Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KUIS BESAR 2

MATERIAL TEKNIK DAN MANUFAKTUR


UJI TARIK

Oleh :

Hermawan Dwi Wijaya 411810006


Michael Christian Goenawan 411810015
Kristina Arimbi 411810010
Muh Rizki Alim M.P.W 411810017

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2019
Daftar Isi

1. Pendahuluan ………………………………………………………………………1
2. Isi ………………………………………………………………3
2.1 Pengertian Uji Tarik …………………………………………………………...3
2.2 Hukum Hooke ………………………………………………………………….3
2.3 Spesimen Uji Tarik …………………………………………………………….4
2.4 Hasil Uji Tarik …………………………………………………………………5
3. Penutup …………………………………………………………………………….6
4. Daftar Pustaka ……………………………………………………………………..7
BAB I
PENDAHULUAN

Pada uji tarik ini tentunya berhubungan dengan sifat-sifat mekanik dari suatu
bahan seperti beberapa material seperti salah satu contohnya yaitu logam. Logam
memiliki beberapa sifat tertentu yang terbagi menjadi sifat fisik, sifat mekanik, sifat
thermal dan korosif. Uji tarik ini termasuk ke dalam sifat mekanik. Sifat mekanik ini
tergolong penting karena termasuk acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap
suatu material.
Misalnya pada suatu konstruksi diperlukan seperti material dengan spesifikasi
dan sifat-sifat khusus yang dimiliki setiap bagiannya. Banyak jenis logam yang telah
dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari material untuk mengetahui
seberapa kuat logam tersebut dan besar kemungkinan cocok dengan konstruksi yang
dibangun. Pengujian itu dimaksudkan mengetahui sifat mekanik dari material. Untuk
dilihat lebih dan kurangnya. Seperti contoh pembuatan sebuah ruko, diperlukannya
material yang dipakai untuk menyusun dan membuat kerangka atau memakai logam
yang pas untuk konstruksi tersebut dan memakainya hingga pembuatan rukonya selesai
sesuai rencana. Pada inti dari pendahluan ini, uji tarik yaitu metode yang dipakai untuk
menguji atau menguji kekuatan bahan atau material dengan cara diberi gaya yang
sesumbu. Dan hasil yang didapat dari uji tarik ini sangat penting untuk proses rekayasa
teknik dan desain produk karena akan memberi data kekuatan material tersebut. Tujuan
lain dari uji tarik ini yaitu untuk mengatur ketahanan. Salah satu cara melihat besaran
sifat mekanik dari logam yaitu dengan uji tarik. Banyak hal yang dapat dilakukan pada
pengujian tarik ini, contohnya seperti melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai pendukung bagi spesifikasi bahan. Melalui kurva uji tarik ini,
nilai kekuatan dan elastisitas dari material yang diuji bisa dilihat. Berikut ini beberapa
sifat-sifat mekanis dari pengujian tarik. Pertama, kekuatan tarik, kuat luluh dari material,
keuletan dari material, modulus elastisitas dari material, kelentingan dari material,
ketangguhan. Dalam bidang industri, pengujian tarik ini dipakai untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses
perlakuan terhadap logam yang sudah jadi. Sebagai mahasiswa teknik industri harus
mengetahui pengujian ini. Adanya kurva tegangan regangan untuk dipakai saat uji
kekuatan tarik, luluh, keuletan, modulus elastis, ketangguhan, dan lain-lain. Pada uji
tarik juga kita perlukan melihat dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik
suatu logam. Melalui parameter-parameter tersebut kita dapatkan data dasar mengenai
kekuatan suatu bahan atau logam.
BAB II
ISI
Pengertian Uji Tarik
Uji tarik merupakan salah satu metode penting dalam ilmu teknik material yang
berfungsi untuk mengetahui informasi suatu bahan atau material. Selain uji tarik, terdapat juga
uji tekan, uji torsi dan uji geser. Uji tarik digunakan dengan cara memberikan beban gaya
sesumbu pada suatu bahan atau material. Tujuan utama percobaan ini adalah mengukur ketahan
suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Dengan kata lain, melalui
proses uji tarik kita dapat mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi pada gaya tarik
sesumbu dan mengetahui sejauh mana tarikan itu bertambah panjang. Uji tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat
dari kurva uji tarik.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu
bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan
hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam
desain yang memakai bahan tersebut.

Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut
dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength”
disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.

Hukum Hooke (Hooke’s Law)


Pada proses uji tarik, hampir pada semua tipe logam berlaku hubungan secara fisis yaitu
dimana hubungan antara beban atau gaya sesumbu yang diberikan berbanding lurus dengan
perubahan panjang bahan . Daerah ini disebut linear zone, dimana kurva pertambahan panjang
naik mengikut pertambahan beban yang mengikuti aturan Hooke sebagai berikut :
“Rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) bersifat konstan”
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan
panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: σ = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: ε = ΔL/L ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E = σ / ε

Kita dapat memodifikasi kurva yang sebelumnya telah ditampilkan untuk


mempermudah penjelasan mengenai fenomena hukum Hooke tersebut. Pada kurva dibawah
kita menggunakan hubungan linear , dimana tegangan berbanding lurus dengan perubahan
regangan suatu beban. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa E ( Modulus Elastisitas )
merupakan gradien dari kurva tegangan dan regangan . Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi
seperti pada Gambar.3 berikut.

Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang
dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.

Jenis-jenis Spesimen Uji Tarik


Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah
gage length. Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang
kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face. contoh
spesimen pada proses uji tarik salah satunya adalah komposit Al-SiC.

Grafik Tegangan dan Regangan Kompleks

Hasil Uji Tarik


Interpretasi dari hasil uji tarik dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang
terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila
regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan
disebut getas (brittle).
Kelenturan dapat diuraikan sebagai berikut :

b. Derajat kelentingan (resilience)


Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam
fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience),
dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa).
c. Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus.
Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness).
d. Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding
regangan setelah memasuki fase plastis.
e. Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas
tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan
dan regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dijabarkan diatas , dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji tarik merupakan komponen penting yang juga harus ada dalam setiap proses
manufaktur untuk menguji ketahanan material
2. Setiap Proses Uji Tarik akan menghasilkan suatu kurva yang bergantung pada bahan
uji coba
3. Tingkat kekerasan bahan itu berbeda-beda, tergantung spesimen yang digunakan pada
saat proses pengujian tarik
4. Semakin rendah suhu, material semakin keras, dan sebaliknya.

B. Saran
Dari uraian yang telah dilakukan, dapat disarankan :
Sebaiknya sebelum jika ingin dilakukan pengujian berdasarkan teori dan penjabaran
materi, alat-alat yang digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu, agar apabila ada
alat yang rusak dapat segera dapat diperbaiki, dan pengujian dapat dilakukan lebih
maksimal.
Daftar Pustaka
Purnomo. 2017. Material Teknik . Malang : Seribu Bintang .
Silitonga, P. H. 1993. Definitional Of Tensile Testing. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Material.

Santoso, Budi Slamet. 2008. Pengujian Bahan Sebagai Dasar Kualitas Material. Jakarta:
Direktorat Jenderal Keteknikan Indonesia.
Artikel Wikipedia diambil dari halaman https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuatan_tarik pada
tanggal 18 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai