Disusun Oleh :
RINA BUDI
HIDAYATUL FAIZZAH
TSANIYA SALSABILA
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Tumor/ benjolan yang terjadi pada pergelangan tangan mempunyai
variasi kasus yang banyak, salah satunya adalah kista ganglion yang paling
sering terjadi di pergelangan tangan terutama bagian belakang baru bagian
depan,kondisi ini juga disebut sebagai Bible Cyst/Bible bump onset
biasanya lebih dari satu bulan.
Angka kejadian 3 dari 10.000 penduduk mengalami kondisi ini
terutama pada wanita muda dan paruh baya karena aktifitas mereka yang
aktif. Terjadi lebih dari 150 kasus setiap tahun di Indonesia, tetapi
masyarakat tidak semua menyerahkan untuk ditangani oleh petugas
professional, sebagian akan mencari alternative tindakan dan baru
kepelayanan kesehatan jika sudah mengalami gangguan lanjut.
Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi berupa tekanan pada pembuluh darah dan saraf dipergelangan
yang dirasakan sebagai sindroma corpal tunnel berupa nyeri, kesemutan,
mati rasa sampai dengan melemahnya otot
Penegakan diagnose secara sederhana dengan dilakukan ultra
sonographi, jika peralatan terbatas sering ditegakan setelah dilakukan
tindakan operasi akan ditemukan benjolan berkantung yang berisi cairan
berlendir yang membedakan dengan kejadian lipoma, kista inklusi
epidermoid, asam urat ataupun hemangioma.
Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada tindakan aspirasi daripada
eksisi, ditemukan kasus yang mengalami kekambuhan setelah operasi
adalah 12% hingga 41%, sedangkan tanpa tindakan operasi 58% dapat
mengalami kesembuhan secara spontan pada kondisi yang belum
berkembang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asuhan
keperawatan perioperative di ruang IBS Rumah Sakit Ken Saras.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui asuhan keperawatan pada fase praoperasi
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada fase intra operasi
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada fase paska operasi
d. Menganalisa keberhasilan asuhan selama perioperative
C. Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait yaitu:
a. Praktisi keperawatan
Sebagai salah satu masukan untuk evaluasi SAK terkait kasus yang
sesuai.
b. Mahasiswa keperawatan
Sebagai salah satu literature asuhan keperawatan pada kasus yang
sama untuk pijakan pengembangan asuhan
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. V
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
No RM : 10.81.99
Ruang/Kamar : IBS/OK 2
Jenis Operasi : Minor
Operator : dr. W
Dokter Anastesi : dr. D
Perawat Anastesi : Zr.D
Perawat Asisten : Zr. H
Perawat Scrub : Zr. N
Perawat Sirkuler : Zr. Y
Diagnosa Pre Op : Post Exici Wrist Join Dextra
Tindakan Operasi : Exici Wrist Joint
DS
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan merasa nyeri saat beraktivitas,
terasa senut-senut, nyeri dirasakan di lengan bawah kanan (di atas
pergelangan tangan), dengan skala 5, nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien
mengatakan sedikit takut kalau nanti akan muncul rasa nyeri dan sakit yang
akan pasien rasakan, namun pasien mengatakan harus dioperasi agar
benjolannya hilang.
DO
Tekanan 110/70 Jantung Hb 13,4 g/dL
Darah mmHg Inspeksi
HR 80 Ictus cordis tidak Hematokr 40,6 %
x/menit nampak. it
RR 20 Palpasi Lekosit 9,92
x/menit Ictus cordis teraba di ribu/mm3
Suhu 36.1oC intercosta V Trombosit 443
midklavikula. ribu/mm3
Perkusi (H)
SaO2 99% Terdapat suara redup LED I 26 mmHg
Auskultasi (H)
Terdengar bunyi LED II 53 mmHg
BB 54 kg jantung I dan II, tidak GDS 77 mg/dL
ada murmur dan APTT 10 detik
CATATAN LAIN gallop. Anti HIV Non
Pasien merupakan reaktif
pasien dewasa dan Paru-paru
HbsAg Non
baru pertama kali ini Inspeksi
reaktif
menjalani operasi. Bentuk dada simetris,
frekuensi pernafasan
20 x/menit, tidak IV LINE RL 40 tpm
terdapat otot bantu
NGT -
pernafasan.
Palpasi KATETER -
Focal fremitus teraba
sama kuat, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada
benjolan.
Perkusi
Suara sonor pada
semua lapang paru
Auskultasi
Suara nafas vesikuler.
ABDOMEN
Inspeksi
Tidak terdapat asites,
Auskultasi
Bising usus 9 x/menit.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri
tekan.
Perkusi
-
EKSTREMITAS :
Ekstremitas atas
Tangan kiri terpasang
infus RL 40 tpm.
Terdapat benjolan di
sekitar pergelangan
tangan pasien.
Ekstremitas bawah
Kaki tidak terdapat
kelemahan anggota
gerak. Tidak ada
edema.
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Pre Medikasi Lanzoprazole 30 mg Diagnosa
Propylaxis Moxifloxacin 400 mg Keperawatan
1. Ansietas (Cemas)
berhubungan
dengan ancaman
pada status
Riwayat Alergi -
kesehatan saat ini.
2. Nyeri berhubungan
dengan agens
cidera biologis.
1. Persiapan Operasi
a. Identitas pasien dan prosedur telah dikonfirmasi.
b. Marking telah dilakukan pada lembar pemeriksaan fisik, marking
tangan kanan
c. Informed consent telah ditanda tangani oleh ibu sendiri.
d. Telah dikonfirmasi bahwa pasien tidak memiliki alergi.
e. Pasien telah berpuasa sejak pukul 23.00 malam, sehingga puasa telah
dilakukan selama ± 8 jam.
2. Daftar Masalah
No Tgl . jam Data focus Diagnosa Tgl Ttd
keperawatan teratasi
1 10 DS : Pasien mengatakan Ansietas 10
Desember sedikit takut kalau nanti (Cemas) Desember
2019 akan muncul rasa nyeri dan berhubungan 2019
13.00 sakit yang akan pasien dengan ancaman
WIB rasakan, namun pasien pada status
mengatakan harus dioperasi kesehatan saat
agar benjolannya hilang. ini
DO :
Pasien tampak tegang,
wajah pasien tampak
cemas dan gelisah
SpO2 : 98 %
HR : 80x/menit
RR : 20 x/menit
2 10 DS : pasien mengatakan Nyeri 10
Desember merasa nyeri saat berhubungan Desember
2019 beraktivitas, terasa senut- dengan agens 2019
senut, nyeri dirasakan di cidera biologis
lengan bawah kanan (di atas
pergelangan tangan) dengan
skala 5, nyeri dirasakan
hilang timbul.
DO : pasien tampak
menahan sakit dengan
mengerutkan dahi dan
menggerakkan tangannya
pelan-pelan.
3. Rencana Keperawatan
Melaporkan 5. Kolaborasi :
kontrol nyeri pemberian
Analgetik sesuai
indikasi
4. Implementasi
No Tgl / jam Tindakan keperawatan Respon Ttd
1. 10 1. Mengkaji tingkat S: Pasien mengatakan
Desember kecemasan pasien dan sedikit takut.
2019 mendorong klien untuk O:
13.20 mengekspresikan Pasien mengalami
WIB ketakutan atau tingkat kecemasan
kekhawatiran yang sedang
dialami, Pasien
mengekspresikan
kecemasan dengan
mengatakan secara
verbal, pasien
komunikatif
2. Memberikan informasi S: pasien mengatakan
yang membantu sedikit merasa tenang
menyingkirkan setelah ditemani dan
kekhawatiran klien, dijelaskan tentang
Mempertahankan tindakan yang akan
komunikasi terbuka dijalani oleh pasien
dengan klien.
3. Mengajarkan teknik O: Pasien mengontrol
napas dalam. cemas dengan napas dalam
4. Mengkaji tekanan S: pasien mengatakan
darah, status sedikit takut.
pernapasan, nadi dan O: Pasien tampak tegang,
status psikologis pasien raut wajah gelisah dan
cemas
TD : 100/60 mmHg
SpO2 : 100 %
HR : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
2. 10 1. Melakukan pengkajian DS : pasien mengatakan
November nyeri secara merasa nyeri saat
menyeluruh meliputi beraktivitas, terasa senut-
2019
lokasi, durasi, kualitas, senut, nyeri dirasakan di
keparahan nyeri dan lengan bawah kanan (di
faktor pencetus nyeri. atas pergelangan tangan)
dengan skala 5, nyeri
2. Observasi dirasakan hilang timbul.
ketidaknyamanan non DO : pasien tampak
verbal. menahan sakit dengan
mengerutkan dahi dan
menggerakkan tangannya
pelan-pelan.
5. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
10 Ansietas (Cemas) S :
Desember berhubungan dengan Pasien mengatakan cemasnya
2019 ancaman pada status terhadap tindakan operasi sudah
13.30 WIB kesehatan saat ini berkurang
O:
Pasien sedikit lebih tenang,
namun ada raut wajah cemas
dan gelisah
TD : 100/60 mmHg
SpO2 : 100 %
HR : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
10 Nyeri berhubungan S :
Desember dengan agens cidera Pasien mengatakan rasa nyerinya
2019 biologis sudah berkurang
O:
Pasien tampak sedikit lebih tenang
TD : 110/80 mmHg
SpO2 : 99 %
HR : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
III. INTRA OPERASI
TGL OPERASI : 10 Desember 2019 TEKNIK ANASTESI JENIS OBAT OBAT LAIN
Recovol 10 cc
Etanyl 2cc
Ketamin 1 cc
Dexketoprofen 2 cc
IWL 34 cc
Urine -cc
BALANCE + 481 cc
4. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
10 Risiko S:-
Desember ketidakefektifan pola O:
2019 napas b.d kelemahan SpO2 99%
14.35 neuromuskular RR: 21 x/mnt
Klien diposisikan head thin chin
lift
Klien menggunakan fase mas
dengan sevoflurance 1.5 lpm
Jalan napas klien paten
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
10 Kerusakan integritas S:-
Desember jaringan b.d prosedur O:
2019/ 14.27 pembedahan Tidak ada tanda-tanda
WIB perdarahan abnormal
Darah keluar 30 cc
Balance cairan +481 cc
Dilakukan penutupan sayatan
dengan jahitan ±10 cm
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 67 x/menit
A :Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
10 Resiko infeksi S:-
berhubungan dengan O:
Desember
trauma jaringan Prinsip steril tetap terjaga
2019/ 14.30
Tidak ada kassa dan
WIB instrumen tertinggal
Suhu 36oC
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
POST OPERASI
a. Pengkajian
DS : -
DO : Ny. V dipindahkan ke recovery room pada pukul 14.35 WIB
dengan kondisi masih tampak lemah, membuka mata jika dipanggil
kemudian menutup mata lagi, mampu menggerakkan ekstremitas,
terdapat luka post tindakan excisi wrist joint yang dibalut dengan
kassa dan hypafix.
Monitor TTV pukul 14.35 WIB
- TD : 105/ 69 mmHg
- HR : 82 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- SpO2 : 100 %
- Suhu : 36oC
Monitor TTV pukul 14.50 WIB
- TD : 115/ 80 mmHg
- HR : 93 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- SpO2 : 100 %
- Suhu : 36oC
AldreteScore
No Tanda Score
Kriteria
.
1. Kesadaran Sadar penuh, mudah dipanggil 2
Bangun jika dipanggil 1
Tidak ada respon 0
TOTAL SKOR 7
TOTAL SKOR 9
Catatan Lain Segera beri analgetik tablet setelah pasien sadar penuh
Berikan dextrose infus sebelum pulang
Perawatan di -
ruangan
Kesakitan Dexketoprofen 40 mg
diberi
Mual Lansoprazole 30 mg
muntah
diberi
Diagnosa Risiko cedera b.d agens farmaseutikal anestesi
Keperawatan
b. Rencana, Implementasi dan Evaluasi
No. Tujuan Nursing Care Plan Implementasi Evaluasi TTD
1. Setelahdilakuk a) Pindahkan a) Memindahkan S:-
antindakankep klien dengan pasien dengan O : bed
erawatanselam aman mengunci bed terkunci, side
a 1x 30 menit b) Pasang side b) Memindahkan rail terpasang,
diaharapkance rail tempat pasien dengan posisi pasien
derajatuhtidakt tidur tetap menjaga terlentang,
erjadi, c) Posisikan kestabilan kepala pasien
dengankriteria klien sesuai dan leher terpasang nasal
hasil : dengan jenis c) Memasang side kanule O2 3
Klienterbe anastesi yang rail tempat tidur lpm, pasien
basdariced diberikan d) Memposisikan membuka mata
erajatuh pasien terlentang saat dipanggil,
Tidakterjad tidur tanpa bantal bicara pasien
iabserasiku belum jelas,
litakibatpe pasien mampu
mindahan menggerakkan
ekstremitasnya
A : masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
a) Pindahkan
klien
dengan
aman
b) Pasang side
rail tempat
tidur
c) Posisikan
klien sesuai
dengan jenis
anastesi
yang
diberikan
BAB III
PEMBAHASAN
1. Analisa Kasus (Deskripsi)
Ny. V usia 39 tahunmemiliki benjolan pada sendi tangan kanan
pasien mengatakan benjolanterasa nyeri saat beraktivitas, terasa senut-senut,
nyeri dirasakan di lengan bawah kanan (di atas pergelangan tangan), dengan
skala 5, nyeri dirasakan hilang timbul.
Kondisi umum klien, composmentis, TD 110/80 mmHg, HR 80
x/menit, RR 20x/menit. Hasil laborat Hb 813.4 g/dL, Ht 40.6%, Leukosit 9.92
ribu/mm3, trombosit 443 ribu/mm3. LED I 26 mmHg, LED II 53 mmHg, GDS
77mg/dL, APTT 10derik, AntiHIV Nonreaktif, HbsAg Nonreaktif.
Pasien belum pernah operasi sebelumnya, pasien mengatakan
sedikit takut kalau nanti akan muncul rasa nyeri dan sakit yang akan pasien
rasakan, namun pasien mengatakan harus dioperasi agar benjolannya hilang.
3.2 Analisa Intervensi (Pembahasan)
Tumor/ benjolan yang terjadi pada pergelangan tangan mempunyai
variasi kasus yang banyak, salah satunya adalah kista ganglion yang paling
sering terjadi di pergelangan tangan terutama bagian belakang baru bagian
depan, kondisi ini juga disebut sebagai Bible Cyst/Bible bump onset biasanya
lebih dari satu bulan.
Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi berupa tekanan pada pembuluh darah dan saraf dipergelangan
yang dirasakan sebagai sindroma corpal tunnel berupa nyeri, kesemutan, mati
rasa sampai dengan melemahnya otot. Penegakan diagnosa secara sederhana
dengan dilakukan dengan ultra sono graphi, jika peralatan terbatas sering
ditegakan setelah dilakukan tindakan operasi akan ditemukan benjolan
berkantung yang berisi cairan berlendir yang membedakan dengan kejadian
lipoma, kista inklusi epidermoid, asam urat ataupun hemangioma.
Pasien dilakukan tindakan eksisi pada STT Wirst Joint. Yaitu
pembedahan untuk membuang jaringan (tumor) dengan cara memotong.
Pertimbangan dipilihnya tindakan ini yaitu untuk mengangkat benjolan yang
ada pada sendi pergelangan tangan kanan pasien.
Setelah keputusan tindakan operasi, pasien mengalami kecemasan.
Hal ini dikarenakan bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu
peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk
memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk
didengarkan dan diminta pendapat ikut menentukan hasil pembedahan.
Egbert et al. (1963) dalam Gruendemann (2006) memperlihatkan bahwa
kecemasan pasien yang dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi
akan berkurang saat tiba di kamar operasi dibandingkan mereka yang hanya
sekedar diberi premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat
premedikasi melaporkan rasa mengantuk, tetapi tetap cemas. Dengan
menjelaskan prosdur pembedahan diharapkan pasien yang teradapatasi
dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa lebih
nyaman. Kemudian dengan memberikan dukungan emosional pra bedah
diharapkan hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
mememgaruhi peneriamaan pasien terhadap pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain penting dari
evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap
anestesi. Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase
intrabedah, pasien dengan anastesi general beresiko mengalami gangguan
pada pernafasan sehingga diangkat diagnose resiko ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler yang disebabkan
karena efek anastesi. Saat operasi sedang berlangsung, adanya insisi
menimbulkan luka sayatan yang menyebabkan adanya risiko infeksi area
pembedahan dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
procedure pembedahan. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang
dilaksanakan perawat perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi,
optimalisasi peran asisten pertama bedah (pada beberapa kondisi di rumah
sakit di Indonesia memberlakukan perawat sebagai asisten pertama/ first
assistance), optimalisasi peran perawat instrumen, dan optimalisasi peran
perawat sirkulasi. Perawat instrumen mempunyai peran agar proses
pembedahan dapat dilakukan secara efektif dan efesien (lihat modalitas peran
perawat instrumen pada bab sebelumnya). Tanggung jawab yang penting dari
perawat instrumen adalah menjaga kesterilan lingkungan bedah agar tidak
meningkatkan risiko infeksi intraoperatif.Fokus tujuan pada fase ini adalah
optimalisasi hasil pembedahan dan penurunan risiko infeksi dengan menjaga
prinsip steril.
Setelah dipindahkan ke recovery room kondisi klien masih lemah,
TD 105/69mmHg, HR 82 kali/menit, RR 20 kali/menit, SPO2 100%. Pasien
membuka mata ketika dipanggil namun menutup mata lagi, mampu
menggerakkan ekstremitas. Pada fase post operatif muncul diagnose resiko
cedera berhubungan dengan agens farmaseutikal anastesi sehingga perlu
pemindahan pasien dengan aman yaitu perawat memindahkan pasien dengan
menggunakan brankar dengan pagar terpasang, pasien biasanya sadar namun
masih lemah diharapkan mampu mencegah terjadinya cidera. Saat
dipindahkan ke recovery room score aldrete yaitu 7, kemudian saat akan
dipindahkan ke ruangan aldrete score pasien yaitu 9 sehingga pasien boleh
dipindahkan ke ruang bangsal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai tindakan eksisi pada
STT Wirst Joint dari tahap pre operasi, intra operasi serta post operasi
didapatkan beberapa masalah yang muncul, yaitu ansietas (cemas)
berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan saat inisehingga perlu
diberikan dukungan serta mengajarkan teknik relaksasi dan nyeri
berhubungan dengan agens cidera biologis pada tahap pre operasi
diberikan teknik nonfarmakologi serta analgetik yang telah diberikan di
ruangan, risiko ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan neuromuskular
hal ini merupakan salah satu risiko dari pemberian general anestesi
sehingga perlu klien diawasi dan kerusakan integritas jaringan b.d
prosedur pembedahan pada tahap intra operasi karena luka dari sayatan
ketika pembedahan sehingga lingkungan di sekitar klien harus steril,
kemudian risiko cedera b.d agens farmaseutikal anestesi pada tahap post
operasi merupakan efek dari anestesi dimana setelah klien dibangunkan,
klien belum sadar sepenuhnya sehingga perlu diberikan pengawasan serta
mengamankan bed klien maka tidak terjadi kejadian cedera atau jatuh.
B. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan tenaga medis berperan penting dalam pelaksanaan
manajemen masalah yang muncul ketika pre operasi, intra operasi serta
post operasi sehingga pelaksanaan tindakan dapat berjalan lancar
2) Bagi Keluarga Klien
Diharapkan keluarga dapat lebih memberikan dukungan moril bagi
klien sehingga mampu membantu mengurangi beban psikis klien dalam
menghadapi tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
IlmuBedah,
Mosby Elsevier