semakin
berkurang khususnya di daerah perkotaan yang mana tidak dikelola dengan baik dan
dibiarkan begitu saja bebas dibangun diatasnya. Berkurangnya daerah resapan air bisa
menjadi penyebab berbagai masalah Daerah resapan air selama ini dikesampingkan fungsinya
padahal fungsinya itu sangat vital. Daerah resapan air pada hakikatnya adalah sebuah daerah

22
yang disediakan untuk masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga
membentuk suatu aliran air di dalam tanah. Fungsi dari daerah resapan air sendiri adalah
untuk menampung debit air hujan yang turun di daerah tersebut. Secara tidak langsung daerah
resapan air memegang peran penting sebagai pengendali banjir dan kekeringan di musim
kemarau. Dampak yang terjadi bila alih fungsi lahan yang terjadi tak terkendali diantaranya
adalah banjir. Banjir terjadi karena tidak adanya tanah yang menampung air hujan. Dampak
yang lain yakni kekeringan diwaktu musim kemarau. Ini terjadi karena air hujan yang turun di
musim hujan tidak tertampung di dalam tanah akibatnya air tanah sedikit bahkan tak ada lagi.

Untuk memperbaiki dan menambah daerah resapan air bisa dilakukan dengan cara-cara
berikut :

 Menentukan vegetasi yang tepat untuk ditanam di daerah resapan. Beberapa diantaranya
adalah bambu, beringin, bisbul (sejenis kesemek), rambutan, nangka, manggis, dan matoa.
 Memperbaiki kondisi tanah agar mudah menyerap air
 Membuat lubang biopori. Pembuatan lubang biopori dapat dilakukan oleh secara pribadi di
rumah-rumah sehingga jika dilakukan secara kolektif akan menambah jumlah resapan air
di kota besar.
 Menambah ruang terbuka hijau, misal taman kota.
 Membuat sumur resapan
 Menjaga agar luas daerah resapan air tidak terkonversi menjadi bangunan-bangunan yang
tidak ramah lingkungan.

Dari beberapa cara diatas, hal yang paling sederhana adalah dengan membuat lubang-lubang
biopori minimal di halaman rumah sendiri. Hal besar berawal dari hal kecil.

2. Makin berkurangnya kemampuan tanah untuk meresap air akibat perkerasan


permukaan tanah

( Fredy, 2016 ) Contoh kasus yang terjadi di Kota Surabaya yaitu Banjir parah yang pernah
melanda Kota ini akibat pembangunan kota yang dianggap melawan hidrologi, khususnya pada
siklus air, adalah pembangunan box culvert (gorong-gorong) Di mana, kali atau saluran air
dilakukan normalisasi modern menggunakan beton, baik dari sisi pinggir kali maupun sisi
bawahnya. Penggunaan saluran air dengan beton ini mengakibatkan siklus air tidak berjalan.
Siklus air terjadi ketika hujan turun dan air berada di permukaan tanah, maka tanah akan
menyerap air semampunya. Kemudian air disimpan di dalam tanah menjadi deposit air dalam
tanah atau yang disebut dengan air tanah. Akibatnya, ketika hujan turun cukup deras, box
culvert tidak mampu menampung jumlah air sehingga meluap dan terjadilah apa yang disebut

23
banjir. Sehebat apa pun saluran air (box culvert) dibuat, fungsinya hanya mengalirkan air, tidak
melakukan penyerapan air

3. Kecilnya kemiringan lahan (Topografi) untuk mengalirkan air

Topografi atau relief suatu daerah aliran memberi pengaruh cukup besar bagi aliran permukaan.
Kenampakan seperti kemiringan lahan berpengaruh terhadap kecepatan aliran dan tentu
memainkan peran dalam suatu bentuk hidrograf. DAS dengan kemiringan curam disertai
dengan parit saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang. Kerapatan parit
itu berbicara mengenai reaksi DAS terhadap curah hujan yang masuk. DAS yang
kemiringannya besar dengan parit yang rapat tentu lebih cepat mengalirkan air ke outlet
dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang, sehingga tidak timbul
genangan yang dapat berpotensi menyebabkan banjir.

4. Menyempitnya badan sungai akbiat dibangunnya rumah dan permukiman di area


pinggir sungai

(Yayat Supriatna,2014 ) umumnya masyarakat di perkotaan yang berpenghasilan rendah dan


merupakan warga pendatang lebih memilih tinggal di bantaran kali, Mereka memanfaatkan
kali sebagai tempat mandi. Secara psikologis, manusia pada dasarnya akan mencari lokasi
yang dekat dengan sumber air. Karena itu, bantaran kali lebih dipilih. Alasan berikutnya,
kepemilikan kali yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah dianggap menyebabkan
lemahnya pengawasan. Celah ini kemudian dimanfaatkan oleh warga untuk membangun
rumah di bantaran kali. Daerah cenderung abai jika ada permukiman di kali milik pusat. Pun
sebaliknya. Akhirnya, terjadi pembiaran. Dari dua faktor tersebut membuat warga yang
khususnya tinggal di ibu kota bias leluasa tinggal di pinggiran sungai.

5. Berkurangnya vegetasi hijau dibagaian hulu sungai untuk membantu penyerapan air

(Hilman, 2016)Hal ini disebabkan karena adanya alih fungsi lahan seperti pada kasus berikut
Contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia tepatnya di Garut dan Banjarnegara pada tahun
2016 Air limpasan yang mengalir ke sungai Cimanuk, melebihi kapasitas tampung sungai.
Volume air yang begitu banyak masuk ke badan sungai menyebabkan longsoran di dinding
sungai yang kemudian membendung dan menahan air hingga akhirnya jebol menyebabkan
banjir bandang. kawasan hulu DAS Cimanuk marak dialih fungsikan menjadi pertanian lahan
kering sayuran seperti tomat, cabai, kubis, kacang-kacangan. Dan juga adanya kegiatan
pemabalak liar dan galian C yang memperburuk kondisi hulu (DAS cimanuk)

24
6. Aliran air sungai terhambat sampah

Perilaku masyarakat perkotaan yang buruk menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan
sampah, tentunya memberikan efek yang dapat kita saksikan seperti banjir yang terjadi dimana-
mana, air sungai rusak, banyak jenis ikan punah dan bermacam kerugian lainya yang semua itu
tentu sangat merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Mengapa hal tersebut terjadi

1. Tidak ada tempat pembuangan sampah didekat rumah, padatnya pembangunan tidak
menyisakan lahan kosong sebagai tempat menampung sampah rumah tangga.
2. Ikut-ikutan tetangga atau orang banyak yang juga melakukanya sehingga seakan menjadi
budaya.
3. Niat hati ingin membuang sampah pada tempatnya tapi melihat ada yang lebih praktis
maka memilih melamparnya saja disungai.
4. Biaya pembuangan sampah disungai lebih murah jika dibanding mengerjakan tukang
kebersihan untuk menggangkutnya ke tempat pembuangan sampah akhir TPA.
5. Tinggal dibantaran sungai sehingga lebih dekat membuangnya, tinggal melempar maka
selesai sudah urusan pembuangan sampah.

Dampak Banjir bagi masyarakat :

1. Kesulitan air bersih

Keterbatasan air bersih pasti ditemukan dalam kondisi banjir begini, baik untuk minum atau untuk
kebutuhan sehari-hari lainnya. Air isi ulang sangat dibutuhkan untuk air minum dan mandi.

2. Menimbulkan kerugian ekonomi

Banjir mengakibatkan kerusakan rumah dan isi barang dalam rumah, bahkan kehilangan barang-
barang berharga lainnya. Selain itu, para korban juga akan sulit untuk bekerja selama banjir terjadi.
Musibah ini menimbulkan kerugian kepada masyarakat korban dari sisi ekonomi. Untuk beberapa
daerah yang terdampak besar terhadap banjir ini akan berdampak juga kepada penghambatan laju
perputaran roda ekonomi suatu daerah karena masyarakat setempat sangat bergantung dengan hasil
alam di daerah tersebut.

3. Menimbulkan masalah kesehatan

Air kotor, kekurangan air bersih, dan banyaknya genangan air sudah dipastikan menimbulkan masalah
kesehatan. Dan berikutnya akan menimbulkan penyebaran wabah penyakit. Penyakit yang timbul

25
pada kawasan yang terkena banjir ini rentan menyerang anak-anak dan kaum lanjut usia. Hal ini
terjadi karena Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) tidak dilaksanakan dengan baik dan benar
seperti melakukan cuci tangan setelah kontak dengan air banjir (khususnya sebelum makan), tidak
membiarkan anak-anak bermain dengan air banjir dan mainan yang sudah terkontaminasi air banjir.
Di Indonesia, penyakit demam berdarah adalah penyakit yang paling diwaspadai ketika musim hujan
tiba atau pasca banjir. Sementara untuk penyakit yang disebabkan oleh binatang pengerat,
leptospirosis merupakan penyakit yang paling banyak ditemui. Bakteri leptospira banyak ditemukan
pada tikus. Penyebaran pada manusia terjadi bila urine tikus yang mengandung leptospira
mengkontaminasi air dan makanan serta mengenai kulit manusia.

4. Melumpuhkan aktifitas masyarakat

Banjir yang cukup besar dapat menenggelamkan rumah penduduk dan mengharuskan masyarakat
korban untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pakaian seadanya dan tidak adanya tempat
tinggal membuat masyarakat menjadi sulit untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Bencana banjir
juga membuat kesulitan dalam akses dan transportasi. Selain itu dapat merusak fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang dapat membantu kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari.

5. Menimbulkan korban jiwa

Korban jiwa juga dapat ditemukan dalam kondisi bencana banjir. Baik karena terseret arus banjir atau
karena luapan air yang tidak dapat diprediksi. Sangat memungkinkan hal itu terjadi jika banjir yang
terjadi menimbulkan kerusakan permukiman masyarakat dan lingkungannya. Selain itu, korban jiwa
juga berasal dari korban banjir yang terkena penyakit seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Namun, tidak sedikit juga korban jiwa ini terjadi karena penggunaan listrik atau peralatan elektronik
di rumah yang sedang kebanjiran atau terkena sengatan listrik yang berasal dari tiang listrik yang
tidak dipadamkan sebelumnya oleh PLN.

Penanggulangan resiko banjir :

Menurut Abhas (2012), pentingnya memahami suatu bencana khususnya bencana banjir di
wilayah perkotaan merupakan langkah awal dalam mengurangi kerugian dari segala aspek.
Berdasarkan prinsip pengolahan resiko banjir terdiri atas 12 tahapan, yaitu :

a. Memahami jenis, sumber, aset-aset yang ter ekspose dan kerentanan banjir.

26
b. Rancangan untuk pengolahan banjir harus dapat menyesuaikan dengan perubahan dan
ketidakpastian dimasa depan.
c. Urbanisasi yang berjalan cepat membutuhkan pengolahan resiko banjir secara terintegrasi
dengan rancangan kota rutin dan tata laksana.
d. Starategi terintegrasi membutuhkan penggunaan tindakan-tindakan struktural dan non-
struktural dan cara pengukuran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang seimbang secara
tepat.
e. Tindakan-tindakan struktural dengan rekayasa tinggi dapat menyebabkan transfer resiko di
hilir dan di hulu.
f. Kemungkinan untuk mentiadakan risiko banjir secara keseluruhan adalah mustahil.
g. Banyak tindakan pengelolahan banjir memiliki keuntungan berganda di atas peran mereka
mengelola banjir.
h. Sangat penting untuk mempertimbangkan konsekuensi sosial dan ekologis secara lebih luas
dalam pembiayaan pengelolahan banjir.
i. Kejelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk konstruksi dan pengelolahan
program-program risiko banjir sangat perlu.
j. Implementasi tindakan-tindakan pengelolahan risiko banjir memerlukan kerjasama dari para
pemangku kepentingan.
k. Perlu adanya komunikasi yang berlangsung secara terus menerus untuk meningkatkan
kesadaran dan memperkuat kesiapan. l. Rencana pemulihan secara cepat setelah terjadi
banjir dan gunakan proses pemulihan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. 25
Pengelolahan resiko banjir khususnya perkotaan merupakan intervensi multi disiplin dan
multi sektoral yang jatuh pada tanggung jawab dari keragaman badan-badan pemerintahan
dan non pemerintahan. Berlandaskan tindakan-tindakan pengelolahan yang mengacu pada
kedekatan spasial, dapat memudahkan otoritas lokal dalam mengambil keputusan yang tepat
dan terintegrasi.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.lingkungan terbagi menjadi 2, yaitu lingkungan abiotik (suhu, udara, cahaya atmosfer,
air, tanah, api), dan lingkungan biotik (makhluk-makhluk hidup diluar lingkungan abiotik).
Pencemaran dapat dibedakan berdasarkan tempat terjadinya, macam-macam bahan pencemar,
dan tingkat pencemaran. Berbagai parameter limbah digunakan untuk mengetahui tingkat
limbah yang ada di lingkungan. Penyebab pencemaran lingkungan antara lain karena faktor
alam maupun ulah manusia, dan upaya yang dapat dilakukan adalah dengan Penanggulangan
pencemaran lingkungan dan pemakaian pemanfaatan lingkungan yang seimbang.

4.2 SARAN
1. Sebagai makhluk sosial hendaknya selalu memelihara dan memperbaiki lingkungan untuk
generasi mendatang
2. Perlu adanya penelitian secara ilmiah terhadap lingkungan sehingga masalah lingkungan dapat
ditanggulangi dengan cepat.
3. Ada kerjasama yang baik dari semua pihak dalam rangka mempertahankan kelestarian dan
mencegah terjadinya kerusakan atau kemusnahan.

28
DAFTAR PUSTAKA

 Ringkasan Kajian Unicef Indonesia Oktober 2012. Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan.
Diunduh dari www.unicef.or.id (diakses tanggal 29 April 2019)
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
 Manual Teknis Upaya Penyehatan Air, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Depkes RI. 1995.
 Kusmawardhani Citra.2011. “Karakterfisik permukiman di perkotaan berdasarkan tipologi
penataan”. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia. Depok.
 Degradasi Lingkungan Hidup (2015, February 14). Diunduh dari
http://www.materisma.com/2015/02/degradasi-lingkungan-hidup.html
(diakses tanggal 29 April 2019)
 Anonim.2016.’’ Pengertian Lingkungan Hidup Menurut UU 32 Tahun 2009, UU 23 Tahun
1997 dan UU 4 Tahun 1982’’ (diakses tanggal 29 April 2019)
 Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
 Anonim.2013.’’ Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Ahli‘’ (diakses tanggal 29 April
2019)
 Ikhsan.2017.’’Makalah pembangunan dan Lingkungan Hidup’’ (diakses tanggal 29 April
2019)
 Lia,Aulia.2016.’’Pencemaran lingkungan hidup dan dampaknya’’ (diakses tanggal 29 April
2019)
 Vidya Nabila Tyto Putri , 2012. Pentingnya Daerah Resapan Air (diakses pada 29 April
2019)
 Ahadi, 2016. Membuang sampah di sungai (diakses pada 29 April 2019)

29

Anda mungkin juga menyukai