Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM KOLOID
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah IPA SD 3
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Hamid, M.Si & Zainal Hakim, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Kelas 3A

Nazula Rahma 1810125220024

Riantika 1810125120006

Noor Melliyeni 1810125320051

Adita fitria ramadhani 1810125220016

Muhammad daudy azhar 1810125310042

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIIKAN


TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
karena karunia-Nya lah sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang
diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah IPA SD 3, tentang Sistem Koloid
yang kami harapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami juga berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan. Oleh karena itu, dengan ikhtiar yang
maksimal kami mencoba menyajikan makalah ini dengan sebaik mungkin.

Makalah ini kami susun dengan beberapa bahan referensi yang kami
temukan. Waktu, tenaga, pikiran telah kami berikan agar makalah ini menjadi
salah satu referensi dikemudian hari. Namun, dalam usaha yang maksimal tentu
kami menyadari masih terdapat kekurangan. Dengan demikian, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Banjarmasin, Agustus 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................. iii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian sistem koloid ........................................................ 2
B. Macam dan sifat sistem koloid............................................... 2
C. Perbedaan antara koloid, larutan, dan suspensi ...................... 4
D. Pembuatan koloid ................................................................... 6
E. Manfaat koloid ....................................................................... 7
F. Kestabilan koloid ................................................................... 8
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 10
B. Saran ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 11

ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1 ........................................................................................... 2

Gambar 1 ....................................................................................... 3

Gambar 2 ....................................................................................... 5

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koloid adalah campuran yang mempunyai sifat di antara larutan dan
suspensi. Sistem koloid mempunyai sifat-sifat yang khas dan berbeda
dengan sifat larutan ataupun suspensi. Sistem koloid adalah suatu bentuk
campuran heterogen yang tersusun atas dua fase dengan partikel kecil
sebagai fase terdispersi yang tersebar merata dan stabil serta partikel besar
sebagai medium atau pendispersi fase yang kontinyu(tetap). Sebagai contoh
susu yang merupakan dispersi granula lemak dala medium pendispersi air.
Ukuran partikel koloid terletak antara ukuran partikel larutan sejati dan
ukuran partikel suspensi kasar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumsan masalah dari penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan koloid?
2. Apa saja macam-macam dan sifat-sifat koloid?
3. Apa saja perbedaan antara koloid, larutan dan suspensi?
4. Bagaimana pembuatan koloid?
5. Apa saja manfaat koloid?
6. Bagaimana cara agar koloid tetap stabil?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud koloid.
2. Untuk mengetahui macam dan sifat koloid.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara koloid,larutan dan suspensi.
4. Untuk mengetahui pembuatan koloid dan cara agar koloid tetap stabil.
5. Untuk mengetahui manfaat koloid.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Koloid
Koloid merupakan sistem dispersi (pemencaran), yaitu suatu sistem
yang terjadi apabila zat terlarut didispersikan ke dalam zat lain. Koloid
adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.
Koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid memiliki ukuran partikel
terdispersi cukup besar (1-1000 nm). Koloid tergolong sebagai sistem
campuran “metastabil” (campuran yang terlihat seolah-olah stabil, namun
akan memisah setelah jangka waktu tertentu). Di dalam larutan koloid
secara umum, terdapat zat terdispersi (zat yang terlarut di dalam larutan
koloid) dan zat pendispersi (zat pelarut di dalam larutan koloid).
B. Macam-macam dan Sifat-sifat koloid
Berdasarkan wujud fase terdispersi dan medium dispersi terdapat
delapan macam koloid.

No. Fase Medium Nama Contoh


Terdispersi Dispersi Koloid
1. Gas Cair Busa/buih Busa sabun, busa air laut,
krim kocok
2. Gas Padat Buih padat Batu apung, karet busa
3. Cair Gas Aerosol Awan, kabut
4. Cair Cair Emulsi Susu, krim, santan,
minyak ikan
5. Cair Padat Emulsi Keju, mentega, jelly
padat
6. Padat Gas Aerosol Asap, debu di udara
padat
7. Padat Cair Sol Cat, Kanji, tinta
8. Padat Padat Sol padat Paduan logam, kaca
berwarna

2
Sifat koloid

1. Efek tyndall
Yang
merupakan efek
penghamburan
berkas sinar oleh
patrikel-partikel
yang terdapat
dalam sistem
koloid, sehingga
mengakibatkan jalan berkas sinar terlihat. Apabila seberkas cahaya
dijatuhkan pada larutan sejati, maka larutan sejati akan meneruskan
cahayanya. Apabila seberkas cahaya dijtuhkan pada koloid, maka akan
dihamburkan.
2. Gerak brown
Merupakan gerak yang terpatah-patah atau gerak zig-zag yang terus
menerus dalam sistem koloid. Gerak brown terjadi akibat tumbukan yang
tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.
3. Elektroforesis
Adalah peristiwa dimana pemisahan kloid yang bermuatan. Partikel-
partikel koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik akan mengalir
ke mesing-masing elektroda yang muatannya berlawanan. Paertikel yang
bermuatan positif bergerak menuju ke elektroda fositif.
4. Adsorpsi
Merupakan terjadinya proses penyerapan zat atau partikel molekul
pada permukaan dari zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan
listrik.
5. Koagulasi
Suatu keadaan pada saat partikel-partikel koloid membentuk suatu
gumpalan yang lebih besar. Penggumpalan bisa terjadi karena
penambahan zat kimia atau enzim tertentu.

3
6. Koloid pelindung
Yaitu merupakan kaloid yang dapat melindungi kaloid dari proses
koagulasi atau pengumpulan. Contoh, pembuatan es krim menggunakan
gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula.
7. Dialisis
Merupakan proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas
perkamen atau membran yang diletakkan di dalam air yang mengalir.
Dialisis digunakan dalam proses pembuatan koloid untuk menghilangkan
ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut.
8. Koloid liofil dan kaloid liofob
Suatu kaloid dapat dikatakan sebagai kaloid liofil apabila terdapat
gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat yang terdispersi dengan
mediumnya. Sedangkan disebut koloid liofob apabila tarik-menarik
tersebut tidak ada atau sangat lemah.
C. Perbedaan antara Koloid, Larutan dan Suspensi
1. Koloid
merupakan suatu bentuk campuran (system disperse) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang
cukup besar (1 – 1000 nm), sehingga mengalami efek tyndall. Bersifat
homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya
gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak
terjadi pengendapan. Misalnya, sifat homogeny ini juga dimiliki
larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid
dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.
Sitoplasma dalam sel juga merupakan system koloid.

2. Larutan
adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses

4
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut
pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah
padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan
dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau
oksigen dalam air.
Selain itu, cairan
dapat pula larut
dalam cairan lain,
sementara gas larut
dalam gas lain.
Terdapat pula
larutan padat,
misalnya aloi
(campuran logam) dan mineral tertentu.
3. Suspensi
adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau
dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang
dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi
umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk
memungkinkan terjadinya sedimentasi. Tidak seperti koloid, padatan
pada suspensi akan mengalami pengendapan/sedimentasi walaupun
tidak terdapat gangguan. Singkatnya, suspensi merupakan campuran
yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan.
Suspensi cairan atau padatan (dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut
sebagai aerosol. Contoh sistem aerosol dalam kehidupan manusia adalah
debu di atmosfer. Sedangkan contoh umum yang dapat kita jumpai
adalah tepung yang dapat tersuspensi di air, cat, campuran pasir dengan
air dan sirup batuk.

5
D. Pembuatan Koloid
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan)
menjadi partikel koloid. Proses kondensasi dilakukan melalui reaksi
redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Contoh: Pembuatan sol belerang mereaksikan gas H2S dengan
larutan SO2.
Pembuatan sol emas dari larutan AuCI3 dengan larutan encer
formalin (HCHO).

b. Reaksi Hidrolis
Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan penguraian garam FeCI3.
c. Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S dan
asam arsenit (H3AsO3) encer.
Pembuatan sol AgCI dari larutan dari larutan AgNO3 dengan
larutan NaCI encer.
d. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: Pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam
alkohol yang ditambah air.
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar/suspensi.
Pembuatan koloid dengan dispersi dilakukan dengan cara mekanik,
peptisasi, busur, Bredig, dan ultrasonic.
a. Mekanik
Pembuatan koloid secara mekanik dilakukan dengan
menggunakan penggilingan (untuk zat padat) dan pengadukan
bahan atau pengocokan (untuk zat cair) sehingga diperoleh
partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid. Tahap
selanjutnya adalah mendispersikan partikel-partikel tersebut ke
dalam mediumnya.
Contoh: pembuatan sol belerang

6
b. Peptisasi
Peptisasi adalah proses pembuatan koloid yang melibatkan zat
kimia (zat ektrolit) sebagai pemecah partikel besar sehingga
menjadi partikel koloid.
Contoh: proses perncernaan makanan dengan enzim.
c. Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat yang berfungsi untuk memecah zat padat
(logam) menjadi partikel koloid dengan bantuan arus listrik
tengangan tinggi.
Contoh: pembuatan sol logam.
d. Suara ultrasonik
Metode pembuatan koloid ini mirip busur Bredig, hanya saja
bukan arus listrik yang digunakan, namun gelombang ultrasonic
(> 200.000 Hz) yang digunakan untuk memecah zat padat.
Contoh: pembuatan sol logam.
E. Pemanfaatan koloid dalam kehidupan sehari-hari
Beberapa kegunaan koloid, antara lain sebagai berikut.

1. Industri Kosmetika
Bahan kosmetik seperti foundation, finishing cream, dan deodorant
berbentuk koloid. Umumnya sebagai emulasi.
2. Industri Tekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya
serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid,
karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
3. Industri Sabun dan Deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi
antara kotoran (minyak) dengan air.
4. Kelestarian Lingkungan
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik,
digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk
menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan,
yang keluar dari cerobong asap pabrik.

7
5. Bidang Makanan
Susu dan santan merupakan sistem koloid di bidang makanan. Susu dan
santan termasuk emulasi lemak dalam air. Emulasi biasanya distabilkan
oleh emulgator, contoh kasein dalam susu. Kasein terdiri atas berbagai
macam protein yang mengandung fosfor. Kasein berfungsi
menstabilkan despersi lemak dalam air. Lemak tidak dapat terdispersi
saat susu menjadi basi. Ini disebabkan oleh adanya bakteri yang
merusak protein (kasein) dalam susu. Akibatnya, lemak menggumpal
dan terpisah dari medium pendispersinya yaitu air. Penerapan koloid
dalam makanan yang lain yaitu dalam pembuatan tahu. Kedelai yang
dihaluskan ditambah larutan elektrolit CaSO4.2H2O atau batu tahu.
Dengan penambahan batu protein kedelai menggumpal dan terpisah.

6. Bidang farmasi
Di bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan saat mengobati sakit perut
akibat bakteri patogen dengan norit. Sakit perut dapat terjadi jika
terdapat gas yang terjebak dalam pencemaran. Sakit perut juga dapat
disebabkan oleh bakteri dalam perut yang menghasilkan zat racun.
Norit yang terbuat dan karbon aktif akan membentuk sistem koloid di
dalam pencernaan. Koloid yang terbentuk akan mengadsorpsi gas atau
zat racun sehingga konsentrasinya berkurang.

F. Kestabilan koloid
Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil
dibandingkan dengan larutan. Suatu produk industri dalam bentuk koloid
umumnya dibuat dalam kondisi yang stabil. Misalnya, minyak rambut,
badak cair, obat-obatan, dan lain-lain.
Untuk menjaga kestabilan koloid, dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Menghilangkan muatan koloid
Koagulasi dapat dicegah dengan cara menghilangkan muatan dari
koloid tersebut.

8
Proses penghilangan muatan koloid dilakukan dengan cara dialisis.

Contoh:

Proses cuci darah dalam dunia kesehatan.

Alat pencuci darah (Haemodialisis). Pada proses Haemodialisis


darah kotor dari pasien dilewatkan dalam pipa-pipa yang terbuat
dari membran semipermiabel. Selama darah berjalan, pipa
semipermiable tersebut dialiri cairan (biasanya plasma darah),
kemudian ion-ion dalam darah kotor tadi akan terbawa pada aliran
plasma darah yang difungsikan sebagai pencuci.

b. Penambahan stabilator koloid


Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat
meningkatkan kestabilan koloid, misalnya emulgato dan koloid
pelindung.
Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi
(koloid cair dalam cair atau cairan dalam padat), yang bertujuan
untuk menjaga agar campuran tersebut tidak terpisah. Contohnya,
penambahan sabun ke dalam campuran minyak dan air,
penambahan amonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film.
Koloid pelindung merupakan koloid yang ditambahkan ke dalam
sistem koloid agar menjadi stabil. Misalnya, penambahan glatin
pada pembuatan es krim yang berfungsi agar es krim tidak mudah
meleleh dan tetap kenyal.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koloid merupakan suatu bentuk campuran (system disperse) dua atau
lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 – 1000 nm), sehingga mengalami efek tyndall. Bersifat
homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan. Susu merupakan campuran antara lemak berbentuk granula
yang terdispersi secara merata dalam air. Berdasarkan sifatnya, lemak dan
air tidak dapat bercampur dan terpisah menjadi dua lapisan. Di dalam susu,
lemak dan air dapat membentuk campuran berupa koloid. Koloid
merupakan salah satu jenis sistem dispersi yang terlihat homogen, tetapi
sebenarnya bersifat heterogen dan stabil.
B. Saran
Kepada para pembaca agar memahami Sistem Koloid dan para
mahasiswa diharapkan mampu mencari maupun menemukan solusi tentang
Sistem Koloid, dengan kemampuan atau usaha sendirinya mengenai materi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati, Dewi., dkk.2015. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Widya Duta
Printama.

Margono, Narum Yuni,. dkk. 2015. Kimia Kelas XI Semester 2. Klaten: Intan
Pariwara.

Nuryanto. 2015. Cara Cepat & Mudah Taklukkan Kimia SMA. Yogyakarta:
Indonesia Tera.

Rufaida, Anis Dyah dan Anik, Qurniawati.2014 Kimia Peminatan Matematika


dan Ilmu. Klaten: Intan Pariwara.

Sarosa, Wirawan J. 2010. Buku Pintar Pelajaran SD/MI 5 In 1. Jakarta:


PT.WahyuMedia.

Untara,Wahyu. 2015. Kumpulan Rumus Terlengkap (Matematika,Fisika,Kimia


SMA Kelas X,XI, & XII). Yogyakarta: Indonesia Tera.

Jurnal koloid. staffnew.uny.ac.id (diakses 28 Agustus 2019).

Sistem koloid. Staff-site-universitas negri yogyakarta/staffnew.uny.ac.id (diakses


28 Agustus 2019).

Sistem koloid. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid (diakses 28 Agustus


2019).

11

Anda mungkin juga menyukai