Anda di halaman 1dari 6

1.

Pendahuluan

Sejak memasuki abad 20 Negara-Negara di seluruh dunia berlomba menyebut negaranya


Negara demokrasi bahkan Negara-Negara kerajaan ataupun sosialis.1 pada tahun 1990 rezim
otoriter jatuh di Asia, Eropa, Amerika Latin mempercepat pertumbuhan demokrasi di seluruh
dunia.2 Demokrasi melawan tirani sehingga Negara yang tidak menganut paham demokrasi
dianggap otoriter dan tidak modern.

Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Demokrasi dianggap sebagai indikator dalam perkembangan politik suatu negara termasuk
Indonesia. Nilai-nilai demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan pembagian
kekuasan negara yang diperoleh dari rakyat dan juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.3 Secara harfiah, demokrasi dapat dimengerti sebagai suatu sistim politik
dimana semua warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu ajang yang
diadakan secara periodik dan bebas, yang secara efektif menawarkan peluang kepada masyarakat
untuk mengganti elite yang memerintah. Setidaknya menurut Ulf Sundhaussendemokrasi juga
difahami sebagai suatu polity dimana semua warga negara menikmati kebebasan untuk
berbicara, berserikat, mempunyai hak yang sama didepan hukum, dan kebebasan untuk
menjalankan agama yang dipeluknya. Meskipun begitu Ulf Sundhaussen meyakinkan bahwa
tidak semua menifestasi-menifestasi tentang demokrasi di atas pernah dijalankan sepenuhnya,
bahkan dalam suatu sistem demokrasi sekalipun.4

Beberapa upaya untuk memetakan konsepsi orang tentang demokrasi di seluruh dunia
dapat ditemukan dalam literatur tentang dukungan politik, atau publik. Dukungan publik sangat
penting untuk legitimasi rezim yang demokratis, namun warga negara dapat mengkritik rezim
yang berkuasa saat ini atau tidak puas dengan institusi politik tertentu sambil tetap mendukung

1
Gadug Kurniawan, KEBEBASAN HAKEKAT DEMOKRASI, Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015, Hlm 1
2
Michael Bratton, What Does Democracy Mean?, What Does Democracy Mean? Journal of Democracy Volume 21,
Number 4 October 2010 , University Press, hlm 16
3
Jailani, SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DITINJAU DARI SUDUT HUKUM KETATANEGARAAN, urnal Inovatif,
Volume VIII Nomor I Januari 2015.
4
Ulf Sundhaussen, Demokrasi dan Kelas Menengah, Reflekse mengenai Pembangunan Politik, Prisma Nomor 2,
1992, h. 64.
demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang ideal.5 Oleh karena itu demokrasi mempunyai arti
penting bagi rakyat. Demokrasi memberikan hak kepada masyarakat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi Negara, sebab hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah
demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional
implikasinya diberbagai Negara tidak selalu sama.6
Setelah masa Orde Baru, demokrasi di Indonesia juga semakin berkembang. Ini ditandai
dengan adanya pemilihan langsung kembali, terdabat partai-partai baru, kebebasan pers,
kebebasan mengemukakan pendapat dan berserikat dan lainnya. Namun, selama beberapa
dekade belakangan ini. Pada tahun 2017, Indeks Demokrasi indonesia mencatat bahwa peringkat
demokrasi Indonesia mengalami penurunan yang menyebabkan kondisi demokrasi Indonesia
berada di kategori 'demokrasi cacat'.7 The Economist menyebutkan bahwa Indonesia mengalami
penurunan tajam sebanyak 20 peringkat kalau dibandingkan dengan tahun 2016. Ini menjadi
catatan hitam bagi keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Menurut The Economist Penyebab
kemerosotan tersebut adalah Dinamika politik pada Pilkada DKI Jakarta 2017 yaitu mengenai isu
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, serta bangkitnya gerakan sosial-masyarakat
berbasis keagamaan atau primordialisme.8

2. Kerangka Teori
Problem Pluralisme
Pluralisme agama adalah anggapan bahwa semua agama adalah benar sebagai bentuk
toleransi antarumat beragama. Penganut ini menganggap bahwa pada hakikatnya, agama
merupakan hasil dari berbagai perasaan dan pengalaman keberagamaan manusia, sehingga setiap
agama yang ada di dunia ini mengandung kebenaran Ilahi. Kekacauan antaragama terjadi karena
tidak adanya toleransi dan saling pengertian antarpemeluk agama yang berbeda, sehingga
pluralisme agama adalah solusi yang tepat untuk mencegah konflik tersebut dan menciptakan

5
Stefan Dahlberg, The Meaning of Democracy, WORKING PAPER SERIES 2017:16, University of Gothenburg,
diakses dari https://gupea.ub.gu.se/bitstream/2077/54895/1/gupea_2077_54895_1.pdf
6
Awaluddin, Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasarkan Hukum, ISSN 1411- 3341
77
Thomas P. Power, Jokowi’s Authoritarian Turn and Indonesia’s Democratic Decline, ISSN 0007-4918 print/ISSN
1472-7234 online/18/000307-338, ANU Indonesia Project
8
Rizki Akbar Hasan, Peringkat RI di Indeks Demokrasi Dunia 2017 Anjlok, Ada Apa?,
https://www.liputan6.com/global/read/3250698/peringkat-ri-di-indeks-demokrasi-dunia-2017-anjlok-ada-apa
keharmonisan umat manusia di dunia. Sikap toleran terwujud dengan mengakui eksistensi agama
masing-masing.
Munculnya paham pluralisme agama malah menimbulkan masalh bagi umat
beragama. Faktanya bahwa paham ini menganggap semua agama adalah sama, mendapat
reaksi bertolah belakanga dari tokoh-tokoh agama. Demikian halnya dengan fatwa MUI tahun
2005 yang meng-haramkannya pluralisme agama karena menurut MUI paham pluralisme agama
bertentangan dengan ajaran Islam.9
Pluralitas dan pluralisme agama memiliki arti yang berbeda. Pluralitas adalah fakta wujud
keberagaman dan perbedaan agama- agama di dunia ini. Pluralitas merupakan ketentuan Tuhan
yang sudah ditetapkan shingga tidak mungkin dihilanhkan. Ketika kata pluralisme disandingkan
dengan agama, maka makna pluralisme berubah menjadi sebuah istilah yang disebut
pluralisme agama (religious pluralism). Istilah pluralisme agama telah menjadi terminologi
khusus yang sudah baku (technical term).
Dalam pluralisme agama terdapat dua aliran besar yakni Teologi Global (Global
Theology) dan Kesatuan Transenden Agama-Agama (Transcendent Unity of Religion) yang
dibawa oleh tokoh Barat John Hick dan Frithjof Schuon. Teologi global (Global Theology)
lahir dari globalisme Barat. Hick mengamati bahwa agama-agama adalah realitas dari tanggapan
budaya manusia yang berbeda-beda dari Satu Yang Nyata (The Real). Hick mengungkapkan
bahwa kebenaran agama tidak tunggal tapi bersifat plural sesuai dengan jumlah tradisi-tradisi
atau ajaran-ajaran agama yang melaluinya manusia melakukan respon terhadapnya.10
Kesatuan Transenden Agama-Agama (Transcendent Unity of Religion) lahir sebagai
kritik terhadap globalisme dan modernitas Barat yang anti agama. Teori ini membagi agama-
agama kepada dua hakikat; eksoteri (lahiriah), dan esoterik (batiniah). Dari sudut pandang ini,
agama-agama seperti: Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dll merupakan bentuk lahiriah
(eksoterik) yang dipisahkan oleh garis horizontal dan bertemu pada hakikat esoterik. Pandangan
ini mengantarkan manusia kepada kesepakatan bahwa semua agama merupakan manifestasi-
manifestasi dan bentuk- bentuk yang beragam dari hakikat esoterik yang tunggal. Dari

9
Ahmad Khaerurrozikin, Problem Sosiologis Pluralisme Agama di Indonesia, Jurnal Kalimah Vol. 13, No. 1, Maret
2015,
10
Ibid
sudut pandang ini dimensi esoterik merupakan sesuatu yang absolut dan dimensi eksoterik
bersifat relatif agar agama-agama dapat berkoeksistensi satu sama lainnya.11

Menajalankan Agama di Era Demokrasi Jokowi


Jokowi menyatakan bahwa model pemaksaan kehendak berdasar unsur SARA atau
jumlah massa, bukanlah bentuk demokrasi dan kemajemukan etnis, agama, dan budaya di
Indonesia dijamin oleh konstitusi.
Ketika terpilih pada tahun 2014, Jokowi memberi kesan baru terhadap demokrasi. Namun
demikian, elama masa jabatannya demokrasi dinilai mengalami kemunduran. Hukuman
kepadaBasuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dipanggil Ahok atas kasus penistaan agama
dianggap sebagai tanda meningkatnya pengaruh agama mayoritas di Indonesia. Pembubaran
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kelompok fundamentalis Islam yang mencanangkan konsep
khalifah meskipun tidak menggunakan dengan cara kekerasan juga dinilai sebagai kemunduran
demokrasi.12

Menurut KontraS pada tahun 2014 - 2018, peristiwa pelanggaran Kebebasan Beribadah
dan Berkeyakinan tercatat sebanyak 488 peristiwa. Jumlah korban pelanggaran kebebasan
beribadah dan berkeyakinan mencapai 896 orang. Pelaku pelanggaran kebebasan beribadah dan
berkeyakinan, terdiri dari sipil, ormas, polisi, dan pemerintahan (MUI). Pada tahun 2017 ke 2018
terdapat peningkatan yang cukup terlihat oleh pelaku dari ranah sipil. Hal ini bisa jadi
disebabkan oleh peristiwa menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017 yang memenjarakan salah satu
calonnya dengan tuduhan penistaan terhadap agama islam.13
Kebijakan-kebijakan pada pasa kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kala atas kasus-kasus
pelanggaran hak atas kebebasan berkeyakinan dan beribadah dimotori oleh kebijakan-kebijakan
diskriminatif yang masih berlaku, yaitu:
1. KB Tiga Menteri [Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung RI] nomor 3
tahun 2008 terkait Jamaah Ahmadiyah Indonesia.
2. UU nomor 1/PNPS/1965 tentang Penodaan Agama

11
Ibid
12
https://www.matamatapolitik.com/apakah-kampanye-2019gantipresiden-bisa-kalahkan-jokowi-di-pilpres-2019/
13
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Catatan Evaluasi 4 Tahun Kinerja Pemerintahan Joko
Widodo – Jusuf Kalla Kabinet Indonesia Kerja
3. UU nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan: sudah mengakomodir
Penghayat Kepercayaan dalam pencatatan kependudukan, hanya saja perlu ditinjau
pelaksanaannya di lapangan
4. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 8 dan nomor 9
tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.

Munculnya Islam Nusantara


Islam Nusantara memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh pemikir-pemikir
Islam, seperti: “Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam
teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, adat istiadat di tanah air”. Secara substantif,
Islam Nusantara adalah paham Islam yang merupakan hasil dari gabungan wahyu yang
dipengaruhi oleh kearifan lokal.14
Islam nusantara adalah islam dengan ke-khas-an dari nusantara seakan-akan islam ini
berbeda dengan islam yang di sebenarnya sehingga menimbulkan lagi istilah-istilah seperti islam
Arab maupun islam daerah lainnya. Penambahan kata ‘Nusantara’ seakan-akan mengatakan
bahwa islam selain islam nusantara adalah tidak benar dan membagi-bagi konsep islam. Ide
islam nusantara ini dikelompokkan ketika ada deradikalisasi atau deislamisasi sehingga seolah-
seolah ketika orang berkampanye tentang islam sehingga harus melawan islam ini dengan selain
islam yaitu tentang kampanye islam nusantara ini.15
Said aqil siradj adalah ketua umum parta islam terbesar di Indonesia yaitu Pengurus
Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan yang mengusungkan ide mengenai ‘Islam Nusantara’.
Menurut paparan beliau, Islam Nusantara mimiliki typologi sendiri berbeda dengan islam yang
berada di Arab. Pernyataan beliau yang sangat kontroversi yaitu mengenai ciri-ciri fisik dari
orang islam itu sendiri seperti pakaian (cadar), jenggot (bagi laki-laki) serta mengolok orang
berjenggot padahal dalam pemahaman islam sendriri jenggot adalah sunah bagi laki-laki muslim

14
Mujamil Qomar, ISLAM NUSANTARA: Sebuah Alternatif Model Pemikiran, Pemahaman, dan Pengamalan Islam,
198, el Harakah Vol.17 No.2 Tahun 2015,
https://www.researchgate.net/publication/293193038_ISLAM_NUSANTARA_SEBUAH_ALTERNATIF_MODEL_PEMI
KIRAN_PEMAHAMAN_DAN_PENGAMALAN_ISLAM
15
Felix Siauw, https://youtu.be/9y6GTZ70_oI
dengan mengatakan ‘orang yang semakin panjang jenggotnya semakin bodoh”.16 Keberadaan
umat islam sebagai umat yang mayoritas namun ‘dibelah-belah’ lagi oleh umat islam itu sendiri
karna kepentingan politik.

16
Said Aqil Siradj, https://youtu.be/5TsUj-AAUiw,

Anda mungkin juga menyukai