Dosen pengampu
NOVALISAE, ST., MT
Disusun oleh
KELAS C
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti halnya kobalt (II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tertrahedron
yaitu halida, misalnya ion tertrakloronikelat (II) yang berwarna biru. Senyawa
kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat ke dalam larutan garam nikel
(II) dalam air menurut persamaan reaksi ;
Senyawa kompleks nikel (II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat (II). [NiCl4]2-, yang berwarna kuning, dan bis (dimetilglioksimato)
nikel (II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik
pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi penguji terhadap ion nikel (II) ;
senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglikosim
(C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan nikel (II) yang dibuat tepat basa dengan
penambahan amonia menurut persamaan reaksi:
1. Kominusi
Komunisi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral bisa terlepas
dari bijjhnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap komunisi nikel
ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Drying
3. Calcining
Tujuan Utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam
bijih, air kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine 3MgO.2SiO2.2H2O dan
goethite (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi dilakukan dalam Rotary Kiln dengan
temperatur sampai 850o C meggunakan pulverized coal secara Counter
Current. Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya
didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2o3. Dalam teknologiKrupp
rent, semua reduksi dilakukan dalam rotaru kiln dan dihasilkanluppen.
Sedangkan dalan teknologi Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi
secara tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO
sedangkan sisanya dilakukan dalamelectric furnace. Produk dari rotary kiln ini
disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap
lebur dalamelectric furnace.
4. Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalan
rangkaian proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara lagsung dan 20%
secara tidak langsung pada temperature sampai 1650o C.
5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/ memperkecil
kandungan Sulfur dalan crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi.
Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yang
digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan baja dimana baja yang
bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan
Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0.3% sehingga jika kandungan Sulfur
tidak diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras
untuk menurunkan kadar.
Bijih nikel dipanggang di udara menghasilkan NiO, yang kemudian
direduksi dengan C menjadi Ni. Nikel biasanya dimurnikan dengan
elektrodeposisi namun dalam nikel yang tinggi kemurniannya tetap dibuat
dengan proses karbonil. CO bereaksi dengan Ni yang tidak murni pada suhu
50ºC dan tekanan biasa atau dengan anyaman nikel tembaga dalam keadaan
yang lebih kuat menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah menguap, di mana logam
dengan kemurnian 99,90-99,99 % diperoleh pada komposisi termal 200 º C.
Nikel diekstrak dari ore nya dengan proses pemanggangan menghasilkan
logam yang kemurniannya >80%. Pemurnian akhir dari pemurnian nikel oksida
menggunakan proses Mond, yang dapat meningkatkan kemurnian nikel
hingga 99%. Proses modern dipatenkan oleh L. Mond.
Proses ini memanfaatkan fakta bahwa ikatan kompleks antara karbon
monoksida dengan nikel mudah dan reversibel untuk memberikan karbonil
nikel. Proses ini memiliki tiga langkah :
a) Nikel oksida direaksikan dengan Syngas pada 200 ° C untuk
menghilangkan oksigen, meninggalkan nikel murni. Kotoran
termasuk besi dan kobalt.
NiO (s) + H2 (g) → Ni (s) + H2O (g)
b) Nikel murni direaksikan dengan karbon monoksida berlebih pada
50-60 ° C untuk membentuk karbonil nikel.
Ni (s) + 4 CO (g) → Ni (CO)4 (g)
c) Campuran karbon monoksida berlebih dan nikel karbonil
dipanaskan hingga 220-250 ° C. Pada pemanasan, tetracarbonyl
nikel nikel terurai untuk memberikan:
Ni (CO) 4 (g) → Ni (s) + 4 CO (g)
Mining (penambangan)
Proses pengeringan di Rotary Dryer
Proses reduksi dan sulfidisasi di Reduction Kiln
Proses peleburan di tungku listrik: pada tahapan ini dihasilkan limbah terak
nikel 2-3 juta ton per tahun.
Proses Pemurnian di Converter: dihasilkan limbah terak nikel sebanyak
3000 an ton per minggu.
1. Bijih
Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik itu logam
maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya
dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis. Bijih
yang diproses ini ialah bijih yang mengandung nikel dengan mendapatkannya
melalui proses penambangan sesuai dengan lokasi keterdapatanya bijih tersebut.
Setelah bijih didapat maka dilakukan proses pendahuluan yaitu :
a. CRUSHING adalah proses reduksi/pengecilan ukuran dari bahan galian/bijih
nikel yang langsung dari tambang dan berukuran besar-besar (diameter
sekitar 110cm) menjadi ukuran 20-25cm bahkan bisa mencapai 2,5cm.
Crushing biasanya dilakukan beberapa tahapan :
Prymari crushing (Tahap pertama) : Dapat memecah batuan yang
berukuran sekitar 1500mm menjadi ukuran 30-100mm. Ukuran
terbesar dari tahapan ini adalah 200 mm. Alat peremuk yang
biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory
Crusher.
Secondary Cruher (Tahap kedua) : Dapat memecah material yang
berukuran 150 mm menjadi 12.5-25.4mm. Pada tahapan ini kadang
masih di jumpai ukuran partikel 75mm sehingga perlu di lakukan
cushing tahap ketiga. Alat peremuk yang digunakan adalah Cone
Crusher, Hammer Mill dan Rolls.
Fine crushing (Tahap lanjutan) : material yang dicruching biasanya
berukuran lebih besar dari 25,4 mm. Apabila hasil tidak memuaskan
maka perlu di lakukan crusher lagi. Alat yang digunakan Rolls, Dry
Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills.
b. DRYING merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung didalam bijih nikel dengan menggunakan medium berupa gas
atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kandungan
cairan menjadi berkurang karena menguap. Ini dilakukan agar kandungan
air pada bijih berkurang hingga tidak terdapat lagi.
c. SINTERING merupakan pemanasan material / bahan dengan cara
memanaskannya tidak sampai melampaui titik lelehnya. Solid State Sintering
merupakan sintering yang dilakukan pada material padat yang bertujuan
untuk memperbaiki struktur / kualitas material tersebut.
Selama proses sintering, gaya penggerak makroskopik menurunkan
kelebihan energi di permukaan. Ini dapat terjadi dengan :
1) Penyusutan luas permukaan total karena peningkatan ukuran rata-rata
partikel, yang memicu pada pengasaran “coarsening”.
2) Penghapusan antarmuka padatan / gas dan pembentukan batas area
butir, diikuti dengan pertumbuhan butir, yang memicu pada pemadatan
“densification”.
2. Peleburan
Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam
unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam
aktif atau dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat peredusi ini tergantung dari
kereaktifan masing-masing zat. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga
diperlukan pereduksi yang lebih kuat. Pada tahap peleburan ini logam yang telah
dilakukan proses sebelumnnya dimasukan alat peleburan dengan campuran kokas,
batu gamping dan bijih. Digunakan dengan suhu 1500o- 2000oC.
Proses ini dilakukan 3 kali hingga mendapatkan hasil nikel murni 95 %. Dari hasil
tersebut juga didapat material berupa terak. Terak disini ialah bahan yang tidak
mengandung nikel atau sangat sedikit mengandung nikel. Dalam artian terak sama
halnya dengan tailing yang dibuang ditempat yang khusus sehingga tidak terajadi
pencemaran lingkungan.
3. Converter Bessemer
Proses ini dilakukan dalam kontainer baja bulat telur besar dilapisi dengan
tanah liat atau dolomit disebut konverter Bessemer. Kapasitas sebuah konverter
8-30 ton nikel cair dengan muatan yang biasa berada di sekitar 15 ton. Dibagian
atas konverter merupakan pembukaan, biasanya miring ke sisi relatif terhadap
tubuh kapal, dimana nikel diperkenalkan dan produk jadi dihilangkan. Bagian
bawah ini berlubang dengan sejumlah saluran yang disebut tuyères melalui udara
dipaksa menjadi konverter. Konverter ini diputar pada trunnions sehingga dapat
diputar untuk menerima tekanan, berbalik tegak selama konversi dan kemudian
diputar lagi untuk menuangkan nikel cair di akhir.
Hasil dari proses ini berupa mate cair yang kemudian dipadatkan dengan proses
pengeringan. Dari material yang cair tersebut diambil melalui tuyeres kemudian di
panasakan hingga didapat oksida nikel serta debu dan gas panas.
4. Proses Pemisahan Gas Dan Debu.
Brady, James E. 2002. Kimia Universitas Asas dan Strukutur. jilid 2. Tangerang :
Binarupa Aksara.
Cotton, F. Albert dan Geofrey Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
UI-Press.
Handoyo, Kristian, dkk. 2001. Buku Materi Pokok Kimia Anorganik 2. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Rahayu, Sri. 2007. Sains Kimia 3 SMA/MA Kelas XII.Jakarta: Bumi Aksara.