Anda di halaman 1dari 18

ANALISA KANDUNGAN NITRIT

(Laporan Praktikum Oseanografi Biogeokimia)

Oleh

Suci Arshinta Dewi


1814221008
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisa Kandungan Nitrit


Tempat : Laboratorium Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
Tanggal : 28 November 2019
Nama : Suci Arshinta Dewi
NPM : 1814221008
Prodi : Ilmu Kelautan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Lampung
Kelompok : 1 (Satu)

Bandar Lampung, 12 Desember 2019


Mengetahui,
Asisten Dosen

Maulana Syarif Hidayatullah


NPM 1754221008

Catatan Nilai
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komposisi kimia air laut sangat kompleks, di dalamnya terdapat bermacam-
macam unsur dan senyawa kimia yang bermanfaat bagi kehidupan biota laut. Zat
hara yang dibutuhkan sebagai nutrisi bagi biota laut merupakan salah satu
senyawa kimia yang terdapat dalam air laut. Nitrogen dalam bentuk
persenyawaannya merupakan salah satu unsur nutrisi tersebut. Keberadaan
senyawa nitrogen tersebut sangat dibutuhkan untuk pembentukan protoplasma.
Konsumen senyawa nitrogen dalam air laut adalah algae bentos dan fitoplankton.
Kedua macam tumbuhan laut tersebut menurut Effendi (2009) mengambil
senyawa nitrogen secara bertahap dengan urutan pertama yaitu nitrogen-nitrat
(NO3-N), kemudian nitrogen- nitrit (NO2-N), dan terakhir nitrogen-ammonia
(NH3-N).

Keberadaan senyawa nitrogen dalam air laut selain secara alami, dapat juga
berasal dari beberapa sumber pembuangan yang mengalir ke dalam laut. Beberapa
sumber nitrogen tersebut di antaranya adalah industri-industri pertanian, kimia,
tekstil, kulit, makanan dan kehutanan. Masing-masing industri mengalirkan
buangannya ke dalam perairan dengan variasi bentuk dan konsentrasi senyawa
nitrogen yang berbeda. Bentuk buangan senyawa nitrogen dari masing-masing
industri tersebut pada mulanya bukan merupakan senyawa kimia berbahaya,
karena bentuknya masing-masing spesifik untuk jenis buangan industri tertentu.
Namun setelah sampai di perairan akan bergabung dengan buangan senyawa
kimia tetentu yang berasal dari industri lainnya sehingga akan bereaksi
membentuk senyawa kimia baru yang berbahaya bagi kehidupan organisme di
dalamnya (Hutagalung dkk, 2011).

Keberadaan nitrogen dalam bentuk persenyawaannya cukup berperan dalam


proses memperburuk kualitas perairan, sebab dalam batas-batas konsentrasi dan
bentuk tertentu senyawa ini dapat bersifat racun bagi organisme perairan. Sebagai
contoh bertambahnya angka kematian ikan di muara Teluk Velsao (Goa)
disebabkan oleh berdirinya pabrik pupuk di sekitar Teluk tersebut yang
menghasilkan sejumlah besar bentuk nitrogen-ammonia (NH3-N) (Frances, 2010).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu mengetahui kadar
konsentrasi senyawa Nitrit pada suatu perairan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nitrit


Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi)
dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat
tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L
adalah bersifat toksik bagi organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar
oksigen terlarut yang rendah. Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal
dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari
sistem distribusi PDAM (Jeffries, 2009)

Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit
membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat
menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik
alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah
atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-
pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh
karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah
senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang
terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia
anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat
meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di
dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah
(Effendi, 2009)

Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun bahan makanan yang diawetkan
menggunakan nitrat dan nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia
simptomatik pada anak-anak. Walaupun sayuran jarang menjadi sumber
keracunan akut, mereka memberi kontribusi >70% nitrat dalam diet manusia
tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan umbi-umbian memiliki kandungan
nitrat alami lebih banyak dari sayuran lainnya. Sisanya berasal dari air minum (+
21%) dan dari daging atau produk olahan daging (6%) yang sering memakai
natrium nitrat (NaNO3) sebagai pengawet maupun pewarna makanan.
Methemoglobinemia simptomatik telah terjadi pada anak-anak yang memakan
sosis yang menggunakan nitrit dan nitrat secara berlebihan (Landner, 2010).

2.2 Metode Pengukuran Nitrit


1. Metode Nessler
Kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan metode Nessler kualitatif dan
kuantitatif. Dimana metode nessler kualitatif yaitu dengan cara menggunakan
asam sulfonil dan napthyl amine.Dimana warna sampel dibandingkan dengan
warna larutan standart atau larutan stock nitrit. Warna sampel yang paling
mendekati warna larutan stok nitrit itulah yang paling tinggi kadar nitritnya
(Millero, 2009).

2. Metode Spektrofotometri
Metode Nessler secara kuantitatif yaitu dapat digunakan dengan spektrofotometri.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Visible pada PH 2,0-2,5, nitrit
berkaitan dengan hasil reaks antara diazo asam sulfanilik dengan N-(1-Naftol)-
etil endiamin (yaitu NED Dihidroklorida), maka dapat dibentuk celupan yang
berwarna ungu kemerah-merahan. Warna tersebut mengikuti hukum Lambert-
Beer dan dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang 543 nm. Metode ini
sangat akurat dan peka sehingga perlu adanya pengenceran sampel (Millero,
2009).

Kelebihan Dan Kelemahan Metode Analisa Nitrit (NO2) Menurut Madigan et al


(2009)
1.Metode Nessler
Kelebihannya adalah dimana waktu dalam pengerjaannya lebih singkat karena
hanya membandingkan warna sampel dengan warna larutan stock (NH4+)
sedangkan kelemahannya adalah hasil yang diperoleh tidak akurat karena hanya
mengira–ngira saja atau dengan kata lain hasil tidak pasti.
2.Metode Spektrofotometri
Kelebihannya adalah hasil yang diperoleh lebih akurat karena dilakukan dua kali
pengerjaan dimana pertama dilakukan penambahan asam sulfonil kedalam sampel
dicampurkan dengan napthyl amine maka akan terbentuk warna lembayung, dan
warna inilah yang diukur dengan spectrometer pada panjang gelombang 543 nm.
Setelah itu dapat dihitung dengan deret standart yang telah diketahui kadarnya dan
dapat dihitung secara regresi linier. Dan kelemahannya dalam pengerjaannya lebih
lama daripada metode nessler secara kualitatif karena pengujian pada metode
nessler secara kuantitatif dua kali pengerjaan

2.3 Kandungan Nitrit yang Optimum di perairan


Senyawa nitrit oleh beberapa bakteri tertentu digunakan sebagai penerima
elektron terakhir dalam proses metabolismenya. Hal ini terjadi pada kondisi
lingkungan yang anaerobik. Mekanisme tersebut dikenal dengan istilah respirasi
nitrit dan enzim yang berperan adalah nitrit reduktase. Reduksi nitrat
(denitrifikasi) umumnya dengan cepat diikuti deplesi oksigen dan hasilnya yaitu :
CO2, air dan nitrogen (melalui nitrit). Dalam kondisi aerob kandungan nitrit dalam
nitrogen merupakan bagian dari klorofil (pigmen hijau) yang terdapat pada
tanaman yang bertanggung jawab untuk melakukan proses fotosintesis (Nontji,
2009).

Kandungan nitrogen dalam badan air baik dalam bentuk Amonia (NH3), Nitrat
(NO3) dan Nitrit (NO2) sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu badan air.
Nitrogen merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh organisme, sebab unsur
nitrogen (Nitrit dan Nitrat) diperlukan dalam mensintesis molekul-molekul protein
yang kompleks dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi organisme
tersebut. Menurut Odum (2010), nitrogen yang terdapat dalam molekul-molekul
protein dalam organisme yang telah mati akan diuraikan menjadi bentuk-bentuk
nitrogen anorganik.
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi)
dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi), sehingga jumlah nitrit yang
teroksidasi menjadi nitrat akan sangat berpengaruh pada perairan, sebab Unsur P
dalam ortofosfat dan N dalam bentuk nitrat berfungsi membentuk jaringan
protoplasma, sedangkan Si berfungsi untuk membentuk dinding sel atau
cangkang, sehingga bagi organisme diatom unsur ini turut menjadi faktor
pembatas bagi aktivitas biologisnya (Sanusi, 2012).

2.4 Dampak dan Cara Penanggulangan


Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan
bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Nitrit yang
dijumpai pada air minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di
pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi PDAM. Menurut Smayda
(2013), nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam
darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit
membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat
menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2) adalah ion-ion anorganik
alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Kelebihan kadar NO2 dapat
dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara berikut,
1. Pemberian aerasi
Aerasi adalah suatu teknik memancarkan air ke udara agar air terkena kontak
dengan udara/oksigen. Semakin banyak permukaan air yang terkena oksigen maka
semakin baik.

2. Proses presipitasi
Biasa dilakukan untuk menghilangkan logam-logam berat, nutrien serta anorganik
yang terlarut dalam limbah cair. Caranya : pH limbah awal biasanya sekitar 8-9,
dinaikkan dengan menambahkan basa hingga mencapai 11 satuan pH, hingga
terbentuk endapan. Sebelum dilakukan percobaan sebaiknya dilakukan trial untuk
mendapat kan kondisi operasi yang optimal. Juga perlu dicarikan kombinasi zat
pengemban koagolasi, sehingga proses pengendapannya bisa lebih sempurna
hingga terjadi coo-presipitasi (Winata, 2012).
3. Chlorinasi dengan aerasi
Biasanya dilakukan penambahan Calsium Hypo Chloride disertai dengan aerasi,
disamping terjadi pergeseran keseimbangan amonia didalam limbah juga terjadi
proses desinfeksi. Calsium Hypo Chlloride adalah oksidator kuat yang akan
menghancurkan reduktor-reduktor dari zat-zat organik termasuk amoniak dan
nitrit juga akan membunuh bakteri-bakteri pathogen yang ada dalam air.
Pengunaan teknik ini harus hati-hati dan mengunakan alat PPE (Personal
Protective Equipment) yang memadai, seperti respirator dan sarung tangan
polyetilene. Gas klor akan sangat berbahaya jika terhirup oleh pernafasan dan
akan merusak alveoli paru-paru (effendi, 2009).

4. Unit Lumpur Aktif dengan Sistem Aerasi


Mengunakan mikroba yang telah terseleksi yang cocok dengan kontaminan
limbah yang ada, yang dikembangkan dari limbah itu sendiri. Diberi aerasi
mengunakan blower dan udara dialirkan melalui difusser agar distribusi oksigen
lebih lebih merata atau dengan menggunakan turbo jet aerator/surface
aerator/MTO2 (poros baling-baling berputar yang menghasilkan gerakan
turbulensi yang pada akhirnya menghasilkan gelembung-gelembung halus yang
meningkatkan kadar oksigen terlarut di semua bagian kolam aerasi, kandungan
oksigen terlarut minimal 2 ppm (kebutuhan minimal agar bakteri/mikroorganisme
bisa hidup). Prinsipnya: Dengan adanya udara (oksigen) bakteri aerobik akan
memakan zat-zat organik dalam air, selanjutnya bakteri tersebut berkembang biak
(Sverdrup, 2009).

5. Cara lain yaitu: penguapan, reaksi kimia dengan oksigen dan penggantian air.
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Oseanografi Biogeokimia dilakukan pada hari Kamis, 28 November
2019 pada pukul 08.00-12.00 WIB yang bertempatkan di Laboraturium Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL).

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu,
spektrofotometer (543 nm), beaker glass, pipet ball, pipet tetes, gelas ukur,
erlenmayer, kertas saring, corong, larutan berwarna, sodium oxalate, dan akuades.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu:
1. Dimasukkan air lait yang telah disaring menggunakan ketas whatmann
sebanyak 50 ml ke arlenmayer
2. Ditambahkan 2 ml larutan pewarna kemudian aduk dan diamkan selama 10
menit agar terbentuk reaksi yang kompleks
3. Diukur dengan spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 543 nm
4. Dicatat hasilnya dan grafik absorbansi yang terbentuk
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisa Nitrit
Lokasi Pengulangan ke- Konsentrasi Nitrit (mg/L)

Pantai
1 0,0676
Mutun

Pantai
2
Mutun 0,0651

4.2 Pembahasan
Pada pengamatan kadar konsentrasi senyawa nitrit yang dilakukan di
Laboraturium Balai Besar Perikanan Budidaya Laut adalah dengan menggunakan
metode suphanilamite spektrofotometer. Metode ini menggunakan nitrit
sulfanilamit yang direaksikan pada pada kondisi asam sehingga menghasilkan
senyawa diazonium. Konsentrasi senyawa diazonium yang terbentuk sama dengan
jumlah konsentrasi nitrit di perairan. Pada umumnya kandungan diazonium
dideteksi dengan mudah menggunakan warna, dimana sampel yang mengandung
senyawa ini akan berubah menjasi warna merah.

Dalam pengujiannya panjang gelombang yang digunakan adalah 543 nm. Sampel
air laut yang digunakan disaring dan dimasukkan ke dalam labu erlenmayer
sebanyak 50 ml, kemudian ditambahkan larutan pewarna sebanyak 2 ml dan
didiamkan selama 10 menit agar membentuk reaksi yang kompleks, setelah itu
campuran tersebut diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
yang telah ditentukan. Nilai yang muncul pada monitor adalah konsentrasi dan
jumlah senyawa nitrit dalam satuan mg/l.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa konsentrasi nitrit yang didapat
dari perairan pantai Mutun pada percobaan pertama sebesar 0,0676 mg/l dan pada
percobaan kedua 0,0651 mg/l. dari data tersebut diketahui bahwa seharusnya
perairan di Pantai Mutun sudah bersifat toksik dan berbahaya bagi biota yang
tinggal disana. Tetapi, nilai yang muncul pada layar monitor spektrofotometer
sedang diperbaiki dan dikalibrasi ulang sehingga hasil yang ditunjukkan bukanlah
konsentrasi yang sesungguhnya. Pada kenyataannya perairan di Pantai Mutun juga
masih cukup baik meskipun berkemungkinan untuk tercemar akibat dari pengaruh
aktivitas wisata yang dapat menyumbangkan zat pencemar bagi perairan seperti
NO2.
Konsentrasi kandungan unsur nitrogen nitrit dalam air. Nitrit merupakan ion-ion
an-organik alami yang merupakan bagian dari sebuah siklus unsur Nitrogen di
alam. Proses dimulai dari bahan/material yang mengandung Nitrogen oleh
mikroorganisme dirubah menjadi Amoniak (NH4), kemudian akan mengalami
oksidasi menjadi Nitrit (NO2-), selanjutnya ion Nitrit tersebut akan mengalami
oksidasi lagi menjadi Nitrat (NO3-) yang relatif memiliki ikatan kimia lebih stabil.
Mengingat ion Nitrit dan Nitrat merupakan sabuah proses yang saling berantai
dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain maka berbagai dampak pada
lingkungan dan kesehatan manusia adalah sama dengan dampak yang diakibatkan
oleh ion Nitrat, akan tetapi karena ion Nitrit ini sangat labil ikatan kimianya, maka
dampaknya akan semakin akut dan serius (Whitney, 2010).

Dialam, sumber Nitrogen yang akan bersiklus menjadi Amoniak, Nitrit dan Nitrat
sangatlahmelimbah, dapat berasal dari alam (batuan/tanah) juga dari berbagai
limbah organik, seperti limbah tinja/urine, limbah kotoran peternakan dan
berbagai limbah organik lainnya yang oleh mikroorganisme akan diproses
menjadi ion-ion Nitrit dan Nitrat tadi. Nitrat dalam perairan mempengaruhi
pertumbuhan fitoplankton dan tanaman. Jika kadarnya terlalu tinggi, maka akan
menyebabkan blomingfitoplankton. Nitrat dan unsure- unsure lainnya seperti
fosfor hingga batas tertentu tampaknya terbatas jumlahnya hamper pada semua
ekosistem air tawar. Dalam air danau, dan aliran air dengan kesadahan rendah,
kalsium dan garam- garam juga tampaknya terbatas, kecuali pada beberapa mata
air mineral bahkan pada air dengan kesadahan tertinggi hanya mempunyai kadar
garam dengan salinitas kurang dari 0,5% dibandingkan dengan 30- 37% dalam air
laut (Sanusi, 2012).

Nitrit merupakan ion-ion an-organik alami yang merupakan bagian dari sebuah
siklus unsur Nitrogen di alam. Proses dimulai dari bahan/material yang
mengandung Nitrogen oleh mikro-organisme dirubah menjadi Amoniak (NH4),
kemudian akan mengalami oksidasi menjadi Nitrit (NO2-), ikatan kimia Nitrit
tersebut tidak stabil maka Nitrit tersebut akan mengalami oksidasi lagi menjadi
Nitrat (NO3-) sehingga unsur ion Nitrat ini paling umum dijumpai pada air
permukaan dan bawah tanah. Sumber unsur Nitrogen dapat berasal dari pelarutan
mineral dalam batuan dan tanah, pupuk pada lahan pertanian, limbah-limbah yang
dihasil oleh aktifitas manusia. Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari
ammonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil
metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan
denitrifikasi. Nitrat dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen
berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat tiga atom oksigen sedangkan
nitrit mengikat dua atom oksigen (Madigan, 2009).

Senyawa nitrogen organik masuk ke lingkungan dari ekskresi hewan liar dan ikan,
jaringan hewan yang mati, kotoran manusia, dan kotoran ternak. Nitrat anorganik
terutama berasal dari produksi pupuk yang mengandung ammonium nitrat dan
potassium nitrat, dan bahan peledak berbasis nitrat dan bahan bakar berbasis
roket. Dalam air beroksigen, nitrit dengan cepat teroksidasi menjadi nitrat,
sehingga biasanya nitrit kecil kadarnya di air permukaan. Reaksi berjalan
reversible; dibawah kondisi kurang oksigen, yang sering terjadi pada air tanah,
nitrat dapat tereduksi menjadi nitrit (Smayda, 2013)

2NO2–+ O2 <–> 2 NO3–

Nitrit dan nitrat adalah nutrient yang penting bagi tanaman, tetapi keduanya
beracun bagi ikan (tapi hampir tidak beracun seperti NH3) dan manusia pada
konsentrasi yang cukup tinggi. Nitrat dan nitrit sangat mudah larut, tidak mudah
sorb terhadap mineral dan permukaan tanah, dan sangat mobile di lingkungan,
bergerak tanpa kehilangan secara signifikan ketika dilarutkan dalam air
permukaan dan air tanah. Konsekuensinya, ketika kadar nitrat di tanah tinggi,
kontaminasi air tanah akibat terlepasnya nitrat menjadi masalah serius. Tidak
seperti amoniak, nitrit dan nitrat tidak menguap dan tetap dalam air sampai
mereka dikonsumsi oleh tanaman dan mikroorganisme (Winata, 2012).

Faktor kegagalan dalam pengujian nitrit adalah dari jumlah pemberian larutan
warna, apabila kurang dalam memberikan larutan warna maka konsentrasi nitrit
yang terbaca dalam alat spektrofometer akan lebih sedikit. Selain itu,
spektrofotometer yang digunakan harus sering dikalibrasi agar data yang
ditampilkan lebih akurat.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan untuk uji Nitrit adalah Suphanilamite
Spektrofotometer
2. Spektrofotometer yang digunakan untuk menghitung jumlah konsentrasi
sedang dalam perbaikan atau kalibrasi ulang sehingga hasilnya tidak akurat.
3. Konsentrasi Nitrit dari sampel air pantai Mutun sebesar 0,0676 mg/l dan
0,0651 mg/l
4. Konsentrasi Nitrit yang optimum di suatu perairan adalah 0,001 mg/l, jika lebih
dari 0,06 maka dapat dikatakan sudah bersifat toksik

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini adalah agar lebih teliti
saat mencampurkan larutan supaya meminimalisir kegagalan. Selain itu,
spektrofotometer yang digunakan harus dikalibrasi ulang agar hasil yang
ditunjukkan adalah data akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2009. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Frances, Sizer dan Ellie Whitney. 2010. Gizi : Konsep dan Kontroversi, hal 26.
Cengage Learning.
Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 2011. Metode
Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta.
Jeffries, M. B. dan Mills, D. 2009. Freshwater Ecology, Principles and
Aplications. Jhon Willey and Sons. Chicester, UK. 285p.
Landner, L. 2010 . Sources of nitrogen as a water pollutant: industrial waste
water. Proceedings of the conference on nitrogen as a water pollutant.
(S.HJenkins ed). August, Copenhagen: 55-65 pp.
Madigan. Michael T et al.2009. Biology of Microorganism. 10th ed. New York;
Southern Illinois University Carbondale.
Millero, F.J. 2009. Chemical Oceanography. Second edition. CRC Press Boca
Raton, Boston London. New York Washington D.C.
Nontji, A. 2009. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton di Perairan Teluk
Jakarta serta Kaitannya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Tesis.
Pascasarjana. IPB. Bogor.
Odum,E.P .2010. Fundamentals of Ecology. 3 th eds. W.B.Saunders
Company,Philadelphia :574 pp.
Sanusi, Harpasis. 2012. Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan. Bogor.
Smayda, T. 2013. The phytoplankton of estuaries. In : " Estuaries and enclosed
seas Ecosystem of the world 26" (B.H.Ketchum ed.). Elsevier Sci, Publ.
Com, Amsterdam, Oxford: 65 -102.
Sverdrup, H. U., M.W. JOHNSON, and R. H. FLEMING. 2009. The Oceans.
Their Physics, Chemistry and General Biology. Prentice-Hall, New York,
1807 pp.
Whitney, Elanor dan Sharon Rolfes. 2010. Memahami Nutrisi, edisi 10 , hal 6.
Thomson-Wadsworth.
Winata, I. dan M. Muchtar. 2012. Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Nitrit Di Perairan
Hutan Mangrove Cilacap. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 308 – 312.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai