Anda di halaman 1dari 3

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat mengacu pada


kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air
alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air
payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Djoko, 2011).

Salinitas suatu kawasan menentukan dominansi makhluk hidup pada daerah tersebut. Suatu kawasan
dengan salinitas tertentu didominasi oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies
tersebut terhadap salinitas yang ada. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup tingkat tinggi yang
terpengaruh oleh salinitas. Spesies tumbuhan yang toleran terhadap salinitas tinggi (> 5‰) adalah
mangrove, yaitu antara lain Avicenia. Sedangkan tanaman yang beradaptasi pada salinitas 0,5-5‰ antara
lain Pluchea indica dan Chatarantus sp. (Nybakken, 1992).

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu penguapan dan curah hujan. Makin besar tingkat
penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah
tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Makin besar/banyak curah
hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil
curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut,
makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi (Annisa,
2008).

Salinitas merupakan indeks jumlah total zat terlarut dalam air laut. Salinitas dihitung dengan jumlah
gram garam terlarut dalam seribu gram air laut. Dalam satu kilogram air laut terdapat kira-kira 35 gram
garam terlarut, konsentrasi tersebut dinyatakan sebagai 35 ppt atau 35 permil. Nilaim salinitas air laut
berkisar antara 33-38 permil. Di dalam oseanografi terdapat dua metode untuk menenteukan salinitas
yaitu salinitas absolut dan salinitas praktis.

Salinitas adalah garam–garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan
perseribu (Nybakken, 1992). Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam air laut terlarut macam–macam garam
terutama natrium klorida, selain itu terdapat pula garam–garam magnesium, kalium dan sebagainya.
(Nontji, 1987). Sedangkan menurut Koesoebiono (1981). Salinitas didefenisikan sebagai jumlah seluruh
zat yang larut dalam satu kilogram air laut dengan anggapan bahwa seluruh karbonat telah berubah
menjadi oksida, semua bromida dan iodida diganti dengan khlorida dan semua zat organik mengalami
oksidasi sempurna.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu
kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah
menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan
klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air
laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai:

S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)

Faktor–faktor yang mempengaruhi kandungan nilai salinitas pada suatu perairan adalah adanya
evaporasi pada permukaan perairan, banyaknya air tawar yang masuk ke perairan serta musim. Di
perairan samudera, salinitas biasanya berkisar antara 34 – 35 o/oo sedang kisaran salinitas normal bagi
perairan pantai untuk daerah tropis adalah antara 28 – 32 o/oo (Praseno dan Kastoro, 1980 dalam Lisu,
1996).

Salinitas mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan organisme, misalnya dalam hal distribusi
biota laut akuatik. Salinitas merupakan salah satu parameter yang berperan dalam lingkungan ekologi
laut. Beberapa jenis organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar, ada pula yang
tahan terhadap salinitas yang kecil (Nybakken,1992).

dalah alat ukur salinitas yang umum digunakan dan dapat dipakai siapa saja. Prinsip alat ini
memanfaatkan indeks pembiasan cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air. Karena membutuhkan
cahaya langsung untuk mendapatkan indeks pembiasannya, maka pengukuran sebaiknya dilakukan di
luar ruangan yang mendapat sinar matahari. Pengukuran di ruang tertutup dengan cahaya dari lampu
membuat hasil yang didapat kurang akurat.

Cara pengukuran menggunakan refraktometer adalah sebagai berikut:

Buka penutup refraktometer, yakni penutup kaca prisma, lalu bersihkan permukaannya menggunakan
aquades dan lap dengan tisu bersih.

Teteskan air sampel yang akan diuji pada kaca prismanya, lalu arahkan refraktometer ke arah cahaya
langsung.

Pada layar bidikan, akan nampak bidang biru dan putih. Batas antara keduanya merupakan tingkat
salinitas air tersebut.

2. Salinometer
Yakni alat ukur penghitung kepadatan air. Prinsip kerja alat berdasarkan daya hantar listrik yang dapat
dihasilkan cairan yang diuji. Jika dayanya besar, maka salinitasnya pun tinggi, begitupun sebaliknya. Dan
alat ini hanya digunakan di laboratorium pengujian.

Cara penguukuran menggunakan salinometer adalah sebagai berikut:

Ambil gelas ukur atau tabung reaksi dan masukan sampel air yang akan diuji. Celupkan salinometer ke
dalamnya.

Salinitas akan terbaca pada skalanya.

3. Alat ukur digital (salinity meter) dan data logger

Adalah alat ukur digital yang praktis dan akurat. Biasanya digunakan untuk mengamati perubahan yang
sangat kecil pada salinitas air yang diuji. Salinity meter portable dapat dibawa kemanapun dan
penggunaannya sangat mudah, cukup mencelupkannya ke dalam air sampel lalu nyalakan alat ukurnya
dengan menekan tombol. Layar LCD akan menampilkan berapa ppt kadar garamnya.

Anda mungkin juga menyukai