Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu penyakit tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang
disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti
tumbuhan tinggi parastis, ganggang, jamur, bakteri, mikoplasma dan virus.
Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan
sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk
mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan
definisi yang penting.
Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai penyimpangan dari sifat normal
yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melaksanakan
fungsi fisiologisnya yang biasa dikerjakan. Penyebab penyakit atau patogen
biasanya terdiri atas jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Penyakit hanya akan
terjadi apabila di suatu tempat terdapat tumbuhan inang yang rentan, patogen yang
virulen, dan lingkungan yang mendukung yang biasa kita sebut segitiga penyakit
(Djatnika, 2009).
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara
singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab
sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air,
kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai penyakit yang umumnya timbul
misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan
penyakit embun tepung. Penyebabnya berbeda beda, misal penyakit layu dapat
disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita
bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau
parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya
menular atau infeksius, misalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan

1
2

tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak
menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering
disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath.
Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi
tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia.
Utamanya yang menyerang tanaman adalah pathogen. Pada waktu sekarang
telah dikenal banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang
mempunyai arti ekonomi penting.Patogen adalah organism penyebab penyakit
tanaman. Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang
menyebabkan penderitaan (sakit).Setiap macam tanaman dapat diserang oleh
banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada
kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman.Sering pula
terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ
tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang populasinya sangat besar
dan kompleks. Spesiesnya yang berjumlah ratusan terdapat di bagian-bagian
tubuh manusia, makanan, hewan dan lain-lain. Bukan hanya terdapat pada
mahluk hidup, mikroorganisme juga terdapat ditanah, air dan udara. Dalam
kehidupan terkadang kita membutuhkan suatu mikroorganisme tertentu untuk
diisolasi atau dibiakkan. Terhadap bakteri yang hanya terdapat dipermukaan maka
pengenceran dilakukan terhadap air tempat zat tersebut dicelupkan/ direndam.
Dan jika bakteri hendak diisolasi dari udara, cukup dengan membuka cawan petri
yang berisi media agar steril beberapa saat. Di dalam laboratorium mikrobiologi,
populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu
jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya
Isolasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari suatu lingkungan, sehingga diperoleh kultur
murni atau biakkan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya
berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa cara yang dilakukan
untuk mengisolasi mikrooraganisme antara cara goresan (streak plate), cara
3

taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution
plate) serta micromanipulator.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai
substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa
pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida
dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para
petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan
membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya
pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.
Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis
dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah
diterapkan oleh pemerintah.
Pengendalian OPT sebaiknya dilakukan dengan prinsip ekologi.
Pengendalian dengan prisnsip ekologi bertujuan untuk menyeimbangkan
komponen ekologi yang ada pada ekosistem lahan pertanian. Pengendalian yang
bersifat ekologi salah satunya yaitu dengan pengendalian hayati. Pengendalian
hayati merupakan suatu usaha memanfaatkan dan menggunakan musuh alami
untuk menekan populasi OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang dapat
merugikan tanaman budidaya. Musuh alami tersebut dapat berupa predator,
parasitoid, dan patogen (bakteri, cendawan, virus dan nematoda). Petani kita
masih cenderung menggunakan pestisisda dalam menangani organisme
4

pengganggu tumbuhan (OPT) dan akibat penggunaan pestisisda yang berlebihan


dapat menimbulkan berbagai kerugian antara lain : timbulnya resistensi,
resurgensi hama, munculnya hama sekunder serta pencemaran hasil produksi.
Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara
biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali
biologi), seperti predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu
teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan memanfaatkan/memanipulasikan
musuh alami untuk kepentingan pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan
dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan dilaboratorium. Sedangkan
Pengendalian alami merupakan Proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa
campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh alami.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari parktikum ini adalah :
a. Mengetahui gejala – gejala penyakit pada tumbuhan.
b. Mengetahui patogen penyebab penyakit pada tumbuhan.
c. Mengetahui cara mengisolasi organisme penyebab penyakit tumbuhan.
d. Mengidentifikasi macam – macam pestisida.
e. Mengetahui agensia pengendali hayati.
BAB II
GEJALA PENYAKIT TANAMAN

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menegetahui gejala-gejala penyakit
pada tanaman serta mengklasifikassikan gejala tersebut sesuai dengan tipe pokok
gejala tanaman.
B. Tinjauan Pustaka
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit
tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep
timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor
lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap
timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan
tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi,
kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh
golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang
toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang
alternative, dan tanaman inang perantara; 2) Pathogen adalah organisme hidup
yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit
tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan
riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan
pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas
dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air
tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air
(Adinugroho, 2008)
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua yaitu penyakit yang bersifat
abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya
polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim,
oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang tidak

5
6

tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) sampai sekarang
dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur, virus, viroid, nematoda, protozoa
dan parasit (Anafzhu, 2009).
Menentukan suatu penyakit yang diderita tumbuhan di lapang sangatlah
susah tak seperti dijelaskan di kelas, karena harus teliti mengamati dan
mencermati penyakit apa yang dialami oleh suatu tumbuhan. Sering kali terdapat
beberapa macam penyakit pada tumbuhan tertentu yang menunjukkan gejala yang
sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja kita dapat menentukan
diagnosis dengan pasti. Selain gejala, tanda dari penyakit juga harus diperhatikan.
Tanda merupakan semua pengenalan dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang
(selain gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora,
damar, lendir, dan sebagainya (Semangun, 2001).
Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari
tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Ilmu
Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan
oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan
Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan Virus
(Junaidi, 2009).
Gejala penyakit berhubungan erat dengan tanda penyakit. Tanda penyakit
adalah semua struktur pathogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang
dapat dilihat secara makroskopis dan struktur tersebut berasosiasi dengan tanaman
yang sakit. Untuk mendiagnosis penyakit secara cepat dan tepat, tidak hanya
melihat dari gejala penyakit, tetapi juga melihat dari tanda penyakitnya. Sehingga
dapat dengan mudah menanggulanginya (Deasyirzayanti, 2008)
Gejala dapat setempat (lesional) atau meluas (habital, sistemik). Gejala
dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.Gejala primer terjadi pada
bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala
yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian
yang menunjukkan gejala primer. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu:
7

1. Tipe nekrotis :
Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
2. Tipe hipoplastis :
Gejalanya disebut hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
3. Tipe hiperplastis
Gejalanya disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment) (Sinaga, 2006).
C. Alat Dan Bahan
Alat : pisau/gunting/silet steril, plastik, label, alat tulis.
Bahan : Sampel bagian tanaman yang terserang penyakit.
D. Cara Kerja
1. Mencari tanaman sampel yang diperkirakan terserang penyakit dan
pertumbuhannya abnormal.
2. Kemudian memotong bagian tanaman yang terlihat terserang penyakit dengan
pisau gunting atau silet.
3. Setelah memotong bagian tanaman yang terserang penyakit, memasukkan
bagian tanaman tersebut kedalam plastik, kemudian diberi label.
4. Mengamati gejala atau tanda yang ada pada bagian tanaman sampel tersebut.
5. Menuliskan hasil pengamatan sampel tanaman yang sakit pada buku
pengamatan.
6. Mengelompokan sampel tanaman tersebut kedalam tiga tipe pokok gejala
tanaman yang sesuai dengan hasil pengamatan sebelumnya.
8

E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan


Dari hasil pengamatan diperoleh hasil :
Gejala-gejala Nekrotik :
1. Hidrosis

Gambar 1. Gejala hidrosis pada tanaman Daun bawang (Allium fistulosum)


Gejala hidrosis disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel, masuk
kedalam ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan. Bahan
yang digunakan pada gejala ini adalah daun bawang yang diduga mengalami
hidrosis. Dengan ciri fisik : pada pangkal daun nampak keluar air dan terlihat
akan patah. Warna pangkal daun nampak hijau kekuningan.
2. Klorosis

Gambar 2. Gejala klorosis pada tanaman Aglaonema (Aglaonema


commutatum)
Klorosis yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya
bagian-bagian tanaman yang lazimnya berwarna hijau. Sampel tanaman yang
diduga mengalami gejala ini adalah pada daun bunga Aglonema. Dengan
gejala yang timbul yaitu pada helai daun yang umumnya berwarna hijau
9

dengan bintik putih, pada sampel tanaman daun berwarna kuning dan pada
pangkal daun berwarna hijau.
3. Nekrosis

Gambar 3. Gejala Nekrosis pada tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus)


Nekrosis yaitu gejala yang timbul akibat sel yang rusak dan mati. bila
sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat
adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam.
Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak
teratur bentuknya. Sampel yang digunakan pada gejala ini adalah daun
Nangka dan bibit Rambutan
4. Perforasi

Gambar 4. Gejala perforasi pada tanaman Agloenema


(Aglaonema commutatum)

Gejala yang yang timbul dengan terbentuknya lubang-lubang karena


runtuhnya sel-sel (bercak). Gejala yag timbul pada daun aglonema berwarna
hijau namun nampak ada beberapa lubang-lubang kecil yang pada pinggir
luabng tersebut berwarna coklat.
10

5. Busuk

Gambar 5. Gejala busuk basah pada tanaman wortel (Daucus carota)


Gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah
busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan
keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan
busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair
atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut
menjadi kering disebut busuk kering. Sampel tanaman pada praktikum ini
adalah umbi wortel dan daun lidah mertua. Dengan gejala yang timbul pada
umbi wortel nampak beberapa luka/lubang yang berwarna coklat dan pada
luka tersebut nampak kebasah-basahan, diduga umbi wortel tersebut
mengalaami busuk basah. Dan pada bagian daun lidah mertua, pangkal daun
nampak mengering dan terdapat warna putih yang diduga adalah jamur yang
menyebabkan busuk kering.
6. Damping off atau rebah patah

Gambar 6. Gejala damping off pada bibit tanaman Cabai (Capsicum annum)
11

Damping off adalah rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai)


karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung sangat cepat.
Dibedakan menjadi dua yaitu : Pre Emergen Damping off : bila pembusukan
terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah. Post Emergen
Damping off : bila pembusukan terjadi setelah semai muncul di atas
permukaan tanah. Sampel tanaman pada gejala ini adalah bibit tanaman cabai
(Capsicum annum). Gejala yag timbul yaitu pada pangkal batang bibit
tampak patah dan tanaman rebah menempel pada tanah, namun batang belum
terlalu patah lepas.
7. Eksudasi(Pendarahan)

Gambar 7. Gejala eksudasi pada tanaman mangga (Mangivera indica)


Gejala ini bisanya terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan
karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa
istilah yaitu: Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan. Resinosis :
pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker

Gambar 8. gejala kanker pada tanaman pinus (Casuarina equisetifolia)


12

Gejala yang terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu


misalnya akar, batang. dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati
tersebut mengering, berbatas tegas mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya
bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.
9. Layu

Gambar 9. Gejala Layu pada tanaman vanili (Vanilla planifolia)


Gejala yang timbul akibat hilangnya turgot pada bagian daun dan tunas
sehingga bagian tanaman tersebut menjadi layu. Sampel yang digunakan pada
gejala ini adalah pada tanaman vanilli. Memiliki gejala fisik yaitu batangnya
nampak mengkerut dan daunnya nampak layu, batang dan daun sampel
berwarna hijau tua dan mengkerut / tidak segar.
10. Mati ujung

Gambar 10. Gejala mati ujung pada tanaman lidah buaya (Aloe vera)
Gejala kematian ranting atau cabang tanaman yang dimulai dari ujung
dan meluas ke pangkalnya. Sampel tanaman pada gejala ini adalah daun lidah
buaya. Gejala yang timbul pada sampel adalah pada ujung daun nampak
13

berwarna coklat dan mengering, + 5 cm dari ujung daun kearah pangkal daun
berwarna kuning dan sedikit menggulung.
11. Terbakar

Gambar 11. Gejala terbakar pada daun Rambutan (Naphelium lappaceum)


Gejala matinya dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu lazimnya
daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Sampel yang digunakan adalah
daun rambutan, dengan memiliki gejala fisik : Pada helaian daun bagian
ujung hingga ketengah daun berwarna coklat dan kering, apabila bagian
tersebut dsentuh, akan nampak memiliki tekstur kasar dan sangat mudah
untuk dirobek karena rapuh sudah terbakar.
Gejala-gejala Hipoplastik
1. Etiolasi

Etiolasi

Gambar 12. Gejala etiolasi pada bibit tanaman cabai (Capsicum annum)
Etiolasi yaitu gejala batang memanjang akibat kekurangan cahaya. Sampel
tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit tanaman cabai
(Capsicum annum). Dengan gejala fisik: batang bibit tanaman berwarna putih
14

dan panjang tidak seperti pada umumnya, daun berwarna kuning sedikit
pucat.
2. Kerdil

Gambar 13. Gejala kerdil pada buah labu siam (Sechium edule)
Kerdil yaitu terhambatnya pertumbuhan, sehingga ukurannya tidak
seperti biasanya. Sampel praktikum pada gejala ini adalah buah labu siam.
Gejala yang timbul seperti: buah berwarna hijau, nampak pada pangkal buah
mengecil dan pada ujung buah sedikit membesar, bentuk buah sedikit lonjong
dan membengkok pada bagian tengah buah.
3. Perubahan simetri

Gambar 14. Gejala penyakit pada tanaman jeruk bali (Citrus maxima)
Perubahan simetri adalah gejala pada bagan tanaman yang mengakibatkan
bagian tersebut bengkok. Bahan praktikum pada gejala ini adalah ranting
bahan jambu biji. Gejala yang timbul adalah pada tengah ranting nampak
bengkok dan membentuk huruf “s”, sedangkan pada ujung dan pangkal
batang nampak lurus.
15

4. Roset

Roset

Gambar 15. Gejala roset pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum)


Roset adalah tanaman yang punya ruas dan ruasnya jadi pendek akiba
sebuah penyakit yang disebut Roset. Sampel tanaman pada gejala ini adalah
tanaman tembakau. Dengan gejala yang timbul sebagai berikut : daun
tembakau berwarna hijau sedikit keriput, tangkai daun nampak lebih pendek
dari biasanya yang saling berjejal.
5. Klorosis

Gambar 16. Gejala Mozaik pada tanaman jeruk (Cyprus sp.)


Klorosis yaitu gejala terjadinya penghambatan pembentukan klorofil
sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning
atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna
hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di
sekitar tulang daun yang menguning disebut voin.
a. Mozaik, yaitu Bagian yang bewarna kuning hanya setempat-setempat Ex
:Daun tembakau yang iserang Tobacco Mozaik Virus
b. Vein Banding, yaitu Bagian yang bewarna hijau hanya pada bagian sekitar
tulang daun
16

c. Vein Clearing,yaitu Bagian yang kuning hanya pada bagian sekitar tulang
daun.
Pada sampel tanaman yang diamati yaitu tanaman jeruk, ditandai dengan
adanya bintik-bintik berwarna kuning pada bagiantengah daun.

Gejala Hiperlastik
1. Erinosa

Erinosa

\
Gambar 17. Gejala erinosa pada tanaman waru
Erinosa yaitu gejala terbentuknya banyak trichomata, sehingga pada
permukaan daun terdapat bagian yang seperti bledu.sampel tanaman pada
pengamatan ini adalah daun waru. Dengan gejala yang timbul yaitu nampak
bintik-bintik berwarna kemerahan, permukaan daun berwarna hijau, bintik
merah tersebut nampak seperti beledu.
2. Fasiasi

Gambar 18. Gejala penyakit Fasiasi pada umbi kentang (Solanum tuberosum)
Merupakan gejala organ yang seharusnya bulat, menjadi pipih. Sampel
praktikum pada gejala ini adalah umbi kentang, yaitu dengan gejala yang
timbul warna kentang berwarna coklat (masih pada umumnya), namun bentuk
kentang sedikit pipih ada bintik-bintik pada umbi kentang.
17

3. Intumesensia

Gambar 19. Gejala Intumesensia pada Umbi kentang (Solanum tuberosum)


Sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang
memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak. Bahan praktikum
pada gejala ini adalah umbi kentang yang mengalami gejala intumesensia
dengan ciri fisik yaitu pada umbi kentang terdapat benjolan atau
membengkak yang berwarna coklat, bagian yang benjol atau membengkak
tersebut menempel pada umbi kentang.
4. Kudis (Scab)

Gambar 20. Gejala Kudis pada buah mangga (Mangivera indica)


Bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang
pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel
gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi. Sampel
pada praktikum ini adalah buah mangga yang mengalami scab yaitu dengan
ciri fisik kulit buah berwarna hijau, pada beberapa sisi kulit buah berwarna
hitam yang tersebar pada kulit mangga.
18

5. Menggulung/mengkriting

Gambar 21. Gejala penyakit menggulung pada tanaman bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa) dan mengkriting pada tanaman cabai (Capsicum annum).

Gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari


bagian bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi
pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting
terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian. Sampel pada
tanaman ini adalah daun cabai dan daun bunga pukul empat. Pada tanaman
cabai mengalami mengkriting, warna daun hijau tua, ukuran daun juga kecil-
kecil. Sedangkan pada daun bunga pukul empat, emngalami menggulung
apda sisi kiri dan kanan daun kearah tengah daun, daun berwarna hijau sedikit
pucat.
6. Pembentukan alat yang luar biasa

Enasi

Gambar 22. Gejala pembentukan alat yang luar biasa pada tanaman
kacang-kacangan (Leguminosae)

Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.


Enasi: pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang
19

daun. Sampel tanaman pada gejala ini adalah tanaman leguminosae, dengan
gejala yang timbul daun berwarna hijau, nampak benjolan kecil pada sisi
bawah daun.
7. Perubahan warna

Gambar 23. Gejala penyakit erubahan warna pada tanaman mahoni


(Swietenia mahagoni)

Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan


klorosis, misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi keunguan. Sampel
tanaman pada gejala ini adalah daun mahoni. Dengan gejala yang timbul pada
permukaan daun nampak berwarna keunguan dan beberapa sisi masih ada
yang berwarna hijau, tulang daun berwarna coklat.
8. Prolepsis

Prolepsis

Gambar 24. Gejala Prolepsis pada tanaman jambu biji (Psidium guajava)

Berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada


dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar
yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
Sampel tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah tanaman jambu
20

biji. Dengan gejala yang timbul : bagian yang tumbuh nampak seperti tunas,
terdapat daun kecil berwarna hijau yang tumbuh pada batang, kulit batang
berwarna coklat.
9. Rontoknya alat-alat

Rontoknya
bunga

Gambar 25. Rontoknya bunga pada tanaman cabai (Capsicum annum)

Rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waaktunya dan
dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena
terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang
berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas. Sampel pada tanaman ini adalah
tanaman cabai yang mengalamo rontoknya bunga pada tangkai bunga.
10. Sapu (Witches broom)

Witches broom

Gambar 26. Gejala Witches broom pada tanaman kaccang tanah


(Arachis hypogaea)

Sapu (witches broom) yaitu gejala berkembangnya tunas-tunas ketiak


atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting
rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-
ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru. Sampel tanaman yang
21

digunakan yaitu tanaman kacang tanah, dengan gejala yang timbul bentuk
tanaman dengan cabang yang mirip seperti sapu, dan daun nampak kecil-
kecil.
11. Sesidia (Tumor)

Gambar 27. Gejala penyakit fitosesidia pada tanaman mangga


(Mangivera indica)
Sesidia yaitu gejala pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan
sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari
jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya. Berdasarkan
penyebabnya dibedakan menjadi : Fitosesidia (phytocecidia) : bila
penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan. Zoosesidia (zoosesidia) : bila
penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang. Sampel tanaman
pada gejala ini adalah daun mangga. Dengan gejala yang timbul yaitu pada
permukaan daun terdapat jendolan kecil-kecil dalam jumlah banyak berwarna
hijau dan coklat, setelah jendolan tersebut ditekan menggunakan kuku, tidak
nampak adanya hewan/binatang, sehingga jendolan tersebut digolongkan ke
fitosesidia.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut : Penyebab penyakit pada tanaman berupa patogen, yakni jamur, bakteri,
nematoda, dan virus. Setiap tanaman memiliki gejala penyakit yang berbeda-
beda, karena diesebabkan oleh jamur atau bakteri yang berbeda pula. Gejala
bercak dan karat pada daun rata-rata ditimbulkan oleh jamur. Gejala busuk basah
pada tanaman disebabkan oleh bakteri.
BAB III
PENYEBAB PENYAKIT TUMBUHAN
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Mahasiswa dapat mengerti dan memahami
jenis patogen penyebab penyakit tumbuhan. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-
ciri patogen penyebab penyakit tumbuhan
B. Tinjauan pustaka
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik.
Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat
ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik
tidak parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang
parasitik terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri,
cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Sinaga,
2003).
Patogen dalam arti luas adalah tiap agen yang menyebabkan penyakit.
Namun, istilah ini biasanya hanya digunakan untuk menunjukkan penyebab
penyakit yang tergolong organisme yang hidup saja terutama, cendawan, bakteri,
nematoda, virus, dan tumbuhan parasitik yang menyerang tumbuhan (Sinaga,
2003).
Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna
memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang.
Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi
pertahanan tumbuhan inang.Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan
sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari
tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang.
Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara
mekanis dan cara kimia (Sektiono, 2009).
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta
lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena
tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka
penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor agar

22
23

muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen
(fitdan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution, 2008).
Sebagian besar penyebab penyakit pada tumbuhan disebabkan oleh
cendawan. Golongan cendawan patogen tumbuhan memiliki anggota yang sangat
beragam. Oleh karena itu, kehadiran cendawan patogen tumbuhan perlu selalu
diwaspadai (Sinaga, 2003).
Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari
tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit
tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit
tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen
penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari
19 persen ( Jackson, 2009).
Beberapa bakteri pathogen tanaman seperti agrobacterium., Corynebacteriu
m, Pseudomonas, Streptomyces spp., dan Xanthomonas spp.Agrobacterium
spp. mungkin berada dalam tanah atau dalam akar atau batang tanaman, dimana
mereka menyebabkan galls pada tanaman yang mereka infeksi. Koloni patogen
dari genus Corynebacterium dapat hidup di tanah maupun di tanaman sakit. Mere
ka menyebabkan busuk cincin tomat dan kentang serta penyakit pembuluh darah
dari alfalfa. Erwinia spp., khususnya, serangan pada jaringan tanaman hidup dan
menyebabkan layu, busuk lunak, gelembung udara, dan nekrosis kering.
Pseudomonas menghasilkan bercak layu, daun stripe. Sedangkan streptomyces
spp. menyebabkan kentang berkeropeng serta penyakit terjadi secara khusus pada
akar dan menampilkan akar-akar ubi jalar. Xanthomonas spp. menyebabkan
nekrosis dan sebagian besar dari mereka menghasilkan koloni kuning (Salvador,
2010).
C. Alat Dan Bahan
Alat : Kamera foto, alat tulis.
Bahan : Gambar patogen penyebab penyakit
24

D. Cara Kerja
1. menyiapkan gambar patogen penyebab penyakit.
2. Kemudian memfoto gambar penyebab penyakit menggunakan kamera foto.
3. Lalu mencatat dan mengelompokan foto penyebab penyakit.
4. Memberi keterangan gambar penyakit, meliputi:
 Nama patogen :
 Nama penyakit :
 Inang :
 Pengendalian :
E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil :
Tabel 3.1. hasil pengamatan pathogen
NO Jenis Nama
1. Jamur Phytopthora parasitica var nicotianae
2. Jamur Phoma sp
3. Jamur Fusarium moniliforme
4. Jamur Mucor sp.
5. Virus Marmor tabacci
6. Bakteri Streptomyces scabies
7. Jamur Helminthessporium sp
8. Jamur Culvularia oryzae
9. Jamur Colletotrichum capsici
10. Jamur Cercospora sp.
11. Jamur Alternaria sp.
12. Virus Tobacco mosaic virus
13. Bakteri Xantominas campestris pv
14. Bakteri Xantomonas solanaceae
15. Jamur Fusarium sp.
16. Jamur Gloesporium sp
17. Jamur Puccinia graminis
25

18. Jamur Pestalotia sp.


19. Jamur Phytopthhora imfestans
20. Jamur Aspergilus sp

1. Phytopthora parasitica var nicotianae


Kingdom : Chromista
Filum : Oomycota
Kelas : Phycomycetes
Ordo : Pythiales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytopthora
Spesies : Phytopthora parasitica var
Gambar 28. Phytopthora parasitica
var nicotianae Nicotianae
Phytopthora parasitica var nicotianae adalah salah satu jamur yang
menyebabkan penyakit lanas pada tanaman tembakau. Untuk
pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis dan fisik dengan
mengumpulkan dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang
2. Phoma sp.
Kingdom : Fungi
Division : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Subclass : Pleosporomycetidae
Order : Pleosporales
Family : Didymellaceae
Genus : Phoma
Spesies : Phoma sp.
Gambar 29. Phoma sp.
Phoma sp adalah salah satu jamur yang menyebabkan penyakit mati
pucuk dan hawar bunga yang menyerang tanaman jati dan anggrek.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan sanitasi
kebun, memetik bunga busuk untuk dimusnahkan, menyemprotkan fungisida
seperti derosal 60 WP dengan konsentrasi yang dianjurkan.
26

3. Fusarium moniliforme
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies :Fusarium moniliforme
Gambar 30. Fusarium moniliforme
Fusarium moniliforme adalah jamur yang menyebabkan layu pada
tanaman tomat. Pengendalian penyakit ini dengan cara mengolah tanah
dengan menggunakan cangkul ataupun traktor.

4. Mucor sp.
Kingdom : Fungi
Filum : Zygomycota
Kelas : Mucormycotina
Ordo : Mucorales
Famili : Mucoraceae
Genus : Mucor
Spesies : Mucor sp.
Gambar 31. Mucor sp.
Mucor sp. Adalah jenis jamur yang menyebabkan busuk pada sayuran.
Penyakit ini menyerang tanaman sayur – sayuran dan buah – buahan.
Pengendalian penyakit ini dengan cara memotong bagian yang terkena jamur
ini supaya jamur tidak menular kebagian yang lainnya dan mengaplikasikan
fungisida.
27

5. Marmor tabacci
Klasifikasi

Gambar 32. Marmor tabacci


Marmor tabacci adalah jamur yang menyebabkan penyakit mozaik yang
menyerang pada tanaman tembakau. Pengendalian penyakit ini dengan cara
melakukan pencabutan dan pemusnahan bibit tanaman yang sakit, jika
serangan virus terjadi kurangi penggunaan pupuk N, pemberian abu sekam
pada pembibitan dapat menghambat perkembangan virus.
6. Streptomyces scabies
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Streptomycetaceae
Genus : Streptomyces
Spesies : Streptomyces scabies

Gambar 33. Streptomyces scabies


Streptomyces scabies adalah jenis jamur yang dapat menyebabkan
penyakit kudis, bersisik, banyak bisul – bisul bergabus. Penyakit ini dapat
menyerang tanaman kentang. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan menghindari kentang dari luka, mencuci gudang dengan formalin 4%.
Pemberantasan nematode, menanam umbi yang sehat dan membakar umbi
yang sakit.
28

7. Helminthosporium sp.
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastygomyceta
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Hyphales
Famili : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Gambar 34. Helminthosporium sp. Spesies : Helminthosporium sp.
Helminthosporium sp adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit
bercak coklat pada daun yang menyerang tanaman jagung. Pengendalian
dengan cara mekanis yaitu membuang bagian tanaman yang terserang
penyakit, peremajaan kebun yang terserang berat. Pengendalian kimia dengan
aplikasi fungisida berbahan aktif mancozeb 0,25% dengan dosis 2 ml/L air
dengan cara penyemprotan.

8. Curvularia oryzae
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Pleosporales
Famili : Pleosporaceae
Genus : Curvularia
Gambar 35. Curvularia oryzae Spesies : Curvularia oryzae
Curvularia oryzae adalah jenis jamur yang menyebabkan bercak pada
tanaman padi. Pengendalian dengan mengaplikasikan fungisida seperti Nativo
75 WG yang mengandung bahan aktif Tebukonazol 50% dan trifloksistrobin
75%.
29

9. Colletotrichum capsici
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Sphaeriales
Famili : polystigmataceae
Gambar 36. Colletotrichum capsici Genus : Colletotrichum
Spesies :Colletotrichum capsici
Colletotrichum capsici adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit
Antraknosa yang menyerang tanaman cabai. Pengendalian dengan fungisida
seperti Mankozeb, Propineb, Benomil, Melalansil dan Dimetomorf.

10. Cercospora sp
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastigomycotae
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Dematiaceae
Genus : Cercospora
Gambar 37. Cercospora sp.
Spesies : Cercospora sp.
Cercospora sp adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit kerdil
dan bercak pada daun. Penyakit ini menyerang pada tanaman cabai dan
kacang. Pengendalian dengan cara memusnahkan atau memotong pada bagian
yang terserang penyakit cercospora.
30

11. Alternaria sp.


Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Dothideomycetes
Ordo : Pleosporales
Famili : Pleosporaceae
Genus : Alternaria
Gambar 38. Alternaria sp. Spesies : Alternaria sp.
Alternaria sp adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit bercak daun.
Penyakit ini biasa menyerang tanaman jeruk. Pengendalian menggunakan
fungisida efektif, penggunaan benih sehat, mengeradikasi tanaman terserang
dengan cara dicabut dan dimusnahkan.

12. Tobacco Mozaik virus


Klasifikasi
Kingdom : Virus
Famili : Virgaviridae
Genus : Tobamovirus
Species : Tobacco mosaic virus
Group : Group IV((+)ssRNA)

Gambar 39. Tobacco Mozaik Virus


Tobacco Mozaik Virus adalah jenis virus yang menyebabkan penyakit
bercak kuning seperti mozaik. Menyerang pada tanaman tembakau, famili
solanaceae, amaranthaceae, aizoaceae. Pengendalian dengan dicabut dan
dimusnahkan, perlakuan benih dengan pemanasan ( Heat Treatment ) pada
suhu 700 C selama 2 – 4 hari, merendam dalam larutan 10% (W/V), Na3 Po4
selama 20 menit.
31

13. Xantomonas campestris pv


Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Divisio : Proteobacteri
Kelas : Gammaproteobacteri
Ordo : Xanthomonadales
Famili : Xanthomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Gambar 40. Xantominas campestris Spesies : Xanthomonas
pv
campestris pv
Xantomonas campestris pv adalah jenis bakteri yang menyebabkan busuk
hitam dan kanker batang yang menyerang kubis, caisin, peksai, sawi hijau
dan jeruk. Pengendalian dengan merendam benih dengan air hangat bersuhu
520 C selama 20 menit atau 500 C selama 30 menit. Dalam pemanenan kubis
diikutsertakan daun hijau untuk melindungi krop, eredikasi selektif terhadap
tanaman terserang kemudian memusnahkannya.

14. Xantomonas solanaceae


Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Divisio : Proteobacteri
Kelas : Gammaproteobacteri
Ordo : Xanthomonadales
Famili : Xanthomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Gambar 41. Xantominas campestris Spesies : Xanthomonas
pv
solanaceae
Xantomonas solanaceae adalah bakteri yang menyebabkan hawar daun
bakteri, layu bakteri. Menyerang pada tanaman padi. Pengendalian dengan
menyemprotkan cairan fungisida atau bakterisida pada tanaman padi,
memanfaatkan bacillus subtilis.
32

15. Fusarium sp.


Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp

Gambar 42. Fusarium sp.


Fusarium sp adalah jenis jamur yang menyebabkan layu pada tanaman biji
jagung, pisang dan cabai. Pengendalian dengan menggunakan pupuk kandang
yang telah terdekomposisi dengan baik, cabut dengan segera tanaman yang
menunjukan gejala layu agar tidak menular ke tanaman lain. Siram tanaman
sakit dan tanah dengan fungisida seperti derosol.

16. Gloesporium sp.


Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Leotiomycetes
Ordo : Helotiales
Famili : Dermateaceae
Genus : Gloesporium

Gambar 43. Gloesporium sp. Spesies : Gloesporium sp.


Gleosporium sp adalah jenis jamur yang menyebabkan penyakit busuk
buah. Menyerang pada tanaman manga dan apel. Pengendalian dengan tidak
memetik buah terlalu masak dan pencelupan Benomyl 0,5% gram/L air untuk
mencegah pada saat penyimpanan.
33

17. Puccinia graminis


Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Puccinimycetes
Ordo : Pucciniales
Famili : Puccineaceae
Genus : Puccinia
Spesies : Puccinia graminis
Gambar 44. Puccinia graminis
Puccinia graminis adalah jenis jamur yang menyebabkan karat batang.
Menyerang pada tanaman serealia. Pengendalian dengan agen hayati
misalnya myrothecium verrucaria, sanitasi dan rotasi tanaman serta
mengaplikasikan fungisida.

18. Pestalotia sp
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Xylariales
Famili : Amphisphaeriaceae
Genus : Pestalotia
Spesies : Pestalotis sp.
Gambar 45. Pestalotia sp.
Pestalotia sp adalah jenis jamur yang menyebabkan bercak daun, hawar
tangkai dan busuk pucuk. Menyerang pada tanaman anggrek jenis Vanda sp,
arachis sp, dendrobium sp. Pengendalian dengan memangkas bagian tanaman
yang terserang dan mengaplikasikan fungisidan atau bakterisida pada
tanaman.
34

19. Phytopthhora imfestans


Kingdom : Fungi
Divisi : Oomycetes
Kelas : Heterocontophyta
Ordo : Peronosporales
Famili : Phytiaceae
Genus : Phytopthora
Spesies : Phytopthora
Gambar 46. Phytopthora infestans infestans.
Phytophhora imfestans adalah jenis jamur yang menyebabkan hawar dan
busuk kentang. Menyerang pada tanaman kentang. Pengendalian dengan
menutup permukaan tanah dengan mulsa menggunakan Biofungisida
berbahan aktif sel jamur Trichoderma sp.

20. Aspergilus sp
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichochomaceae
Genus : Aspergilus
Spesies : Aspergilus sp.
Gambar 47. Aspergilus sp.
Aspergilus sp adalah jenis jamur yang menyebabkan Nekrosis, busuk
pangkal akar. Menyerang pada tanaman kacang tanah. Pengendalian secara
biologi dengan cara menggunakan enzim kilinase, mengaplikasikan fungisida
pada tanaman yang terserang penyakit.
35

F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan ditarik kesimpulan sebagai berikut : pathogen seperti
jamur dapat dialakukan pengendalian menggunakan larutan pestisida, dan untuk
pathogen jenis virus dapat dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang
terserang lalu membakarnya. Dan untuk pathogen jenis bakteri dapat dilakukan
pengendalian dengan penyemprotan larutan bakterisida.
BAB IV
ISOLASI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara-cara dalam isolasi
jasad renik.
B. Tinjauan pustaka
Isolasi adalah proses pemisahan yang diinginkan dari populasi campuran ke
media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni. Isolasi mikroorganisme
mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk
kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Prosesisolasi ini
menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi,
fisiologi,dan serologi. Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan
atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh
kultur murni. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau
mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis,
fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yangterdiri dari
satu macam mikroorganisme saja. Perkembangan suatu penyakit pada tumbuhan
inang didukung oleh tiga faktor, yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen
dan lingkungan yang mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu
keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagaiekspresi dari
patogenisitas. Gejala seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai
akibat substansi substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme
penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama
substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung
adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida (Djida, 2000).
Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006).

36
37

Mikroorganisme seperti jamur, bakteri, yis, virus, dan alga dapat dijumpai
di berbagai tempat termasuk penyebab penyakit tanaman. Ada di air, udara, tanah,
tumbuhan, hewan, manusia dsb dan akan tumbuh berkembangbiak pada kondisi
lingkungan yang menguntungkan. Kehadiran mikroorganisma bagi kehidupan
manusia ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Dalam dunia
pertanian, mikroorganisme diketahui sebagai salah satu penyebab penyakit. Untuk
mengetahui penyebab penyakit perlu dilakukan isolasi, kemudian dilakukan
pencirian baik secara makroskopis, mikroskopis maupun pencirian secara kimiawi
agar penyebab penyakit dapat diketahui yang pada akhirnya dapat digunakan
untuk pengendaliannnya (Anonim, 2013).
Jamur dapat diisolasi dari tanah dan dari permukaan tanaman, seperti daun
dan bunga, dengan cara mencucinya, diikuti dengan melakukan satu seri
pengenceran untuk mendapatkan koloni tunggal pada media agar-agar yang
sesuai, seperti TWA. Media yang kaya hara harus dihindari, karena
menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan mengorbankan
sporulasi. Antibiotik seperti streptomisin sulfat sebaiknya juga ditambahkan
ke dalam media agar-agar untuk menekan pertumbuhan bakteri (Machmud,
2005).
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,
bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.
Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri.
Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri. Untuk
mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula diamati
morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah
satunya adalah dengan pewarnaan gram (Masruroh, 2013).
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat
kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki
38

panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih
panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan
ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips,
bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai
dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas
dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel
sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau
spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
C. Alat Dan Bahan
1. Isolasi jamur dari jaringan tebal
a) Batang vanili yang terserang penyakit busuk batang
b) PDA
c) Alkohol 96%
d) Petridish steril
2. Isolasi dari jaringan tipis
a) Daun kacang tanah yang terserang bercakdaun
b) PDA
c) Petridish steril
d) Sublimat 0,1%
e) Air steril
f) Jamur preparat
g) Jarum ose
3. Isolasi bakteri
a) Daun kobis yang terserang busuk hitam
b) Pinset
c) Jarum ent
d) PDA
e) Petridish steril
f) Sublimat 0,1%
g) Air steril
39

D. Cara Kerja
1. Isolasi jamur pada jaringan tebal
a) Memasukan PDA kedalam petridish
b) Mengolesi bagian yang sakit dan yang sehat dengan alkohol 96%
c) Memotong atau menyayat pada batas bagian yang sakit dan yang sehat
d) Meletakkan atau memasukan patogen kedalam petridish
e) Menginkubasi selama beberapa hari
f) Mengamati setiap hari
g) Lalu menggambar hasil pengamatan yang telah dilakukan
2. Isolasi jamur pada jaringan yang tipis
a) Memasukan PDA kedalam petridish
b) Mencuci bahan dengan sublimat 0,1%
c) Meletakkan bahan diatas kertas
d) Setelah itu masukan patogen kedalam petridish yang sudah berisi PDA
e) Menginkubasi selama beberapa hari
f) Mengamati setiap hari
g) Menggambar hasil pengamatan
3. Isolasi bakteri
a) Memotong bahan pada batas bagian daun yang sehat dan sakit
b) Kemudian mencuci bahan dengan sublimat 0,1%
c) Setalah itu memasukkan potongan kedalam tabung yang berisi air steril
d) Mengambil suspensi dengan jarum ose dan menggoreskannya kedalam
petridish yang sudah dituangi PDA
e) Menginkubasi selama beberapa hari
f) mengamati setiap hari
g) menggambar hasil pengamatan.
40

E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan


Kata pengantar
1. Isolasi Jamur Pada Jaringan Tebal
Pada isolasi jamur jaringan tebal tidak terjadi kegagalan karena isolate
maupun PDA ditumbuhi jamur beveria bassiana

2
1

Gambar 48. isolasi jamur pada jaringan tebal


Keterangan :
1. Isolate
2. Hifa jamur
Pada isolasi jamur jaringan tebal ini tidak mengalami kegagalan karena
adanya jamur di isolate maupun PDA, karena peralatan yang digunakan pada saat
proses isolasi sudah disterilkan terlebih dahulu sehingga pada percobaan ini
berhasil dan karena praktikan sudah mendengarkan atau mengamati asdos saat
mempraktekkan atau melakukan pecobaan sehingga saat praktikan melakukan
kegiatan isoalisi menjadi berhasil. Menurut (Dwidjoseputro, 2005) kondisi alat
dan medium yang steril sangat menentukan keberhasilan dalam isolasi.
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi
dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan
setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehyde, etilenoksida atau
betapriolakton. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi atau filtrasi.
41

2. Isolasi Jamur Pada Jaringan Tipis


Pada isolasi jamur jaringan tipis tidak terdapat pertumbuhan hifa,
melainkan terdapat Koloni bakteri berbenntuk gerigi berwana bening.
Kemungkinan bakteri ini adalah tuberculosis sp., streptococcus sp.,
pneumococcus sp., dan staphylococcus sp yang banyak tersebar di udara.
Karena kesalahan praktikan yang ceroboh dalam melakukan kegiatan okulasi
dan akhirnya pembuatan isolate terjadi kegagalan.

1
1
1
2
Gambar 49. Isolasi jamur pada jaringan tipis
Keterangan :
1. Isolate
2. Koloni bakteri berbenntuk gerigi berwana bening
Pada isolasi jamur jaringan tipis ini terjadi kontaminasi koloni bakteri
yang sangat banyak sehingga mengakibatkan kegagalan dalam mengisolasi
jamur. Karena adanya penyebaran bakteri yaitu debu dalam udara di ruangan
telah banyak ditemukan mikroorganisme seperti bakteri tuberculosis sp.,
streptococcus sp., pneumococcus sp., dan staphylococcus sp. Bakteri ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara dan tertawa.
(Budiyanto,2005; Waluyo,2009).
Pada isolasi jamur jaringan tipis, kesterilan dari bahan dan alat ini
kemungkinan juga masih belum steril sehingga rentan terkontaminasi bakteri,
karena kesterilan itu syarat utama keberhasilan dan juga kemahiran dari
pengisolator. Seperi yang di kemukakan Curtis,1999 : Sterilisasi dalam
42

mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua


kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh
panas (kalor), gas-gas seperti formaldehyde, etilenoksida atau betapriolakton.
Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi
kecepatan tinggi atau filtrasi. Dan juga keberhasilan sterilisasi dikemukakan
(Lay dan Hastowo, 2002).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora dan bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan.
Pada petridish isolasi jaringan tipis terdapat kontaminasi bakteri dengan
bentuk dan warna bakteri yang berbeda-beda menurut Waluyo (2007), bentuk
koloni bakteri yang berbeda-beda merupakan ciri khas dari spesies dari
bakteri tertentu. Selain itu, besar kecilnya koloni, mingkilat tidaknya koloni,
halus dan kasarnya permukaan koloni juga merupakan sifat-sifat yang khas
dari bakteri tersebut dan warna bakteri berbeda-beda merupakan ciri yang
menunjukkan koloni bakteri tersebut dan warna bakteri di pengaruhi oleh
factor lingkungan.
43

3. Isolasi Bakteri

2 1

Gambar 50. Isolasi Bakteri


Keterangan :
1. Goresan dari isolate
2. Koloni bakteri tidak beraturan berwarna putih kekuningan
3. Bakteri berwarna putih susu

Pada isolasi bakteri terdapat kontaminasi bakteri lain dan ini


kemungkinan disebabkan karena kurang sterilnya alat dan bahan yang
digunakan serta praktikan yang belum di sterilkan tangannya dalam
melakukan kegiatan praktikum isolasi.
Petridish yang digunakan pada saat isolasi bakteri kemungkinan belum
steril. Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan
mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat
dimatikan setempat oleh panas (kalor) Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh
filtrasi (Curtis,1999). Serta adanya asap yang dihasilkan akibat pemakaian
korek api saat ingin memanaskan jarum ose.
44

F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada isolasi jamur
jaringan tebal tidak mengalami kegagalan karena tidak adanya kontaminasi
bakteri pada PDA, karena peralatan yang digunakan pada saat proses isolasi sudah
disterilkan. Dan pada isolasi jaringan tipis terjadi kontaminasi koloni bakteri yang
sangat banyak sehingga mengakibatkan kegagalan dalam mengisolasi jamur.
Karena adanya penyebaran bakteri yaitu debu dalam udara di ruangan. Serta pada
isolasi bakteri terjadi kontaminasi bakteri lain yang diakibatkan karena alat yang
digunakan kurang steril.
BAB V
PESTISIDA

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengenal berbagai
pestisida serta komponen penyusunnya.
B. Tinjauan pustaka
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan
perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan
untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Pedum Kajian
Pestisida, 2012).
Beberapa tahun terakhir penggunaan pestisida oleh petani cenderung
meningkat, karena hal tersebut dianggap cara paling efektif untuk mengendalikan
OPT, sehingga permintaan pestisida di tingkat petani meningkat. Jumlah merk
dagang pestisida yang beredar di Indonesia sangat banyak. Setidaknya pada tahun
2010 terdapat 2.628 merk dagang pestisida dari 196 perusahaan yang terdaftar di
Kementerian Pertanian (Kementerian Pertanian 2010).
Berdasarkan organisme sasarannya pestisida digolongkan sebagai berikut:
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga. Bahan aktif yang tergkandung di dalamnya
antara lain, organoklorin, organofosfat, karbamat dan piretroid.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Bahan aktif
yang terkandung biasanya adalah senyawa merkuri, dikarboksimida, derivat
ftalimida, penta-klorofenol (PCP) dan senyawa N-heterosiklik.
3. Bakterisida adalah bahan yang mengandung senyawa yang bisa membunuh
bakteri.
4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.
5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak, dan laba-laba.

45
46

6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang


digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
Bahan aktif yang digunakan antara lain warfarin, ANTU, natrium fluoroasetat,
alkaloid striknin dan fluoroasetamida.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhanpengganggu yang disebut gulma (Raini, 2007).
Pestisida dapat juga dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya (mode of
action). Cara kerja (mode of action) adalah kemampuan pestisida dalam
mematikan hama atau penyakit sasaran menurut cara masuknya bahan beracun ke
jasad hama atau penyakit sasaran dan menurut sifat dari bahan kimia tersebut.
Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, insektisida digolongkan ke
dalam :
1. Racun perut/lambung merupakan bahan beracun pestisida yang dapat merusak
sistem pencernaan jika tertelan oleh serangga
2. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang dapat membunuh atau
mengganggu perkembangbiakan serangga, jika bahan beracun tersebut
mengenai tubuh serangga.
3. Racun nafas merupakan bahan racun pestisida yang biasanya berbentuk gas
atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan) dan dapat membunuh
serangga jika terhisap oleh sistem pernafasan serangga tersebut.
4. Racun saraf :merupakan pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem saraf
jasad sasaran
5. Racun protoplasmik merupakan racun yang bekerja dengan cara merusak
protein dalam sel tubuh jasad sasaran
6. Racun sistemik merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke dalam sistem
jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga
bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni. Jenis
pestisida tertentu hanya menembus ke jaringan tanaman (translaminar) dan
47

tidak akan ditranlokasikan ke seluruh bagian tanaman (Moekasan dan


Prabaningrum, 2012).
Pengetahuan mengenai cara kerja suatu pestisida dapat dibuat strategi
pengelolaan resistensi untuk menghambat terjadinya resistensi OPT terhadap
pestisida yang umum digunakan. Hal ini disebabkan pada kebanyakan kasus, tidak
hanya resistensi yang menyebabkan senyawa aktif tertentu menjadi tidak aktif,
tetapi sering juga menyebabkan resistensi silang terhadap senyawa kimia lainnya.
Hal itu terjadi karena senyawa dengan kelompok kimia spesifik biasanya
bersinergi dengan hama target, begitu juga dengan mekanisme cara kerjanya.
Biasanya hama akan mengembangkan mekanisme ketahanan tertentu dengan
memodifikasi genetiknya terhadap target sasaran insektisida pada tubuhnya.
Ketika hal itu terjadi, interaksi senyawa aktif dengan target akan terganggu dan
pestisida akan kehilangan keefektifannya. Jika senyawa dalam berbagai sub-
kelompok bahan kimia melakukan cara kerja yang sama, akan ada risiko bahwa
mekanisme ketahanan oleh hama yang telah dikembangkannya secara otomatis
akan memberikan resistensi silang untuk semua senyawa dalam sub-kelompok
bahan kimia yang sama. Ini adalah konsep resistensi silang dalam kelompok
bahan kimia untuk insektisida dan akarisida yang merupakan dasar dari klasifikasi
cara kerja atau MoA oleh IRAC (IRAC, 2011).
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut
bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh
organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). Beberapa jenis
formulasi pestisida antara lain : tepung hembus (D), butiran (G), tepung yang
dapat disuspensi dalam air (WP), tepung yang larut dalam air (SP), suspensi (F),
cairan (EC), Ultra Low Volume (ULV), solution(S), aerosol (A) dan umpan
beracun (B) (Wudianto, 2007).
C. Alat Dan Bahan
Alat : Alat tulis
Bahan : Bungkus pestisida.
48

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan berupa bungkus pestisida
2. Mengamati kemasan produk, meliputi :
a) Nama produk
b) Golongan
c) Bahan aktif
d) Cara kerja
e) Bentuk
f) Efikasi
3. Mencatat hasil pengamatan pada buku pengamatan
E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan
Dari hasil pengamatang diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya
tikus. Bahan aktif yang digunakan antara lain warfarin, ANTU, natrium
fluoroasetat, alkaloid striknin dan fluoroasetamida.
a. King Pembasmi Tikus
Keterangan :
a) Nama produk : King
b) Golongan : Rodentisida
c) Bahan aktif : zink phosfit
d) Cara kerja : Sistematis
e) Bentuk : kotak, padat
f) Efikasi : Tikus

Gambar 51. Pestisida King


“King pembasmi tikus” merupakan salah satu merk dagang pestisida
golongan rodentisida yang dijual dipasaran. Dengan memiliki bahan aktif Zink
phosfit yang dapat membunuh tikus, karena apabila tikus memakan racun tikus
yang mengandung zink phosfit, maka asam dalam sistem pencernaan tikus
49

bereaksi dengan fosfida untuk menghasilkan gas fosfin toksik. Pengaplikasian


racun tikus ini dapat dicampurkan dengan makanan sehingga apabila tikus
memakannya akan menyebabkan keracunan. Pestisida merk ini memiliki bentuk
kotak dan padat, dalam 1 kemasan terdapat 12 pcs, dengan 1 pcs berukuran 3x3
cm.
b. Pestisida Petrokum 0,005 BB
Keterangan :
a) Nama produk : Petrokum 0,005 BB
b) Golongan : Rodentisida
c) Bahan aktif : Broclifakum 0,005%
d) Cara kerja : Sistematis
e) Bentuk : Kotak, warna biru
dan padat
f) Efikasi : Tikus
Gambar 52. Pestisida Petrokum 0,005
BB

Racun tikus petrokum 0.005 bb adalah Racun tikus berbahan aktif


Brodifacoum. Bahan aktif ini selalu dipakai perusahaan-perusahaan pest control
untuk membasmi tikus. Sifat umpan racun tikus ini slow akting sehingga tikus
tidak langsung mati begitu selesai memakannya melainkan mati setelah 2 - 3 hari
kemudian.
Karena sifatnya yang slow akting maka produk ini tidak menyebabkan jera
umpan seperti racun-racun lainya dimana setelah satu tikus memakan racun
tersebut maka tikus yang lain tidak akan memakan umpan lagi. Bentuk produk ini
berupa kotak-kotak dan berwarna biru dan tidak perlu dicampur dengan yang lain
misalnya umpan makanan, sehingga lebih praktis. Tempatkan pada lubang-lubang
tikus di area luar atau di titik-titik perlintasan tikus sebanyak 3 kotak per titik agar
umpan tersebut cepat termakan tikus dan tunggu beberapa hari maka tikus-tikus
tersebut akan mati.
50

2. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang bisa mematikan semua jenis serangga. Bahan aktif yang tergkandung di
dalamnya antara lain, organoklorin, organofosfat, karbamat dan piretroid
a. Furadan 3 GR
Keterangan
a) Nama produk : Furadan 3 GR
b) Golongan : Insektisida/
Nematisida
c) Bahan aktif : karbofuran 3%
d) Cara kerja : sistemik
e) Bentuk : berbentuk butiran
berwarna ungu
Gambar 53. Pestisida Furadan 3 Gr
f) Efikasi : hama pada tanaman,
seperti nematoda, penggerek batang,
cacing, uret, bekicot.

Furadan 3GR adalah salah satu merk dagang insektisida yang juga
nematisida berbentuk butiran (granula). Furadan 3GR dapat digunakan untuk
mengendalikan berbagai jenis hama pada tanaman seperti nematoda (puru akar),
penggerek batang, cacing, uret, bekicot (moluska), jontrot dan lain sebagainya.
Furadan 3GR merupakan insektisida + nematisida sistemik berbentuk butiran
berwarna biru keunguan yang dapat diaplikasikan dengan cara ditabur. Yang
diamaksud sistemik adalah diamana zat beracun dari furadan diserap oleh akar
tanaman kemudian tersebar keseluruh jaringan.
Furadan 3GR dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada berbagai
jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman hortikultura maupun tanaman
perkebunan. Furadan 3GR berbahan aktif karbofuran yang memiliki spektrum
cukup luas, sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama
termasuk hama yang ada didalam tanah.
51

b. Matador
a) Nama produk : Matador 25 ec
b) Golongan : Insektisida
c) Bahan aktif : lamda sihalotrin 25
gr/l
d) Cara kerja : kontak
e) Bentuk : cair
f) Efikasi : mengendalikan hama
pada tanaman budidaya seperti
cabai, tanaman sayur dan tanaman
Gambar 54. Pestisida Matador buah.

Insektisida Matador 25 ec adalah salah satu jenis insektisida kontak maupun


langsung yang mampu mengendalikan hama pada tanaman secara cepat. Memiliki
bahan aktif lamda sihalotrin yang dapat membasmi hama. Jenis hama yang dapat
dibasmi dengan insektisida matador ini sangatlah banyak. Misalnya ulat grayak
(Spodoptera litura F), hama wereng (Fulgoromorpha), walang sangit
(Leptocorisa oratorius), Gangsir/gasir, orog-orong dan masih banyak jenis hama
yang bisa dibasmi dengan insektisida ini. Adapun insektsida ini dapat
memberantas hama pada tanaman seperti : cabai, kacang panjang, tomat, kubis,
wortel, sawi dan lain-lain.
52

3. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Bahan
aktif yang terkandung biasanya adalah senyawa merkuri, dikarboksimida,
derivat ftalimida, penta-klorofenol (PCP) dan senyawa N-heterosiklik
a. Bendas
a) Nama produk : Bendas 50 WP
b) Golongan : Fungisida
c) Bahan aktif : karbendazim 50%
d) Cara kerja : sistemik
e) Bentuk : tepung berwarna
putih
f) Efikasi : mengendalikan
penyakit antraknosa colletotrichum
capsici dan hawar pelepah
Gambar 55. Pestisida Bendas Rhizoctonia solani

Bendas 50 WP adalah fungisida sistemik dengan aksi perlindungan dan


penyembuhan. Fungisida ini mempunyai bahan aktif karbendazim yang berkerja
secara sistemik akan terserap pada akar maupun jaringan hijau tanaman. Bendas
50 WP dapat digunakan untuk mencegah penyakit pada tanaman buah - buahan ,
sayur-sayuran , biji-bijian , berbagai jenis bunga , padi , kapas , pembusukan pada
bidang sadap karet dan untuk perlakuan benih sebelum ditanam. Selain itu, benda
juga dapat mencegah penyakit pada padi seperti : karat daun , busuk pelepah ,
jamur bulir.
53

b. Nordox 56 WP

a) Nama produk : Nordox 56 WP


b) Golongan : Fungisida/
Bakterisida
c) Bahan aktif : Tembaga oksida
56% (setara cu 50%)
d) Cara kerja : Sistemik
e) Bentuk : tepung merah
bulat
f) Efikasi : penyakit busuk
Gambar 56. Pestisida Nordox 56 buah dan karat daun
WP

Nordox 56 WP adalah Fungisida /bakterisida sistemik berbentuk tepung


merah yang dapat disuspensikan dalam air. Nordox 56wp merupakan fungisida /
bakterisida yang mengandung bahan aktif copper oxide (Tembaga oksida) 56%
yang setara dengan cu 50%. cara kerja nordox 56 wp yaitu sebagai fungisida,
bakterisida dan sebagai pencegah serangan keong. Memiliki bentuk tepung
berwarna merahsehingga mudah apabila disuspensikan dengan air,
pengapikasiannya dapat dilakukan dengan penyemprotan pada tanaman.
Fungisida Nordox 56 wp dapat mencegah penyakit busuk buah yang disebabkan
oleh jamur Colletotrichum sp dan penyakit karat daun yang disebabkan oleh
cendawan (fungi) yang termasuk dalam bangsa (ordo) Pucciniales.
54

4. Herbisida
Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhanpengganggu yang disebut gulma.
a. Ricestar Xtra
a) Nama produk : Ricestar Xtra
b) Golongan : Herbisida
c) Bahan aktif : fenoksaprof p-etil 69
g/l, ettoksisulfuron 20 g/l, Amonium
Glufosinat 150 g/l.
d) Cara kerja : sistemik
e) Bentuk : larutan dalam
formulasi air berwarna biru kehijauan
Gambar 57. Pestisida Ricestar
f) Efikasi : pengendalian gulma
rerumputan pada tanaman padi

Ricestar Xtra adalah salah satu produk golongan Herbisida selektif pada
tanaman padi yang ada dipasaran. Memiliki bahan aktif fenoksaprof p-etil 69 g/l,
ettoksisulfuron 20 g/l, Amonium Glufosinat 150 g/l. Pengaplikasian herbisida ini
pada saat gulma mulai tumbuh atau maksimal gulma berdaun 3-4 helai. Kondisi
Tanah Macak-macak. Atau padi berumur 10-20 hari stelah tanam. Dilakukan lebih
baik sebelum pemupukan. Penggunaan herbisida ricestar Xtra bisa dicamurkan
dengan herbisida lain yang Dimetil amina atau seperti Lindomin, sidamin dll akan
labih bagus hasilnya.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari beberapa jenis
pestisida yang diamati memiliki bahan aktif yang berbeda sehingga efikasi dari
masing-masing petisida akan berbeda, serta bentuk pestisida yang beragam, akan
membuat cara pengaplikasian juga berbeda-beda.
BAB VI
AGENSIA PENGENDALI HAYATI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam macam agensia
pengendali hayati dan manfaatnya.
B. Tinjauan pustaka
Pengendalian OPT sebaiknya dilakukan dengan prinsip ekologi.
Pengendalian dengan prisnsip ekologi bertujuan untuk menyeimbangkan
komponen ekologi yang ada pada ekosistem lahan pertanian. Pengendalian yang
bersifat ekologi salah satunya yaitu dengan pengendalian hayati. Pengendalian
hayati merupakan suatu usaha memanfaatkan dan menggunakan musuh alami
untuk menekan populasi OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang dapat
merugikan tanaman budidaya. Musuh alami tersebut dapat berupa predator,
parasitoid, dan patogen (bakteri, cendawan, virus dan nematoda). Petani kita
masih cenderung menggunakan pestisisda dalam menangani organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) dan akibat penggunaan pestisisda yang berlebihan
dapat menimbulkan berbagai kerugian antara lain : timbulnya resistensi,
resurgensi hama, munculnya hama sekunder serta pencemaran hasil produksi dan
lingkungan (Damanik dkk., 2013).
Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara
biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali
biologi), seperti predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu
teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan memanfaatkan/memanipulasikan
musuh alami untuk kepentingan pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan
dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan dilaboratorium. Sedangkan
Pengendalian alami merupakan Proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa
campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh alami (Effendi,
2009).
Salah satu agen hayati antagonis yang dapat menegendalikan patogen
dalam tanah yaitu cendawan Trichoderma sp. Cendawan Trichoderma sp.
merupakan mikroorganisme tanah bersifat saprofit yang secara alami menyerang

55
56

cendawan patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Kemampuan dari


Trichoderma sp. ini yaitu mampu memarasit cendawan patogen tanaman dan
bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau
menghambat pertumbuhan cendawan. Terdapat beberapa spesies Trichoderma
yang sering digunakan sebagai agen hayati yaitu T. Harzianun, T. Viridae dan T.
Konigii (Kader, et al., 2013).
Terdapat beberapa ciri-ciri morfologi cendawan Trichoderma sp. yaitu
mempunyai konidiofor bercabang menyerupai piramida yaitu pada bagian bawah
cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan semakin ke ujung percabangan
menjadi bertambah pendek. Fialid tampak langsing dan panjang terutama pada
aspek dari cabang, konidia berbentuk semi bulat hingga oval. Konidia yang
berdinding halus, koloni mula-mula berwarna putih lalu menjadi kehijauan dan
selanjutnya setelah dewasa miselium memiliki warna hijau kekuningan atau hijau
tua terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Hifa dari
jamur Trichoderma sp. Berbentuk pipih, bersekat dan bercabang membentuk
anyaman yang disebut miselium (Nhmau et al., 2015).
Ada beberapa ketidakmampuan antagonis dalam mengendalikan populasi
OPT disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu jumlah populasi musuh
alami yang rendah sehingga tidak mampu memberikan respon cepat untuk
mengimbangi peningkatan populasi OPT. Selain itu, infeksi pada OPT sangat
mempengaruhi oleh kepadatan inang (Semangun, 2001).
C. Alat Dan Bahan
Alat : Alat Tulis
Bahan : Beberapa sampel agensia pengendali hayati
D. Cara Kerja
1. Mengidentifikasi nama-nama agensia pengendali hayati.
2. Mengidentifikasi fungsi dan efektifitas agensia pengendali hayati.
3. Menulis hasil identifikasi dalam buku pengamatan.
57

E. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan


Dari hasil pengematan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Trichoderma sp.
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas :Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
Gambar 58. Trichoderma sp. Speies : Trichoderma sp.

a. Fungsi Trichoderma sp.


1) Sebagai organisme pengurai sehingga mampu meningkatkan ketersediaan
unsur hara pada tanah
2) Sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman
3) Mempu memperbaiki daya ikat tanah dan daya ikat air
4) Mampu memperbaiki struktur tanah
5) Melindungi tanaman dari berbagai penyait yang disebabkan cendawan
6) Mengendaliakn serangan layu Fusarium penyebab penyakit pada tanaman
cabai
7) Mengendalikan busuk buah, layu, bakteri, busuk pangkal batang.
8) Mengurangi ancaman kekeringan
b. Efektivitas Trichoderma sp.
Trichoderma sp. mampu menekan perkembangan penyakit busuk pelepah
sebanyak 29-70%, selain itu Trichoderma sp. juga dapat menekan kehilangan
hasil jagung (Zea mays) sebanyak 7-23% (Soenartiningsih,dkk. 2014).
58

2. Metarhizium anisopliae
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas :Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Clavicipitaceae
Genus : Metarhizium
Speies : Metarhizium anisopliae

Gambar 59. Metarhizium anisopliae

a. Fungsi Metarhizium anisopliae


1) Dapat mengendalikan serangga, dengan menginfeksi serangga. Sehingga
dapat menurunkan populasi hama sserangga dalam suatu areal pertanian.
2) Mampu mengendalikan Lepidiota stigma F. Yang merupakan serangga
hama polifag (pemakan rupa-rupa) yang menyerang perakaran berbagai
jenis tumbuhan.
3) Mampu mengendalikan organisme jahat yang ada ditanaman. Seperti
patogen.
b. Efektivitas Metarhizium anisopliae
Menuut hasil penelitian Tri harjaka tahun 2009-2013 dilaboratorium
pengendalian hayati fakultas pertaian UGM dengan judul “Bioekologi
Lepidiota stigma F. Dan pengendaliannya dengan Metarhizium anisopliae”,
Menunjukan aplikasi jamur Metarhizium anisopliae dapat menurunkan
populasi larva Lepidiota stigma F dipertanaman tebu dan meningkatkan hasil
panen lebih dari 60%. Jamur Metarhizium anisopliae dapat bertahan
dipertanaman lebh dar enam bulan sehingga berpotensi mengendalikan
Metarhizium anisopliae dalam jangka panjang.
59

3. Beauveria bassiana
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas :Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Cordycipitaceae
Genus : Beauveria
Gambar 60. Beauveria bassiana Speies : Beauveria bassiana

a. Fungsi Beauveria bassiana


1) Mampu mengendalikan serangga dengan cara menginfeksi serangga
2) Mampu mengendalikan dan menekan perkembangan serangan hama wereng
coklat
3) Berperan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan
b. Efektivitas Beauveria bassiana
Jamur ini efektif mengendalikan walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan
wereng coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kuta (Aphids
sp.) pada tanaman sayur-sayuran.

F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
agensia pengendali hayati sangat efektif dalam pengendalian hama dan penyakit
tanaman secara terpadu. Dan agensia pengendali hayati bersifat antagonis bagi
beberapa organisme pengganggu tanaman, yakni dengan menginfeksi organisme
pengganggu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit (http://konsep-timbulnya


penyakit.pdf). Diakses pada tanggal 30 Nopember 2019.
Anafzhu, 2009. Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-
tungro.html. Diakses pada tanggal 1 desember 2019.
Anonym, 2013. Petunjuk Praktikum Ilmu Penyakit Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Mataram.
Damanik, S., Mukhtar, I. S. P., dan Yuswani, P. 2013. Uji Efikasi Agens Hayati
Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.
Oryzae) Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa).
Agroteknologi, 1(4) : 1402-1412.

Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Direktorat Pupuk dan Pestisida


Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Teknik Kajian Pestisida
Terdaftar Beredar TA 2012. Kementerian Pertanian.

Djida, N. 2000, Metode Instrumental dalam mikrobiologi Umum, UNHAS Press.


Makassar.

Effendi, Baehaki S. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi


Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural
Practices).Pengembangan Inovasi Pertanian, 2(1): 68-78.
IRAC, 2011. IRAC MoA Classification Scheme. Online. ://www.irac-
online.org/mode-of-action/updated-irac-moa-classification-v7-1-now-
published/. Diakses Tanggal 8 Juni 2016.
Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular
Biology. Caister Academic Press.

Junaidi, Iskandar., 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.


Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Kader, .M. M. A., F. A. Kareem, N. S. E. Mougy, and R. S. E. Mohamady. 2013.


Integration between Compost, Trichoderma harzianum and Essential
Oils for Controlling Peanut Crown Rot under Field Conditions. Hindawi,
1(1): 1-8.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2010. Pestisida Pertanian dan
Kehutanan Tahun 2010. Pusat Perizinan dn Investasi, Sekretariat
Jenderal. Jakarta.

60
61

Moekasan, T.K dan L.Prabaningrum. 2012. Penggolongan Pestisida Berdasarkan


Cara Kerjanya (Mode of Action). Yayasan Bina Tani Sejahtera Lembang.
Bandung.
Nhmau, H., R. L.C. Wijesundera, N.V. Chandrasekharan, W. S. S. Wijesundera,
H. S. Kathriarachchi. 2015. Isolation and characterization of
Trichoderma erinaceum for antagonistic activity against plant pathogenic
fungi. Environmental and Applied Mycology, 5(2): 120-127.
Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan
Pestisida. Media Litbang Kesehatan. Volume XVII Nomor 3.
Semangun, H. 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Sinaga, S.M., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar


Swadaya,Jakarta.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rdEdition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
62

LAMPIRAN

Lampiran 1. salah satu patogen yang Lampiran 2. Gejala penyakit pada


diamati bagian tanaman

Lampiran 3. Isolasi jarigan tebal


Lampiran 4. Contoh rodentisida
pengamatan pertama

Lampiran 5. Gejala penyakit terbakar Lampiran 6. Gejala penyakit yang


pada tanaman kacang panjang (vigna ditemukan dilapang
unguiculata)

Anda mungkin juga menyukai