Anda di halaman 1dari 29

PEMANFAATAN LAHAN SEMPADAN SUNGAI CIMEDANG

DI DESA SINDANGJAYA KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN


TASIKMALAYA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian Geografi

Oleh,

JOHAN
172170049

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
35

A. Latar Belakang Masalah

Definisi dan gambaran tentang sungai bagi generasi yang lalu, generasi

sekarang, dan yang akan datang mungkin akan berbeda-beda, bahkan ada

kecenderungangenerasi yang akan datang tidak akan pernah menyaksikan

keberadaan sungai. Apabila generasi yang lalu menyaksikan palung sungai1

dialiriair yang jernih, bersih, dan hidup berbagai spesies binatang sungai, serta

ditumbuhi berbagai jenis tumbuh-tumbuhan di sepanjang sempadannya2, maka

generasi sekarang dan mungkin yang akan datang, tidak akan pernah menyaksikan

keberadaansungai seperti yang mereka saksikan, kecuali orang-orang yang pernah

menyaksikan dan atau tinggal di kawasan sungai-sungai yang masih alami dan

terjaga manfaat keberadaannya.

Laporan Tahunan Ditjen Sumber Daya Air (2012) menyebutkan ada 5.590

sungai induk yang mengalir di wilayah Indonesia.Sungai-sungai tersebut dikuasai

oleh negara dan merupakan kekayaan negara yang dikelola oleh pemerintah.

Pengelolaan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan fungsi sungai

atau keberadaan sungaiyang berkelanjutan (PP Nomor 38 Tahun 2011, Pasal 3).

Bentuk-bentuk pengelolaan sungai yang telah dilakukan oleh pemerintah

adalah dengan menetapkan kebijakan tentang sungai.Kebijakan pemerintahyang

terkait tentang sungai diantaranya adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun

2004 tentang Sumber Daya Air, dan yang secara khusus mengatur tentang sungai

adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 tahun 2011. Pada PP ini diatur

tentang pengelolaan sungai (konservasi, pengembangan, dan pengendalian daya


rusak air sungai), dan juga mengatur tentang perizinan, sistem informasi, dan

pemberdayaan masyarakat (Pasal 2, PP No.38 Tahun 2011).

Pengelolaan sungai sebagaimana dimaksud dalam PP ini adalah dilakukan

oleh Pemerintah (Menteri), Pemerintah Provinsi (Gubernur), atau Pemerintah

Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota) sesuai dengan kewenangannya (Pasal 4, PP

No. 38 Tahun 2011). Pembagian kewenangan pengelolaan sungai diatur

berdasarkan wilayah, yaitu wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas

negara, dan wilayah sungai strategis nasional, semuanya dikelola oleh

Menteri.Adapun wilayah sungai lintas kabupaten/kota dikelola oleh Gubernur,

dan wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dikelola oleh Bupati/Walikota

(Pasal 19, PP No.38 Tahun 2011).

Adapun beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh pengelola sungai

diantaranya adalah penetapan garis sempadan sungai yang merupakan salah satu

dari kegiatan konservasi sungai. Sebagai contoh, penetapan garis sempadan pada

sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, paling sedikit berjarak 10 m

(sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai (Pasal 9, PP No.38 Tahun

2011). Penetapan garis sempadan sungai, wajib dilakukan oleh para pengelola

sungai paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak PP No. 38 Tahun 2011 ini

berlaku (PP No. 38 Tahun 2011, Pasal 80).

Sempadan sungai mempunyai beberapa fungsi penyangga antara ekosistem

sungai dan daratan, antara lain: a) Filter dari polutan seperti pupuk, obat anti

hama, pathogen,dan logam berat, yaitu melalui semak dan rerumputan yang

tumbuh, sehingga kualitas air sungai terjaga dari pencemaran. b) Penahan erosi
melalui akar tumbuh-tumbuhan. c) Tempat berlindung, berteduh, dan sumber

makanan bagi berbagai jenis spesies binatang akuatik dan satwa liar lainnya(PP

No. 38 Tahun 2011, Penjelasan Pasal 5 Ayat (5)).

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Lahan Sempadan Sungai

Cimedang Di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola pemanfaatan sempadan sungai di Desa Sindangjaya

Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana karakteristik lahan sempadan sungai di Desa Sindangjaya

Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya ?

3. Apakah faktor yang mempengaruhi pola pemanfaatan sempadan sungai di

Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pola pemanfaatan sempadan sungai di Desa Sindangjaya

Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?

2. Mengetahui karakteristik lahan sempadan sungai di Desa Sindangjaya

Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya ?

3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pemanfaatan sempadan

sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten

Tasikmalaya?
D. Landasan Teoretis

1. Kajian Teori

a. Hakekat Geografi

1) Definisi Geografi

Istilah geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Istilah

geografi juga telah mendapat berbagai nama di berbagai negara. Bahasa

Belanda menyebut geografi dengan aardrijkunde, bahasa Inggris

mengenalnya dengan nama geography, dan bahasa Yunani menamakannya

goegraphia. Pelajaran geografi di Indonesia pada tingkat SD, SMP, dan

SMA sebelum tahun 1975 disebut ilmu bumi. Sejak berlakunya Kurikulum

1975, saat itu istilah geografi tetap dipakai di Indonesia sampai saat ini.

Geografi secara harfiah berarti deskripsi tentang bumi. Jadi, geografi

merupakan ilmu yang menggambarkan keadaan bumi. Perumusan yang

sederhana ini telah mengalami perubahan karena kemajuan zaman,

kemajuan pandangan, dan kegunaan ilmu itu sendiri. Bidang kajian

geografi semakin bertambah luas yang mencakup aspek fisik, aspek

manusia, serta keterikatan antarmanusia dengan lingkungannya. Minat dan

perhatian di antara pakarpakar geografi terhadap masing-masing aspek

tertentu mengakibatkan perumusan definisi geografi berbeda-beda.

Beberapa definisi geografi yang dikemukakan oleh beberapa pakar sebagai

berikut.

a) Reenow, Linda L (1995) Geography: the science that deal with location

of living and non living thing on the earth and way affect one other.
b) Moore, W.G. (1981) Subject with describe the earth surface, its physical

features, climates, vegetations, soils, products, peoples, etc; and their

distribution.

c) Bintarto (1977) Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra,

menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk, serta

mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi

dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.

d) Seminar dan Lokakarya Geografi (1988) Geografi adalah ilmu yang

mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut

pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.

2) Objek Kajian Geografi

Objek kajian suatu ilmu kadang-kadang dipelajari oleh ilmu-ilmu

yang lain (objek material). Sebagai contohnya, antara geografi sosial dan

sosiologi sama-sama mempelajari kelompok manusia pada suatu tempat.

Antara geomorfologi dan geografi fisik mempelajari bentuk lahan. Antara

geografi ekonomi dan ekonomi sama-sama membahas kebutuhan manusia

dalam suatu lokasi tertentu. Hal yang membedakan satu dengan ilmu yang

lain dalam hal memecahkan masalahnya adalah sudut pandang satu ilmu

dalam memecahkan masalah atau dalam memberikan sejumlah alternatif

pemecahan masalah (objek formal). Objek kajian geografi sangat luas

(objek material) mencakup aspek fisik (lingkungan fisik), aspek manusia,

serta hubungan manusia dengan lingkungan. Objek material geografi dapat


mengenai permukiman, desa, kota, pariwisata, daerah aliran sungai, bentuk

lahan, bentang darat, sumber daya, industri, kependudukan, wilayah atau

region, iklim, tanah, air, dan masih banyak lagi. Secara ringkas, objek

material geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat dan terjadi di

permukaan bumi. Objek formal geografi adalah cara memandang dan cara

berpikir terhadap objek material tersebut dari segi geografi, yaitu segi

keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Oleh sebab itu, geografi

sebagai ilmu lebih dicirikan oleh objek formalnya dan metode pendekatan

daripada objek materialnya.

3) Prinsip - Prinsip Geografi

Dalam studi geografi, seperti ilmu-ilmu lain, digunakan prinsip-

prinsip yang mendasari yang disebut prinsip geografi. Prinsip ini berfungsi

sebagai dasar uraian, pengkajian, penyingkapan gejala, variabel, dan

faktor-faktor geografi. Prinsip dapat dianggap sebagai “jiwa” pada waktu

kita melakukan pendekatan terhadap objek yang kita pelajari. Menurut

Nursid Sumaatmadja (1981), ada empat prinsip geografi, yakni

penyebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi.

a) Prinsip Penyebaran

Gejala dan fakta geografi, baik yang berkaitan dengan aspek fisik,

kemanusiaan, maupun gabungan dari keduanya, tersebar di permukaan

bumi. Persebaran gejala dan fakta di setiap lokasi atau tempat di

permukaan bumi berbeda-beda. Ada yang tersebar merata, tidak merata,


atau menggerombol. Dengan memperhatikan dan menggambarkan

persebaran gejala tersebut dalam suatu ruang atau tempat tertentu, kita

mampu menyingkapkan persebaran tersebut, baik yang terkait dengan

gejala lain maupun kecenderungan yang dapat dipakai untuk prediksi di

masa mendatang.

b) Prinsip Interelasi

Prinsip interelasi digunakan untuk menelaah dengan mengkaji

gejala dan fakta geografi. Prinsip interelasi adalah gejala atau fakta yang

terjadi di suatu tempat tertentu. Setelah mengetahui penyebaran gejala dan

fakta geografi dalam lokasi tersebut, langkah selanjutnya menyingkap

hubungan antara gejala atau fakta yang ada di tempat itu. Pengungkapan

hubungan bisa berasal dari hubungan gejala fisik dengan gejala fisik,

manusia dengan manusia, atau fisik dengan manusia. Berdasarkan

hubungan gejala-gejala geografi tersebut, dapat ditetapkan karakteristik

tempat tersebut. Dengan menggunakan metode kuantitatif (statistik),

interelasi gejala atau fakta itu dapat diukur secara matematis.

c) Prinsip Deskripsi

Apabila interelasi antargejala, faktor, atau fakta dapat diketahui,

tahap selanjutnya adalah menjelaskan sebab akibat adanya interelasi

antargejala geografi tersebut. Penjelasan, deskripsi, dan pencitraan

merupakan salah satu prinsip dasar studi geografi. Prinsip deskripsi

berfungsi memberikan gambaran yang lebih detail tentang gejala, fakta,

atau faktor serta masalah yang diteliti. Prinsip ini tidak hanya menjelaskan
peristiwa tersebut dengan kata-kata dan penggambarannya dengan peta,

tetapi juga didukung dengan diagram, grafik, tabel, dan hasil-hasil

tumpang susun gejala-gejala tersebut melalui analisis komputer dengan

menggunakan sistem informasi geografi. Bentuk-bentuk tulisan, peta,

diagram, tabel, grafik, dan lainnya ini akan memberikan penjelasan dan

kejelasan tentang apa yang dipelajari dan sedang diteliti.

d) Prinsip Korologi

Prinsip ini merupakan salah satu prinsip geografi yang bersifat

komprehensif karena merupakan perpaduan dari beberapa prinsip geografi

lainnya. Prinsip korologi merupakan ciri dari studi geografi modern. Pada

prinsip korologi ini, gejala, faktor, dan masalah geografi dipandang dari

segi penyebaran gejala, fakta, dan masalah geografi dalam ruang. Baik

penyebaran, interelasi, maupun interaksi antara gejala, fakta, dan masalah

sudah diketahui dalam suatu ruang. Faktor-faktor sebab dan akibat

terjadinya suatu gejala, fakta, dan masalah tidak dapat dilepaskan dengan

ruang yang bersangkutan. Ruang akan memberikan karakteristik kepada

kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk. Ruang dimaksud di

sini adalah permukaan bumi, baik sebagian maupun secara keseluruhan.

Pengertian bumi sebagai ruang tidak hanya bagian bumi bersinggungan

dengan udara dan bagian dari luar bumi, tetapi juga termasuk lapisan

atmosfer terbawah yang memengaruhi permukaan bumi dan lapisan batuan

sampai kedalaman tertentu, termasuk organisme yang ada di permukaan


bumi. Juga, meliputi perairan darat dan laut yang tersebar di bumi yang

disebut sebagai lapisan

hidup (life layer). Dengan demikian, prinsip korologi ini memperhatikan

penyebaran serta interaksi segala unsur yang ada di permukaan bumi

sebagai suatu ruang yang membentuk kesatuan fungsi.

4) Metode Pendekatan Geografi

Dalam geografi untuk mendekati suatu permasalahan, digunakan

tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan (spatial approach),

pendekatan ekologi (ecological approach), dan pendekatan kompleks

wilayah (regional complex approach) (Bintarto dan Surastopo, 1981:12-

30).

a) Pendekatan Keruangan

Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat -

sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah

penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang

akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Analisa

keruangan dapat diketahui dari pengumpulan data lokasi yang terdiri dari

data titik (point data) seperti: data ketinggian tempat, data sampel tanah,

data sampel batuan, dan data bidang (areal data) seperti: data luas hutan,

data luas daerah pertanian, data luas perkebunan.


b) Pendekatan Ekologi

Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan

lingkungan disebut ekologi, sehingga dalam mempelajari ekologi

seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti manusia, hewan,

tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer.

Organisme hidup dapat pula mengadakan interaksi dengan organisme yang

lain. Manusia merupakan satu komponen dalam organisme hidup yang

penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu muncul pengertian ekologi

manusia (human ecology) dimana dipelajari interaksi antar manusia dan

antara manusia dengan lingkungannya.

c) Pendekatan Kompleks Wilayah

Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut

analisa kompleks wilayah. Dalam analisa ini, wilayah-wilayah tertentu

didekati dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan

bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya

suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Pada analisa ini

diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa

keruangan) dan interaksi antara variabel manusia dan lingkungannya untuk

kemudian dipelajari kaitannya sebagai analisis kelingkungan.

b. Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi,


dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan (FAO, 1976).

Alih fungsi lahan merupakan salah satu permasalahan tentang penggunaan

lahan saat ini. Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau

seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)

menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap

lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Alih fungsi lahan disebabkan oleh keperluan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan

mutu kehidupan yang lebih baik (Utomo etal., 1992).

Menurut Kivell (1993), kualitas lahan merupakan kendala fisik yang

menjadi hambatan besar dan membatasi aktivitas pembangunan. Keterbatasan

kemampuan lahan menunjukkan bahwa tidak semua upaya pemanfaatan lahan

dapat didukung oleh lahan tersebut. Kemampuan lahan untuk dapat

mendukung upaya pemanfaatannya, akan sangat tergantung dari faktor-faktor

fisik dasar yang terdapat pada lahan tersebut, baik berupa lingkungan

hidrologi, geomorfologi, geologi, dan atmosfir (Anthony J. Catanese, 1992).

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan diikuti juga

dengan peningkatan kebutuhan lahan untuk mencukupi kepentingan hidup

masingmasing akibatnya banyaknya pemanfaatan lahan di daerah sempadan

sungai.
c. Sempadan Sungai

Fungsi sempadan sungai yang digambarkan tersebut adalah bertujuan

menciptakan kawasan tepi sungai yang tertata asri, rindang dengan tumbuh-

tumbuhan, ada burung-burung berkicau, dan air jernih yang mengalir dengan

berbagai jenis ikan didalamnya sehingga membuat suasana nyaman dan

tenteram (PP No. 38 Tahun 2011, Penjelasan Pasal 5 Ayat (5)).

Sebagai implementasi PP No. 38/2011 telah ditetapkan juga peraturan

pelaksana berupa Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis

Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau. Ada juga peraturan

perundangan yang serupa tentang pengelolaan sempadan sungai, diantaranya

Keputusan Presiden POLITIKA, Vol. 7, No.1, April 2016 (Keppres) Nomor

32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Sempadan sungai

dalam keppresini termasuk kawasan lindung dalam kategori kawasan

perlindungan setempat (Keppres No. 32/1990, Pasal 3 dan 5), dan kawasan

sempadan sungai juga termasuk Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

(RTHKP) dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007

tentang PenataanRTHKP (Permendagri No. 1/2007, Pasal 6).


2. Penelitian yang Relevan

Tabel 1

Perbandingan Penelitian Relevan

No Peneliti Aziz Maulana (2016) Neng Lutfa Latifah Penelitian yang


(2017) Dilakukan
1 Judul Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan Lahan Pemanfaatan Lahan
Bantaran Sungai untuk Saluran Irigasi Daerah Sempadan Sungai
Budidaya Pepaya Ci Mulu Kelurahan Cimedang Di Desa
California (Carica Kahuripan Kecamatan Sindangjaya Kecamatan
Papaya L) di Desa Tawang Kota Cikalong Kabupaten
Cimaragas Kecamatan Tasikmalaya Tasikmalaya
Cimaragas Kabupaten
Pangandaran
2 Rumusan 1. Apakah Latar 1. Bagaiamanakah 1. Bagaimana pola
Masalah Belakang Adanya Karakteristik pemanfaatan
Pemanfaatan Lahan Lahan Saluran sempadan sungai di
Bantaran Sungai Irigasi Daerah Ci Desa Sindangjaya
untuk Budidaya Mulu Kelurahan Kecamatan
Pepaya California Kahuripan Cikalong Kabupaten
(Carica Papaya L) di Kecamatan Tasikmalaya
Desa Cimaragas Tawang Kota 2. Bagaimana
Kecamatan Tasikmalaya karakteristik lahan
Cimaragas Kabupaten 2. Faktor-Faktor sempadan sungai di
Pangandaran Apasajakah Yang Desa Sindangjaya
2. Bagaimana Mendorong Kecamatan
Pemanfaatan Lahan Masyarakat Cikalong Kabupaten
Bantaran Sungai Memanfaatkan Tasikmalaya
untuk Budidaya Lahan Saluran 3. Apakah faktor yang
Pepaya California Irigasi Daerah Ci mempengaruhi pola
(Carica Papaya L) di Mulu Kelurahan pemanfaatan
Desa Cimaragas Kahuripan sempadan sungai di
Kecamatan Kecamatan Desa Sindangjaya
Cimaragas Kabupaten Tawang Kota Kecamatan
Pangandaran Tasikmalaya Cikalong Kabupaten
3. Bagaimana 3. Bagaimana Tasikmalaya
Produktifitas Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan Lahan Saluran Irigasi
Bantaran Sungai Daerah Ci Mulu
untuk Budidaya Kelurahan
Pepaya California Kahuripan
(Carica Papaya L) di Kecamatan
Desa Cimaragas Tawang Kota
Kecamatan Tasikmalaya
Cimaragas Kabupaten
Pangandaran

3 Hipotesis 1. Faktor-Faktor Yang 1. Karakteristik 1. Pemanfaatan Lahan


Mendorong Lahan Yang sempadan sungai di
Masyarakat Berada Diwilayah Desa Sindangjaya
Memanfaatkan Lahan Bantaran Sungai Kecamatan
Saluran Sungai Desa Cimulu Kelurahan Cikalong
Cimaragas Kahuripan Kabupaten
Kecamatan Kecamatan Tasikmalaya :
Cimaragas Kabupaten Tawang Kota a. Lahan Usaha
Pangandaran: Tasikmalaya : b. Lahan Tempat
Lahan Perkotaan, d. Lahan Tidak Tinggal
Peluang Pemanfaatan Boleh Dibangun c. Lahan Usaha
Lahan e. Kepemilikan Dan Yempat
2. Karakteristik Lahan Lahan Milik Tinggal
Yang Berada Pemerintah 2. Karakteristik
Diwilayah Bantaran 2. Faktor-Faktor Lahan sempadan
Sungai Desa Yang Mendorong sungai di Desa
Cimaragas Masyarakat Sindangjaya
Kecamatan Memanfaatkan Kecamatan
Cimaragas Lahan Saluran Cikalong
Kabupaten Sungai Cimulu Kabupaten
Pangandaran : Kelurahan Tasikmalaya:
a. Lahan Tidak Kahuripan a. Lahan Tidak
Boleh Dibangun Kecamatan Boleh Dibangun
b. Kepemilikan Tawang Kota b. Kepemilikan
Lahan Milik Tasikmalaya: Lahan Milik
Pemerintah a. Terbatasnya Pemerintah
1. Pemanfaatan Lahan Lahan Perkotaan 3. Faktor-Faktor
Bantaran Sungai b. Peluang Yang Mendorong
Desa Cimaragas Pemanfaatan Masyarakat
Kecamatan Lahan Memanfaatkan
Cimaragas 3. Pemanfaatan Lahan Lahan sempadan
Kabupaten Bantaran Sungai sungai di Desa
Pangandaran : Cimulu Kelurahan Sindangjaya
Lahan Usaha, Kahuripan Kecamatan
Lahan Tempat Kecamatan Cikalong
Tinggal, Lahan Tawang Kota Kabupaten
Usaha Dan Yempat Tasikmalaya : Tasikmalaya:
Tinggal 1. Lahan Usaha a. Terbatasnya
2. Lahan Tempat Lahan
Tinggal b. Peluang
3. Lahan Usaha Dan Pemanfaatan
Yempat Tinggal Lahan untuk
pemenuhan
kebutuhan
masyarakat
3. Kerangka Penelitian
Latar Belakang Masalah
Sempadan sungai mempunyai beberapa fungsi penyangga antara ekosistem sungai dan
daratan, antara lain: a) Filter dari polutan seperti pupuk, obat anti hama, pathogen,dan logam berat,
yaitu melalui semak dan rerumputan yang tumbuh, sehingga kualitas air sungai terjaga dari
pencemaran. b) Penahan erosi melalui akar tumbuh-tumbuhan. c) Tempat berlindung, berteduh,
Kerangka
dan Penelitian
sumber makanan bagi berbagai jenis spesies binatang akuatik dan satwa liar lainnya(PP No. 38
Tahun 2011, Penjelasan Pasal 5 Ayat (5)).

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana pola pemanfaatan sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong
Kabupaten Tasikmalaya?
2. Bagaimana karakteristik lahan sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong
Kabupaten Tasikmalaya ?
3. Apakah faktor yang mempengaruhi pola pemanfaatan sempadan sungai di Desa Sindangjaya
Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?

Hipotesis
1. Pemanfaatan Lahan sempadan sungai di
Tujuan Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong
1. Mengetahui pola pemanfaatan sempadan Kabupaten Tasikmalaya :
sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan a. Lahan Usaha
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya? b. Lahan Tempat Tinggal
2. Mengetahui karakteristik lahan sempadan c. Lahan Usaha Dan Yempat Tinggal
sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan 2. Karakteristik Lahan sempadan sungai di
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya ? Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Kabupaten Tasikmalaya:
pola pemanfaatan sempadan sungai di Desa a. Lahan Tidak Boleh Dibangun
Sindangjaya Kecamatan Cikalong b. Kepemilikan Lahan Milik
Kabupaten Tasikmalaya? Pemerintah
4. 3. Faktor-Faktor Yang Mendorong
Masyarakat Memanfaatkan Lahan
sempadan sungai di Desa Sindangjaya
Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya:
Metode a. Terbatasnya Lahan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini b. Peluang Pemanfaatan Lahan untuk
adalah deskriptif kuantitatif pemenuhan kebutuhan masyarakat

Landasan Teori
1. Konversi Lahan
2. Pertanian Palawija
3. Industri
Teknik Pengumpulan data
Oberservasi, wawancara, angket, Pengolahan dan Hasil
studi literatur, studi dokumentasi Analisis Data Pembahasan
Penelitian
4. Hipotesis

Menurut Triyono (2013:123) “Hipotesis merupakan jawaban sementara

yang tingkat kebenarannya masih harus diuji, mkarena hipotesis merupakan

kesimpulan teoritis yang disimpulkan dari tinjauan pustaka teori”

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis

sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Lahan sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan

Cikalong Kabupaten Tasikmalaya :

a. Lahan Usaha

b. Lahan Tempat Tinggal

c. Lahan Usaha Dan Yempat Tinggal

2. Karakteristik Lahan sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan

Cikalong Kabupaten Tasikmalaya:

a. Lahan Tidak Boleh Dibangun

b. Kepemilikan Lahan Milik Pemerintah

3. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Memanfaatkan Lahan

sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten

Tasikmalaya:

a. Terbatasnya Lahan

b. Peluang Pemanfaatan Lahan untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat
E. Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang

mempunyai langkah-langkah sistematis (Usman dan Akbar, 2014: 41).

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan

filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi (Sukmadinata,

2015: 52).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyusun

data yang berbentuk angka dan perhitungan yang bersifat matematik, dikenal

juga sebagai metode analisa statistik, dianalisa kemudian diinterprestasikan

yang selanjutnya diambil suatu kesimpulan. (Sumaatmaja, 1988 : 115).

2. Variabel Penelitian

Menurut Hartono (2011 : 32) “variable adalah objek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Sugiono

(2002 : 32) variable penelitian adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang-

orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dalam

penelitian ini adalah:

a. Pemanfaatan Lahan Sempadan Sungai Cimedang Di Desa Sindangjaya

Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, terdiri dari :

1) Lahan Usaha
2) Lahan Tempat Tinggal

3) Lahan Usaha dan Lahan Tempat Tinggal

b. Karakteristik Lahan sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan

Cikalong Kabupaten Tasikmalaya:

1) Lahan Tidak Boleh Dibangun

2) Kepemilikan Lahan Milik Pemerintah

c. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Memanfaatkan Lahan

sempadan sungai di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten

Tasikmalaya:

1) Terbatasnya Lahan

2) Peluang Pemanfaatan Lahan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam rangka pengujian

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi Lapangan

Menurut Adimihardja (2008:69), observasi atau pengamatan berarti

setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi disini

diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

b. Wawancara

Menurut Nasution (2012:113) wawancara adalah suatu bentuk

komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh


informasi. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung

terhadap pengelola yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data

berupa daftar pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang harus diisi oleh

responden. Isi dari kuesioner ini ditujukan untuk memperoleh fakta mengenai

para responden sebagai sampel dalam penelitian.

d. Studi Literatur

Yaitu dengan cara mempelajari buku-buku ilmiah, surat kabar, majalah,

brosur-brosur, arsip-arsip yang berisi risalah-risalah catatan kuliah serta

laporan-laporan dari instansi terkait dengan mencatat apa-apa yang diperlukan

atau yang berhubungan dengan masalah-masalah yang diteliti.

e. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi atau studi dokumenter (documentary study)

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik (Sukmadinata, 2015:221).

4. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian ini berhubungan dengan bagaimana memperoleh

data yang diperlukan dalam penelitian ini dari responden. Adapun instrument

yang digunakan terdiri dari:


a. Pedoman Observasi

Merupakan suatu pedoman untuk mengumpulkan data melalui

pengamatan peneliti secara langsung. Peneliti memperoleh informasi berupa

data kondisi fisik dan sosial lokasi penelitian. Seperti, batas wilayah lokasi

penelitian, keadaan geologi, fisiografi, cuaca dan iklim, hidrologi, jenis tanah,

penggunaan lahan, serta kondisi demografi lokasi penelitian.

b. Pedoman Wawancara

Merupakan suatu pedoman untuk memperoleh data dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber sesuai dengan tujuan

penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan kepada

Camat, Lurah, Staff Ciptakarya Pekerjaan Umum atau Dinas Pertamanan

Kabupaten Tasikmalaya, Tokoh Masyarakat untuk memperoleh fakta dari

responden sebagai sampel peneliti.

c. Pedoman Kuesioner

Merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data berupa

daftar pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang harus diisi oleh responden.

Isi dari kuesioner ini ditujukan untuk memperoleh fakta mengenai para

responden sebagai sampel dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis

mengambil sampel dari masyarakat dalam mengetahui Pemanfaatan Lahan

Sempadan Sungai Cimedang Di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong

Kabupaten Tasikmalaya.
d. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi dalam penelitian ini, peneliti memperoleh

informasi dari berbagai sumber tertulis, gambar, foto maupun dokumentasi

kegiatan responden/ masyarakat.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Menurut Sumaatmadja (1988:112). Agar tercapainya suatu hasil yang

baik dalam penelitian ini, maka penulis memerlukan data yang harus diperoleh

dari sumber yang disebut dengan populasi. Populasi adalah jumlah variabel

yang ada hubungannya dengan suatu masalah.

Dalam penelitian ini, yang diambil menjadi populasi adalah masyarakat

yang memanfaatan Lahan Sempadan Sungai Cimedang Di Desa Sindangjaya

Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, adalah sebagai berikut.

Tabel 3
Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
Jumlah Keluarga memiliki lahan pertanian 805 keluarga
Tidak Memiliki 443 keluarga
Memiliki kurang dari 1 ha 789 keluarga
Memiliki 1,0 - 5,0 ha 16 keluarga
Memiliki 5.0 – 110 ha -
Jumlah total keluarga petani 2053 keluarga
Sumber : Monografi Desa Sindangjaya Tahun 2016
b. Sampel Penelitian

Dalam sebuah penelitian harus ditentukan suatu sampel dari sebuah

populasi yang akan diteliti dalam sebuah wilayah yang diurutkan dari

karakteristiknya seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli dibawah ini

Menurut Sumaatmaja (1988: 112) mengemukakan bahwa sampel

merupakan bagian dari populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan

dan harus memiliki sifat-sifat populasi.

Menurut Hartono (2011: 46) mengemukakan bahwa “penelitian sampel

adalah penelitian yang dilakukan pada sampel yang dipilih dengan teknik

tertentu yang hasilnya dapat digeneralisasikan (populasi yang memiliki

karakteristik yang sama).

Berdasarkan definisi diatas bahwa dalam sebuah penelitian harus

ditentukan suatu sampel dengan karakteristik tertentu dari populasi yang akan

diteliti. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

non probability sampling yaitu Purposive sampling. Alasan menggunakan

teknik purposive sampling adalah supaya dapat memperoleh responden yang

benar-benar tahu yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti

dalam kaitannya dengan alih fungsi lahan. Purposive sampling ini dalam

pengambilannya perlu diperhatikan dengan seksama karena akan

mempengaruhi tingkat validasi yang tinggi. Sesuai dengan teknik sampling

yang dipakai, maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini

menggunakan perhitungan Slovin sebagai berikut:

N
n=
Nd²+1
Keterangan:

- n : Jumlah sampel

- N : Jumlah populasi

- D : Derajat Kecermatan (0,1)

6. Langkah-langkah penelitian

Langkah-langkah penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

a. Pembuatan proposal

b. Pembuatan instrument penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengumpulan data

b. Pengolahan data

c. Analisis data

3. Tahap pelaporan

a. Penyusunan laporan penelitian

b. Pelaporan hasil penelitian

7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan dengan tujuan untuk

memberikan penjelasan dan interpretasi data dan informasi pada tabulasi

data. Metode analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui laju alih


fungsi lahan, faktor yang mempengaruhinya, dan dampak dari penggunaan

lahan tersebut.

a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat mengenai masalah-masalah yang ada dalam

masyarakat, tata cara yang berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk

tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Data yang diperoleh dari

hasil penelitian kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penulisan data dan informasi yang diperoleh selama penelitian dengan

tujuan untuk mengevaluasi data. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengamatan.

2. Merumuskan data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel untuk

menghindari kesimpangsiuran interpretasi serta sekaligus untuk

mempermudah interpretasi data.

3. Menghubungkan hasil penelitian yang diperoleh dengan kerangka

pemikiran yang digunakan dalam penelitian, dengan tujuan mencari arti

atau memberi interpretasi yang lebih luas dari data yang diperoleh.

Analisis deskriptif akan memperoleh gambaran karakteristik dan

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan sempadan sungai, serta

dampaknya terhadap masyarakat sekitar.


b. Analisis Laju Alih Fungsi Lahan
Menurut Sutani (2009) dalam Astuti (2011), dalam perhitungan laju

penggunaan lahan sempadan sungai cimedang, digunakan persamaan

penyusutan lahan. Laju pemanfaatan lahan dapat ditentukan dengan cara

menghitung laju penyusutan lahan secara parsial. Laju penyusutan lahan

secara parsial dapat dijelaskan secara berikut:

𝐿𝑡−𝐿𝑡−1
V= x 100
𝐿𝑡−1

dimana:

V = Laju penyusutan lahan (%)

Lt = Luas lahan tahun ke-t (ha)

Lt-1 = Luas lahan tahun sebelum t (ha)

Laju alih fungsi lahan dapat ditentukan melalui selisih antara luas lahan

tahun ke-t dengan luas lahan tahun sebelum t (t-1). Kemudian dibagi dengan

luas tahun sebelum t tersebut dan dikalikan dengan 100 persen. Hal ini

dilakukan juga pada tahun-tahun berikutnya sehingga diperoleh laju alih

fungsi lahan setiap tahun. Nilai V < 0 berarti bahwa luas lahan tersebut

mengalami penyusutan.

8. Waktu dan Tempat Penelitian

Observasi lapangan penelitian dilaksanakan dimulai dari bulan

November 2019. Penelitian ini bertempat di Desa Sindangjaya Kecamatan

Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.


DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2017). Kabupaten Garut Dalam
Angka 2017. Garut.

[Dirjen SDA Departemen PU] Direktorat Jendral Sumberdaya Air Departemen


Pekerjaan Umum. (2009). Profil Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk
Cisanggarung.

Adimihardja, A. (2006). Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian Di


Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), 99–105.

Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Vol. 1).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Caya, Gunawan, T., Suprodjo, S. W., & Muta’Ali, E. L. (2014). Optimalisasi


Penggunaan Lahan Untuk Agroforestri di Daerah Aliran Sungai Cimanuk
Propinsi Jawa Barat. Jurnal Teknosains, 4(1), 39– 53.
doi:https://doi.org/10.22146/teknosains. 6047

Departemen Kehutanan. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001.


Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Sungai (2011).

Departemen Pekerjaan Umum. (2004). Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang


di DAS Batanghari.

Dewi, I. G. A. S. U., Trigunasih, N. M., & Kusmawati, T. (2012). Prediksi Erosi


dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai
Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1(1), 12–23.

Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. (2016). Statistik Kehutanan Propinsi Jawa
Barat Tahun 2016. Bandung

Duaja, W. (2012). Pengaruh Pupuk Urea, Pupuk Organik Padan dan Cair Kotoran
Ayam Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Selada Keriting di
Tanah Inceptisol. Jurnal Fakultas Pertanian, 1(4), 236–246.

Firdaus, R., Nakagoshi, N., Idris, A., & Raharjo, B. (2014). The Relationship
Between Land Use/Land Cover Change and Land Degradation of a
Natural Protected Area in Batang Merao Watershed, Indonesia. In
Designing Low Carbon Societies in Landscapes (pp. 239–251).

Hairiah, K., Sardjono, M. A., & Sabarnurdin, S. (2003). Pengantar Agroforestri.


Bahan Ajaran.
Hidayat, M. R. (2015). Kajian Pola Pertanian dan Upaya Konservasi di Dataran
Tinggi Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Universitas
Negeri Semarang.

Idjudin, A. A. (2011). Peranan Konservasi Lahan Dalam Pengelolaan Perkebunan.


Jurnal Sumberdaya Lahan, 5(2), 103–116.

Junaedy, E. (2013). Peranan Penerapan Agroforestry Terhadap Hasil Air Daerah


Aliran Sunga Cisadane. Jurnal Penelitian Agroforestry, 1(1), 41–53.

Manik, T. R., Adrianto, D. W., & Subagiyo, A. (2013). Kajian Kawasan


Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang. Jurnal Tata Kota Dan Daerah,
5(1), 65–76.

Masnang, A., Sinukaban, N., Sudarsono, & Ginting, N. (2014). Kajian Tingkat
Aliran Permukaan dan Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di
Sub DAS Jeneberang Hulu. Jurnal Agroteknos, 4(1), 32–37.

Matatula, J. (2009). Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis dengan Penerapan Teknologi


Agroforestry Sistem Silvopastural di Desa Oebola, Kecamatan Fatuleu,
Kabupaten Kupang. Inotek, 13(1), 63–74.

Nariratih, I. M. M. B., Damanik, G., & Sitanggang. (2013). Ketersedaan Nitrogen


Pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan
Serapannya Pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(3),
479–488.

Novitasari, D. (1997). Studi “Bench Mark” Proyek Konservasi dan


Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk Hulu (Studi Kasus
di DesaTenjonagara, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi
Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Nuraeni, Sugiyanto, & Zaenal. (2013). Usaha Tani Konservasi di hulu DAS
Jeneberang. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 20(2), 173–183.

Prasmatiwi, F. E., Irham, A., Suryantini, & Jamhari. (2011). Kesediaan Membayar
Petani Kopi Untuk Perbaikan Lingkungan. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
12(2), 187–199. doi: https://doi.org/10.23917/jep.v12i2.192.

Prawiradisastra, S. (2012). Analisis Morfologi dan Geologi Bencana Tanah


Longsor Di Desa Ledoksari Kabupaten Karanganyar. Jurnal Sains Dan
Teknologi Indonesia, 10(2).
Rachman, I. A., Djuniwati, S., & Idris, K. (2008). Pengaruh Bahan Organik dan
Pupuk NPK Terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung di Inceptisol
Ternate. Jurnal Tanah Dan Lingkungan, 10(1), 7–13.

Setyorini, A., Khare, D., & Pingale, S. M. (2017). Simulating the impact of land
use/land cover change and climate variability on watershed hydrology in
the Upper Brantas basin, Indonesia. Applied Geomatics, 9(3), 191–204.
doi: https://doi.org/10.1007/s12518-0170193-z

Susetyaningsih, A. (2012). Pengaturan Penggunaan Lahan di Daerah Hulu DAS


Cimanuk Sebagai Upaya Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Air.
Jurnal Penelitian Jurnal STT-Garut, 10(1).

Sutapa, I. W. (2010). Analisis potensi erosi pada daerah aliran sungai (DAS) DI
Sulawesi Tengah. SMARTek, 8(3), 169– 181.

Sutrisno, N., & Heryani, N. (2013). Teknologi Konservasi Tanah Dan Air Untuk
Mencegah Degradasi Lahan Pertanian Berlereng. Jurnal Litbang Pertanian,
32(3), 122–130.

Suwarto, Suwarto, & Anantanyu, S. (2012). Model Partisipasi Petani Lahan


Kering Dalam Konservasi Lahan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 13(2),
218–234. doi: https://doi.org/10.23917/jep.v13i2.170

van Noordwijk, M., Agus, F., Hairiah, K., Pasya, G., Verbist, B., & Farida.
(2004). Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS). Agrivita 26(1), 1–8.

Wahyudi. (2014). Teknik Konservasi Tanah serta Implementasinya pada Lahan


Terdegradasi dalam Kawasan Hutan. Jurnal Sains Dan Teknologi
Lingkungan, 6(2), 71–85. doi: https://doi.org/10.20885/jstl.vol6.iss2.ar t1

Widiyanto, A. (2013). Agroforestry dan Peranannya dalam Mempertahankan


Fungsi Hidrologi dan Konservasi. Albasia 9(2), 55–68.

Zhan, R., Xu, X., Liu, M., Zhang, Y., Xu, C. Yi, R. and Luo, W. (2018).
Comparing Evapotranspiration Characteristics And Environmental
Controls For Three Agroforestry Ecosystems In A Subtropical Humid
Karst Area. Journal of Hydrology, 563, 1042–1052. doi:
https://doi.org/10.1016/j.jhydrol.2018.0 6.051

Anda mungkin juga menyukai