Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................................. i


Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Abstraksi ......................................................................................................................... iii
Daftar Isi………………………………………………………………............................1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 2
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II ISI
2.1 Identifikasi Istilah Sulit .............................................................................. 3
2.2 Identifikasi Maslah .................................................................................... 3
2.3 Analisa Masalah ....................................................................................... 4-5
2.4 Strukturisasi Konsep ................................................................................. 5
2.5 Learning Objective ................................................................................... 6
2.6 Belajar Mandiri ......................................................................................... 6
2.7 Sintesis .................................................................................................... 6-22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….......23
3.2 Saran ....................................................................................................... 23

Daftar Pustaka 24

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekstraksi gigi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut pencabutan
gigi dari soketnya pada tulang alveolar. Ekstraksi gigi yang ideal yaitu penghilangan
seluruh gigi atau akar gigi dengan minimal trauma atau nyeri yang seminimal mungkin
sehingga jaringan yang terdapat luka dapat sembuh dengan baik dan masalah prostetik
setelahnya yang seminimal mungkin.

1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti tentang indikasi dan
kontraindikasi dari ekstraksi, persiapan alat dan bahan ekstraksi, tahapan dari ekstraksi,
komplikasi ekstraksi, dan insturksi pasca ekstraksi.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini, terutama bagi mahasiswa kedokteran gigi saat dilapangan
dan memperaktekannya dengan baik dan benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN DAN ISI

Skenario

Saya sebagai dokter gigi pada RSGMP Universitas Mulawarman ingin melakukan tahapan
pencabutan gigi pada Bu Anti (35 tahun) seorang ibu rumah tangga dan anaknya ani (6 tahun).
Pada pemeriksaan intraoral yang dilakukan kepada bu anti didaparkan gigi 36 mengalami
nekrosis pulpa. Pada pernah gigi 36 tersebut pernah dilakukan perawatan endodontic namun
perawatan tersebut tidak mengurangi rasa sakit pada giginya. Pada pemeriksaan intraoral yang
dilakukan kepada ani didapatkan gigi 51 mengalami persisten dan kegoyangan 3o. sebagai
dokter gigi saya harus mengikuti SOP dam melakukan tindakan.

2.1 Identifikasi Istilah

1. Nekrosis Pulpa: Suatu kondisi dimana kematian pulpa bisa karena pulpitis irreversible
atau bisa karena fraktur.
2. Persistensi: Adanya gigi desidui yang belum tanggal padahal gigi permanen akan
erupsi.
3. SOP: Standarisasi dari tahapan-tahapan peraturan yang berlaku.
4. Derajat 3: Kegoyangan gigi dari arah horizontal lebih dari 1 mm.
5. Perawatan Endodontik: Perawatan untuk mempertahankan gigi agar tetap difungsikan.
Perawatan dilakukan di pulpanya atau saluran akar.

2.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana derajat kegoyangan gigi?


2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi ?
3. Apa saja jenis-jenis ekstraksi gigi?
4. Apa saja alat-alat yang digunakan untuk ekstraksi gigi?
5. Apa saja hal-hal yang diperhatikan pada pasien sebelum dilakukan ekstraksi gigi?
6. Apakah ada perbedaan ekstraksi gigi permanen dan gigi sulung, beserta tahapannya!
7. Bagaimana cara menangani kasus persistensi?
8. Apa saja komplikasi ekstraksi gigi?
9. Mengapa gigi ani masih persistensi padahal usianya masih 6 tahun?

3
2.3 Analisa Masalah

1. Derajat kegoyangan gigi

 Derajat 0 = Normal, tidak ada kegoyangan


 Derajat 1 = Kegoyangan horizontal tidak lebih dari 1 mm
 Derajat 2 = Kegoyangan horizontal 1 mm
 Derajat 3 = Kegoyangan horizontal lebih dari 1 mm
 Derajat 4 = Kegoyangan secara vertical atas dan bawah.

2. Indikasi: Gigi sudah tidak dapat direstorasi, gigi impaksi, supernumary teeth,
pencabutan untuk orthodontic, sisa akar, penyakit periodontal yang parah.

Kontraindikasi: Gigi yang masih dapat direstorasi, adanya penyakit sistemik


(hemophilia, DM yang tidak terkontrol, hipertensi), penyakit sifilis.

3. a) Pencabutan Intraalveolar: Menggunakan tang atau disebut forcep extraction.


Pencabutan intralevolar ini tindakan yang paling dilakukan.

b) Pencabutan transalveolar: Pada gigi impaksi, pasien ankylosis, pencabutan terbuka


( Surgery)

4. Alat OD. Tang Ekstraksi: Rahang Atas = tang berbentuk lurus, rahang bawah = tang
berbentuk L. Anestesi. Elevator/ Bein

Alat Bahan

Alat OD Anestesi Lokal:

Permanen Anterior = 1,5 ml


Vestibulum = 1,5 ml
Palatum = 0, 5 ml
Tang ekstraksi

Bein / Elevator

Cytoject

Desidui Tang lebih kecil Anestesi Topikal

4
5. Kondisi – kondisi sistemik: Penyakit sifilis, alergi obat, menangani kondisi-kondisi
sebelum pencabutan seperti abses

6. Tahapan Ekstraksi

Pada gigi permanen:

Posisi nyaman, anestesi, setelah 10-15 menit merasa kebas, mempersiapkan alat
ekstraksi. Melakukan ekstraksi (elevator dan tang), pasien berkumur tidak terlalu
banyak, memberikan tampon di bekas pencabutanpada kapas diberikan medikamen.

Pada gigi desidui: Perbedaan pada anestesi, posisi nyaman, aplikasikan anestesi local
pada gigi yang dicabut. Kapas diberi ethyl chloride, kapas diletakkan di gingival bagian
bukal dan lingual.

7. Dengan ekstraksi

8. Dry socket, pembengkakan, pendarahan (sukar berhenti), infeksi menyebabkan


oedema.

9. Karena memang gigi permanen sudah akan erupsi, tetapi gigi susu ini tetap persisten,
tidak ada tanda-tanda kegoyangan.

2.4 Strukturisasi Konsep

Pemeriksaan Persiapan Ekstraksi

Subjektif Alat dan bahan


komplikasi

Objektif

5
2.5 Learning Objective

Mahasiswa mampu menjelaskan :

1. Pemeriksaan subjektif dan objektif


2. Indikasi dan kontraindikasi ekstraksi
3. Persiapan alat dan bahan ekstraksi
4. Tahapan ekstraksi
5. Instruksi pasien pasca ekstraksi
6. Komplikasi ekstraksi

2.6 Belajar Mandiri


Masing-masing anggota diskusi secara mandiri dengan tujuan belajar yang telah
dirumuskan pada LO untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada
diskusi kempok kecil (DKK) dengan mempergunakan refrensi yang telah tersedia dan
mengembangkan apa yang anggota kelompok pahami dari pembelajaran tersebut.

2.7 Sintesis

1. Pemeriksaan subjektif dan objektif

Anamnesa

1. Menanyakan dan mencatat identitas penderita: nama, umur, alamat,nomor telpon,


pekerjaan
2. Keluhan utama
- Lokasi gigi yang sakit
- Mulai kapan dirasakan
- Sifat sakit
a. Terus-menerus
b. Kadang-kadang: timbulnya rasa sakit, rasa sakit menyebar/setempat, sudah
diobati/belum.
- Sudah diobati / belum: macam obat (jenis, jumlah obat), asal obat (resep dokter/beli
sendiri), kapan terakhir minum obat?

6
3. Riwayat kesehatan umum
- Apakah punya penyakit :
a. Jantung ; keluar keringat dingin, berdebar, sesak nafas, nyeri dada.
b. Diabetes ; keluhan 3P (sering kencing, sering lapar, sering haus), bila ada
luka tidak sembuh-sembuh, bau mulut khas (Halitosis), radang jaringan
penyangga (menyebabkan gigi goyang).
c. Hipertensi.
d. Kehamilan pada khususnya wanita ; umur kehamilan, berhubungan dengan
pemberian obat anaesthesi, alergi, asma.
e. TBC.
f. Hepatisis ; gejala (rasa mual, munyah, icterus).
g. HIV/AIDS/Penyakit Kelamin.

E.O
a. Pipi diraba: dengan empat jari dengan menekan pipi secara lembut bila ada
benjolan/pembengkakan kekenyalannya :keras/lunak/ada fluktuasi/tidak.
b. Bibir dilihat : dengan cara, ditarik dengan 2 (dua) jari (telunjuk dan jempol), untuk
bibir bawah-ditarik ke bawah, untuk bibir atas-diratik ke atas.
c. Diraba : bila ada perubahan warna/benjolan diraba dengan cara ditekan secara
lembut dengan 2 (dua) jari (bila ada pembengkakan) : Keras/Lunak.
d. Kel. Lymphe : diraba ; ada pembengkakakan/tidak dengan 2 (dua) jari telunjuk
dan jari tengah.

I.O :
a. Pemeriksaan pada gigi yang sakit dengan perkusi.
b. Druk/ditekan : sama dengan prosedur druk pada tumpatan.
c. Pemeriksaan pada seluruh gigi dijaringan sekitar gigi. Meliputi ; warna, posisi
(malposisi) karies dan kelainan-kelainan lainnya.
d. Mukosa pipi/jaringan periodontal.

2. Indikasi dan kontraindikasi ekstraksi


Indikasi
a. Karies yang parah: Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi
dokter gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.

7
b. Nekrosis pulpa: Adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak
diindikasikan untuk perawatan endodontik, perawatan endodontik yang telah
dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan
untuk pencabutan.
c. Penyakit periodontal yang parah: Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada
selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan
mobilitas gigi yang irreversible. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami
mobilitas yang tinggi harus dicabut
d. Alasan orthodontik: Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering
membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi
yang paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tetapi
pre-molar kedua dan gigi insisivus juga kadang – kadang memerlukan pencabutan
dengan alasan yang sama.
e. Gigi yang mengalami malposisi : Jika malposisi gigi menyebabkan trauma jaringan
lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus
diekstraksi.
f. Gigi yang retak: Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi, bahkan prosedur
restorative endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi
yang retak tersebut.
g. Pra-prostetik ekstraksi: Terkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang
tepat dari peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan
atau gigi tiruan cekat sehingga perlu dicabut.
h. Gigi impaksi: Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.
Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal
karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi
impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat
kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada
pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada pasien usia lanjut, maka gigi impaksi
tersebut dapat dibiarkan.
i. Supernumary gigi: Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi
impaksi yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan
memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.
j. Gigi yang terkait dengan lesi patologis : Gigi yang terkait dengan lesi patologis
mungkin memerlukan pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan

8
dan terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan
operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.
k. Terapi pra-radiasi: Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral
harus memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.
l. Gigi yang mengalami fraktur rahang: Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat
dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan
mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.

Kontraindikasi
Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, dapat relatif atau mutlak bergantung
pada kondisi umum pasien.
Kontraindikasi relatif
a. Lokal
 Periapikal patologi, jika pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan menyebar
luas dan sistemik, jadi antibiotik harus diberikan sebelum dilakukan pencabutan
gigi.
 Adanya infeksi oral seperti Vincent’s Angina, Herpetic gingivostomatitis. Hal ini
harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan gigi.
 Perikoronitis akut, perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan
pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi bakteri akan menurun
ke bagian bawah kepala dan leher.
 Penyakit ganas, seperti gigi yang terletak di daerah yang terkena tumor. Jika
dihilangkan bisa menyebarkan sel – sel dan dengan demikian mempercepat
proses metastatik.
 Pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya telah dilakukan iradiasi dapat
menyebabkan osteoradionekrosis, oleh karena itu harus dilakukan tindakan
pencabutan yang sangat ekstrem atau khusus.
b. Sistemik
 Diabetes tidak terkontrol, pasien diabetes lebih rentan terhadap infeksi dan
proses penyembuhan lukanya akan lebih lama. Pencabutan gigi harus dilakukan
setelah melakukan diagnosis pencegahan yang tepat pada penyakit diabetes
pasien dan dibawah antibiotik profilaksis.
 Penyakit jantung, seperti hipertensi, gagal jantung, miokard infark, dan penyait
arteri koroner.

9
 Dyscrasias darah, pasien anemia, hemofilik dan dengan gangguan perdarahan
harus ditangani dengan sangat hati – hati untuk mencegah perdarahan pasca
operasi yang berlebihan.
 Medically compromised, pasien dengan penyakit yang melemahkan ( seperti TB )
dan riwayat medis miskin harus diberikan perawatan yang tepat dan evaluasi
preoperatif kondisi umum pada pasien adalah suatu keharusan.
 Penyakit Addison’s dan pasien yang menjalani terapi steroid dalam jangka waktu
yang lama, krisis Hipoadrenal dapat terjadi pada pasien karena terjadi
peningkatan stress selama prosedur perawatan gigi. Untuk mencegah terjadinya
hal tersebut dapat diberikan 100mg Hidrocortisone sebelum dilakukan perawatan.
 Kehamilan, prosedur pencabutan gigi harus dihindari pada priode trimester
pertama dan ketiga dan harus sangat berhatihati apabila akan melakukan
prosedur radiografi dan juga dalam pemberian obat – obatan.

Kontraindikasi mutlak
a. Lokal: Gigi yang terlibat dalam malformasi arterio-venous. Jika pencabutan gigi
dilakukan, maka dapat menyebabkan kematian.
b. Sistemik: Leukemia, gagal ginjal, sirosis hati, gagal jantung.

3. Persiapan alat dan bahan ekstraksi


Alat

1) Dental Elevator

Terdiri dari pegangan (handle), shank, dan mata pisau (blade). Shank dari elevator
menghubungkan gagang dengan blade. Shank secara umum memiliki ukuran yang cukup
besar dan kuat untuk mentransmisikan gaya dari gagang menuju blade. Blade dari
elevator merupakan ujung yang bekerja untuk mentransmisikan gaya ke gigi, tulang, or
keduanya.

Fungsi: Meluksasi (melonggarkan) gigi dari tulang di sekelilingnya. Melebarkan tulang


alveolar. Dengan mempeluas tulang bucocortical, operator memfasilitasi pengangkatan
gigi yang memiliki jalur pengangkatan yang terbatas.

Indikasi penggunaan elevator:

10
 Ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang.
 Menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.
 Mengeluarkan sisa akar.
 Memecah gigi.
 Mengangkat tulang inter radikuler (cryer)
 Memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang (bein)

Syarat menggunakan elevator:

 Jangan menggunakan gigi yang berdekatan sbg titik fulkrum.


 Jangan menggunakan dinding bukal sebagai titk fulkrum.
 Jangan menggunakan dinding lingual sebagai titik fulkrum.
 Harus selalu menggunakan jari tangan sebagai fiksasi untuk menjaga kalau
elevator meleset.

Tiga tipe dasar elevator:

1) Tipe lurus atau gouge type (mencungkil)


2) Tipe triangle atau pennant-shape type
3) Pick-type

A. Straight elevator

B dan C. mata pisau dari


straight elevator yang
konkaf

Elevator lurus

Bentuk dari blade elevator tipe lurus ini dapat digunakan pada aspek posterior mulut.
Elevator lurus berukuran kecil digunakan untuk meluksasi gigi yang sudah erupsi sebelum

11
penggunaan tang ekstraksi. Elevator lurus yang lebih besar digunakan untuk
memindahkan akar dari soketnya dan meluksasi gigi yang memiliki ruang yang lebar.

Elevator triangular atau pennent-shape

Elevator ini tersedia sepasang : kanan dan kiri. Elevator triangular berguna ketika patahan
akar gigi tertinggal dalam soket. Contohnya adalah ketika molar pertama mandibula
mengalami fraktur dan meninggalkan akar distal dalam soket tetapi akar mesial ikut lepas
bersama mahkota. Ujung dari elevator triangular ditempatkan dalam soket, dengan bagian
shank bersandar pada lempeng tulang bagian bukal. Kemudian diputar dengan tipe rotasi
whenel-and-axle, dengan ujung elevator yang tajam meengikat sementum dari akar distal
yang tersisa; kemudian elevator diputar dan akar dikeluarkan. Elevator triangular memiliki
banyak tipe dan angulasi, tetapi tipe yang paling sering digunakan adalah Cryer.

Triangular shaped elevator (cryer)

Elevator pick-type

Digunakan untuk memindahkan akar. Elevator pick-type yang berat adalah crane pick.
Instrument ini digunakan sebagai pengungkit untuk mengeluarkan patahan akar dari
soketnya. Ada pula tipee root tip pick atau elevator apeks. Elevator ini digunakan untuk
mengeluarkan ujung akar kecil dari soketnya.

2) Tang Ekstraksi

Merupakan instrument yang digunakan untuk mengeluarkan gigi dari tulang alveolar.
Instrument ini didesain dalam berbagai macam gaya dan bentuk untuk beradaptasi pada
berbagai macam gigi saat digunakan. Komponen

12
Komponen dasar dari tang ekstraksi adalah gagang, engsel, dan paruh. Gagang memiliki
ukuran yang memadai untuk digenggam dengan nyaman dan mampu memberikan
tekanan dan ungkitan yang cukup untuk mencabut gigi yang dikehendaki. Gagangnya
memiliki permukaan yang bergerigi sehingga dapat digenggam dengan mantap dan
mencegah terjadinya tergelincir dari genggaman.

Gagang dari tang memiliki cara genggam yang berbeda, tergantung pada posisi gigi yang
akan dicabut. Tang untuk maksila (Gbr. A) digenggam dengan telapak tangan berada di
bawah tang sehingga paruh diarahkan menuju superior. Tang yang digunakan untuk geligi
mandibula (Gbr. B) digenggam dengan telapak tangan berada di atas tang sehingga paruh
ditujukan ke bawah menuju gigi. Gagang dari tang biasanya lurus tetapi ada juga yang
melengkung.

Engsel dari tang, seperti shank pada elevator, meerupakan mekanisme untuk
menghubungkan gagang dengan paruh. Engsel mentransfer dan mengkonsentrasikan
kekuatan yang diberikan pada gagang menuju paruh. Terdapat satu perbedaan style
yang jelas pada tang: tang tipe Amerika yang biasa adalah engsel berada pada arah

13
horizontal dan penggunaannya sesuai dengan yang telah dijelaskan. Sedangkan tang
Inggris lebih memilih engsel vertical dan tangan menggenggam dalam arah vertikal.

Paruh dari tang ekstraksi merupakan bagian yang memiliki variasi paling benyak. Paruh
didesain untuk beradaptasi dengan akar gigi pada hubungan antara mahkota dengan
akar.penting untuk diingat bahwa paruh dari tang didesain untuk beradaptasi dengan akar
gigi dan bukan dengan mahkota gigi. Untuk itu, paruh yang berbeda-beda didesain untuk
gigi berakar satu, gigi berakar dua, dan gigi berakar tiga. Variasi desain dari ujung paruh
akan beradaptasi mendekati berbagai macam formasi akar, menurunkan terjadinya fraktur
akar. Semakin dekat paruh tang beradaptasi dengan akar gigi, semakin efisien ekstraksi
yang dilakukan dan kemungkinan terjaadinya komplikasi semakin kecil.

Variasi desain yang terakhir dari paruh adalah lebarnya. Beberapa tang memiliki ukuran
yang sempit, karena kegunaan utamanya adalah untuk mencabut gigi dengan ukuran
kecil, contohnya incisivus. Tang lainnya berukuran lebih lebar, karena di desain untuk
mencabut gigi yang lebih besar, contohnya gigi molar. Tang yang didesain untuk mencabut
incisivus rahang bawah dapat digunakan untuk mencabut gigi molar rahang bawah, tetapi
paruhnya terlalu sempit sehingga tidak efisien dalam penggunaannya. Tang untuk gigi
molar juga tidak akan beradaptasi pada ruang sempit yang dimiliki oleh incicivus rahang
bawah dan oleh karena itu tidak dapat digunakan dalam situasi tersebut.

Paruh dari tang membelok sehingga dapat ditempatkan sejajar dengan sumbu panjang
gigi, dengan gagang pada posisi yang nyaman. Oleh karena itu, paruh dari tang maksila
biasanya sejajar dengan gagang. Tang molar maksila diimbangi dengan bentuk bayonet
untuk memudahkan operator mencapai aspek posterior mulut dan tetap menjaga paruh
sejajar dengan sumbbu panjang gigi. Paruh dari tang mandibula tegak lurus dengan
gagang, sehingga operator dapaat mencapai gigi rahang bawah dan mempertahankan
posisi yang nyaman dan terkontrol.

14
Tang Maxilla

a. Tang ekstraksi untuk enam gigi anterior rahang atas

Tang ini memiliki karateristik yaitu paruh (beak) yang letaknya sejajar dengan
pegangan (handle), dan bentuk paruhnya cekung (cekung) dan tidak runcing
(pointed).

b. Tang Ekstraksi Universal Rahang atas atau Tang No.150

Tang yang digunakan untuk premolar memiliki bentuk agak melengkung dan
terlihat seperti huruf "S." Cara memegang tang yaitu, bagian cekung dari bagian
lengkung dari pegangan (handle) menghadap telapak tangan, sedangkan bagian
cekung dari paruh (beak) diputar ke atas. Ujung paruh (beak) tang cekung dan
tidak runcing. Tang ini juga dapat digunakan untuk ekstraksi enam gigi anterior
rahang atas.

15
c. Tang ekstraksi untuk gigi molar satu dan dua rahang atas

Terdapat dua jenis tang untuk gigi molar satu dan dua maxilla, yaitu: satu untuk sisi
kiri dan satu untuk sisi kanan. Sama seperti tang yang disebutkan sebelumnya,
yaitu memiliki bentuk yang sedikit melengkung terlihat seperti huruf "S". Paruh
(beak) bukal pada masing-masing tang memiliki desain runcing, yang cocok
dengan bifurkasi bukal dari dua akar bukal, sedangkan paruh palatal bemtuknya
cekung dan tidak runcing, cocok untuk permukaan cembung akar palatal.

Tang ekstraksi molar kanan rahang atas.

d. Tang ekstraksi molar tiga rahang atas

Tang ini memiliki bentuk sedikit melengkung, seperti halnya tang yang disebutkan
sebelumnya, dan merupakan tang terpanjang, karena posisi posterior molar
ketiga yang cukup jauh dari jangkauan, dan bentuk paruhnya (beak) seperti
bayonet. Karena gigi ini bervariasi dalam bentuk dan ukuran, paruh tang cekung
dan halus (tanpa ujung runcing), sehingga forceps ini dapat digunakan untuk
ekstraksi gigi molar kiri dan kanan ketiga.

16
e. Tang ekstraksi sisa akar gigi rahang atas

Pegangan (handle) tang untuk sisa akar lurus, sedangkan paruh (beak) rapat dan
berbentuk sudut. Ujung paruh cekung dan tidak runcing.

Tang Mandibula

Perbedaan tang mandibula dan tang maksila adalah tang mandibula memiliki bentuk
yang cukup unik yaitu bentuknya mirip huruf L dan membentuk sudut 90˚

a. Tang ekstraksi mandibula untuk gigi anterior

Antara paruh (beak) dan pegangannya (handle) membentuk sudut 90˚, ujung
paruhnya membulat dan tidak runcing dan ketika ditutup atau ditautkan ujung satu
dengan ujung lainnya tidak bertemu

b. Tang ekstraksi untuk gigi premolar rahang bawah

Digunakan dalam melakukan pencabutan gigi premolar rahang bawah. Antara

17
paruh (beak) dan pegangannya (handle) membentuk sudut 90˚ dengan kedua sisi
paruh berbentuk setengah bulan, ukuran paruh setengah bulan lebih besar dari
pada tang ekstraksi gigi anterior rahang bawah. Ujung paruh tidak rapat ketika
ditautkan. Tang untuk gigi sebelah kanan dan kiri sama.

c. Tang ekstraksi untuk gigi molar rahang bawah

Digunakan untuk ekstraksi gigi molar sisi kanan atau kiri pada rahang bawah.
Sama seperti tang ekstraksi mandibula sebelumnya antara beak dan handlenya
membentuk sudut 90˚ atau seperti huruf L, kedua ujung paruhnya runcing dan
ketika ditautkan tidak rapat.

d. Tang ekstraksi untuk sisa akar gigi rahang bawah

Digunakan untuk ekstraksi semua macam sisa akar gigi rahang bawah. Sama juga
seperti tang ekstraksi lainnya antara paruh dan handle membentuk sudut 90˚ atau
seperti huruf L. Namun pada tang ekstraksi sisah akar memiliki perbedaan di ujung
paruh yaitu ujung paruhnya apabila ditutup atau ditautkan akan rapat dan ujungnya
membulat dan tidak runcing bentuknya seperti setengah lingkaran atau seperti
bulan sabit.

18
3) Alat injeksi anestesi lokal

Dapat menggunakan spuit/syringe yang dissposible (sekali pakai) atau menggunakan


citoject. Pada pasien anak biasanya menggunakan Chlor etil dengan pengaplikasiannya
secara topikal pada daerah mukosa gigi yang akan di ekstraksi.

Spuit/syringe

Citoject Ethyl Chloride

Bahan

 Obat anestesi local, sangat berperan penting dalam tindakan ekstraksi gigi karena
berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit sementara pada pasien ketika dilakukan
proses tindakan ekstraksi gigi.
 Tampon, berfungsi untuk menghentikan perdarahan pada pasien pasca dilakukan
tindakan ektraksi gigi. Ketika tindakan ekstraksi selesai dilakukan biasanya pasien
diinstruksikan untuk menggigit tampon agar perdarahan lekas berhenti.
 Bahan anti-septik

4. Tahapan ekstraksi
Setelah dilakukan prosedur pemeriksaan subjektif, objektif
 Memberitahu pasien tentang lokasi atau tempat yang akan di anasthesi (disuntik).
 Asepsis daerah yang akan di lakukan penyuntikan dengan menggunakan antiseptic.

19
 Setelah jarum di suntikkan, aspirasi untuk memastikan tidak terjadi injeksi ekstra
vaskuler.
 Deponir bahan anesthesi secara perlahan apabila terjadi penumpukkan cairan
aneshesi,lakukan massage di tempat yang di anesthesi.
 Observasi pasien sambil menunggu efek anesthesi (dengan pertanyaan, apakah pasien
sudah merasa tebal atau ada efek gringgingan pada lokasi penyuntikan dan sekitar gigi
yang akan dilakukan pencabutan,bila penyuntikan MA juga ditanyakan apakah terasa
gringgingan pada ujung separo lidah/satu sisi, serta dilakukan observasi dengan
memakai alat,sonde pada gigi melingkar servikal dan lakukan drug pada gigi untuk
memastikan apakah anasthesi sudah benar-benar sudah bereaksi.
 Jika anesthesi sudah bereaksi, baru dilakukan ekstraksi.
 Apabila gigi sudah tercabut, periksa soket untuk memastikan tidak ada sisa gigi /
fragmen tulang.
 Kompresi soket, lalu gigit tampon kurang lebih 30 menit s/d 1 jam.

5. Instruksi pasien pasca ekstraksi

Dalam praktik klinis, bijaksana untuk menginstruksikan pasien secara lisan dan tertulis
mengenai apa yang harus dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Instruksi biasanya
meliputi:

 Pendarahan: Pasien harus menggigit kasa dengan kuat di atas luka selama 30-45
menit. Jika pendarahan berlanjut, kasa lain letakkan di atas luka selama satu jam
lebih lanjut.
 Edema: Untuk mengatasi pembengkakan, pada hari pertama aplikasikan kompres
dingin (kompres es yang dibungkus handuk) pada wajah. Direkomendasikan setiap
15-20 menit setiap kali, dan diulang setiap setengah jam, setidaknya selama 4-6 jam.
 Kebersihan mulut: Pasien harus disarankan untuk menyikat dan membersihkan gigi
dengan dental floss, tetapi harus disarankan untuk menghindari area ekstraksi.
Berkumur-kumur tidak diizinkan untuk 24 jam pertama. Setelah itu, dapat berkumu-
kumur dengan air garam, 3-5 kali sehari selama 3-4 hari.
 Antibiotik dan analgesik: Antibiotik wajib untuk pasien yang menjalani prosedur
invasif. Banyak studi menunjukkan bukti bahwa antibiotik yang diberikan sebelum
operasi atau pasca operasi mengurangi risiko infeksi, rasa sakit dan dry socket

20
setelah pencabutan gigi. Analgesik disarankan (mis. NSAID dan opioid tetapi tidak
salisilat, aspirin) seharusnya dikonsumsi, selama rasa sakit berlanjut.
 Diet: Diet lembut dan dingin pada hari pertama serta menguyah pada sisi yang
berlawanan dari area ekstraksi gigi.
 Pengangkatan jahitan: Jahitan intraoral biasanya dilepas dalam seminggu.

6. Komplikasi ekstraksi
Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah pencabutan gigi dan jauh
setelah pencabutan gigi.
Komplikasi Selama Ekstraksi Gigi
1) Kegagalan Pemberian Anestesi: Hal ini biasanya berhubungan dengan teknik yang
salah atau dosis obat anestesi yang tidak cukup.
2) Kegagalan mencabut gigi dengan tang atau elevator: Tang dan elevator harus
diletakkan dan sebab kesulitan segera dicari jika terjadi kegagalan pencabutan
dengan instrument tersebut.
3) Perdarahan selama pencabutan: Sering pada pasien dengan penyakit hati, misalnya
seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan,
pasien yang minum aspirin dosis tinggi atau NSAID lain sedangkan pasien dengan
gangguan pembekuan darah yang tidak terdiagnosis sangat jarang. Komplikasi ini
dapat dicegah dengan cara menghindari perlukaan pada pembuluh darah dan
melakukan tekanan dan klem jika terjadi perdarahan.
4) Fraktur: Dapat terjadi pada mahkota gigi, akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis,
restorasi, processus alveolaris dan kadang – kadang mandibula. Cara terbaik untuk
mengindari fraktur selain tekanan yang terkontrol adalah dengan menggunakan
gambar sinar x sebelum melakukan pembedahan.
5) Pergeseran: Terlibatnya antrum, pergeseran gigi atau fragmen ke fosa
intratemporalis, pergeseran gigi ke dalam mandibula merupakan komplikasi intra
operatif. Pemeriksaan sinar X yang akurat diperlukan baik sebelum maupun
intraoperatif.
6) Cedera jaringan lunak: Komplikasi ini dapat dihindari dengan membuat flap yang
lebih besar dan menggunakan retraksi yang ringan saja

Komplikasi Segera Setelah Ekstraksi Gigi


Komplikasi yang mungkin terjadi segera setelah ekstraksi gigi dilakukan antara lain :

21
1) Perdarahan: Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-
24 jam pertama sesudah pencabutan atau pembedahan gigi. Penekanan oklusal
dengan menggunakan kasa adalah jalan terbaik untuk mengontrolnya dan dapat
merangsang pembentukan bekuan darah yang stabil. Perdarahan bisa diatasi dengan
tampon (terbentuknya tekanan ekstravaskuler lokal dari tampon), pembekuan, atau
keduanya.
2) Rasa sakit: Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan
untuk gigi erupsi maupun impaksi, dapat sangat mengganggu. Orang dewasa
sebaiknya mulai meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi sebelum
timbulnya rasa sakit.
3) Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu
mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama. Usaha – usaha untuk mengontrol
edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan), dan obat – obatan.
4) Reaksi terhadap obat: Reaksi obat – obatan yang relative sering terjadi segera
sesudah pencabutan gigi adalah mual dan muntah karena menelan analgesic
narkotik atau non narkotik. Reaksi alergi sejati terhadap analgesic bisa terjadi, tetapi
relative jarang. Pasien dianjurkan untuk menghentikan pemakaian obat sesegera
mungkin jika diperkirakan berpotensi merangsang reaksi alergi.

Komplikasi Jauh Sesudah Ekstraksi Gigi


1) Alveolitis: Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah
pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis (osteitis alveolar).
2) Infeksi: Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu perikoronitis
atau abses, dapat mengganggu proses pembedahan. Penyebab yang paling sering
adalah infeksi yang termanifestasi sebagai miositis kronis. Terapi antibiotik dan
berkumur dengan larutan saline diperlukan jika terbukti ada infeksi yaitu adanya
pembengkakan, nyeri, demam, dan lemas.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekstraksi adalah pencabutan gigi yang dilakukan karena berbagai hal. Ada tiga prinsip
dalam ekstraksi gigi, dan juga ada dua macam teknik ekstraksi gigi. Berbagai hahap yang
dilakukan dalam pelaksanaan ekstraksi gigi dan memperhatikan posisi operator dan kursi
pasien saat mencabut gigi. Dan bukan berarti setelah pencabutan selesai dilakukan,
tanggung jawab kita sebagai dokter gigi selesai, kita juga harus memperhatikan akibat apa
yang timbul dari tindakan tersebut speerti pendarahan bahkan syok.

3.2 Saran
Agar mahasiswa lebih mempelajari lagi tentang ekstrksi gigi atau pencabutan gigi agar
tidak melakukan kesalahan saat dipraktiknya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Balaji SM, Balaji PP. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd Edition. India: Elsevier.
2018. 846-847.

Fragiskos, F D. Oral Surgery. Heideberg: Springer. 2007

Standar Operasional Prosedur Pencabutan Gigi Puskesmas Dompu Kota. 1 Mei 2015

24

Anda mungkin juga menyukai