Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
KELOMPOK 4
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui prosedur K3 pada
industri migas
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
12
3. Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) yaitu metoda analisa
yang bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak
(top event) yang mungkin terjadi dalam suatu proses, misalnya
kebakaran atau ledakan.
4. Teori Swiss Cheese
Dalam Swiss Cheese Model, berbagai macam types of human errors
ini merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju
ini (unsafe act, preconditions for unsafe acts, unsafe supervisions,
and organizational influences) sama-sama mempunyai lubang, maka
kecelakaan menjadi tak terhindarkan.
2.4.3 Analisis Risiko Kecelakaan Kerja
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisa
risiko. Baik secara kualitatif, semi kuantitatif maupun kuantitatif.
Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa
termasuk kekerapan/frekuenskinya. Dalam hal ini, probabilitas
merupakan teknik analisa risiko kuantitatif yang dicerminkan dari
kemungkinan yang ditimbulkannya.
Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas
kejadian atau konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya
risiko tidak berupa peringkat seperti pada metoda semikuantitatif. Hasil
perhitungan secara kuantitatif akan memberikan gambaran tentang
risiko suatu kegiatan atau bahaya (Ramli, 2010).
2.4.4 Hierarki Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko menurut Ramli (2010) dilakukan terhadap
seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan
mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan
cara pengendaliannya. Selanjutnya dalam menentukan pengendalian
harus mempertimbangkan hierarki pengendalian mulai dari eliminasi,
substitusi, pengendalian teknik, administrasi, dan terakhir penyediaan
alat keselamatan yang disesuaikan dengan kondisi organisasi,
ketersediaan biaya, biaya operasional, faktor manusia, dan lingkungan.
13
Pengendalian risiko merupakan langkah menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi
risiko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.
Jika risiko dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah
pengendalian lebih lanjut.
Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti
hirarki sebagai berikut :
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan pengendalian risiko yang bersifat permanen
dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama.
Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik karena
risiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya
ditiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian dengan cara
eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan antara
sumber bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi
sebab dan akibat.
2. Substitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan
dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan
peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman sehingga
pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.
3. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar pada potensi bahaya seperti pemberian
pengaman mesin, penutup, pemeberian laat bantu mekanik.
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang
terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat bergantung
dari perilaku pekerjaannya dan memerlukan pengawasan yang
teratur untuk dipatuhinya pengendalian asminstrasi ini.
14
5. Alat Pelindung Diri
APD secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan
untuk jangka pendek dan bersifat sementara. APD merupakan
pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat
kerja, hal ini disebabkan karena APD hanya membatasi antara
terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima dan
penggunaan APD dirasa tidak nyaman.
17
BAB 3
ISI DAN PEMBAHASAN
18
pada tahun 1990 dan dipakai di bidang kedokteran, keamanan penerbangan
dan pelayanan emergency. James T. Reason menggambarkan proses
terjadinya kecelakaan melalui ilustrasi potongan keju Swiss, bahwa lapisan
keju menggambarkan hal yang terlibat dalam suatu sistem keselamatan,
sedangkan lubang yang terdapat pada tiap lapisan tersebut menunjukkan
adanya kelemahan yang berpotensi menimbulkan terjadinya kecelakaan
Pada kasus tersebut mekanisme terjadinya kecelakaan awalnya karena
adanya blow out yang terjadi pada sumur pengeboran, jika diidentifikasi
menggunakan teori swiss cheese model adalah sebagai berikut :
1. Organizational Influences
Kesalahan yang terjadi pada tahap ini adalah pihak perusahaan (BP PIc)
melakukan penghematan anggaran uang yang digunakan dalam pemberian
alat pencegah kebocoran. Pihak kontraktor (Halliburton) telah
merekomendasikan kepada BP untuk memakai 21 buah centralizer (alat
pencegahan minyak di sumur Macondo) namun BP hanya menyetujui 6
buah. Selain itu dalam melakukan pengambilan kilang minyak perlu
dilakukan uji ketahan semen pada pipa pengeboran, namun uji tersebut
tidak dilakukan dengan alasan penghematan biaya dan waktu. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan pihak perusahaan tidak mematuhi SOP.
2. Unsafe Supervision
Kesalahan yang terjadi pada tahap ini adalah kurangnya pengawasan dan
pemeliharaan suku cadang maupun panel yang terkait dengan pengeboran
sehingga aliran gas dapat masuk melalui aliran pipa udara , hal itu bisa
terjadi karena kurangnya pengawasan dalam hal perbaikan dan
pemeliharan alat
3. Precondition for Unsafe Act
Kesalahan pada tahap ini kemungkinan pekerja yang bersangkutan
merasakan panik saat kejadian berlangsung sehingga mereka kebingungan
dalam mengatasi sistem tanggap darurat tersebut.
19
4. Unsafe Act
Pada tahap ini terjadi tindakan tidak aman yang disebabkan oleh pekerja
karena beberapa pekerja memilih meninggalkan ruangan terlebih dahulu
tanpa melakukan penanggulangan dalam kebocoran gas, maka hal tersebut
menyebabkan kebakaran menjadi semakin besar dan melahap semua
wilayah kerja.
3.3 Dampak
Deepwater Horizon menjadi bencana tumpahan minyak mentah terbesar di
dunia. Rig terbakar dan meledak, selain berdampak pada pekerja yang sedang
menjalankan tugas di area tersebut, berdampak pula pada lingkungan
disekitarnya. Berdasarkan citra satelit, tumpahan minyak mentah mencemari
wilayah laut seluas 180.000 km2 atau setara luas negara bagian Oklahoma.
Pada awal Juni 2010, tumpahan minyak ditemukan sepanjang 201 kilometer
di pesisir Louisiana, Florida, Mississippi, dan Alabama. Pada Oktober 2010,
tumpahan minyak mencapai Texas, sehingga pada Juli 2011 sepanjang 790
kilometer pesisir Lousiana, Mississippi, Alabama, dan Florida tercemari
minyak.
1) Manusia
Pada saat rig meledak terdapat 11 orang pekerja tewas dan 17 lainnya
terluka. Selain pada pekerja deepwater horizon, Departemen Kesehatan
dan Rumah Sakit Lousiana mengatakan, 108 pekerja pembersihan minyak
dan 35 warga mengalami masalah kesehatan terkait bencana ini. ampak
bencana ini terhadap anak-anak di Lousiana dan Florida yang tinggal
dalam radius 15 kilometer dari pantai menemukan kondisi kesehatan yang
tak lazim seperti telinga berdarah, mimisan, dan menstruasi lebih awal
pada anak-anak perempuan.
2) Lingkungan
Dampak tumpahan minyak ini terhadap lingkungan di sekitarnya amat luar
biasa. Sebab, kawasan yang tercemar merupakan rumah dari 8.332 spesies
makhluk hidup termasuk 1.270 spesies ikan, 218 spesies burung, 1.456
20
moluska, 1.503 krustasea, empat spesies penyu, dan 29 spesies mamalia
laut.
3) Ekonomi
Bencana ini memberikan dampak amat berat bagi BP dan perekonomian di
kawasan terdampak terutama pada bisnis pengeboran minyak, periikanan,
dan wisata. Sebuah studi yang menyebut kerugian sebesar 8,7 miliar dolar
AS pada 2020 akibat dampak bencana ini terhadap sektor perdagangan,
wisata, dan perikanan di Teluk Meksiko. Sementara itu kerugian yang
dialami BP mencapai 90 miliar dolar AS termasuk untuk membayar
kompensasi.
21
a. Pemasangan Safety Valve
Safety valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve yang lain.
Valve ini dirancang khusus untuk mencegah terjadinya over pressure
pada suatu pressure. Safety valve dirancang untuk membuka pada saat
kondisi darurat atau keadaan abnormal untuk mencegah meningkatnya
tekanan fluida melebihi batas yang ditetapkan.
b. Pemasangan Blow Out Preventer
Blow Out Preventer atau sering disingkat dengan BOP memiliki fungsi
dan kegunaan penting dalam pengeboran.Fungsi utama dar sistem
pencegahan semburan liar (BOP System) adalah untuk menutup lubang
bor ketika terjadi “kick”. Blow out terjadi karena masuknya aliran fluida
formasi yang tak terkendalikan ke permukaan. Blow out biasanya
diawali dengan adanya “kick” yang merupakan suatu intrusi fluida
formasi bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat
berkembang menjadi blow out bila tidak segera diatasi.
c. Pemasangan Gas Detector
Gas detector merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan gas. Alat ini dapat digunakan di tempat yang rawan terjadi
kebocoran gas, seperti industri migas. Dalam konteks pencegahan
dampak buruk kebocoran gas, gas detector dapat berfungsi melalui dua
cara. Pertama, gas detector dipasang terhubung dengan control system
sehingga mesin atau alat tertentu langsung berhenti berfungsi secara
otomatis sesaat setelah gas detector mendeteksi terjadinya kebocoran
gas. Kedua, gas detector dapat pula memberikan tanda peringatan
berupa bunyi alarm atau lampu yang menyala pada saat kebocoran gas
terjadi sehingga orang yang berada di area tersebut mendapatkan
peringatan untuk segera menyelamatkan diri.
d. Pemasangan Smoke Detector
Cara kerja smoke detector dipicu oleh asap yang masuk kedalam smoke
detector, partikel asap yang memenuhi ruang smoke chamber saat
kebakaran terjadi. Saat kepadatan asap (smoke density) sudah
22
memenuhi ambang batas (threshold), rangkaian elektronik yang
terdapat di dalam smoke detector akan aktif.
e. Pemasangan Fire Alarm
Fire alarm akan berfungsi atau berbunyi jika terjadi kebakaran.
Tujuannya adalah untuk memberi tahu pekerja bahwa terdapat keadaan
darurat agar pekerja dapat melindungi diri dengan menuju jalur
evakuasi.
f. Heat Detector
Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran yang
dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik yang secara otomatis akan
mendeteksi kebakaran melaluai panas yang diterimanya.
g. Flame Detector
Api mengeluarkan radiasi sinar inframerah dan ultraviolet, keberadaan
sinar ini dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detector.
h. Alat Pemadam Api Ringan
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
i. Sprinkler
Alat pemancaran air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai
tudung berbentuk detektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air
dapat memancar ke semua arah secara merata.
j. Hydrant
Alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar untuk
mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran.
k. Sarana Penyelamatan Jiwa (Means Of Escape)
a. Free-fall lifeboat (sekoci jatuh bebas)
Sekoci jatuh bebas sama dengan sebuah sekoci tertutup namun
proses peluncuran sama sekali berbeda. Sekoci jenis ini aerodinamis
di alam dengan demikian sekoci tersebut dapat menembus air tanpa
merusak badan sekoci saat diluncurkan ke laut.
23
b. Tall Evacuation Chute
Pada saat keadaan darurat chute evacuatin secara otomatis akan tutun
menuju laut. Pekerja secara bertahap satu per satu dievakuasi melalui
jalur ini. Dalam waktu 10 menit dapat mengaevakuasi 146 pekerja.
4. Pengendalian Administratif
a. Training
Training merupakan suatu pelatihan kerja yang diberikan kepada
pekerja dengan tujuan meningkatkan kompetensi di bidang pekerjaan
masing-masing. Semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan migas
harus berkompeten (atau telah dilatih, dalam pengawasan oleh orang
yang berkompeten). Hal ini termasuk dalam pengorganisasian,
perencanaan, pengawasan. Bila tindakan pencegahan tidak bisa
menghilangkan potensi bahaya maka para pekerja harus dilatih dalam
bagaimana menghadapi keadaan darurat, dan bagaimana mencegah
atau mengurangi keparahan saat terjadi keadaan darurat. Perlu
dilakukan suatu simulasi saat terjadi kecocoran dan kebakaran. Kurangnya
kontrol manajemen dengan tidak adanya pelatihan menghadapi
keadaan darurat merupakan pemicu terjadinya kecelakaan yang
lebih parah karena kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya
penyebab dasar kurangnya pengetahuan dan keterampilan para
pekerja. Dari penyebab dasar itu akan menimbulkan tindakan atau
kondisi yang menyimpang dari prosedur atau standar.
b. Menerapkan SOP
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan
dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil
kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-
rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau
direvisi, metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan
flowchart di bagian akhir (Laksmi, 2008).
24
c. Pemasangan simbol atau tanda bahaya
Simbol keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda-tanda
yang dipasang di tempat kerja, yang berfungsi untuk mengingatkan
atau mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling
tempat tersebut terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja
d. Inskpeksi
Inspeksi adalah suatu upaya untuk memeriksa atau mendeteksi semua
faktor (peralatan, proses kerja, material, area kerja, prosedur) yang
berpotensi menimbulkan cedera atau PAK, sehingga kecelakaan kerja
ataupun kerugian dapat dicegah atau diminimalkan. Inspeksi
diperlukan untuk menemukan sumber-sumber bahaya yang
mengakibatkan kerugian dan segera menentukan tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya tersebut.
e. Komunikasi K3
1) Safety Talk
Safety talk termasuk upaya pengendalian resiko yang ada dalam
pengendalian administrasi. Safety talk merupakan pembacaan pesan
pesan singkat K3 yang dilaksanakan pada setiap hari sebelum para
pekerja memulai pekerjaannya. Tujuan diadakan progam ini adalah
agar para pekerja termotivasi dalam bekerja dan lebih berhati hati
dalam melakukan pekerjaannya. Safety talk berisi tentang pesan k3,
prosedur kerja yang aman, anjuran menggunakan APD di tempat
kerja serta himbauan agar pekerja selalu berhati hati dengan keadaan
lingkungan yang berpotensi berbahaya ( Tarwaka, 2015).
2) Safety Induction
Safety induction adalah sebuah pengenalan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang diberikan kepada pekerja baru, kontraktor baru
ataupun para tamu yang baru pertama kali datang di lokasi
perusahaan tersebut. Tujuan dari safety induction ini adalah untuk
mengkomunikasikan bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan
25
kerja umum yang terdapat selama pekerjaan atau kunjungan mereka
sehingga mereka bisa sadar serta bisa melakukan tindakan
pengendalian terhadap bahaya tersebut.
3) Loto (Log Out dan Tag Out)
Log out adalah suatu metode yang digunakan untuk mengisolasi
sumber sumber energi berbahaya yang diterapkan pada saat tenaga
kerja melakukan perbaikan dan pemeliharaan mesin dan peralatan
kerja sedangkan tag out adalah suatu sistem pemberitauan atau
peringatan yang diberikan kepada orang lain bahwa suatu mesin atau
peralatan yang bersumber dari energi berbahaya sedang diisolasi dan
tidak boleh dioperasikan ( Tarwaka, 2012).
5. Alat Pelindung diri
Pengendalian ini merupakan pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya
adalah dengan memakai alat pelindung diri. Jika pada lingkungan kerja
Minyak dan gas alat pelindung diri yang dibutuhkan sebagai berikut
a. Safety helmet, safety helmet dipakai oleh pekerja jika kemungkinan
kejatuhan benda dari atas akibat dari adanya benda yang terbakar.
Safety helmet yang digunakan harus memiliki syarat tahan benturan,
meredam kejutan yang menimpa, anti air dan tidak mudah terbakar.
b. Safety shoes, fungsi dari penggunaan safety shoes untuk melidungi kaki
dari tertimpa benda-benda berat, terbakar, terkena bahan kimia,
tergelincir, tertusuk.
c. Wear pack, pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh agar tidak
terkena panas atau api akibat dari kebakaran yang terjadi.
d. Safety glove
e. Safety goggles
f. Safety body harness
g. Gas respirators
26
BAB 4
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28