Anda di halaman 1dari 10

Makalah Tata pemerintahan yang baik

(Good Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia saat ini mengalami krisis ekonomi yang mencakup disegala bidang yang
diantaranya disebabkan tata pemerintahan yang tidak dikelola dengan baik. Kita dapat
menyaksikan pelanggaran kasus-kasus korupsi, kolusi dan napotisme serta penyalanggunaan
jabatan pemerintahan, penegakan hukum yang belum berjalan dengan sebagaimana mestinya
hukum tumpul keatas dan tajam kebawah dan kualitas pelayanan masyarakat yang buruk
seolah-olah membersulit atau memberatkan masyarakat kalangan bawah yang menyebabkan
berkurangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Tata pemerintahan yang baik merupakan landasan yang harus diambil dalam kebijakan
pemulihan ekonomi, sosial maupun politik. Dalam perkembangan globalisasi maupun
demokrasi menuntut peran pelaku-pelaku penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah, yang
sebelumnya memegang kuat kendali pemerintahan cepat atau lambat mengalami pergeseran
peran dari posisi mengatur segala kebijakan ke posisi sebagai fasilitator. Dan sebaliknya
masyarakat yang sebelumnya sebagai penerima manfaat, harus mulai menyadari
kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik harus segera dilaksanakan agar segala
permasalahan yang timbul dapat segara terselesaikan dan juga proses pemulihan ekonomi
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari, mewujudkan tata pemerintahan yang
baik membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga upaya terus menerus. Disamping itu,
perlu juga dibangun kerjasama dari seluruh komponen bangsa yaitu para aparatur negara,
pihak swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam
rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut
:
a. Apa pengertian dari Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) ?
b. Apa saja Prinsip Tata Pemerintahan Yang Baik good governance ?
c. Siapa saja pilar dari Tata Pemerintahan Yang Baik good governance ?
d. Apa saja manfaat dari Tata Pemerintahan Yang Baik good governance ?
e. Ciri-ciri apa yang terdapat pada pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang buruk ?

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

Menurut bank dunia (Word Bank) adalah cara kekuasaan digunakan dalam mengelola
berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat. Governance,
yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi,
politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak
hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Definisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya
ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sector negara dan sector non-pemerintah
dalam suatu usaha kolektif. Definisi ini mengasumsikan banyak aktor yang terlibat dimana
tidak ada yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor lain. Pesan pertama dari
terminologi governance membantah pemahaman formal tentang bekerjanya institusi-institusi
negara. Governance mengakui bahwa didalam masyarakat terdapat banyak pusat
pengambilan keputusan yang bekerja pada tingkat yang berbeda.
Meskipun mengakui ada banyak aktor yang terlibat dalam proses sosial, governance
bukanlah sesuatu yang terjadi secara chaotic, random atau tidak terduga. Ada aturan-aturan
main yang diikuti oleh berbagai aktor yang berbeda. Salah satu aturan main yang penting
adalah adanya wewenang yang dijalankan oleh negara. Tetapi harus diingat, dalam konsep
governance wewenang diasumsikan tidak diterapkan secara sepihak, melainkan melalui
semacam konsensus dari pelaku-pelaku yang berbeda. Oleh sebab itu, karena melibatkan
banyak pihak dan tidak bekerja berdasarkan dominasi pemerintah, maka pelaku-pelaku diluar
pemerintah harus memiliki kompetensi untuk ikut membentuk, mengontrol, dan mematuhi
wewenang yang dibentuk secara kolektif.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa dalam konteks pembangunan, definisi governance adalah
“mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial untuk tujuan pembangunan”,
sehingga good governance, dengan demikian, “adalah mekanisme pengelolaan sumber daya
ekonomi dan sosial yang substansial dan penerapannya untuk menunjang pembangunan yang
stabil dengan syarat utama efisien) dan (relatif) merata.”
Menurut dokumen United Nations Development Program (UNDP), tata pemerintahan
adalah “penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi guna mengelola urusan-
urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses
dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan
kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan
masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik kebaikan dari suatu governance
lebih banyak berkaitan dengan kinerja pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan
investasi untuk mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan
kesehatan dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga yang
kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya sistem demokrasi, rule of law, hak asasi
manusia, dan dihargainya pluralisme. Good governance sangat terkait dengan dua hal yaitu
(1) good governance tidak dapat dibatasi hanya pada tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi
pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat politik tertentu.

2.1.1 Membangun Good governance

Membangun good governance adalah mengubah cara kerja state, membuat pemerintah
accountable, dan membangun pelaku-pelaku di luar negara cakap untuk ikut berperan
membuat sistem baru yang bermanfaat secara umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu
tujuan pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah
karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah. Harus kita ingat, untuk
mengakomodasi keragaman, good governance juga harus menjangkau berbagai tingkat
wilayah politik. Karena itu, membangun good governance adalah proyek sosial yang besar.
Agar realistis, usaha tersebut harus dilakukan secara bertahap. Untuk Indonesia, fleksibilitas
dalam memahami konsep ini diperlukan agar dapat menangani realitas yang ada.

2.2 Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

Menurut Erna Witoelar (Ketua dewan kemitraan bagi pembaharuan tata pemerintahan),
istilah tata pemerintahan mempunyai makna yang jauh lebih luas dari pemerintahan. Tata
pemerintahan menyangkut cara-cara yang disetujui bersama dalam mengatur pemerintahan
dan kesepakatan yang dicapai antara individu, masyarakat madani, lembaga-lembaga
masyarakat, dan pihak swasta. Ada dua hal penting dalam hubungan ini, yaitu:
a) semua pelaku harus saling tahu apa yang dilakukan oleh pelaku lainnya dan,
b) adanya dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Melalui proses diatas diharapkan akan tumbuh konsensus dan sinergi didalam masyarakat.
Perbedaan yang ada justru menjadi salah satu warna dari berbagai warna yang ada dalam tata
pengaturan tersebut (UNDP: Partnership for Governance Reform in Indonesia).
Prinsip –prinsip dari kepemerintahan yang baik/ good governanc sebetulnya berlaku dan
semestinya diterapkan bagi kehidupan internasional, nasional,provinsi, lokal, maupun
pribadi.
Memasuki era reformasi sangat disadari pentingnya membangun kembali manajemen
pemerintahan melalui paradigma baru (new paradigm) menuju good governance dengan tiga
prinsip dasar yaitu:
1) transparansi,
2) partisipasi,
3) akuntabilitas, dan kemudian menyadari pentingnya prinsip-prinsip ini.
Terdapat banyak teori dari berbagai sumber ataupun para ahli mengenai prinsip-prinsip
good governance, dan prinsip tersebut setelah diakumulasikan adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat
dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap
kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi
berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat
dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu
wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang
keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda
pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme
konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.
Instrumen: peraturan yang menjamin hak untuk menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan, sedangkan instrumen-instrumen pendukung adalah pedoman-
pedoman pemerintahan partisipatif yang mengakomodasi hak penyampaian pendapat dalam
segala proses perumusan kebijakan dan peraturan, proses penyusunan strategi pembangunan,
tata-ruang, program pembangunan, penganggaran, pengadaan dan pemantauan.
Indikator: Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, meningkatnya
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, meningkatnya kuantitas
dan kualitas masukan (kritik dan saran) untuk pembangunan daerah dan terjadinya perubahan
sikap masyarakat menjadi lebih peduli terhadap setiap langkah pembangunan.
2. Penegakan hukum
Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian,
menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Berdasarkan kewenangannya, pemerintah daerah harus mendukung tegaknya supremasi
hukum dengan melakukan berbagai penyuluhan peraturan perundang-undangan dan
menghidupkan kembali nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Di samping
itu pemerintah daerah perlu mengupayakan adanya peraturan daerah yang bijaksana dan
efektif, serta didukung penegakan hukum yang adil dan tepat. Pemerintah daerah, DRPD
maupun masyarakat perlu menghilangkan kebiasaan yang dapat menimbulkan KKN.
Instrumen : adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik
terhadap penegakan hukum maupun keterpaduan dari sistem yuridis (kepolisian, pengadilan
dan kejaksaan), sedangkan instrumen-instrumen pendukung adalah penyuluhan dan
fasilitas ombudsman.
Indikator: Berkurangnya praktek KKN dan pelanggaran hukum, meningkatnya (kecepatan
dan kepastian) proses penegakan hukum, berlakunya nilai/norma di masyarakat (living law)
dan adanya kepercayaan masyarakat pada aparat penegak hukum sebagai pembela kebenaran.
3. Transparansi
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai. Transparansi (transparency) secara harafiah adalah jelas (obvious), dapat
dilihat secara menyeluruh (able to be seen through) (Collins, 1986). Dengan demikian
transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan
(Wardijasa, 2001). Tranparansi merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan
Good Governance. Dengan adanya transparansi di setiap kebijakan dan keputusan di
lingkungan organisasi, maka keadilan (fairness) dapat ditumbuhkan.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif
memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti
melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah
daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi.
Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses masyarakat ataupun
bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu
mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada
masyarakat.
Instrumen: peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan
instrumen-instrumen pendukung adalah fasilitas database dan sarana informasi dan
komunikasi dan petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada di
penyelenggara pemerintah, maupun prosedur pengaduan.
Indikator: Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan
daerahnya dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Kesetaraan
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan pihak-
pihak yang kurang beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi
dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum
minoritas agar mereka tidak tersingkir. Selanjutnya kebijakan khusus akan disusun untuk
menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan kaum minoritas baik dalam lembaga
eksekutif dan legislatif.
Instrumen: peraturan perundang-undangan yang menjamin kesetaraan, dengan komitmen
politik terhadap penegakan dan perlindungan HAM, sedangkan instrumen-instrumen
pendukung adalah penyuluhan dan fasilitas ombudsman.
Indikator: Berkurangnya kasus diskriminasi, adanya kesetaraan jender, dan meningkatnya
pengisian jabatan sesuai ketentuan.
5. Daya tanggap
Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat,
tanpa kecuali. Pemerintah daerah perlu membangun jalur komunikasi untuk menampung
aspirasi masyarakat dalam hal penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum masyarakat,
talk show, layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat,
pemerintah daerah akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan secara periodik
mengumpulkan pendapat masyarakat.
Instrumen: komitmen politik untuk menerima aspirasi dan mengakomodasi kepentingan
masyarakat, sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah penyediaan fasilitas
komunikasi, kotak saran dan layanan hotline, prosedur dan fasilitas pengaduan dan prosedur
banding pada pengadilan.
Indikator: Meningkatnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah, tumbuhnya
kesadaraan masyarakat, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam
pembangunan daerah dan berkurangnya jumlah pengaduan.
6. Wawasan ke depan
Membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan mengikutsertakan warga
dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut
bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya. Tujuan penyusunan visi dan strategi adalah
untuk memberikan arah pembangunan secara umun sehingga dapat membantu dalam
penggunaan sumberdaya secara lebih efektif. Untuk menjadi visi yang dapat diterima secara
luas, visi tersebut perlu disusun secara terbuka dan transparan, dengan didukung dengan
partisipasi masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat yang peduli, serta kalangan dunia
usaha. Pemerintah daerah perlu proaktif mempromosikan pembentukan forum konsultasi
masyarakat, serta membuat berbagai produk yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Instrumen: komitmen politik pada masa depan Indonesia secara umum dan masa depan
dearah secara khusus, sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah proses
perencanaan partisipatif, peraturan-peraturan yang memberikan kekuatan hukum pada visi,
strategi dan rencana pembangunan.
Indikator: Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan kekuatan hukum yang
sesuai, adanya dukungan dari pelaku dalam pelaksanaan visi dan strategi dan adanya
kesesuaian dan konsistensi antara perencanaan dan anggaran.
7. Akuntabilitas
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang
menyangkut kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan
harus memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada
masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang
jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila
terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
Instrumen: peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan
akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawan, sedangkan instrumen-instrumen
pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara
pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
Indikator: Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah,
tumbuhnya kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan
kepentingan masyarakat, dan berkurangnya kasus-kasus KKN.
8. Pengawasan
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas. Pengawasan
yang dilakukan oleh lembaga berwenang perlu memberi peluang bagi masyarakat dan
organisasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan kerja, sesuai bidangnya. Walaupun demikian tetap diperlukan adanya auditor
independen dari luar dan hasil audit perlu dipublikasikan kepada masyarakat.
Instrumen: peraturan perundangan-undangan yang ada dengan disertai komitmen politik,
sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah sistem pengawasan dan fasilitas atau
lembaga pengawasan (ombudsman dan/atau watchdog).
Indikator: Meningkatnya masukan dari masyarakat terhadap penyimpangan (kebocoran,
pemborosan, penyalahgunaan wewenang, dll.) melalui media massa dan berkurangnya
penyimpangan.
9. Efesiensi & Efektifitas
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan mengunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Pelayanan masyarakat harus
mengutamakan kepuasan masyarakat, dan didukung mekanisme penganggaran serta
pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang jasa
pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayananya. Untuk
menciptakan efisiensi harus digunakan teknik manajemen modern untuk administrasi
kecamatan dan perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat
keluruhan/desa.
Instrumen: komitmen politik sedangkan instrumen pendukungnya adalah struktur
pemerintahan yang sesuai kepentingan pelayanan masyarakat, adanya standar-standar dan
indikator kinerja untuk menilai efektivitas pelayanan, pembukuan keuangan yang
memungkinkan diketahuinya satuan biaya, dan adanya survei-survei kepuasaan konsumen.
Indikator :
1. Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan masyarakat, berkurangnya
penyimpangan pembelanjaan, berkurangnya biaya operasional pelayanan dan mendapatkan
ISO pelayanan. Dilakukannya swastanisasi dari pelayanan masyarakat.
2. Meningkatnya masukan dari masyarakat terhadap penyimpangan (kebocoran,
pemborosan, penyalahgunaan wewenang, dll.) melalui media massa dan berkurangnya
penyimpangan.
10. Profesionalisme
Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu
memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.
Tujuannya adalah menciptakan birokrasi profesional yang dapat efektif memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ini perlu didukung dengan mekanisme penerimaan staf yang efektif,
sistem pengembangan karir dan pengembangan staf yang efektif, penilaian, promosi, dan
penggajian staf yang wajar.
Instrumen: komitmen politik sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah
sistem pendidikan birokrat, maupun penerimaan, penempatan, evaluasi dan pola karir
pegawai yang baik, standar-standar dan indikator kinerja, sistem penghargaan, sistem sanksi
dan sistem pembangunan sumber daya manusia.
Indikator: Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan masyarakat,
berkurangnya pengaduan masyarakat, berkurang KKN, mendapatkan ISO pelayanan, dan
dilakukannya “fit and proper” test terhadap PNS.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal
peqlaksanaan good governance yang berkaitan dengan control dan pengendalian, yakni
pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sungguh
mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders. Sepuluh prinsip Tata-Pemerintahan yang
Baik, yang menjadi pedoman untuk pemerintah daerah, kota maupun kabupaten di Indonesia.
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di
dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu
pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan
semua unsur prinsip-prinsip good governance. Untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip
good governance, maka aturan hukum senantiasa dipandang sebagai pemberi arah bagi setiap
proses pembaharuan, karena persepektif reformasi harus berjalan secara gradual, konseptual
dan konstitusional.
Aplikasi dari prinsip-prinsip good governance dalam perundang-undang Indonesia
dituangkan dalam 7 (tujuh) asas-asas umum penyelenggaraan negara (UU Pasal 03 Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan
Nepotisme) yang meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan, dalam pengendalian Penyelenggara Negara.
3. Asas Kepentingan Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, tentang penyelenggaraan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
5. Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Pilar-pilar Good Governance

Konsep good governance adalah seluruh rangkaian proses pembuatan yang


mensinergikan pencapaian tujuan tiga pilar good governance, yaitu pemerintah sebagai good
public governance, masyarakat dan dunia usaha swasta sebagai good corporate governance.
Tiga pilar good governance pertama adalah, pemerintah berperan dalam mengarahkan,
memfasilitasi kegiatan pembangunan. Selanjutnya pemerintah juga memiliki peran
memberikan peluang lebih banyak kepada masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan
pembangunan.
Kedua, swasta berperan sebagai pelaku utama dalam pembangunan, menjadikan saham
sektor non pertanian sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, pelaku utama dalam
menciptakan lapangan kerja, dan kontributor utama penerimaan pemerintah dan daerah.
Ketiga, masyarakat berperan sebagai pemeran utama (bukan berpartisipasi) dalam proses
pembangunan, perlu pengembangan dan penguatan kelembagaan agar mampu mandiri dan
membangun jaringan dengan berbagai pihak dalam melakukan fungsi produksi dan fungsi
konsumsinya, serta perlunya pemberdayaan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan
kualitas produksinya.
Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang
melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah sebagai berikut :

1. Negara

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil


b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public.

2. Sektor Swasta
a. Menjalankan industry
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM

3. Masyarakat Madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi
b. Mempengaruhi kebijakan public
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat

Pertama, negara/pemerintah: konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan


kenegaraan atau pemerintah daerah untuk menjalankan tugas kenegaraan yang bertujuan
untuk mensejahterakan rakyat. Kedua, sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup
perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar, seperti: industri pengolahan
perdangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. Ketiga, masyarakat:
kelompok masyarakat dalam kontek kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau ditengah-
tangah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun
kelompok masyarakat yang berinterkasi secara sosial politik, dan ekonomi.

2.4 Manfaat Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)


Jika prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik telah diterapkan maka akan terlaksana
sebuah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Diantara manfaat dari good
governance sebagai berikut ;
a. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi
b. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien,
transparan,profesional dan akuntabel.
c. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat diskriminatif
terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat.
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik.
e. Terjaminnya konsistansi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundang-undangan, baik
di tingkat pusat maupun daerah.

2.5 Tabel Ciri-Ciri Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance Dan Tata Pemerintahan
Yang Buruk (Bed Governance)

Perbandingan Ciri-ciri Pemerintahan yang baik dengan


Pemerintahan yang buruk
Pemerintahan Yang Baik Pemerintahan Yang Buruk

1. Proaktif 1. Lamban dan bersifat reaktif


2. Ramah dan Profesional 2. Arogan
3. Transparan 3. Korup
4. Mengutamakan proses dan produk 4. Birokratisme
5. Proporsional dan profesional 5. Boros
6. Bekerja secara sistemik 6. Bekerja secara naluriah
7. Pembelajaran sepanjang hayat 7. Enggan berubah
8. Menempatkan stakeholder &
8. Kurang berorientasi pada kepentinngan
shareholder ditempat utama publik

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Dari pembahasan dapat diambil simpulan yaitu, tata pemerintahan yang baik ialah
menjalankan fungsi pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Kunci utama memahami
good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-
prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip
good governance dan Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh
lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut ialah negara, swasta
dan masyarakat.

3.2 Saran
Diantara saran yang ingin kami sampaikan dalam makalah ini yaitu :
Lembaga pemerintahan yang di dalamnya terdiri dari wakil rakyat seharusnya mengabdikan
diri kepada rakyat dan memperhatikan hak rakyat bukan sebaliknya pemerintah menjadikan
rakyat sebagai alat untuk kepentingan politik yang sebenarnya bukan rakyat yang di
untungkan dalam proses politik di negara ini. Serta transparansi & informasi mengenai
kepemerintahan cendrung tertutup kepada rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. pengertian tata pemerintahan yang baik (good governance)


(http://perencanaankota.blogspot.com). Diakses pada tanggal 29 september 2015
Barumbung,Caan,2013. 10 prinsip tata pemerintahan
(www.tammangalle.com). Diakses pada tanggal 29 september 2015
hikmawan, S.Putra,2012. Pilar-pilar good governance.
(https://hikmawansp.wordpress.com). Diakses pada tanggal 29 september 2015
Listiati,Nainggolan,2012. Prinsip-prinsip good governance.
(http://listi-lumbaraja.blogspot.co.id). Diakses pada tanggal 30 september 2015
Solihin,Dadang, 2007. Pemahaman terhadap tata keperintahan yang baik
(dadang-solihin.blogspot.com). Diakses pada tanggal 16 Nopember 2015
Iriawan,Beta. Good Governence
(http://www.scribd.com). Diakses pada tanggal 16 November 2015

Semoga bermanfaat...

Anda mungkin juga menyukai