Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKSTRASI NIKEL

Dosen pengampu

NOVALISAE, ST., MT

Disusun oleh

RETNI PURNAMA DEWI DBD117002

JOJON DBD 117 003

SELVIA S. DBD 117 006

DONNY SAPUTRA DBD117 0012

CHRISTINA H. KASIHA DBD 117 014

EZRA ASIDO SILAEN DBD 117 023

DESSI WULANDARI DBD 117 033

KELAS C

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstraksi metalurgi adalah praktek menghapus logam berharga dari
sebuah bijih dan pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk
murni. Metalurgi adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan
logam dari bijihnya dan pembuatan logam menjadi berbagai produk. Ruang
lingkup metalurgi terbagi menjadi dua bagian yaitu mineral processing dan
metal processing.Mineral processing yaitu perlakuan bijih untuk
mendapatkan logam atau konsentrat mineral. Sedangkan metal processing
yaitu pembuatan produk dari logam. Adapun proses-proses dari ekstraksi
metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain
adalah pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan padatemperatur
tinggi), hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
yang relatif rendah dengan cara pelindian dengan media cairan), dan
electrometalurgy (proses ekstraksi yang melibatkan penerapan prinsip
elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada temperatur tinggi).
Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu Nickel
yang merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari logam nikel ?
2. Bagaimana penggolongan senyawa logam nikel ?
3. Bagaimana cara ekstraksi logam nikel ?
1.3 Tujuan
1. Apa pengertian dari logam nikel ?
2. Bagaimana penggolongan senyawa logam nikel ?
3. Bagaimana cara ekstraksi logam nikel ?
Penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
penggolongan logam nikel dan mengetahui cara ekstraksi logam nikel.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN LOGAM NIKEL


Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751. Nikel memiliki unsur
kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28.
Nikel adalah logam yang berwarna putih keperakan, kuat dan keras. Seperti besi
dan kobalt, logam ini bersifat sangat magnetik. Nikel tidak teroksidasi oleh udara
dan tahap tertahap larutan basa. Larutan asam encer melarutkan nikel secara
perlahan menghasilkan gas hidrogen. Nikel akan menjadi pasif bila kontak dengan
asam nitrat perkat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika
dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan
karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat
(stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan
peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen
industri.
Nikel terdapat dalam kombinasi dengan arsen, antimon, dan sulfur seperti
dalam millerite(NIS) dan dalam garnierite, suatu silikat magnesium nikel dalam
berbagai komposisi. Nikel juga ditemukan beraliasi dengan besi dalam batuan
meteor dan lapisan kulit bumi. Bila bijih nikel di panggang diudara akan dihasilkan
NiO, yang dapat tereduksi oleh C menghasilkan Logam Ni. Nikel biasanya
dimurnikan dengan elektrodeposisi, sedang nikel yang tinggi kemurniannya dibuat
dengan proses karbonil.

2.2. PERSENYAWAAN NIKEL


Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri
oktahedron, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar.
Ion heksaakuanikel (II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion
biru heksaaminanikel (II) menurut persamaan reaksi :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq) → [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)
Hijau Biru
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel (II)
menghasilkan endapan gelatin hijau nikel (II) hidroksida menurut persamaan
reaksi;

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- → [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)

Seperti halnya kobalt (II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tertrahedron
yaitu halida, misalnya ion tertrakloronikelat (II) yang berwarna biru. Senyawa
kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat ke dalam larutan garam nikel
(II) dalam air menurut persamaan reaksi ;

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) → [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)


Hijau Biru

Senyawa kompleks nikel (II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat (II). [NiCl4]2-, yang berwarna kuning, dan bis (dimetilglioksimato)
nikel (II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik
pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi penguji terhadap ion nikel (II) ;
senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglikosim
(C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan nikel (II) yang dibuat tepat basa dengan
penambahan amonia menurut persamaan reaksi:

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH-

[Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)

2.3. EKSTRAKSI LOGAM NIKEL


Bijih sufida dari nikel biasanya telah diolah/ diekstraksi
menggunakan pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
tinggi) untuk menghasilkan liquid matte yang akan digunakan pada pemurnian
tahap berikutnya. Untuk memproses Nickel matte menggunakan ekstraksi
logam hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang
relatif rendah dengan cara pelindian dengan media cairan).
Adapun proses pyrometalurgy untuk menghasilkan liquid matte yang akan
digunakan pada pemurnian tahap berikutnya meliputi:

1. Kominusi
Komunisi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral bisa terlepas
dari bijjhnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap komunisi nikel
ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Drying

Dryng atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar


moisture dalam bjih. Bisanya kadar moisture dalam bijih sdekitar 30-35% dan
diturunkan dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi 23%. Dalam rotary
dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan gas panasa yang
dihasilkan dari pembakaran pulverizedcoal dan marine fuel dalam Hot Air
Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperatur sampai 200o C.

3. Calcining

Tujuan Utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam
bijih, air kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine 3MgO.2SiO2.2H2O dan
goethite (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi dilakukan dalam Rotary Kiln dengan
temperatur sampai 850o C meggunakan pulverized coal secara Counter
Current. Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya
didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2o3. Dalam teknologiKrupp
rent, semua reduksi dilakukan dalam rotaru kiln dan dihasilkanluppen.
Sedangkan dalan teknologi Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi
secara tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO
sedangkan sisanya dilakukan dalamelectric furnace. Produk dari rotary kiln ini
disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap
lebur dalamelectric furnace.

4. Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalan
rangkaian proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara lagsung dan 20%
secara tidak langsung pada temperature sampai 1650o C.

5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/ memperkecil
kandungan Sulfur dalan crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi.
Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yang
digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan baja dimana baja yang
bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan
Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0.3% sehingga jika kandungan Sulfur
tidak diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras
untuk menurunkan kadar.
Bijih nikel dipanggang di udara menghasilkan NiO, yang kemudian
direduksi dengan C menjadi Ni. Nikel biasanya dimurnikan dengan
elektrodeposisi namun dalam nikel yang tinggi kemurniannya tetap dibuat
dengan proses karbonil. CO bereaksi dengan Ni yang tidak murni pada suhu
50ºC dan tekanan biasa atau dengan anyaman nikel tembaga dalam keadaan
yang lebih kuat menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah menguap, di mana logam
dengan kemurnian 99,90-99,99 % diperoleh pada komposisi termal 200 º C.
Nikel diekstrak dari ore nya dengan proses pemanggangan menghasilkan
logam yang kemurniannya >80%. Pemurnian akhir dari pemurnian nikel oksida
menggunakan proses Mond, yang dapat meningkatkan kemurnian nikel
hingga 99%. Proses modern dipatenkan oleh L. Mond.
Proses ini memanfaatkan fakta bahwa ikatan kompleks antara karbon
monoksida dengan nikel mudah dan reversibel untuk memberikan karbonil
nikel. Proses ini memiliki tiga langkah :
a) Nikel oksida direaksikan dengan Syngas pada 200 ° C untuk
menghilangkan oksigen, meninggalkan nikel murni. Kotoran
termasuk besi dan kobalt.
NiO (s) + H2 (g) → Ni (s) + H2O (g)
b) Nikel murni direaksikan dengan karbon monoksida berlebih pada
50-60 ° C untuk membentuk karbonil nikel.
Ni (s) + 4 CO (g) → Ni (CO)4 (g)
c) Campuran karbon monoksida berlebih dan nikel karbonil
dipanaskan hingga 220-250 ° C. Pada pemanasan, tetracarbonyl
nikel nikel terurai untuk memberikan:
Ni (CO) 4 (g) → Ni (s) + 4 CO (g)

Selanjutnya untuk memproses Nickel matte menggunakan ekstraksi


logam hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang
relatif rendah dengan cara pelindian dengan media cairan).
Proses Pyrometallurgy Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya sebagian dari
besi saja yang dapat diikat menjadi Perak, dan sebagian besar masih dalam
bentuk ferro-nikelalloy. Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel pada reaksi
peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung belerang
(Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel terhadap oksigen
dan belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu paduan Ni3S2 dan FeS.
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60 % Fe dan
selanjutnya metal yang masih dalam keadaan cair terus diproses lagi dalam
konvertor. Proses-proses konvertor diberikan bahan tambah silikon untuk
mengerakkan oksida besi. Gerak hasil konvertor ini masih mengandung nikel yang
cukup tinggi, sehingga gerak ini biasanya di proses ulang pada peleburan
(Resmelting). Proses selanjutnya metal di panggang untuk memisahkan belerang.
Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi
dengan bahan tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam nikel. Waste dari
nikel berupa terak yang sekitar 70% komposisi kimia terak nikel terdiri dari Silika
41,47%, Ferri Oksida 30,44% 58%. Dengan komposisi Silika yang cukup besar
pada terak nikel, diharapkan proses hidrasi yang terjadi antara pasta semen dan
agregat akan membentuk interface yang lebih sempurna, sehingga kehancuran
beton tidak terjadi pada interface, atau kalaupun terjadi kehancuran pada interface
diperlukan energi yang cukup tinggi, dengan kata lain akan diperoleh kekuatan
beton yang cukup tinggi. beton mutu tinggi dengan menggunakan terak nikel
sebagai agregat dan sebagai bahan pencampur semen mempunyai kekuatan
tekan, tarik, modulus elastistisitas, dan berat volume yang lebih tinggi, di samping
susut yang relatif kecil dibandingkan dengan beton normal batu alam sehingga
beton terak nikel dapat digunakan sebagai bahan untuk beton normal terak nikel.
Sedangkan untuk beton berat dari terak nikel dapat digunakan sebagai bahan pipa
pemberat beton terak nikel.
Agragat memegang peranan penting dalam pembentukan beton karena
agregat menyumbang volume beton 60-80% dan di lain sisi semen sebagai
pembentuk pasta diperlukan untuk mengikat agregat, tetapi harga semen
merupakan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan harga agregat Demikian
juga pemanfaatan semen yang dicampur dengan produk limbah, memungkinkan
pengurangan jumlah semen dalam pembuatan beton. Perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang Teknologi beton memungkinkan penggunaan limbah
menjadi bahan dasar pembentuk beton, sehingga di satu sisi penggunaan bahan
alam yang merusak lingkungan dapat dibatasi dan dilain sisi bahan limbah
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk bahan dasar pembentukan beton. Terak
nikel merupakan salah satu limbah padat dari hasil penambangan dan proses
pengolahan nikel. Jumlah terak nikel kian hari kian menumpuk, karena setiap
proses pemurnian satu ton produk nikel menghasilkan limbah padat 50 kalinya,
setara 50 ton. Sehingga dari hasil limbah yang cukup banyak, dilakukan penelitian
untuk menggunakan limbah padat tersebut sebagai bahan pembentuk beton, baik
sebagai agregat kasar dan halus , ataupun sebagai bahan campuran semen.

Proses pembuatan nikel dan terjadinya terak nikel di perusahaan


penambangan nikel PT INCO adalah sebagai berikut:

 Mining (penambangan)
 Proses pengeringan di Rotary Dryer
 Proses reduksi dan sulfidisasi di Reduction Kiln
 Proses peleburan di tungku listrik: pada tahapan ini dihasilkan limbah terak
nikel 2-3 juta ton per tahun.
 Proses Pemurnian di Converter: dihasilkan limbah terak nikel sebanyak
3000 an ton per minggu.

2.4 Ekstraksi Logam Nikel Pada Diagtram Alir


Gambar 1 Diagram ekstraksi logam nikel

1. Bijih
Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik itu logam
maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya
dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis. Bijih
yang diproses ini ialah bijih yang mengandung nikel dengan mendapatkannya
melalui proses penambangan sesuai dengan lokasi keterdapatanya bijih tersebut.
Setelah bijih didapat maka dilakukan proses pendahuluan yaitu :
a. CRUSHING adalah proses reduksi/pengecilan ukuran dari bahan galian/bijih
nikel yang langsung dari tambang dan berukuran besar-besar (diameter
sekitar 110cm) menjadi ukuran 20-25cm bahkan bisa mencapai 2,5cm.
Crushing biasanya dilakukan beberapa tahapan :
 Prymari crushing (Tahap pertama) : Dapat memecah batuan yang
berukuran sekitar 1500mm menjadi ukuran 30-100mm. Ukuran
terbesar dari tahapan ini adalah 200 mm. Alat peremuk yang
biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory
Crusher.
 Secondary Cruher (Tahap kedua) : Dapat memecah material yang
berukuran 150 mm menjadi 12.5-25.4mm. Pada tahapan ini kadang
masih di jumpai ukuran partikel 75mm sehingga perlu di lakukan
cushing tahap ketiga. Alat peremuk yang digunakan adalah Cone
Crusher, Hammer Mill dan Rolls.
 Fine crushing (Tahap lanjutan) : material yang dicruching biasanya
berukuran lebih besar dari 25,4 mm. Apabila hasil tidak memuaskan
maka perlu di lakukan crusher lagi. Alat yang digunakan Rolls, Dry
Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills.
b. DRYING merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung didalam bijih nikel dengan menggunakan medium berupa gas
atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kandungan
cairan menjadi berkurang karena menguap. Ini dilakukan agar kandungan
air pada bijih berkurang hingga tidak terdapat lagi.
c. SINTERING merupakan pemanasan material / bahan dengan cara
memanaskannya tidak sampai melampaui titik lelehnya. Solid State Sintering
merupakan sintering yang dilakukan pada material padat yang bertujuan
untuk memperbaiki struktur / kualitas material tersebut.
Selama proses sintering, gaya penggerak makroskopik menurunkan
kelebihan energi di permukaan. Ini dapat terjadi dengan :
1) Penyusutan luas permukaan total karena peningkatan ukuran rata-rata
partikel, yang memicu pada pengasaran “coarsening”.
2) Penghapusan antarmuka padatan / gas dan pembentukan batas area
butir, diikuti dengan pertumbuhan butir, yang memicu pada pemadatan
“densification”.
2. Peleburan
Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam
unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam
aktif atau dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat peredusi ini tergantung dari
kereaktifan masing-masing zat. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga
diperlukan pereduksi yang lebih kuat. Pada tahap peleburan ini logam yang telah
dilakukan proses sebelumnnya dimasukan alat peleburan dengan campuran kokas,
batu gamping dan bijih. Digunakan dengan suhu 1500o- 2000oC.
Proses ini dilakukan 3 kali hingga mendapatkan hasil nikel murni 95 %. Dari hasil
tersebut juga didapat material berupa terak. Terak disini ialah bahan yang tidak
mengandung nikel atau sangat sedikit mengandung nikel. Dalam artian terak sama
halnya dengan tailing yang dibuang ditempat yang khusus sehingga tidak terajadi
pencemaran lingkungan.

3. Converter Bessemer
Proses ini dilakukan dalam kontainer baja bulat telur besar dilapisi dengan
tanah liat atau dolomit disebut konverter Bessemer. Kapasitas sebuah konverter
8-30 ton nikel cair dengan muatan yang biasa berada di sekitar 15 ton. Dibagian
atas konverter merupakan pembukaan, biasanya miring ke sisi relatif terhadap
tubuh kapal, dimana nikel diperkenalkan dan produk jadi dihilangkan. Bagian
bawah ini berlubang dengan sejumlah saluran yang disebut tuyères melalui udara
dipaksa menjadi konverter. Konverter ini diputar pada trunnions sehingga dapat
diputar untuk menerima tekanan, berbalik tegak selama konversi dan kemudian
diputar lagi untuk menuangkan nikel cair di akhir.

Gambar 2 Converter bessemer

Hasil dari proses ini berupa mate cair yang kemudian dipadatkan dengan proses
pengeringan. Dari material yang cair tersebut diambil melalui tuyeres kemudian di
panasakan hingga didapat oksida nikel serta debu dan gas panas.
4. Proses Pemisahan Gas Dan Debu.

Proses pemisahan ini menggunakan cyclone separator, gas berdebu masuk


cyclone dengan kecepatan tinggi arah tangensial, sehingga berputar dalam
cyclone. Partikel debu terlempar ke dinding karena gaya sentrifugal. Debu
menabrak dinding lalu jatuh kebawah.

Gambar 3 cyclone separator

Dimana gas panas tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik


dan debu dapat di daur ulang untuk didapatkan kandungan nikel dan juga bisa
rekayasa bahan galian.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia.2001.Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Unsur dan Radiokimia.


Bandung:PT. Citra Aditya Bakti.

Brady, James E. 2002. Kimia Universitas Asas dan Strukutur. jilid 2. Tangerang :
Binarupa Aksara.

Cotton, F. Albert dan Geofrey Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
UI-Press.

Handoyo, Kristian, dkk. 2001. Buku Materi Pokok Kimia Anorganik 2. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Rahayu, Sri. 2007. Sains Kimia 3 SMA/MA Kelas XII.Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai