Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


SCAPHOTRAPEZIOTRAPEZOIDAL (STT) WRIST JOINT DEXTRA
DENGAN TINDAKAN OPERASI EKSISI PADA NY. V DI RUANG
INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS

Disusun Oleh :

CAHYA TRI UTAMI

RINA BUDI

FIRA DEWI CAHYANI

HIDAYATUL FAIZZAH

TSANIYA SALSABILA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN – POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Tumor/ benjolan yang terjadi pada pergelangan tangan mempunyai
variasi kasus yang banyak, salah satunya adalah kista ganglion yang paling
sering terjadi di pergelangan tangan terutama bagian belakang baru bagian
depan,kondisi ini juga disebut sebagai Bible Cyst/Bible bump onset
biasanya lebih dari satu bulan.
Angka kejadian 3 dari 10.000 penduduk mengalami kondisi ini
terutama pada wanita muda dan paruh baya karena aktifitas mereka yang
aktif. Terjadi lebih dari 150 kasus setiap tahun di Indonesia, tetapi
masyarakat tidak semua menyerahkan untuk ditangani oleh petugas
professional, sebagian akan mencari alternative tindakan dan baru
kepelayanan kesehatan jika sudah mengalami gangguan lanjut.
Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi berupa tekanan pada pembuluh darah dan saraf dipergelangan
yang dirasakan sebagai sindroma corpal tunnel berupa nyeri, kesemutan,
mati rasa sampai dengan melemahnya otot
Penegakan diagnose secara sederhana dengan dilakukan ultra
sonographi, jika peralatan terbatas sering ditegakan setelah dilakukan
tindakan operasi akan ditemukan benjolan berkantung yang berisi cairan
berlendir yang membedakan dengan kejadian lipoma, kista inklusi
epidermoid, asam urat ataupun hemangioma.
Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada tindakan aspirasi daripada
eksisi, ditemukan kasus yang mengalami kekambuhan setelah operasi
adalah 12% hingga 41%, sedangkan tanpa tindakan operasi 58% dapat
mengalami kesembuhan secara spontan pada kondisi yang belum
berkembang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asuhan
keperawatan perioperative di ruang IBS Rumah Sakit Ken Saras.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui asuhan keperawatan pada fase praoperasi
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada fase intra operasi
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada fase paska operasi
d. Menganalisa keberhasilan asuhan selama perioperative
C. Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait yaitu:
a. Praktisi keperawatan
Sebagai salah satu masukan untuk evaluasi SAK terkait kasus yang
sesuai.
b. Mahasiswa keperawatan
Sebagai salah satu literature asuhan keperawatan pada kasus yang
sama untuk pijakan pengembangan asuhan
BAB II
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF EXICI WRIST JOINT


DENGAN DIAGNOSA MEDIS SCAPHOTRAPEZIOTRAPEZOIDAL
(STT) WRIST JOINT DEXTRA PADA Ny . V
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. V
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
No RM : 10.81.99
Ruang/Kamar : IBS/OK 2
Jenis Operasi : Minor
Operator : dr. W
Dokter Anastesi : dr. D
Perawat Anastesi : Zr.D
Perawat Asisten : Zr. H
Perawat Scrub : Zr. N
Perawat Sirkuler : Zr. Y
Diagnosa Pre Op : Post Exici Wrist Join Dextra
Tindakan Operasi : Exici Wrist Joint

II. PRE OPERASI

DS
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan merasa nyeri saat beraktivitas,
terasa senut-senut, nyeri dirasakan di lengan bawah kanan (di atas
pergelangan tangan), dengan skala 5, nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien
mengatakan sedikit takut kalau nanti akan muncul rasa nyeri dan sakit yang
akan pasien rasakan, namun pasien mengatakan harus dioperasi agar
benjolannya hilang.
DO
Tekanan 110/70 Jantung Hb 13,4 g/dL
Darah mmHg  Inspeksi
HR 80 Ictus cordis tidak Hematokr 40,6 %
x/menit nampak. it
RR 20  Palpasi Lekosit 9,92
x/menit Ictus cordis teraba di ribu/mm3
Suhu 36.1oC intercosta V Trombosit 443
midklavikula. ribu/mm3
 Perkusi (H)
SaO2 99% Terdapat suara redup LED I 26 mmHg
 Auskultasi (H)
Terdengar bunyi LED II 53 mmHg
BB 54 kg jantung I dan II, tidak GDS 77 mg/dL
ada murmur dan APTT 10 detik
CATATAN LAIN gallop. Anti HIV Non
Pasien merupakan reaktif
pasien dewasa dan Paru-paru
HbsAg Non
baru pertama kali ini  Inspeksi
reaktif
menjalani operasi. Bentuk dada simetris,
frekuensi pernafasan
20 x/menit, tidak IV LINE RL 40 tpm
terdapat otot bantu
NGT -
pernafasan.
 Palpasi KATETER -
Focal fremitus teraba
sama kuat, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada
benjolan.
 Perkusi
Suara sonor pada
semua lapang paru
 Auskultasi
Suara nafas vesikuler.
ABDOMEN
 Inspeksi
Tidak terdapat asites,
 Auskultasi
 Bising usus 9 x/menit.
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri
tekan.
 Perkusi
-
EKSTREMITAS :
 Ekstremitas atas
Tangan kiri terpasang
infus RL 40 tpm.
Terdapat benjolan di
sekitar pergelangan
tangan pasien.

 Ekstremitas bawah
Kaki tidak terdapat
kelemahan anggota
gerak. Tidak ada
edema.

Kekuatan otot :
5 5

5 5
Pre Medikasi Lanzoprazole 30 mg Diagnosa
Propylaxis Moxifloxacin 400 mg Keperawatan
1. Ansietas (Cemas)
berhubungan
dengan ancaman
pada status
Riwayat Alergi -
kesehatan saat ini.
2. Nyeri berhubungan
dengan agens
cidera biologis.
1. Persiapan Operasi
a. Identitas pasien dan prosedur telah dikonfirmasi.
b. Marking telah dilakukan pada lembar pemeriksaan fisik, marking
tangan kanan
c. Informed consent telah ditanda tangani oleh ibu sendiri.
d. Telah dikonfirmasi bahwa pasien tidak memiliki alergi.
e. Pasien telah berpuasa sejak pukul 23.00 malam, sehingga puasa telah
dilakukan selama ± 8 jam.

2. Daftar Masalah
No Tgl . jam Data focus Diagnosa Tgl Ttd
keperawatan teratasi
1 10 DS : Pasien mengatakan Ansietas 10
Desember sedikit takut kalau nanti (Cemas) Desember
2019 akan muncul rasa nyeri dan berhubungan 2019
13.00 sakit yang akan pasien dengan ancaman
WIB rasakan, namun pasien pada status
mengatakan harus dioperasi kesehatan saat
agar benjolannya hilang. ini
DO :
 Pasien tampak tegang,
wajah pasien tampak
cemas dan gelisah
 SpO2 : 98 %
HR : 80x/menit
RR : 20 x/menit
2 10 DS : pasien mengatakan Nyeri 10
Desember merasa nyeri saat berhubungan Desember
2019 beraktivitas, terasa senut- dengan agens 2019
senut, nyeri dirasakan di cidera biologis
lengan bawah kanan (di atas
pergelangan tangan) dengan
skala 5, nyeri dirasakan
hilang timbul.
DO : pasien tampak
menahan sakit dengan
mengerutkan dahi dan
menggerakkan tangannya
pelan-pelan.

3. Rencana Keperawatan

No Tgl / jam Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd


1. 10 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
Desember Cemas) tindakan kecemasan pasien
2019 berhubung keperawatan 2. Dorong klien untuk
13.10 WIB an dengan selama 15 menit mengekspresikan
ancaman diharapkan cemas ketakutan atau
pada status berkurang kekhawatiran yang
kesehatan dengan kriteria dialami
saat ini hasil : 3. Berikan informasi
yang membantu
 Terbina
menyingkirkan
hubungan
kekhawatiran klien
saling percaya
4. Pertahankan
antara pasien
komunikasi terbuka
dan perawat
dengan klien
 Pasien dapat
5. Libatkan peran dari
mengekspresik
keluarga atau
an ketakutan
sahabat klien,
atau
sepanjang
kekhawatiran
memungkinkan
tentang
6. Ajarkan teknik
pembedahan
relaksasi
yang akan
7. Kolaborasi dengan
dihadapinya
tim medis untuk
 Pasien dapat
pemberian
Menggunakan
medikasi pre-
teknik
anesthesi
relaksasi 8. Kaji tekanan darah,
untuk status pernapasan,
menurunkan nadi dan status
cemas psikologis pasien
 Pasien
mengungkapk
an bahwa
tingkat
kecemasannya
sudah hilang
atau berkurang
 Pasien
mengatakan
siap untuk
menjalani
operasi.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1. Lakukan
berhubung tindakan pengkajian nyeri
secara menyeluruh
an dengan keperawatan
meliputi lokasi,
agens selama 15 menit durasi, kualitas,
cidera diharapkan nyeri keparahan nyeri
dan faktor pencetus
biologis dapat terkaji
nyeri.
dengan kriteria
2. Observasi
hasil :
ketidaknyamanan
non verbal.
 Pasien dapat
mengetahui 3. Ajarkan untuk
teknik
faktor penyebab
nonfarmakologi
nyeri relaksasi.
 Pasien
4. Kendalikan faktor
menggunakan lingkungan yang
tindakan dapat
pencegahan mempengaruhi
respon pasien
 Pasien dapat terhadap
melaporkan ketidaknyamanan :
gejala suhu.

 Melaporkan 5. Kolaborasi :
kontrol nyeri pemberian
Analgetik sesuai
indikasi

4. Implementasi
No Tgl / jam Tindakan keperawatan Respon Ttd
1. 10 1. Mengkaji tingkat S: Pasien mengatakan
Desember kecemasan pasien dan sedikit takut.
2019 mendorong klien untuk O:
13.20 mengekspresikan  Pasien mengalami
WIB ketakutan atau tingkat kecemasan
kekhawatiran yang sedang
dialami,  Pasien
mengekspresikan
kecemasan dengan
mengatakan secara
verbal, pasien
komunikatif
2. Memberikan informasi S: pasien mengatakan
yang membantu sedikit merasa tenang
menyingkirkan setelah ditemani dan
kekhawatiran klien, dijelaskan tentang
Mempertahankan tindakan yang akan
komunikasi terbuka dijalani oleh pasien
dengan klien.
3. Mengajarkan teknik O: Pasien mengontrol
napas dalam. cemas dengan napas dalam
4. Mengkaji tekanan S: pasien mengatakan
darah, status sedikit takut.
pernapasan, nadi dan O: Pasien tampak tegang,
status psikologis pasien raut wajah gelisah dan
cemas
TD : 100/60 mmHg
SpO2 : 100 %
HR : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
2. 10 1. Melakukan pengkajian DS : pasien mengatakan
November nyeri secara merasa nyeri saat
menyeluruh meliputi beraktivitas, terasa senut-
2019
lokasi, durasi, kualitas, senut, nyeri dirasakan di
keparahan nyeri dan lengan bawah kanan (di
faktor pencetus nyeri. atas pergelangan tangan)
dengan skala 5, nyeri
2. Observasi dirasakan hilang timbul.
ketidaknyamanan non DO : pasien tampak
verbal. menahan sakit dengan
mengerutkan dahi dan
menggerakkan tangannya
pelan-pelan.

3. Ajarkan untuk teknik


DS : pasien mengatakan
nonfarmakologi
mau melakukan relaksasi
relaksasi : nafas dalam.
nafas dalam
DO : pasien dapat
mengkuti langkah-langkah
melakukan relaksasi nafas
dalam.

4. Kendalikan faktor DS : pasien mengatakan


lingkungan yang dapat selimut membuat pasien
mempengaruhi respon lebih nyaman karena
pasien terhadap merasa hangat.
ketidaknyamanan : DO : klien tampak lebih
suhu dengan nyaman
memberikan selimut.

5. Kolaborasi : pemberian DS : klien mengatakan


Analgetik sesuai dari ruangan sudah dapat
indikasi obat yang dimasukkan ke
dalam infusnya :
Lanzoprazole 30 mg

5. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
10 Ansietas (Cemas) S :
Desember berhubungan dengan Pasien mengatakan cemasnya
2019 ancaman pada status terhadap tindakan operasi sudah
13.30 WIB kesehatan saat ini berkurang
O:
 Pasien sedikit lebih tenang,
namun ada raut wajah cemas
dan gelisah
TD : 100/60 mmHg
SpO2 : 100 %
HR : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi

10 Nyeri berhubungan S :
Desember dengan agens cidera Pasien mengatakan rasa nyerinya
2019 biologis sudah berkurang
O:
Pasien tampak sedikit lebih tenang
TD : 110/80 mmHg
SpO2 : 99 %
HR : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
III. INTRA OPERASI

TGL OPERASI : 10 Desember 2019 TEKNIK ANASTESI JENIS OBAT OBAT LAIN

WAKTU : 13.30 s.d 14.30 General Anestesi Sulfat Atropin Premedikasi :


Teknik Face Mask (Sungkup) 0,25 mg Moxifloxacin 400
POSISI : Supinasi Recovol 100
mg
mg
Dexketoprofen Lansoprazole 30
40 mg mg
Ketamin 40 mg
Analgesik post op :
Etanyl 100 mg
Dexketoprofen 40
mg /8 jam

JUMLAH INSTRUMEN : 15 Maintenance OKSIGEN : Sevoflurance 1.5 lpm


OBAT :-

INSTRUMEN PRE INTRA POST


1. Duk Klem 2 2 2
2. Scapel blades no 7 1 1 1
3. Bisturi no 15 1 1 1
4. Pinset Anatomi 2 2 2
5. Pinset Cirugis 2 2 2
6. Gunting jaringan 1 1 1
7. Pean 5 inch 5 5 5
8. Needle Holder 1 1 1
9. Gunting benang 1 1 1
10. Bengkok 1 1 1
11. Kom Kecil 2 2 2
12. Hak Kecil 2 2 2
13. Pinset Cirugis Manis 1 1 1
14. Ioderm 1 1 1
15. Koter 1 1 1
16. Kassa 10 10 10
17. Vicryl 2.0 j 602 3 3 3
BAHAN HABIS PAKAI
ALAT PRE INTRA POST

Handscoon steril 3psg 3psg 3psg


Povidon iodine 50 cc -cc -cc
Alkohol 50 cc -cc -cc
BALANCE CAIRAN MASUK RL 500 cc TOTAL MASUK 545 cc

Recovol 10 cc

Etanyl 2cc

Ketamin 1 cc

Dexketoprofen 2 cc

KELUAR Perdarahan 30 cc TOTAL KELUAR 64 cc

IWL 34 cc

Urine -cc

BALANCE + 481 cc

PENYULIT Tidak ada


DIAGNOSA Intra Operasi
KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan neuromuskular
2. Kerusakan integritas jaringan b.d prosedur pembedahan
3. Resiko infeksi area pembedahan b.d prosedur invasif
1. Daftar Masalah
Tgl
Diagnosa
No Tgl/jam Data Fokus Terata Ttd
keperawatan
si
1. 10 DS: - Risiko 10
Desember DO: ketidakefektifan Desem
2019-12- DO: pola napas b.d ber
10 13.30 Terpasang Oropharyngeal kelemahan 2019
tube dan face mask neuromuskular
Menggunakan general
anestesi dan maintenance
sevoflurance 1.5 lpm
RR : 21x/menit
SpO2 99%
2. 10 DS: - Kerusakan 10
Desember DO: integritas Desem
2019 - Dilakukan sayatan pada jaringan b.d ber
13.35 tangan kanan dengan prosedur 2019
perdarahan sebanyak pembedahan
±30 cc
- Pengambilan Ganglion
keseluruhan telah
dilakukan
3. 10 DS : - Resiko infeksi 10
Desember DO : berhubungan Desem
2019  Adanya luka insisi pada dengan prosedur ber
13.40 wrist joint dextra invasif 2019
WIB sepanjang ±10 cm
13.45
2. Rencana Keperawatan
No Tgl / jam Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
1. 10 Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
Desember ketidakefe tindakan 2. Posisikan headthin
2019 ktifan pola keperawatan chin lift
13.32 napas b.d selama 60 menit 3. Pertahankan
kelemahan masalah teratasi sungkup mask
neuromus dengan kriteria 4. Kolaborasi
kular hasil : pemberian O2
1. RR 16-24
x/menit
2. Jalan napas
paten
3. Klien tidak
terjadi aspirasi
2. 10 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-
Desember integritas tindakan tanda perdarahan
2019 jaringan keperawatan 2. Monitor TTV
13.42 berhubung selama 60 menit 3. Beri cairan sesuai
an dengan diharapkan klien kebutuhan
prosedur tidak mengalami 4. Monitor input dan
pembedah perdarahan, output
an dengan kriteria 5. Dep perdarahan
hasil : dengan kassa
 TTV dalam 6. Hentikan
batas normal perdarahan dengan
TD 120/80 couter
mmHg, HR :
60-100 x/mnt
 Tidak terjadi
perdarahan
yang berlebih
pada saat
operasi
berlangsung
perdarahan <
500 cc
3. 10 Resiko Setelah dilakukan 1. Lakukan teknik
Desember infeksi tindakan steril pada setiap
2019 area keperawatan tindakan
13.47 pembedah selama 60 menit 2. Lakukan drapping
an diharapkan klien 3. Batasi personil
berhubung terhindar dari operasi (maks 10
an dengan infeksi, dengan orang)
dan kriteria hasil : 4. Desinfeksi lokasi
trauma suhu : 36,5 – operasi
jaringan 37,5 oC 5. Monitor tanda-
 Tidak ada tanda infeksi pada
instrument klien
atau kassa
yang tertinggal
di lokasi
pembedahan
 Prinsip steril
tetap terjaga
selama
tindakan
operasi
3. Implementasi Keperawatan
No Tgl / jam Tindakan keperawatan Respon Ttd
1. 10 1. Petugas melakukan DS:-
Desember cuci tangan bedah, DO:
2019 menggunakan gloving Operator, asisten dan
13.30 dan gowning dengan instrumen nurse
prinsip steril melakukan cuci tangan
bedah sesuai dengan SOP
serta menerapkan prinsip
steril
2. 10 2. Melakukan induksi DS:
Desember general anestesi DO :
2019 Klien diposisikan head till
13.33 chin lift
Klien menggunakan
anestesi dengan teknik
sungkup
2. 10 3. Melakukan desinfeksi DS: -
Desember area operasi DO:
2019 Melakukan desinfeksi
13.38 menggunakan alkohol
selanjutnya betadin pada
tangan kanan klien dengan
arah memutar dari dalam
ke luar
3. 10 4. Melakukan drapping DS: -
Desember DO:
2019 Melakukan drapping
13.40 menggunakan :
1. Menggunakan duk 2
meter kearah horisontal
atas
2. Melakukan draping
tangan kanan
menggunakan duk 1
meter sebanyak 2 buah
dengan cara memutar
(melingkari tangan)
4. 10 5. Menutup pintu kamar DS:-
Desember operasi dan membatasi DO:
2019 personil kamar operasi Menutup pintu kamar
13.45 (maks 10 orang) operasi dan membatasi
personil di dalam ruang
operasi serta membatassi
akses keluar masuk
5. 10 6. Melakukan DS: -
Desember penghentian DO :
2019 perdarahan dengan Menhentikan perdarahan
13.55 deep kassa dan couter dengan melakukan deep
kassa dan couter
(koagulasi)
6. 10 7. Memonitor perdarahan DS: -
Desember DO : Tidak terjadi
2019 perdarahan berlebihan
14.15 <500 cc yaitu 30 cc
7. 10 8. Memonitor input dan DS: -
Desember output klien DO:
2019 Klien menggunakan infus
14.20 RL
Balance cairan +481 cc
8. 10 9. Melakukan teknik steril DS:-
Desember pada setiap tindakan DO:
2019 Prinsip steril oleh operator,
14.25 asisten dan perawat
instrumen tetap terjaga
sampai dengan prosedur
operasi selesai
Tidak ada kassa tertinggal
Tidak instrumen tertinggal
(checklist sesuai pre, intra
dan post operasi)
9. 10 10. Memberikan bantuan DS:
Desember oksigen 3lpm dengan DO:
2019 nasal kanul Oksigen 3lpm
14.30

4. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
10 Risiko S:-
Desember ketidakefektifan pola O:
2019 napas b.d kelemahan SpO2 99%
14.35 neuromuskular RR: 21 x/mnt
Klien diposisikan head thin chin
lift
Klien menggunakan fase mas
dengan sevoflurance 1.5 lpm
Jalan napas klien paten
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
10 Kerusakan integritas S:-
Desember jaringan b.d prosedur O:
2019/ 14.27 pembedahan  Tidak ada tanda-tanda
WIB perdarahan abnormal
 Darah keluar 30 cc
 Balance cairan +481 cc
 Dilakukan penutupan sayatan
dengan jahitan ±10 cm
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 67 x/menit
A :Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
10 Resiko infeksi S:-
berhubungan dengan O:
Desember
trauma jaringan  Prinsip steril tetap terjaga
2019/ 14.30
 Tidak ada kassa dan
WIB instrumen tertinggal
 Suhu 36oC
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
POST OPERASI
a. Pengkajian
DS : -
DO : Ny. V dipindahkan ke recovery room pada pukul 14.35 WIB
dengan kondisi masih tampak lemah, membuka mata jika dipanggil
kemudian menutup mata lagi, mampu menggerakkan ekstremitas,
terdapat luka post tindakan excisi wrist joint yang dibalut dengan
kassa dan hypafix.
Monitor TTV pukul 14.35 WIB
- TD : 105/ 69 mmHg
- HR : 82 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- SpO2 : 100 %
- Suhu : 36oC
Monitor TTV pukul 14.50 WIB
- TD : 115/ 80 mmHg
- HR : 93 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- SpO2 : 100 %
- Suhu : 36oC

Jam masuk Recovery Room : 14.35

AldreteScore
No Tanda Score
Kriteria
.
1. Kesadaran  Sadar penuh, mudah dipanggil 2
 Bangun jika dipanggil 1
 Tidak ada respon 0

2. Pernafasan  Mampu bernafas dan batuk 2


 Dyspenu, hipoventilasi (nafas 1
dangkal dan adekuat)
 Apneu (nafas tidak adekuat) 0
3. Tekanan darah  TD-/+ 20% mmHg nilai pra 2
anastesi
 TD -/+20%-50% mmHg nilai pra 1
anastesi
 TD -/+50% mmHg nilai 0
praanastesi
4. Aktivitas  Mampu menggerakankan 4 2
motorik ekstremitas atas perintah maupun
tidak
 Mampu menggerakan 2
ekstremitas atas perintah atau 1
tidak
 Tidak mampu menggeraka 0
nekstremitas
5. Warna kulit  Kemerahan/pink (normal) 2
 Pucat 1
 Sianosis 0

TOTAL SKOR 7

Jam Keluar Recovery Room : 14.55


AldreteScore
No Tanda Score
Kriteria
.
1. Kesadaran  Sadar penuh, mudah dipanggil 2
 Bangun jika dipanggil 1
 Tidak ada respon 0

2. Pernafasan  Mampu bernafas dan batuk 2


 Dyspenu, hipoventilasi (nafas 1
dangkal dan adekuat)
 Apneu (nafas tidak adekuat) 0

3. Tekanan darah  TD-/+ 20%mmHg nilai pra 2


anastesi
 TD -/+20%-50% mmHg nilai pra 1
anastesi
 TD -/+50% mmHg nilai 0
praanastesi
4. Aktivitas  Mampu menggerakankan 4 2
motorik ekstremitas atas perintah
maupun tidak
 Mampu menggerakan 2 ekstremitas 1
atas perintah atau tidak
 Tidak mampu menggeraka 0
nekstremitas
5. Warna kulit  Kemerahan/pink (normal) 2
 Pucat 1
 Sianosis 0

TOTAL SKOR 9

Catatan Lain Segera beri analgetik tablet setelah pasien sadar penuh
Berikan dextrose infus sebelum pulang
Perawatan di -
ruangan
Kesakitan Dexketoprofen 40 mg
diberi
Mual Lansoprazole 30 mg
muntah
diberi
Diagnosa Risiko cedera b.d agens farmaseutikal anestesi
Keperawatan
b. Rencana, Implementasi dan Evaluasi
No. Tujuan Nursing Care Plan Implementasi Evaluasi TTD
1. Setelahdilakuk a) Pindahkan a) Memindahkan S:-
antindakankep klien dengan pasien dengan O : bed
erawatanselam aman mengunci bed terkunci, side
a 1x 30 menit b) Pasang side b) Memindahkan rail terpasang,
diaharapkance rail tempat pasien dengan posisi pasien
derajatuhtidakt tidur tetap menjaga terlentang,
erjadi, c) Posisikan kestabilan kepala pasien
dengankriteria klien sesuai dan leher terpasang nasal
hasil : dengan jenis c) Memasang side kanule O2 3
 Klienterbe anastesi yang rail tempat tidur lpm, pasien
basdariced diberikan d) Memposisikan membuka mata
erajatuh pasien terlentang saat dipanggil,
 Tidakterjad tidur tanpa bantal bicara pasien
iabserasiku belum jelas,
litakibatpe pasien mampu
mindahan menggerakkan
ekstremitasnya
A : masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
a) Pindahkan
klien
dengan
aman
b) Pasang side
rail tempat
tidur
c) Posisikan
klien sesuai
dengan jenis
anastesi
yang
diberikan
BAB III
PEMBAHASAN
1. Analisa Kasus (Deskripsi)
Ny. V usia 39 tahunmemiliki benjolan pada sendi tangan kanan
pasien mengatakan benjolanterasa nyeri saat beraktivitas, terasa senut-senut,
nyeri dirasakan di lengan bawah kanan (di atas pergelangan tangan), dengan
skala 5, nyeri dirasakan hilang timbul.
Kondisi umum klien, composmentis, TD 110/80 mmHg, HR 80
x/menit, RR 20x/menit. Hasil laborat Hb 813.4 g/dL, Ht 40.6%, Leukosit 9.92
ribu/mm3, trombosit 443 ribu/mm3. LED I 26 mmHg, LED II 53 mmHg, GDS
77mg/dL, APTT 10derik, AntiHIV Nonreaktif, HbsAg Nonreaktif.
Pasien belum pernah operasi sebelumnya, pasien mengatakan
sedikit takut kalau nanti akan muncul rasa nyeri dan sakit yang akan pasien
rasakan, namun pasien mengatakan harus dioperasi agar benjolannya hilang.
3.2 Analisa Intervensi (Pembahasan)
Tumor/ benjolan yang terjadi pada pergelangan tangan mempunyai
variasi kasus yang banyak, salah satunya adalah kista ganglion yang paling
sering terjadi di pergelangan tangan terutama bagian belakang baru bagian
depan, kondisi ini juga disebut sebagai Bible Cyst/Bible bump onset biasanya
lebih dari satu bulan.
Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi berupa tekanan pada pembuluh darah dan saraf dipergelangan
yang dirasakan sebagai sindroma corpal tunnel berupa nyeri, kesemutan, mati
rasa sampai dengan melemahnya otot. Penegakan diagnosa secara sederhana
dengan dilakukan dengan ultra sono graphi, jika peralatan terbatas sering
ditegakan setelah dilakukan tindakan operasi akan ditemukan benjolan
berkantung yang berisi cairan berlendir yang membedakan dengan kejadian
lipoma, kista inklusi epidermoid, asam urat ataupun hemangioma.
Pasien dilakukan tindakan eksisi pada STT Wirst Joint. Yaitu
pembedahan untuk membuang jaringan (tumor) dengan cara memotong.
Pertimbangan dipilihnya tindakan ini yaitu untuk mengangkat benjolan yang
ada pada sendi pergelangan tangan kanan pasien.
Setelah keputusan tindakan operasi, pasien mengalami kecemasan.
Hal ini dikarenakan bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu
peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk
memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk
didengarkan dan diminta pendapat ikut menentukan hasil pembedahan.
Egbert et al. (1963) dalam Gruendemann (2006) memperlihatkan bahwa
kecemasan pasien yang dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi
akan berkurang saat tiba di kamar operasi dibandingkan mereka yang hanya
sekedar diberi premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat
premedikasi melaporkan rasa mengantuk, tetapi tetap cemas. Dengan
menjelaskan prosdur pembedahan diharapkan pasien yang teradapatasi
dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa lebih
nyaman. Kemudian dengan memberikan dukungan emosional pra bedah
diharapkan hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
mememgaruhi peneriamaan pasien terhadap pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain penting dari
evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap
anestesi. Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase
intrabedah, pasien dengan anastesi general beresiko mengalami gangguan
pada pernafasan sehingga diangkat diagnose resiko ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler yang disebabkan
karena efek anastesi. Saat operasi sedang berlangsung, adanya insisi
menimbulkan luka sayatan yang menyebabkan adanya risiko infeksi area
pembedahan dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
procedure pembedahan. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang
dilaksanakan perawat perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi,
optimalisasi peran asisten pertama bedah (pada beberapa kondisi di rumah
sakit di Indonesia memberlakukan perawat sebagai asisten pertama/ first
assistance), optimalisasi peran perawat instrumen, dan optimalisasi peran
perawat sirkulasi. Perawat instrumen mempunyai peran agar proses
pembedahan dapat dilakukan secara efektif dan efesien (lihat modalitas peran
perawat instrumen pada bab sebelumnya). Tanggung jawab yang penting dari
perawat instrumen adalah menjaga kesterilan lingkungan bedah agar tidak
meningkatkan risiko infeksi intraoperatif.Fokus tujuan pada fase ini adalah
optimalisasi hasil pembedahan dan penurunan risiko infeksi dengan menjaga
prinsip steril.
Setelah dipindahkan ke recovery room kondisi klien masih lemah,
TD 105/69mmHg, HR 82 kali/menit, RR 20 kali/menit, SPO2 100%. Pasien
membuka mata ketika dipanggil namun menutup mata lagi, mampu
menggerakkan ekstremitas. Pada fase post operatif muncul diagnose resiko
cedera berhubungan dengan agens farmaseutikal anastesi sehingga perlu
pemindahan pasien dengan aman yaitu perawat memindahkan pasien dengan
menggunakan brankar dengan pagar terpasang, pasien biasanya sadar namun
masih lemah diharapkan mampu mencegah terjadinya cidera. Saat
dipindahkan ke recovery room score aldrete yaitu 7, kemudian saat akan
dipindahkan ke ruangan aldrete score pasien yaitu 9 sehingga pasien boleh
dipindahkan ke ruang bangsal.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai tindakan eksisi pada
STT Wirst Joint dari tahap pre operasi, intra operasi serta post operasi
didapatkan beberapa masalah yang muncul, yaitu ansietas (cemas)
berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan saat inisehingga perlu
diberikan dukungan serta mengajarkan teknik relaksasi dan nyeri
berhubungan dengan agens cidera biologis pada tahap pre operasi
diberikan teknik nonfarmakologi serta analgetik yang telah diberikan di
ruangan, risiko ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan neuromuskular
hal ini merupakan salah satu risiko dari pemberian general anestesi
sehingga perlu klien diawasi dan kerusakan integritas jaringan b.d
prosedur pembedahan pada tahap intra operasi karena luka dari sayatan
ketika pembedahan sehingga lingkungan di sekitar klien harus steril,
kemudian risiko cedera b.d agens farmaseutikal anestesi pada tahap post
operasi merupakan efek dari anestesi dimana setelah klien dibangunkan,
klien belum sadar sepenuhnya sehingga perlu diberikan pengawasan serta
mengamankan bed klien maka tidak terjadi kejadian cedera atau jatuh.
B. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan tenaga medis berperan penting dalam pelaksanaan
manajemen masalah yang muncul ketika pre operasi, intra operasi serta
post operasi sehingga pelaksanaan tindakan dapat berjalan lancar
2) Bagi Keluarga Klien
Diharapkan keluarga dapat lebih memberikan dukungan moril bagi
klien sehingga mampu membantu mengurangi beban psikis klien dalam
menghadapi tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th

Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th

Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia

NANDA. (2018). NANDA International nursing diagnoses :definitions and

classification 2018-2020. Ed.11. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar

IlmuBedah,

Edisi 2.Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008). Soft Tissue Tumors. Fifth Edition.China :

Mosby Elsevier

Reeves, J.C.(2007). Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta : EGC .

Price, Sylvia A. (2009). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses

penyakit .Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. (2013). Fundamental Keperawatan .Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai