PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu penyakit tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang
disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti
tumbuhan tinggi parastis, ganggang, jamur, bakteri, mikoplasma dan virus.
Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan
sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk
mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan
definisi yang penting.
Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai penyimpangan dari sifat normal
yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melaksanakan
fungsi fisiologisnya yang biasa dikerjakan. Penyebab penyakit atau patogen
biasanya terdiri atas jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Penyakit hanya akan
terjadi apabila di suatu tempat terdapat tumbuhan inang yang rentan, patogen yang
virulen, dan lingkungan yang mendukung yang biasa kita sebut segitiga penyakit
(Djatnika, 2009).
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara
singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab
sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air,
kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai penyakit yang umumnya timbul
misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan
penyakit embun tepung. Penyebabnya berbeda beda, misal penyakit layu dapat
disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita
bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau
parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya
menular atau infeksius, misalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan
1
2
tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak
menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering
disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath.
Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi
tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia.
Utamanya yang menyerang tanaman adalah pathogen. Pada waktu sekarang
telah dikenal banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang
mempunyai arti ekonomi penting.Patogen adalah organism penyebab penyakit
tanaman. Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang
menyebabkan penderitaan (sakit).Setiap macam tanaman dapat diserang oleh
banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada
kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman.Sering pula
terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ
tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang populasinya sangat besar
dan kompleks. Spesiesnya yang berjumlah ratusan terdapat di bagian-bagian
tubuh manusia, makanan, hewan dan lain-lain. Bukan hanya terdapat pada
mahluk hidup, mikroorganisme juga terdapat ditanah, air dan udara. Dalam
kehidupan terkadang kita membutuhkan suatu mikroorganisme tertentu untuk
diisolasi atau dibiakkan. Terhadap bakteri yang hanya terdapat dipermukaan maka
pengenceran dilakukan terhadap air tempat zat tersebut dicelupkan/ direndam.
Dan jika bakteri hendak diisolasi dari udara, cukup dengan membuka cawan petri
yang berisi media agar steril beberapa saat. Di dalam laboratorium mikrobiologi,
populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu
jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya
Isolasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari suatu lingkungan, sehingga diperoleh kultur
murni atau biakkan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya
berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa cara yang dilakukan
untuk mengisolasi mikrooraganisme antara cara goresan (streak plate), cara
3
taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution
plate) serta micromanipulator.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai
substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa
pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida
dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para
petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan
membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya
pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.
Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis
dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah
diterapkan oleh pemerintah.
Pengendalian OPT sebaiknya dilakukan dengan prinsip ekologi.
Pengendalian dengan prisnsip ekologi bertujuan untuk menyeimbangkan
komponen ekologi yang ada pada ekosistem lahan pertanian. Pengendalian yang
bersifat ekologi salah satunya yaitu dengan pengendalian hayati. Pengendalian
hayati merupakan suatu usaha memanfaatkan dan menggunakan musuh alami
untuk menekan populasi OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang dapat
merugikan tanaman budidaya. Musuh alami tersebut dapat berupa predator,
parasitoid, dan patogen (bakteri, cendawan, virus dan nematoda). Petani kita
masih cenderung menggunakan pestisisda dalam menangani organisme
4
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menegetahui gejala-gejala penyakit
pada tanaman serta mengklasifikassikan gejala tersebut sesuai dengan tipe pokok
gejala tanaman.
B. Tinjauan Pustaka
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit
tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep
timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor
lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap
timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan
tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi,
kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh
golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang
toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang
alternative, dan tanaman inang perantara; 2) Pathogen adalah organisme hidup
yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit
tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan
riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan
pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas
dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air
tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air
(Adinugroho, 2008)
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua yaitu penyakit yang bersifat
abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya
polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim,
oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang tidak
5
6
tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) sampai sekarang
dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur, virus, viroid, nematoda, protozoa
dan parasit (Anafzhu, 2009).
Menentukan suatu penyakit yang diderita tumbuhan di lapang sangatlah
susah tak seperti dijelaskan di kelas, karena harus teliti mengamati dan
mencermati penyakit apa yang dialami oleh suatu tumbuhan. Sering kali terdapat
beberapa macam penyakit pada tumbuhan tertentu yang menunjukkan gejala yang
sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja kita dapat menentukan
diagnosis dengan pasti. Selain gejala, tanda dari penyakit juga harus diperhatikan.
Tanda merupakan semua pengenalan dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang
(selain gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora,
damar, lendir, dan sebagainya (Semangun, 2001).
Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari
tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Ilmu
Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan
oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan
Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan Virus
(Junaidi, 2009).
Gejala penyakit berhubungan erat dengan tanda penyakit. Tanda penyakit
adalah semua struktur pathogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang
dapat dilihat secara makroskopis dan struktur tersebut berasosiasi dengan tanaman
yang sakit. Untuk mendiagnosis penyakit secara cepat dan tepat, tidak hanya
melihat dari gejala penyakit, tetapi juga melihat dari tanda penyakitnya. Sehingga
dapat dengan mudah menanggulanginya (Deasyirzayanti, 2008)
Gejala dapat setempat (lesional) atau meluas (habital, sistemik). Gejala
dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.Gejala primer terjadi pada
bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala
yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian
yang menunjukkan gejala primer. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu:
7
1. Tipe nekrotis :
Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
2. Tipe hipoplastis :
Gejalanya disebut hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
3. Tipe hiperplastis
Gejalanya disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment) (Sinaga, 2006).
C. Alat Dan Bahan
Alat : pisau/gunting/silet steril, plastik, label, alat tulis.
Bahan : Sampel bagian tanaman yang terserang penyakit.
D. Cara Kerja
1. Mencari tanaman sampel yang diperkirakan terserang penyakit dan
pertumbuhannya abnormal.
2. Kemudian memotong bagian tanaman yang terlihat terserang penyakit dengan
pisau gunting atau silet.
3. Setelah memotong bagian tanaman yang terserang penyakit, memasukkan
bagian tanaman tersebut kedalam plastik, kemudian diberi label.
4. Mengamati gejala atau tanda yang ada pada bagian tanaman sampel tersebut.
5. Menuliskan hasil pengamatan sampel tanaman yang sakit pada buku
pengamatan.
6. Mengelompokan sampel tanaman tersebut kedalam tiga tipe pokok gejala
tanaman yang sesuai dengan hasil pengamatan sebelumnya.
8
dengan bintik putih, pada sampel tanaman daun berwarna kuning dan pada
pangkal daun berwarna hijau.
3. Nekrosis
5. Busuk
Gambar 6. Gejala damping off pada bibit tanaman Cabai (Capsicum annum)
11
Gambar 10. Gejala mati ujung pada tanaman lidah buaya (Aloe vera)
Gejala kematian ranting atau cabang tanaman yang dimulai dari ujung
dan meluas ke pangkalnya. Sampel tanaman pada gejala ini adalah daun lidah
buaya. Gejala yang timbul pada sampel adalah pada ujung daun nampak
13
berwarna coklat dan mengering, + 5 cm dari ujung daun kearah pangkal daun
berwarna kuning dan sedikit menggulung.
11. Terbakar
Etiolasi
Gambar 12. Gejala etiolasi pada bibit tanaman cabai (Capsicum annum)
Etiolasi yaitu gejala batang memanjang akibat kekurangan cahaya. Sampel
tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit tanaman cabai
(Capsicum annum). Dengan gejala fisik: batang bibit tanaman berwarna putih
14
dan panjang tidak seperti pada umumnya, daun berwarna kuning sedikit
pucat.
2. Kerdil
Gambar 13. Gejala kerdil pada buah labu siam (Sechium edule)
Kerdil yaitu terhambatnya pertumbuhan, sehingga ukurannya tidak
seperti biasanya. Sampel praktikum pada gejala ini adalah buah labu siam.
Gejala yang timbul seperti: buah berwarna hijau, nampak pada pangkal buah
mengecil dan pada ujung buah sedikit membesar, bentuk buah sedikit lonjong
dan membengkok pada bagian tengah buah.
3. Perubahan simetri
Gambar 14. Gejala penyakit pada tanaman jeruk bali (Citrus maxima)
Perubahan simetri adalah gejala pada bagan tanaman yang mengakibatkan
bagian tersebut bengkok. Bahan praktikum pada gejala ini adalah ranting
bahan jambu biji. Gejala yang timbul adalah pada tengah ranting nampak
bengkok dan membentuk huruf “s”, sedangkan pada ujung dan pangkal
batang nampak lurus.
15
4. Roset
Roset
c. Vein Clearing,yaitu Bagian yang kuning hanya pada bagian sekitar tulang
daun.
Pada sampel tanaman yang diamati yaitu tanaman jeruk, ditandai dengan
adanya bintik-bintik berwarna kuning pada bagiantengah daun.
Gejala Hiperlastik
1. Erinosa
Erinosa
\
Gambar 17. Gejala erinosa pada tanaman waru
Erinosa yaitu gejala terbentuknya banyak trichomata, sehingga pada
permukaan daun terdapat bagian yang seperti bledu.sampel tanaman pada
pengamatan ini adalah daun waru. Dengan gejala yang timbul yaitu nampak
bintik-bintik berwarna kemerahan, permukaan daun berwarna hijau, bintik
merah tersebut nampak seperti beledu.
2. Fasiasi
Gambar 18. Gejala penyakit Fasiasi pada umbi kentang (Solanum tuberosum)
Merupakan gejala organ yang seharusnya bulat, menjadi pipih. Sampel
praktikum pada gejala ini adalah umbi kentang, yaitu dengan gejala yang
timbul warna kentang berwarna coklat (masih pada umumnya), namun bentuk
kentang sedikit pipih ada bintik-bintik pada umbi kentang.
17
3. Intumesensia
5. Menggulung/mengkriting
Gambar 21. Gejala penyakit menggulung pada tanaman bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa) dan mengkriting pada tanaman cabai (Capsicum annum).
Enasi
Gambar 22. Gejala pembentukan alat yang luar biasa pada tanaman
kacang-kacangan (Leguminosae)
daun. Sampel tanaman pada gejala ini adalah tanaman leguminosae, dengan
gejala yang timbul daun berwarna hijau, nampak benjolan kecil pada sisi
bawah daun.
7. Perubahan warna
Prolepsis
Gambar 24. Gejala Prolepsis pada tanaman jambu biji (Psidium guajava)
biji. Dengan gejala yang timbul : bagian yang tumbuh nampak seperti tunas,
terdapat daun kecil berwarna hijau yang tumbuh pada batang, kulit batang
berwarna coklat.
9. Rontoknya alat-alat
Rontoknya
bunga
Rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waaktunya dan
dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena
terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang
berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas. Sampel pada tanaman ini adalah
tanaman cabai yang mengalamo rontoknya bunga pada tangkai bunga.
10. Sapu (Witches broom)
Witches broom
digunakan yaitu tanaman kacang tanah, dengan gejala yang timbul bentuk
tanaman dengan cabang yang mirip seperti sapu, dan daun nampak kecil-
kecil.
11. Sesidia (Tumor)
22
23
muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen
(fitdan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution, 2008).
Sebagian besar penyebab penyakit pada tumbuhan disebabkan oleh
cendawan. Golongan cendawan patogen tumbuhan memiliki anggota yang sangat
beragam. Oleh karena itu, kehadiran cendawan patogen tumbuhan perlu selalu
diwaspadai (Sinaga, 2003).
Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari
tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit
tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit
tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen
penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari
19 persen ( Jackson, 2009).
Beberapa bakteri pathogen tanaman seperti agrobacterium., Corynebacteriu
m, Pseudomonas, Streptomyces spp., dan Xanthomonas spp.Agrobacterium
spp. mungkin berada dalam tanah atau dalam akar atau batang tanaman, dimana
mereka menyebabkan galls pada tanaman yang mereka infeksi. Koloni patogen
dari genus Corynebacterium dapat hidup di tanah maupun di tanaman sakit. Mere
ka menyebabkan busuk cincin tomat dan kentang serta penyakit pembuluh darah
dari alfalfa. Erwinia spp., khususnya, serangan pada jaringan tanaman hidup dan
menyebabkan layu, busuk lunak, gelembung udara, dan nekrosis kering.
Pseudomonas menghasilkan bercak layu, daun stripe. Sedangkan streptomyces
spp. menyebabkan kentang berkeropeng serta penyakit terjadi secara khusus pada
akar dan menampilkan akar-akar ubi jalar. Xanthomonas spp. menyebabkan
nekrosis dan sebagian besar dari mereka menghasilkan koloni kuning (Salvador,
2010).
C. Alat Dan Bahan
Alat : Kamera foto, alat tulis.
Bahan : Gambar patogen penyebab penyakit
24
D. Cara Kerja
1. menyiapkan gambar patogen penyebab penyakit.
2. Kemudian memfoto gambar penyebab penyakit menggunakan kamera foto.
3. Lalu mencatat dan mengelompokan foto penyebab penyakit.
4. Memberi keterangan gambar penyakit, meliputi:
Nama patogen :
Nama penyakit :
Inang :
Pengendalian :
E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil :
Tabel 3.1. hasil pengamatan pathogen
NO Jenis Nama
1. Jamur Phytopthora parasitica var nicotianae
2. Jamur Phoma sp
3. Jamur Fusarium moniliforme
4. Jamur Mucor sp.
5. Virus Marmor tabacci
6. Bakteri Streptomyces scabies
7. Jamur Helminthessporium sp
8. Jamur Culvularia oryzae
9. Jamur Colletotrichum capsici
10. Jamur Cercospora sp.
11. Jamur Alternaria sp.
12. Virus Tobacco mosaic virus
13. Bakteri Xantominas campestris pv
14. Bakteri Xantomonas solanaceae
15. Jamur Fusarium sp.
16. Jamur Gloesporium sp
17. Jamur Puccinia graminis
25
3. Fusarium moniliforme
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies :Fusarium moniliforme
Gambar 30. Fusarium moniliforme
Fusarium moniliforme adalah jamur yang menyebabkan layu pada
tanaman tomat. Pengendalian penyakit ini dengan cara mengolah tanah
dengan menggunakan cangkul ataupun traktor.
4. Mucor sp.
Kingdom : Fungi
Filum : Zygomycota
Kelas : Mucormycotina
Ordo : Mucorales
Famili : Mucoraceae
Genus : Mucor
Spesies : Mucor sp.
Gambar 31. Mucor sp.
Mucor sp. Adalah jenis jamur yang menyebabkan busuk pada sayuran.
Penyakit ini menyerang tanaman sayur – sayuran dan buah – buahan.
Pengendalian penyakit ini dengan cara memotong bagian yang terkena jamur
ini supaya jamur tidak menular kebagian yang lainnya dan mengaplikasikan
fungisida.
27
5. Marmor tabacci
Klasifikasi
7. Helminthosporium sp.
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastygomyceta
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Hyphales
Famili : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Gambar 34. Helminthosporium sp. Spesies : Helminthosporium sp.
Helminthosporium sp adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit
bercak coklat pada daun yang menyerang tanaman jagung. Pengendalian
dengan cara mekanis yaitu membuang bagian tanaman yang terserang
penyakit, peremajaan kebun yang terserang berat. Pengendalian kimia dengan
aplikasi fungisida berbahan aktif mancozeb 0,25% dengan dosis 2 ml/L air
dengan cara penyemprotan.
8. Curvularia oryzae
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Pleosporales
Famili : Pleosporaceae
Genus : Curvularia
Gambar 35. Curvularia oryzae Spesies : Curvularia oryzae
Curvularia oryzae adalah jenis jamur yang menyebabkan bercak pada
tanaman padi. Pengendalian dengan mengaplikasikan fungisida seperti Nativo
75 WG yang mengandung bahan aktif Tebukonazol 50% dan trifloksistrobin
75%.
29
9. Colletotrichum capsici
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Sphaeriales
Famili : polystigmataceae
Gambar 36. Colletotrichum capsici Genus : Colletotrichum
Spesies :Colletotrichum capsici
Colletotrichum capsici adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit
Antraknosa yang menyerang tanaman cabai. Pengendalian dengan fungisida
seperti Mankozeb, Propineb, Benomil, Melalansil dan Dimetomorf.
10. Cercospora sp
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastigomycotae
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Dematiaceae
Genus : Cercospora
Gambar 37. Cercospora sp.
Spesies : Cercospora sp.
Cercospora sp adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit kerdil
dan bercak pada daun. Penyakit ini menyerang pada tanaman cabai dan
kacang. Pengendalian dengan cara memusnahkan atau memotong pada bagian
yang terserang penyakit cercospora.
30
18. Pestalotia sp
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Xylariales
Famili : Amphisphaeriaceae
Genus : Pestalotia
Spesies : Pestalotis sp.
Gambar 45. Pestalotia sp.
Pestalotia sp adalah jenis jamur yang menyebabkan bercak daun, hawar
tangkai dan busuk pucuk. Menyerang pada tanaman anggrek jenis Vanda sp,
arachis sp, dendrobium sp. Pengendalian dengan memangkas bagian tanaman
yang terserang dan mengaplikasikan fungisidan atau bakterisida pada
tanaman.
34
20. Aspergilus sp
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichochomaceae
Genus : Aspergilus
Spesies : Aspergilus sp.
Gambar 47. Aspergilus sp.
Aspergilus sp adalah jenis jamur yang menyebabkan Nekrosis, busuk
pangkal akar. Menyerang pada tanaman kacang tanah. Pengendalian secara
biologi dengan cara menggunakan enzim kilinase, mengaplikasikan fungisida
pada tanaman yang terserang penyakit.
35
F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan ditarik kesimpulan sebagai berikut : pathogen seperti
jamur dapat dialakukan pengendalian menggunakan larutan pestisida, dan untuk
pathogen jenis virus dapat dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang
terserang lalu membakarnya. Dan untuk pathogen jenis bakteri dapat dilakukan
pengendalian dengan penyemprotan larutan bakterisida.
BAB IV
ISOLASI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara-cara dalam isolasi
jasad renik.
B. Tinjauan pustaka
Isolasi adalah proses pemisahan yang diinginkan dari populasi campuran ke
media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni. Isolasi mikroorganisme
mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk
kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Prosesisolasi ini
menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi,
fisiologi,dan serologi. Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan
atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh
kultur murni. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau
mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis,
fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yangterdiri dari
satu macam mikroorganisme saja. Perkembangan suatu penyakit pada tumbuhan
inang didukung oleh tiga faktor, yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen
dan lingkungan yang mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu
keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagaiekspresi dari
patogenisitas. Gejala seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai
akibat substansi substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme
penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama
substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung
adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida (Djida, 2000).
Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006).
36
37
Mikroorganisme seperti jamur, bakteri, yis, virus, dan alga dapat dijumpai
di berbagai tempat termasuk penyebab penyakit tanaman. Ada di air, udara, tanah,
tumbuhan, hewan, manusia dsb dan akan tumbuh berkembangbiak pada kondisi
lingkungan yang menguntungkan. Kehadiran mikroorganisma bagi kehidupan
manusia ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Dalam dunia
pertanian, mikroorganisme diketahui sebagai salah satu penyebab penyakit. Untuk
mengetahui penyebab penyakit perlu dilakukan isolasi, kemudian dilakukan
pencirian baik secara makroskopis, mikroskopis maupun pencirian secara kimiawi
agar penyebab penyakit dapat diketahui yang pada akhirnya dapat digunakan
untuk pengendaliannnya (Anonim, 2013).
Jamur dapat diisolasi dari tanah dan dari permukaan tanaman, seperti daun
dan bunga, dengan cara mencucinya, diikuti dengan melakukan satu seri
pengenceran untuk mendapatkan koloni tunggal pada media agar-agar yang
sesuai, seperti TWA. Media yang kaya hara harus dihindari, karena
menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan mengorbankan
sporulasi. Antibiotik seperti streptomisin sulfat sebaiknya juga ditambahkan
ke dalam media agar-agar untuk menekan pertumbuhan bakteri (Machmud,
2005).
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,
bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.
Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri.
Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri. Untuk
mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula diamati
morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah
satunya adalah dengan pewarnaan gram (Masruroh, 2013).
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat
kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki
38
panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih
panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan
ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips,
bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai
dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas
dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel
sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau
spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
C. Alat Dan Bahan
1. Isolasi jamur dari jaringan tebal
a) Batang vanili yang terserang penyakit busuk batang
b) PDA
c) Alkohol 96%
d) Petridish steril
2. Isolasi dari jaringan tipis
a) Daun kacang tanah yang terserang bercakdaun
b) PDA
c) Petridish steril
d) Sublimat 0,1%
e) Air steril
f) Jamur preparat
g) Jarum ose
3. Isolasi bakteri
a) Daun kobis yang terserang busuk hitam
b) Pinset
c) Jarum ent
d) PDA
e) Petridish steril
f) Sublimat 0,1%
g) Air steril
39
D. Cara Kerja
1. Isolasi jamur pada jaringan tebal
a) Memasukan PDA kedalam petridish
b) Mengolesi bagian yang sakit dan yang sehat dengan alkohol 96%
c) Memotong atau menyayat pada batas bagian yang sakit dan yang sehat
d) Meletakkan atau memasukan patogen kedalam petridish
e) Menginkubasi selama beberapa hari
f) Mengamati setiap hari
g) Lalu menggambar hasil pengamatan yang telah dilakukan
2. Isolasi jamur pada jaringan yang tipis
a) Memasukan PDA kedalam petridish
b) Mencuci bahan dengan sublimat 0,1%
c) Meletakkan bahan diatas kertas
d) Setelah itu masukan patogen kedalam petridish yang sudah berisi PDA
e) Menginkubasi selama beberapa hari
f) Mengamati setiap hari
g) Menggambar hasil pengamatan
3. Isolasi bakteri
a) Memotong bahan pada batas bagian daun yang sehat dan sakit
b) Kemudian mencuci bahan dengan sublimat 0,1%
c) Setalah itu memasukkan potongan kedalam tabung yang berisi air steril
d) Mengambil suspensi dengan jarum ose dan menggoreskannya kedalam
petridish yang sudah dituangi PDA
e) Menginkubasi selama beberapa hari
f) mengamati setiap hari
g) menggambar hasil pengamatan.
40
2
1
1
1
1
2
Gambar 49. Isolasi jamur pada jaringan tipis
Keterangan :
1. Isolate
2. Koloni bakteri berbenntuk gerigi berwana bening
Pada isolasi jamur jaringan tipis ini terjadi kontaminasi koloni bakteri
yang sangat banyak sehingga mengakibatkan kegagalan dalam mengisolasi
jamur. Karena adanya penyebaran bakteri yaitu debu dalam udara di ruangan
telah banyak ditemukan mikroorganisme seperti bakteri tuberculosis sp.,
streptococcus sp., pneumococcus sp., dan staphylococcus sp. Bakteri ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara dan tertawa.
(Budiyanto,2005; Waluyo,2009).
Pada isolasi jamur jaringan tipis, kesterilan dari bahan dan alat ini
kemungkinan juga masih belum steril sehingga rentan terkontaminasi bakteri,
karena kesterilan itu syarat utama keberhasilan dan juga kemahiran dari
pengisolator. Seperi yang di kemukakan Curtis,1999 : Sterilisasi dalam
42
3. Isolasi Bakteri
2 1
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada isolasi jamur
jaringan tebal tidak mengalami kegagalan karena tidak adanya kontaminasi
bakteri pada PDA, karena peralatan yang digunakan pada saat proses isolasi sudah
disterilkan. Dan pada isolasi jaringan tipis terjadi kontaminasi koloni bakteri yang
sangat banyak sehingga mengakibatkan kegagalan dalam mengisolasi jamur.
Karena adanya penyebaran bakteri yaitu debu dalam udara di ruangan. Serta pada
isolasi bakteri terjadi kontaminasi bakteri lain yang diakibatkan karena alat yang
digunakan kurang steril.
BAB V
PESTISIDA
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengenal berbagai
pestisida serta komponen penyusunnya.
B. Tinjauan pustaka
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan
perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan
untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Pedum Kajian
Pestisida, 2012).
Beberapa tahun terakhir penggunaan pestisida oleh petani cenderung
meningkat, karena hal tersebut dianggap cara paling efektif untuk mengendalikan
OPT, sehingga permintaan pestisida di tingkat petani meningkat. Jumlah merk
dagang pestisida yang beredar di Indonesia sangat banyak. Setidaknya pada tahun
2010 terdapat 2.628 merk dagang pestisida dari 196 perusahaan yang terdaftar di
Kementerian Pertanian (Kementerian Pertanian 2010).
Berdasarkan organisme sasarannya pestisida digolongkan sebagai berikut:
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga. Bahan aktif yang tergkandung di dalamnya
antara lain, organoklorin, organofosfat, karbamat dan piretroid.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Bahan aktif
yang terkandung biasanya adalah senyawa merkuri, dikarboksimida, derivat
ftalimida, penta-klorofenol (PCP) dan senyawa N-heterosiklik.
3. Bakterisida adalah bahan yang mengandung senyawa yang bisa membunuh
bakteri.
4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.
5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak, dan laba-laba.
45
46
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan berupa bungkus pestisida
2. Mengamati kemasan produk, meliputi :
a) Nama produk
b) Golongan
c) Bahan aktif
d) Cara kerja
e) Bentuk
f) Efikasi
3. Mencatat hasil pengamatan pada buku pengamatan
E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan
Dari hasil pengamatang diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya
tikus. Bahan aktif yang digunakan antara lain warfarin, ANTU, natrium
fluoroasetat, alkaloid striknin dan fluoroasetamida.
a. King Pembasmi Tikus
Keterangan :
a) Nama produk : King
b) Golongan : Rodentisida
c) Bahan aktif : zink phosfit
d) Cara kerja : Sistematis
e) Bentuk : kotak, padat
f) Efikasi : Tikus
2. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang bisa mematikan semua jenis serangga. Bahan aktif yang tergkandung di
dalamnya antara lain, organoklorin, organofosfat, karbamat dan piretroid
a. Furadan 3 GR
Keterangan
a) Nama produk : Furadan 3 GR
b) Golongan : Insektisida/
Nematisida
c) Bahan aktif : karbofuran 3%
d) Cara kerja : sistemik
e) Bentuk : berbentuk butiran
berwarna ungu
Gambar 53. Pestisida Furadan 3 Gr
f) Efikasi : hama pada tanaman,
seperti nematoda, penggerek batang,
cacing, uret, bekicot.
Furadan 3GR adalah salah satu merk dagang insektisida yang juga
nematisida berbentuk butiran (granula). Furadan 3GR dapat digunakan untuk
mengendalikan berbagai jenis hama pada tanaman seperti nematoda (puru akar),
penggerek batang, cacing, uret, bekicot (moluska), jontrot dan lain sebagainya.
Furadan 3GR merupakan insektisida + nematisida sistemik berbentuk butiran
berwarna biru keunguan yang dapat diaplikasikan dengan cara ditabur. Yang
diamaksud sistemik adalah diamana zat beracun dari furadan diserap oleh akar
tanaman kemudian tersebar keseluruh jaringan.
Furadan 3GR dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada berbagai
jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman hortikultura maupun tanaman
perkebunan. Furadan 3GR berbahan aktif karbofuran yang memiliki spektrum
cukup luas, sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama
termasuk hama yang ada didalam tanah.
51
b. Matador
a) Nama produk : Matador 25 ec
b) Golongan : Insektisida
c) Bahan aktif : lamda sihalotrin 25
gr/l
d) Cara kerja : kontak
e) Bentuk : cair
f) Efikasi : mengendalikan hama
pada tanaman budidaya seperti
cabai, tanaman sayur dan tanaman
Gambar 54. Pestisida Matador buah.
3. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Bahan
aktif yang terkandung biasanya adalah senyawa merkuri, dikarboksimida,
derivat ftalimida, penta-klorofenol (PCP) dan senyawa N-heterosiklik
a. Bendas
a) Nama produk : Bendas 50 WP
b) Golongan : Fungisida
c) Bahan aktif : karbendazim 50%
d) Cara kerja : sistemik
e) Bentuk : tepung berwarna
putih
f) Efikasi : mengendalikan
penyakit antraknosa colletotrichum
capsici dan hawar pelepah
Gambar 55. Pestisida Bendas Rhizoctonia solani
b. Nordox 56 WP
4. Herbisida
Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhanpengganggu yang disebut gulma.
a. Ricestar Xtra
a) Nama produk : Ricestar Xtra
b) Golongan : Herbisida
c) Bahan aktif : fenoksaprof p-etil 69
g/l, ettoksisulfuron 20 g/l, Amonium
Glufosinat 150 g/l.
d) Cara kerja : sistemik
e) Bentuk : larutan dalam
formulasi air berwarna biru kehijauan
Gambar 57. Pestisida Ricestar
f) Efikasi : pengendalian gulma
rerumputan pada tanaman padi
Ricestar Xtra adalah salah satu produk golongan Herbisida selektif pada
tanaman padi yang ada dipasaran. Memiliki bahan aktif fenoksaprof p-etil 69 g/l,
ettoksisulfuron 20 g/l, Amonium Glufosinat 150 g/l. Pengaplikasian herbisida ini
pada saat gulma mulai tumbuh atau maksimal gulma berdaun 3-4 helai. Kondisi
Tanah Macak-macak. Atau padi berumur 10-20 hari stelah tanam. Dilakukan lebih
baik sebelum pemupukan. Penggunaan herbisida ricestar Xtra bisa dicamurkan
dengan herbisida lain yang Dimetil amina atau seperti Lindomin, sidamin dll akan
labih bagus hasilnya.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari beberapa jenis
pestisida yang diamati memiliki bahan aktif yang berbeda sehingga efikasi dari
masing-masing petisida akan berbeda, serta bentuk pestisida yang beragam, akan
membuat cara pengaplikasian juga berbeda-beda.
BAB VI
AGENSIA PENGENDALI HAYATI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam macam agensia
pengendali hayati dan manfaatnya.
B. Tinjauan pustaka
Pengendalian OPT sebaiknya dilakukan dengan prinsip ekologi.
Pengendalian dengan prisnsip ekologi bertujuan untuk menyeimbangkan
komponen ekologi yang ada pada ekosistem lahan pertanian. Pengendalian yang
bersifat ekologi salah satunya yaitu dengan pengendalian hayati. Pengendalian
hayati merupakan suatu usaha memanfaatkan dan menggunakan musuh alami
untuk menekan populasi OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang dapat
merugikan tanaman budidaya. Musuh alami tersebut dapat berupa predator,
parasitoid, dan patogen (bakteri, cendawan, virus dan nematoda). Petani kita
masih cenderung menggunakan pestisisda dalam menangani organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) dan akibat penggunaan pestisisda yang berlebihan
dapat menimbulkan berbagai kerugian antara lain : timbulnya resistensi,
resurgensi hama, munculnya hama sekunder serta pencemaran hasil produksi dan
lingkungan (Damanik dkk., 2013).
Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara
biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali
biologi), seperti predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu
teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan memanfaatkan/memanipulasikan
musuh alami untuk kepentingan pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan
dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan dilaboratorium. Sedangkan
Pengendalian alami merupakan Proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa
campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh alami (Effendi,
2009).
Salah satu agen hayati antagonis yang dapat menegendalikan patogen
dalam tanah yaitu cendawan Trichoderma sp. Cendawan Trichoderma sp.
merupakan mikroorganisme tanah bersifat saprofit yang secara alami menyerang
55
56
2. Metarhizium anisopliae
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas :Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Clavicipitaceae
Genus : Metarhizium
Speies : Metarhizium anisopliae
3. Beauveria bassiana
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas :Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Cordycipitaceae
Genus : Beauveria
Gambar 60. Beauveria bassiana Speies : Beauveria bassiana
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
agensia pengendali hayati sangat efektif dalam pengendalian hama dan penyakit
tanaman secara terpadu. Dan agensia pengendali hayati bersifat antagonis bagi
beberapa organisme pengganggu tanaman, yakni dengan menginfeksi organisme
pengganggu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
60
61
LAMPIRAN