Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Antara bisnis dan etika terkesan kontradiktif dilihat dari prinsip dasarnya yang berbeda,
ketika bisnis digunakan untuk mencari keuntungan, namun berbeda dengan prinsip etika itu
sendiri. Meskipun perbedaan itu tidak kemudian menyebabkan antara bisnis dan etika tidak bisa
bersatu dalam praktiknya, etika dibutuhkan bagi para pelaku bisnis dan juga professional sebagai
permintaan dari mereka para pemangku kepentingan untuk menghindari hal-hal yang tidak
Ketika membahas tentang etika, tidak terlepas dari beberapa pertimbangan dasar moral
sebagai refleksi, yaitu sebagai berikut: agama, nurani, ego, kehormatan, kewajiban, utilitarianisme,
keadilan, serta kebajikan. Banyak orang percaya bahwa perilaku etika seseorang dibentuk oleh
prinsip moral yang berbasis ajaran agamanya, yakni menjalankan perintahNya serta menjauhi
laranganNya. Pertanyaan dari apakah manusia secara bawaan baik atau buruk tidak hanya
mempengaruhi agamanya tetapi filosofinya juga. Contohnya, seorang filosofer bernama Thomas
Hobbes memperkenalkan gagasan terkait egoism psikologi yang memandang bahwa manusia
adalah makhluk yang menjijikkan. Hal ini tentu saja tidak bisa di generalisasikan, tidak semua
manusia seperti itu. Kemudian untuk mengatasi hal tersebut Hobbe membuat suatu kontrak sosial,
1
1.2 Pertanyaan Awal
Pertanyaan-pertanyaan terkait pemahaman apa yang dimaksud dengan perilaku etis dimana
terdapat pertimbangan awal yaitu: gagasan terkait apa yang etis dan tidak etis.
konsekuensinya ?
g. Apakah ada perbedaan antara hukum sosial dan hukum moral ? Kalau ada, apa saja ?
pertanyaan besar dalam menentukan perilaku kita sehari-hari dan membutuhkan banyak
pertimbangan. Beberapa ilmuwan dan filsuf etika menganggap bahwa apa yang dirasakan akan
Apakah kita memiliki hak untuk mendikte etika seseorang berdasarkan moral relative
sebagai kebalikan dari moral absolut. Moral relative yang artinya moralitas ditentukan oleh budaya
atau sub-kultur (negara, ras, kelas, waktu, dll) yang ada. Argumen ini membantu untuk
menentukan kasus suap di dunia bisnis di beberapa negara dengan justifikasi bahwa ini “dapat
diterima dalam menjalankan bisnis” di suatu negara. Absolutis etis tentu saja tidak akan setuju
2
terkait hal ini karena menganggap bahwa adanya standar atau aturan yang sifatnya universal yang
Berdasarkan prinsip utilitarianisme suatu tindakan dianggap benar jika dan hanya jika
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan
ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini,
tersusunlah teori tujuan perbuatan. Dalam menentukan apakah suatu tindakan adalah benar dilihat
dari nilai pengorbanan atau konsekuensinya. Hal ini dianggap berbahaya karena menilai hanya
dari konsekuensi atau hasil perbuatannya saja, bukan dari substansi tindakannya.
atas analisis biaya-manfaat suatu tindakan. Hal ini menentukan nilai konsekuensi dari suatu
perbuatan dilihat dari aturan perilaku atau kode etik. Kelemahannya ialah, hanya mengatur hal-hal
Selanjutnya ada yang dikenal dengan istilah teleologi berasal dari kata Yunani telos, yang
berarti tujuan. Etika teleologi berbeda dengan etika deontologi karena etika teleologi tidak menilai
perilaku atas dasar kewajiban, tetapi atas dasar tujuan atau akibat dari suatu perilaku. Suatu
perilaku akan dinilai baik apabila bertujuan atau berakibat baik sebaliknya suatu perilaku dinilai
Dalam etika teleologi, tindakan manusia dipandang benar apabila mendatangkan manfaat
bagi orang banyak. Etika teleologi tidak perlu mencari norma dan nilai moral yang menjadi
kewajiban manusia. Dalam hal ini, yang perlu kita pertimbangkan adalah apakah akibat dari
3
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon, yang berarti kewajiban. Etika deontologi
memberikan pedoman moral agar manusia melakukan apa yang menjadi kewajiban sesuai dengan
nilainilai atau norma-norma yang ada. Suatu perilaku akan dinilai baik atau buruk berdasarkan
kewajiban yang mengacu pada nilai-nilai atau norma-norma moral. Tindakan sedekah kepada
orang miskin adalah tindakan yang baik karena perbuatan tersebut merupakan kewajiban manusia
untuk melakukannya. Sebaliknya, tindakan mencuri, penggelapan dan korupsi adalah perbuatan
Etika deontologi tidak membahas apa akibat atau konsekuensi dari suatu perilaku. Suatu
perilaku dibenarkan bukan karena perilaku itu berakibat baik, tetapi perilaku itu memang baik dan
1.4 Metaetika
Etika Metaetika membahas mengenai bahasa atau logika khusus yang digunakan di bidang
moral sehingga perilaku etis tertentu dapat diuraikan secara analisis. Dalam pendekatan metaetika,
suatu perilaku dikatakan baik dari sudut moral bukan sekedar karena perilaku itu membantu atau
meningkatkan martabat orang lain, tetapi juga perilaku itu memenuhi suatu persyaratan moral
tertentu. Sebagai contoh penerapannya, misalnya, apabila kita menjadi pendonor organ tubuh
untuk transplantasi itu baik dari sudut moral dan dianggap sebagai perbuatan hebat dan sangat
terpuji. Tetapi kegiatan ini menjadi tidak baik apabila kita sebagai pendonor ternyata menjual
Teori terkait etika sebagaimana dijelaskan diatas dapat dijelaskan dalam bentuk kerangka
4
Gambar 1
Akuntan sebagai suatu profesi untuk memenuhi fungsi auditing harus tunduk pada kode
etik profesi dan melaksanakan audit terhadap suatu laporan keuangan dengan cara tertentu. Selain
itu akuntan wajib mendasarkan diri pada norma atau standar auditing dan mempertahankan
terlaksananya kode etik yang telah ditetapkan. Etik sebagai suatu prinsip moral dan perbuatan yang
menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang.
Etik yang telah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi disebut dengan Kode Etik Profesi.
Akuntan sebagai suatu profesi mempunyai kode etik profesi yang dinamakan Kode Etik
Akuntan Indonesia. Khusus untuk akuntan publik terdapat Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang
5
1.5.2 Sebagai Alat Kepercayaan Publik
Kode etik akuntan merupakan suatu sistem prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang
memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, dan akuntan
lain sesama profesi. Kode etik akuntan dapat digunakan sebagai suatu alat atau sarana untuk
memberikan keyakinan pada klien, pemakai laporan keuangan dan masyarakat tentang kualitas
atau mutu jasa yang diberikan oleh akuntan. Dengan demikian yang menjadi sasaran atau bahkan
yang menjadi dasar pemikiran diciptakannya kode etik profesi adalah kepercayaan masyarakat
terhadap kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh profesi akuntan tanpa memandang siapa
Selalu relevan untuk membahas mengenai bagaimana etika dapat juga digunakan sebagai
alat politik. Selalu ada kelompok besar maupun individu yang mewakili dua posisi ekstrem, akan
banyak situasi diantara kedua posisi ekstrem ini yang bersama-sama membentuk lingkaran sosial,
contohnya sekumpulan orang yang memiliki profesi yang sama. Akan sangat mungkin
Suatu kelompok akan menjadi lebih toleran terhadap hasrat individu dalam keberagaman.
Namun, tujuan dari individu cenderung bertentangan dengan tujuan yang lain, jadi regulasi
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa salah satu proses terpenting yang dilakukan akuntan
public ialah praktik audit dimana dalam praktiknya bertujuan untuk menciptakan akuntabilitas dan
reliabilitas dari informasi akuntansi yang tercantum pada laporan keuangan. Dalam menjalankan
profesinya, tentu saja kode etik berperan penting dalam praktik profesionalnya, dimana dasar-dasar
6
kode etik profesi ini sudah dibekali oleh seorang akuntan melalui pelatihan dan Pendidikan
profesinya. Makalah ini membahas terkait permasalahan atau dilemma etika, ancaman, pengaman,
serta langkah-langkah untuk mencegah pelanggaran audit dalam melakukan perikatan audit. Selain
itu, makalah ini terdiri dari studi komparatif dimana dengan memberikan gambaran terkait badan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini menggambarkan badan pembuat standar akuntan
public mempertahankan dan mengaplikasikan kode etik profesi di kantor mereka serta
menanamkannya kepada setiap kandidat, tercermin dari isi standar akuntan public kebanyakan
membahas terkait kode etik. Terutama bagi auditor yang dikenal dengan independensinya
sehingga setiap praktiknya harus berdasarkan kode etik profesi yang berlaku untuk mempertahan
independensi tersebut yang nanti akan tercermin pada opini yang akan disampaikan pada laporan
audit.
Alasan mengapa etika sangat dibutuhkan dalam akuntansi dan khususnya dalam audit ialah
karena : 1) Akuntan perlu mempertimbangkan terkait kesan public dan menjaga reputasi profesinta
di mata public. 2) Auditor diwajibkan untuk tetap bersikap independent dalam menjalankan
profesinta, mengingat dalam perjalanannya nanti akan banyak bertemu dengan masalah-masalah
serta auditor memegang rahasia perusahaan. 3) Seorang akuntan publik diharapkan dapat menjadi
pemecah suatu masalah dan menciptakan nilai yang kedua hal tersebut hanya dapat berjalan
sebagaimana dengan yang diharapkan apabila akuntan public berpedoman pada standar dan kode
dasar untuk akuntan public dalam menjalankan profesinya, yaitu : integritas, objektifitas,
7
jenis ancaman bagi seorang akuntan public, yaitu : Self-interest, self-review, advocacy, familiarity,
intimidation, serta ancaman manajemen. Sehingga melihat begitu banyak ancaman yang mungkin
mengganggu profesionalitas kerja seorang akuntan maka dianggap perlu untuk menjabarkan cara
pencegahannya yaitu melalui pembuatan regulasi yang mumpuni, serta pencegahan dari
lingkungan kerja akuntan itu sendiri. Kedua hal ini haruslah saling mendukung satu sama lain
Dalam hal untuk menjadi akuntan public, seseorang diwajibkan untuk memahami dan
memiliki kompetensi dalam praktik audit dimana dalam proses sertifikasi dan uji kompetensinya
diatur oleh badan/ ikatan akuntan public di masing-masing negara. Makalah ini juga membahas
terkait beberapa badan/ikatan akuntan public di seluruh dunia, seperti ICAEW (England), AICPA
(USA), ACCA, NZICA dalam membuat regulasinya dan hubungannya dengan kode etik profesi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa profesi akuntan ini bertanggung jawab pada public,
mengingat nantinya laporan audit yang dihasilkan melalui penerapan seluruh prosedur audit akan
mempengaruhi keputusan mereka yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah
diaudit tersebut, sehingga apabila dalam pelaksanaan auditnya tidak menerapkan standar maupun
kode etik yang berlaku akan menyesatkan pengambilan keputusan bagi banyak pihak. Oleh sebab
itu, bagi badan pembuat standar akuntansi dianggap penting untuk menyelenggarakan kode etik
profesi sebagaimana mestinya dalam praktik untuk mewujudkan akuntabilitas dan reliabilitas.
3. Jurnal “Ethics Education in Accounting: Moving Toward Ethical Motivation and Ethical
Behavior”
Kasus-kasus pelanggaran etika yang terjadi tidak terlepas dari pertimbangan seluruh pihak
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, begitu juga bagi para pembuat regulasi utamanya terkait
kode etik profesi. Sebagaimana kita ketahui, salah satu kasus pelanggaran besar yang pernah
terjadi dan cukup sebagai tamparan keras bagi dunia bisnis ialah kasus Enron yang benar-benar
mencoreng nama baik profesi akuntan pada saat itu.
8
Makalah ini menggunakan metodologi kajian literatur untuk menjelaskan terkait
Pendidikan etika dalam akuntansi dan menggunakan Model Etika Terintegrasi milik Thorne dalam
pengambilan keputusan untuk mengategorikan literatur. Hasilnya mengungkapkan keunggulan
dari diskusi kerja terkait pembentukan dan pengembangan moral, dimana terdiri dari sensitivitas
dan alasan preskriptif, namun kekurangannya dalam bekerja menangani kebajikan, yang terdiri
dari motivasi etis dan perilaku etis. Akibat kekurangan yang dimiliki, penulis kembali
mengeksplor nasehat dan contoh moral untuk meningkatkan motivasi etis bagi sebagian orang
baik mereka yang sedang menempuh Pendidikan akuntansi, Lembaga Pendidikan, maupun bagi
praktisi. Selain itu, penelitian ini juga membahas terkait kekuatan dan kelemahan dari setiap
pendekatan dalam mengajarkan etika dalam akuntansi (contohnya: pendekatan filosofi,
pendekatan psikologi, studi kasus, kode etik, dan kebajikan) bagi para pengajar akuntansi yang
ingin mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam pelajaran akuntansinya.
Thorne (1998) menggunakan model yang mengintegrasi Model Empat Komponen Perilaku
Etika milik James Rest dengan Teori Kebajikan Etika milik Tenet. Gagasan yang paling mendasar
dali model ini ialah terdapat empat psikologi proses yang secara bersamaan dapat menimbulkan
reaksi terhadap perilaku seseorang dan dapat diamati, Keempat proses psikologi tersebut ialah : 1)
Sensitivitas moral : menginterpretasikan situasi, mengambil peran, membayangkan rantai sebab
akibat dari suatu kejadian, serta menyadari adanya masalah moral ketika itu terjadi. 2)
Pertimbangan moral: menghakimi tindakan yang dapat dibenarkan berdasarkan firasat moral. 3)
Motivasi moral: tingkat komitmen untuk mengambil pelajaran moral dari suatu tindakan, menilai
nilai moral diatas nilai yang lainnya, bertanggung jawab atas hasil dari moral tersebut. 4) Karakter
moral: tetap melakukan kewajiban moral, memiliki keberanian, mengatasi kelelahan dan godaan,
serta mengimplementasikan visi misi yang mengakomodasi tujuan moral itu sendiri. Keempat
proses dalam pendekatan moral tersebut dapat digambarkan dalam kerangka teoritis sebagai
berikut.
9
Gambar 1
Kerangka Teoritis
Hasil dari pembahasannya ditemukan bahwa dibutuhkan ekplorasi yang lebih mendalam
untuk meningkatkan motivasi moral, komponen ketiga dari model milik Thorne. Sedangkan untuk
meningkatkan motivasi moral bagi mereka yang sedang menempuh Pendidikan akuntansi,
penelitian ini merekomendasikan desakan bagi para pelajar untuk berperilaku yang baik,
menekankan kepada mereka bahwa merekalah yang memiliki kendali atas diri mereka sendiri
untuk berperilaku berdasarkan moral, serta untuk menumbuhkan kesadaran kepada mereka untuk
menjaga nama baik profesi mereka kelak. Penelitian ini juga menyarankan untuk menggunakan
lembaran akuntansi untuk menyuling kebajikan moral bagi para pelajar akuntansi. Serta yang
terakhir, menekankan kepada Lembaga Pendidikan dalam hal ini fakultas bahwa mereka juga
mengambil peran penting bagi kesadaran moral bagi para mahasiswanya. Fakultas atau Lembaga
Pendidikan ialah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pembentukan moral bagi
mahasiswanya, serta mewujudkan lingkungan yang penuh motivasi dalam menjalankan etika dan
berperilaku sesuai etika.
10
4. Jurnal “The Accounting Profession’s Code of Ethics: Is it a Code of Ethics or Code of
Quality Assurance ?”
Sebagaimana kita ketahui bahwa kode etik merupakan suatu jaminan untuk meyakinkan
public terkait praktik suatu profesi yang dijalani sudah sesuai dengan etika dan moral yang berlaku,
selain itu kode etik juga digunakan untuk menjaga reputasi, independensi, dan integritas suatu
profesi. Namun, peneliti menganggap bahwa saat ini terjadi pergeseran dari kode etik itu sendiri
yang dulunya dianggap sebagai tanggung jawab moral kepada public menjadi sebagai jaminan
kualitas dalam pemenuhan standar akuntansi yang dijalankan oleh akuntan itu sendiri, sehingga
lebih terkesan sebagai suatu hal teknis dibandingkan tanggung jawab moral. Sehingga peneliti
menganggap bahwa kode etik lebih cenderung kepada sekumpulan kode jaminan mutu. Penelitian
ini berdasarkan hasil evaluasi dari kode etik Institute of Chartered Accountants of New Zealand
(ICANZ) dan Australian Society of Certified Practising Accountants (ASCPA).
Secara empiris, isu ini sudah banyak dikaji yakni untuk mempertanyakan terkait kode etik
dalam berbagai profesi seperti yang dilakukan oleh (Taeusch, 1966), (Kultgen, 1982), (Parker,
1987), serta terkait komitmen dari suatu profesi dalam menanggapi kode etik itu seperti apa seperti
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh (Millerson, 1964), (Carlin, 1966), (Arthurs, 1970), (Neu,
1991), (Allen, 1991). Beberapa isu yang diangkat terkait kode etik dianggap hanya sebagai asap
yang muncul di permukaan sebagai akomodasi dari kepentingan tertentu, penelitian ini dilakukan
oleh (Mitchell et al., 1994), dan kebanyakan dari mereka tidak menekankan pada hal terpenting
yaitu keadilan sosial dan persamaan (Ruland & Lindblom, 1992; Neimark, 1995; Dempsey, 2000).
Istilah etika sudah sering digunakan sama seperti istilah moral, dan sering diartikan sebagai
kode moral atau teori normative dari seorang individu atau sekelompok orang. Review terhadap
literatur-literatur yang menjelaskan tentang etika dan moral sayangnya tidak mengindikasikan
adanya definisi yang jelas terkait istilah moral dan moralitas. Colling dan Mcrae (1987)
menekankan bahwanyasanya prinsip dasar dari sekumupulan aturan pada kode etik ialah
berorientasi pada tujuan, dan secara positif dinyatakan dan menginspirasi. Tujuannya ialah untuk
mendorong para anggotanya untuk melampau kerangka minimum dalam semangat
profesionalisme. Dari sekian tujuh prinsip dasar pada COE dan CPC, prinsip yang paling
diutamakan ialah tentang independensi, pemenuhan standar dan kompetensi, serta yang lainnya
yang perlu ditekankan didukung oleh statement dan panduan pada kode etik tersebut.
11
Beberapa waktu terakhir, etika telah mencuri perhatian dalam praktik professional dan
pada kurikulum pendidikan akuntansi. Pusat perhatian terkait etika ialah pada kode etik profesinya
yang telah diterima dan diterapkan tanpa mempertanyakan bahwa fokus utama dari kode etik ialah
tanggung jawab moral. Penelitian ini menguji asumsi implisit diatas, dan menyediakan pandangan
alternative bahwasanya tujuan utama dari kode etik ini ialah sebagai jaminan mutu dengan
mencoba mencari perbedaan dari etika dan mutu itu sendiri.
Dengan menekankan bahwa kesan utama dari etika itu ialah perasaan, minat dan cita-cita
sebagai makhluk hidup, sedangkan fokus utama dari kualitas ialah produk dan jasa. Ini
menunjukkan ketika sekumpulan kode yang berisi etika dan elemen kualitas, fokus utama dari
etika sebagaimana yang telah mereka susun adalah lebih berbasis sebagai jaminan mutu
dibandingkan sebagai etika atau tanggung jawab moral. Elemen-elemen etika pada dasarnya
terkonsentrasi pada prinsip dasar dari suatu kumpulan kode dimana berbasis pada tujuan dan
menginspirasi namun sering berdampak pada praktik professional sejak tidak lagi ditegakkan.
Pergeseran fungsi kode etik yang semula sebagai tanggung jawab moral namun saat ini lebih
kepada pemenuhan standar sebagai bentuk jaminan mutu menghilangkan tujuan moral yang
tercermin dari laporan keuangan yang juga menggeser prinsip dasar untuk public good menjadi
sebuah produk atau jasa.
5. Jurnal “The Ethics of Care and New Paradigms for Accounting Practice”
Jurnal ini membahas terkait Ethic of care atau teori etika kepedulian adalah teori
tentang sebuah tindakan apakah secara moral itu adalah hal yang benar atau tidak dan juga
menunjukkan kepedulian dalam prakteknya. Selain itu pembahasan juga difokuskan terkait
dengan keyakinan seseorang terhadap etika kepedulian tersebut yang berbeda-beda.
Menggunakan prinsip etika kepedulian menuai kritik terkait arah yang baru dari jaminan
mutu dan independensi yang membantu kita dalam melihat masalah dari perspektif etika hak
ataupun pandangan yang berbeda. Kebebasan sebagai metaphor pemisah yang mengintervensi
kemampuan professional untuk mengatasi masalah. Hal yang memungkinkan untuk dilakukan
ialah dengan menerapkan metaphor interdependensi atau saling keterkaitan dan ketergantungan
yang mau tidak mau memaksa setiap profesi untuk mengakui adanya hubungan ketergantungan
tersebut. Selain itu konsep etika kepedulian dan etika hak memungkinkan kita untuk menganalisis
perubahan pada laporan keuangan dan jaminan yang muncul dari inisiatif AICPA itu sendiri.
12
Etika kepedulian dapat digunakan sebagai batu loncatan atau secara ideal mengevaluasi
arah baru dari profesi akuntan. Selain itu, memungkinkan akuntabilitas menjadi lebih konkret,
bukan hanya sekedar hal abstrak dan teoritis. Banyak istilah yang dipinjam dari paradigma
manajemen baru yaitu seperti total kualitas, rantai nilai dan lain sebagainya. Diskursus manajemen
baru dapat dimasukkan pada pengajuan profesi sebagai bagian pengakuan yang sifatnya naratif
agar beresonansi dengan manajer saat ini. Masih belum jelas terkait tujuan dari konseptual dan
retorika pergerakan menuju etika kepedulian dilihat dari sifat akuntansi, yaitu pengungkapan dan
penjaminan.
REFERENSI
Ahmed, A. (2010). Ethics in Auditing: An Ethical Studies in Different Accounting Bodies.
Working Paper.
Armstrong, Mary Beth et.al. (2003). Ethics Education in Accounting: Moving Toward Ethical
Motivation and Ethical Behavior. Journal of Accounting Education.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
IFAC. (2005). Code of Ethics for Professional Accountants. International Federation of
Accountants’ Ethics Committee.
Gaffikin, Michael. (2008). Accounting Theory Research, Regulation and Accounting Practice.
Pearson Education Australia.
Reiter, S. (1997). The Ethics of Care and New Paradigms for Accounting Practice. Accounting,
Auditing, and Accountability Journal, Vol. 10.
Velayutham, S. (2003). The Accounting Profession’s Code of Ethics: Is it a Code of Ethics or a
Code of Quality Assurance?. Critical Perspectives on Accounting.
13