Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI KEWIRAUSAHAAN

PRA UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Desandi Akmal Mujizat Ramadhiana


NIRM : 04.1.17.0943
Semester/Tingkat : V/3-B
Mata Kuliah : Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Hanif Fansurya, M.Si.

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
TAHUN AKADEMIK 1441 -1442 H/2019-2020 M

‫بححسحم ِ ر ح‬
‫ا ِالررححممحن ِالررححيِم‬
 Pengenalan Kewirausahaan
- Entrepreneurship are born not made.
- Entrepreneurship are not only born but also made
Dahulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman
langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir
(entrepreneurship are born not made), sehingga tidak dapat dipelajari dan diajarkan.
Akan tetapi di era Milenial saat ini pernyataan tersebut dapat dikatakan sudah tidak
relevan melainkan “Entrepreneurship are not only born but also made”, artinya
kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan lapangan, tetapi
juga dapat dipelajari dan diajarkan. Alasannya adalah setiap orang yang memiliki
keberanian untuk mengambil keputusan dapat belajar menjadi wirausaha, dan
berperilaku seperti wirausaha.

 Definisi Wirausahawan
Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan memindahkan berbagai
sumber ekonomi dari suatu wilayah dengan produktivitas rendah ke wilayah
dengan produktivitas lebih tinggi dan hasil yang lebih besar.

 Profil Wirausahawan
- Percaya Diri
- Berorientasi Tugas
- Pengambil Resiko
- Kepemimpinan
- Keorisinilan
- Berorientasi ke masa depan

 Kegagalan dalam Berwirausaha


Faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya,
yaitu:
1. Kurang berpengalaman dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasi, keterampilan dalam
mengelola SDM, dan kemampuan mengintegrasikanoperasional usaha
2. Kurang dapat mengkendalikan keuangan
3. Tidak kompeten dalam manajerial
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan suatu awal titik kegiatan
5. Lokasi yang kurang memadai
6. Kurangnya pengawasan peralatan
7. Sikap yang kurang serius dalam berusaha
8. Ketidakmampuan dalam melakukan transisi kewirausahaan
Adapun beberapa potensi yang membuat sesorang mundur dari kewirausahaan, yaitu :
1. Pendapatan yang tidak menentu
2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi
3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama
4. Kualitass kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya telah berhasil

 Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan

David C. McClelland, mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship)


ditentukan oleh:

 Motif berprestasi (achivement)

 Optimisme (optimism)

 Sikap-sikap nilai (value attitudes)

 Status Kewirausahaan (entrepreneurial status)

Ibnoe Soedjono dan Roopke, menyatakan bahwa proses kewirausahaan atau


tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari:

 Property Right (PR)

 Competenc/ability (C)

 Incentive (I)

 External Environment (E)

Kemampuan berwirausaha (entrprenuerial) merupakan fungsi dari perilaku


kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan
keberanian dalam menghadapi resiko untuk memperoleh peluang.

 Teknik dalam Menghasilkan Ide Bisnis


1. Kuota Ide
2. Mendapatkan nada atau sinyal, memperhatian dengan seksama apa yang sedang
terjadi di sekitar
3. Mengubah Kebiasaan
4. Memberi makan otak, dapat dilakukan dengan membaca untuk dapat memberi
makan otak dengan informasi
5. Analisis Isi, Menghubungkan informasi yang diperoleh menjadi suatu peluang
6. Membuat bank otak, mengumpulkan ide
7. Sering jalan-jalan, untuk dapat mendapatkan inspirasi yang diperoleh dari
suasana yang baru
8. Menangkap pikiran
9. Berfikir dengan benar, penuh kesadaran
10. Membuat catatan ide, meninjau ulang catatan ide secara berkala
Ide bisnis pun dapat diperoleh melalui mind maping atau pendekatan pohon
industri, sehingga dapat memaksimalkan dari satu bahan baku menjadi berbagai
jenis produk.

 Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha
besar yang disertai dengan pembinaan untuk pengembangan usaha baik oleh usaha
menengah maupun usaha besar dengan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Di mana pelaku bisnis tersebut berusaha
untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Adapun pola-pola dalam kemitraan yakni:
1. Inti Plasma
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar
bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti
melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan
teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.
2. Subkontrak
Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi
komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai
bagian dari produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah pada besarnya
kebergantungan pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau besar.
3. Dagang Umum
Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar
memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
4. Keagenan
Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil diberi
hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha
besar mitranya. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena sama-
sama menjadi perantara dalam memasarkan barang dan jasa perusahaan
menengah atau besar (prisipal). Namun, secara hukum berbeda karena
mempunyai karakteristik dan tanggungjawab hukum yang berbeda.
5. Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha menengah
atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merk
dan saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba
dengan disertai bantuan dan bimbingan manajemen.

 Negosiasi
Negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial antara beberapa pihak yang bertujuan
untuk mencapai kesepakatan bersama yang dianggap menguntungkan pihak-pihak
yang bernegosiasi.
Setiap kegiatan negosiasi pasti ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak yang
bernegosiasi. Adapun tujuan negosiasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencapai suatu kesepakatan yang dianggap menguntungkan semua pihak.
2. Untuk menyelesaikan suatu masalah dan menemukan solusi dari masalah yang
tengah dihadapi pihak-pihak yang bernegosiasi.
3. Untuk mencapai suatu kondisi yang saling menguntungkan bagi pihak-pihak
yang bernegosiasi dimana semuanya mendapatkan manfaat (win-win solution).
Selain itu, ada berapa hal krusial yang harus diperhatikan saat melakukan proses
negosiasi, diantaranya:
- Dalam menyampaikan pendapat harus disertai dengan alasan, fakta, atau contoh
yang jelas agar mudah dimengerti oleh pihak lain.
- Pendapat harus disampaikan dengan volume suara yang sesuai, intonasi dan
pilihan kata yang tepat.
- Penyampaian pendapat harus dilakukan dengan jelas, lancar, dan sopan.
- Tidak mudah menerima atau menolak pendapat pihak lain tapi harus melalui
berbagai pertimbangan.

 Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah suatu proses secara berkesinambungan dan efektif
menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai
sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Ruang Lingkup
manajemen produksi terdiri dari: Permintaan Barang dan Jasa, Masukan (Input),
Transformasi, Keluaran (Output)
Azas dalam Manajemen:
• Merencanakan (Planning), meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara
bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut.
• Mengorganisasi (Organizing), adalah proses dalam memastikan kebutuhan
manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan
mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi.
• Melakukan Tindakan (Action), adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja
yang sesuai dengan tujuan organisasi.
• Mengawasi (Control), memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini
membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan.
Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan,
manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi.

Anda mungkin juga menyukai