Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Perubahan Ketinggian Terhadap Mekanisme Pernapasan

Elya Apriliyani Elkana (102016136), Felix Jordan Wangsa (102016049), Livia Theda
(102016034), Adriansyah (102012268), , Jebsa Beypi Amnifu (102016198), Chesartika Asa
Agripa (102016184), Ade Siska Rezki P. S (102016253), Olivia Sarah Kadang (102016061)

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstract
The respiratory system is divided into two parts, namely the conduction part that channel the
air and the respiration as a gas exchange place. The main purpose of breathing is to include
fresh O2 in order to be absorbed by the blood and secrete CO2 from the blood. Blood works
as a transport system for O2 and CO2 between the lungs and tissues, with tissue cells extracting
O2 from the blood and eliminating CO2 into it. If interference occurs in the respiratory process
(eg foreign substances and harmful substances) then we can get Dispnea. Dyspnea is often
referred to as shortness of breath, shortness of breath, breathlessness, or shortness of breath.
Dyspnea is a subjective symptom of the patient's desire to increase the effort to obtain air
respiration. Because of its subjective nature, dyspnea can not be measured (but there are
gradations of breathlessness). This dyspnea can be caused by various things, one of which is
the change in gas pressure in the air.

Keywords: Respiration, Blood, Dyspnea, Gas pressure

Abstrak
Sistem pernafasan dibagi atas dua bagian yaitu bagian konduksi yang menyalurkan
udara dan bagian respirasi sebagai tempat pertukaran gas. Tujuan utama bernapas adalah untuk
memasukkan O2 segar agar bisa diserap oleh darah dan mengeluarkan CO2 dari darah. Darah
bekerja sebagai sistem transpor untuk O2 dan CO2 antara paru dan jaringan, dengan sel jaringan
mengekstraksi O2 dari darah dan mengeliminasi CO2 ke dalamnya. Jika terjadi gangguan pada
proses pernapasan (misalnya kadungan zat asing dan zat berbahaya) maka kita bisa terkena
Dispnea. Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau
shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk
meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena sifatnya subjektif, dispnea tidak
dapat diukur (namun terdapat gradasi sesak napas). Dispnea ini dapat disebabkan oleh berbagai
hal, salah satunya adalah perubahan tekanan gas dalam udara.

Kata Kunci : Pernafasan, Darah, Dispnea, Tekanan gas

1
Pendahuluan
Setiap makhluk hidup termasuk manusia perlu bernapas untuk kelanjutan hidupnya.
Dengan bernapas, manusia memperoleh oksigen yang berguna bagi metabolisme tubuhnya dan
membuang karbon dioksida yang dihasilkan dari dalam tubuhnya. Sederhananya, mekanisme
pernapasan merupakan proses perukaran dan transportasi O2 dan CO2. Sistem pernapasan
sendiri terdiri dari hidung, faring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus, bronkiolus terminalis,
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli. Gangguan sistem
pernapasan pada manusia bisa terjadi karena gangguan mekanisme pernapasan dan kelainan
struktur pernapasan. Salah satu gangguan pernapasan yang dialami oleh manusia adalah sesak
napas.

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Saluran Pernapasan


Saluran Napas Bagian Atas
Saluran napas bagian atas dibagi menjadi 2 regio, yaitu regio olfaktoria dan respiratori.
Regio olfaktoria merupakan reseptor bagi sensasi mencium karena terdapat didalam epitel
olfaktoria daerah khusus pada mukosa hidung dan meluas kebawah sampai 8-10 pada sisi
septum, dan sedikit keatas konka nasalis superior. Epitel tersebut memiliki kelenjar bowman
yang akan menghasilkan cairan yang disebut mucus olfactorius yang berfungsi sebagai pelarut
bau. Regio ini terdiri atas 3 lapis jenis sel, yaitu sel sustentakular sebagai penyokong, sel basal
sebagai sel pengganti yang akan berdiferensiasi menjadi sel sustentakular dan sel olfaktorius,
sedangkan sel olfaktorius adalah neuron bipolar yang nantinya membentuk saraf olfaktorius
yang berfungsi sebagai pembau.1,2

Regio respiratory merupakan tempat terjadinya proses pertukaran udara atau respirasi.
Saluran udara pernapasan ini dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan bagian atas (upper
respiratory tract) yang terdiri dari hidung, faring, laring dan saluran pernapasan bagian bawah
(lower respiratory tract) dimulai dari ujung trakea sampai bronkus terminalis.3

Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menghangatkan, menyaring, dan melembabkan
udara yang masuk ke dalam tubuh. Organ saluran nafas bagian atas adalah sebagai berikut :

a. Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati dan tulang rawan (kartilago). Hidung
dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat
(connective tissue). Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur: vestibulum

2
nasi di luar, nares nasi letaknya agak ke dalam, dan cavum nasi di dalam. Vestibulum
nasi adalah bagian paling anterior dan paling lebar di setiap rongga hidung. Kulit
hidung memasuki nares nasi yang memiliki kelenjar keringat, kelenjar sabasea, dan
vibrisae yang menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi. Di dalam
vesibulum nasi, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan akan beralih menjadi epitel
respiratorik sebelum memasuki fossa nasalis. Epitel respiratorik adalah epitel
bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga
dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam lubang hidung terdapat reseptor.
Reseptor bau terletak pada cribriformm plate, didalamya terdapat ujung saraf kranial I
(nervous olfactorius).1,2
Rongga hidung berada didalam tengkorak berupa dua bilik kavernosa yang
dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral, terdapat tiga tonjolan
bertulang disebut conchae. Celah sempit diantara concha memudahkan pengondisian
udara inspirasi dengan mengubah luas area epitel respiratorik yang hangat dan lembab
dengan melambatkan serta menambah turbulensi aliran udara. Hasilnya adalah
bertambahnya kontak antara aliran udara dan lapisan mukosa. Di dalam lamina propia
concha terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell
bodies). Setiap 20-30 menit, badan pengembang pada satu sisi akan penuh terisi darah
sehingga mukosa concha membengkak dan mengurangi aliran udara. Selama masa
tersebut, udara dialirkan melalui fossa nasalis lain, sehingga epitel respiratorik dapat
pulih dari dehidrasi.1,2

b. Rongga Hidung (Cavum Nasi)

Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri di garis median oleh
septum nasi yang sekaligus menjadi dinding medial dari rongga hidung. Kerangka
septum nasi dibentuk oleh lamina perpendicularis tulang ethmoid di bagian superior,
kartilago kuadrangularis di bagian anterior dan tulang vomer di bagian posterior dari
septum nasi. Batas-batas rongga hidung adalah sinus paranasalis di bagian superior,
conchae nasalis di bagian lateral, septum nasi di bagian medial, dan palatum durum
serta palatum mole di bagian inferior. Di bagian anterior septum nasi terdapat bagian
yang disebut area little, yang merupakan anyaman pembuluh darah yaitu pleksus
kiesselbach. Pleksus Kiesselbach ini terdiri dari beberapa arteri, seperti arteri
ethmoidalis anterior dan posterior, arteri sphenopalatina, arteri palatina mayor, dan

3
arteri labialis superior. Tempat ini mudah terkena trauma yang menyebabkan epistaksis.
Pada rongga hidung bagian inferior juga terdapat anyaman pembuluh darah vena yang
disebut pleksus venosus submukosa yang merupakan termoregulator tubuh. Pleksus ini
terdiri atas beberapa pembuluh vena yaitu vena sphenopalatina, vena facialis, dan vena
ethmoidalis anterior. Di bagian anterokaudal, septum nasi mudah digerakkan. Ke arah
belakang rongga hidung berhubungan dengan nasofaring melalui sepasang lubang yang
disebut choana berbentuk bulat lonjong (oval), sedangkan ke arah depan rongga hidung
berhubungan dengan dunia luar melalui nares.3

Dinding rongga hidung dilapisi oleh mukosa respirasi serta sel epitel batang,
bersilia, dan berlapis semu. Mukosa tersebut menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang masuk melalui hidung. Vestibulum merupakan bagian dari
rongga hidung yang berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing
berukuran besar agar tidak masuk ke saluran pernapasan bagian bawah. Dalam hidung
juga terdapat saluran-saluran yang menghubungkan antara rongga hidung dengan
kelenjar air mata, bagian ini dikenal dengan kantung nasolakrimalis. Kantung
nasolakrimalis ini berfungsi mengalirkan air melalui hidung yang berasal dari kelenjar
air mata jika seseorang menangis.3

c. Konka Nasi dan Meatus Nasi

Di dalam kavum nasi terdapat 3 pasang konka nasi, yaitu konka nasi inferior,
medius, dan superior. Di bawah masing-masing konka terdapat meatus nasi, yaitu
meatus nasi inferior, medius, dan superior. Konka nasi inferior merupakan konka
terbesar di antara ketiga konka nasi. Mukosa yang melapisinya tebal dan mengandung
banyak pleksus vena, dan membentuk jaringan kavernosus. Rangka tulangnya melekat
pada tulang palatina, ethmoid, maksila, dan lakrimal. Di bagian lateral dan caudalnya
terdapat meatus nasi inferior yang menjadi muara dari ductus nasolacrimalis.3,4

Konka nasi media adalah yang kedua setelah konka inferior. Terletak di antara
konka inferior dan konka superior. Mukosa yang melapisinya sama dengan yang
melapisi konka nasi inferior. Rangka tulangnya merupakan bagian dari tulang ethmoid.
Kadang-kadang di dalam konka media terdapat sel sehingga konka menjadi besar dan
menutup meatus nasi media yang disebut konka bulosa. Di bagian inferior dari konka
nasi media terdapat meatus nasi media. Di meatus nasi media terdapat bangunan yang
disebut bulla ethmoidalis yang terbentuk dari sel ethmoid media. Di bawah bulla

4
ethmoidalis ini terdapat celah berbentuk setengah lingkaran yang disebut hiatus
semilunaris. Hiatus semilunaris ini merupakan muara dari sinus frontalis. Di bagian
ujung terendah dari hiatus semilunaris ini terdapat celah yang disebut ostium sinus
maxillaris. Sesuai dengan namanya, celah ini merupakan muara dari sinus maxillaris.3,4

Konka nasi superior merupakan konka yang paling kecil. Mukosa yang
melapisinya jauh lebih tipis dari kedua konka lainnya. Rangka tulangnya juga bagian
dari tulang ethmoid. Kadang-kadang didapatkan konka nasi suprema yang merupakan
konka nasi yang keempat. Jika ada, konka suprema ini sangat kecil dan sebenarnya
merupakan bagian dari konka superior yang membelah menjadi dua bagian. Pada
bagian craniodorsal dan posterosuperior terdapat recessus spheno-ethmoidalis yang
berfungsi sebagai muara sinus sphenoidalis. Pada bagian inferior konka nasi superior
terdapat meatus nasi superior. Pada meatus nasi superior terdapat lipatan yang disebut
dengan infundibulum ethmoidalis. Lipatan ini merupakan muara dari sinus ethmoidalis
dan ductus nasofrontalis.3,4

d. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.
Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus frontalis diperdarahi oleh
arteri supraorbitalis dan arteri ethmoidalis anterior, serta dipersarafi oleh n.
Supraorbitalis, dan getah beningnya menuju ke nduli limfatici submandibularis. Sinus
ini bermuara di hiatus semilunaris. Sinus ethmoidalis terdiri dari sel ethmoidalis yang
dibagi menjadi tiga, yaitu anterior yang disebut sinus infundibular, media yang disebut
dengan sinus bullar atau bulla ethmoidalis, dan posterior. Sinus ethmoidalis ini
diperdarahi oleh arteri ethmoidalis anterior dan posterior serta arteri sphenopalatina.
Sinus ini juga dipersarafi oleh nervous ethmoidalis anterior dan posterior serta cabang
dari ganglion pterygopalatina serta bermuara di infundibulum ethmoidalis. Sinus
sphenoidalis diperdarahi oleh arteri ethmoidalis posterior dan cabang pharyngeal arteri
maxillaris serta dipersarafi oleh nervous ethmoidalis posterior dan cabang ganglion
pterygopalatina. Sinus ini bermuara di recessus spheno-ethmoidalis. Sinus maxillaris
diperdarahi oleh arteri facialis, arteri palatina mayor, arteri infra orbitalis, dan arteria
alveolaris superior anterior dan posterior. Sinus ini dipersarafi oleh nervous infra
orbitalis dan nervi alveolaris superior anterior dan posterior. Nervi alveolaris superior
anterior juga mempersarafi gigi maxilla khususnya molar. Sinus berfungsi untuk

5
membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat tengkorak, mengatur
bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.4

e. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentu cerobong (kira-kira 13cm) yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada
ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’
(menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga
yaitu dibelakang hidung tepatnya mulai dari hidung sampai choana disebut nasofaring,
di belakang mulut tepatnya mulai dari choana sampai epiglotis disebut ororfaring, dan
di belakang laring yang disebut laringofaring. Faring digerakkan dengan m. Constrictor
pharyngea, m. Stylopharyngeus, m. Salpingopharyngeus, dan m. Palatopharyngeus. M.
Constrictor pharyngea terdiri dari 3 bagian, yaitu anterior (m. pterygopharyngeus, m.
Buccopharyngeus, m. Glossopharyngeus, dan m. Mylopharyngeus), media
(m.ceratopharyngeus dan m.chondropharyngeus), dan posterior (m. Cricopharyngeus
dan thyreopharyngeus). Perdarahan pharyx berasal dari a. Pharyngea ascendens, a.
Palatina ascendencs, a. Palatina mayor, a. Maxillaris interna, a. Facialis, dan a.
Lingualis. Sedangkan untuk persarafannya dibagi menjadi dua, yaitu motorik dan
sensorik. Untuk persarafan motorik, dipersarafi oleh n. glossopharyngeus (N.IX) yang
dilewati m. stylopharyngeus dan n. vagus (N.X). untuk persarafan sensoriknya
dipersarafi oleh n. Maxillaris (N.V2) yang mempersarafi nasofaring, n.
glossopharyngeus (N.IX) yang dilewati plexus pharyngeus mempersarafi orofaring,
dan n. Vagus (N.X) yang mempersarafi laringofaring.2,4
Nasofaring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo
stratified) dan tonssil (adenoid), serta merupakan muara tuba eustachius. Adenois atau
faringeal tonsil berada di langit-langit nasofaring. Tenggorakan dikelilingi oleh tonsil,
adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata rantai
nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi oorganisme yang masuk ke hidung
dan tenggorokan. Epitel yang membatasi nasofaring merupakan epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet yang terdapat pada daerah yang mengalami pergesekkan yaitu tepi
belakang palatum mole dan dinding belakang faring dimana kedua tempat permukaan
tersebut mengalami kontak langsung menelan. Pada bagian posterior terdapat jaringan
limfoid yang membentuk tonsila faringea. Terdapat muara dari saluran yang

6
menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah disebut osteum faringeum tuba
auditiva.4
Orofaring berfungsi menampung udara dari nasofaring dan makanan dari mulut.
Pada bagian ini terdapat pada tonsila palatina (posterior) dan tonsila lingualis (pangkal
lidah). 4
Laringofaring merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan dengan
esofagus dan pita suara (vocal crd) yang berada dalam trakhea. Laringofaring berfungsi
pada saat proses menelan dan respirasi. Laringofaring terletak dibagian depan pada
laring, sedangkan trakhea terdapat belakang. 4

f. Laring
Laring sering disebut dengan “voice box” karena laring memiliki peranan
penting dalam pembentukkan suara (fonasi), proteksi saluran napas bawah, dan tempat
untuk memproses batuk. Laring terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4
dan ke-6. Bagian dari atas esofagus berada di posterior laring. Pintu masuk laring
disebut aditus laryngeus. Pada dindingnya terdapat suatu kerangka tulang rawan hialin
dan tulang rawan elastic, sejumlah jaringan ikat, otot rangka dan kelenjar mukosa.
Tulang utama pada laring (tiroid, krikoid dan aritenoid) adalah tulang rawan hialin;
yang lebih kecil (kornikulata, kuneiformis, dan ujung aritenoid ) adalah tulang rawan
elastin seperti tulang rawan epiglotis. Tulang-tulang rawan bersama tulang hyoid,
dihubungkan oleh tiga selaput pipih dan lebar.1-4
Laring terdiri atas epiglotis yaitu katup kartilago yang menutup dan membuka
selama menelan, glotis yang merupakan lubang pita sura dan laring, kartilago tiroid
yang merupakan tulang rawan terbesar pada trakea karena membentuk jakun, kartilago
krikoid yang terletak dibawah kartilago tiroid, kartilago aritenoid yang digunakan pada
pergerakan pita suara, pita suara sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot
yang menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring. Pita suara ini terbagi
menjadi dua, yaitu pita suara palsu dan sejati. 1-4
Pada laring terdapat jaringan ikat dan selaput laring. Ada selaput ekstrinsik yang
menghubungkan laring dengan sekitarnya dan ada selaput intrinsik yang
menghubungkan antar struktur pada laring. Jaringan ikat dan selaput ekstrinsik laring
terdiri dari membrana thyrohoidea, ligamen hyoepiglotticum, dan ligamen
cricotracheale. Sedangkan jaringan ikat dan selaput intrinsiknya terdiri dari membrana

7
fibroelastica laryngeus, membrana cricothyroidea, ligamen vestibulare (pita suara
palsu), ligamen vocale (pita suara asli), dan ligamen thyreoepiglotticum. Otot-otot yang
terdapat pada laring juga dibagi menjadi otot ekstrinsik dan otot intrinsik. Otot
ekstrinsik laring terdiri atas m. Sternohyoideus, m. Thyrohyoideus, dan m. Constrictor
pharyngeus inferior. Sedangkan otot intrinsiknya terdiri atas m.cricothyroidea, m.
Cricoarytenoideus posterior dan lateral, m. Arytenoideus transversus dan obliqus, m.
Aryepiglotticus, dan m. Thyreoarytenoideus. Perdarahan laring berasal dari 2 cabang
yaitu cabang arteri thyroidea superior (yang dialiri dari cabang arteri carotis externa)
dan arteri thyroidea inferior (yang dialiri dari cabang truncus thyrocervicalis). Untuk
persarafannya, laring dipersarafi ramus extrinsik dan intrinsik nervous laryngeus
superior dan nervous reccurent.1-4

Sumber : google.com

Saluran Napas Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas :
a. Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebrae
torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkus. Ujung cabang trakhea disebut carina
trakhea bersifat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago
berbentuk huruf C. Pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak (pseudostratiified
ciliated columnar epithelium) yang mengandung banyak sel goblet yang mensekresikan
lendir (mucus). 1-4
Trakea mempunyai dinding tipis lentur dan dapat memanjang saat bernapas dan
gerakan badan. Celah relatif sempit di antara cincin-cincin tulang rawan hialin diisi oleh

8
jaringan ikat fibrosa. Sebelah dalam tulang rawan terdapat submukosa, suatu lapisan
jaringan ikat jarang mengandung banyak kelenjar campur kecil dan beberapa unit
bersekresi serosa. Trakea dilapisi oleh suatu membran mukosa terdiri dari epitel
bertingkat silindris, bersilia bersel goblet. Yang paling banyak adalah sel silindris tinggi
yaitu sel bersilia dengan silianya menyapu ke atas ke arah faring dan sel goblet (mukus).
Terdapat pula sel silindris tanpa silia diantaranya merupakan sel sikat (kaveola) dengan
mikrovili panjang-lurus. Sel silindris lain yaitu sel yang belum matang (imature),
seringkali tampak dengan mikrovili di bagian apikal, akan berkembang menjadi sel
bersilia dan sel goblet untuk menggantikan sel yang mati atau sedang mati. Sel basal
tidak mencapai lumen dan merupakan sel induk (stem cell) untuk jenis sel lain. Sel-sel
granula kecil terdapat di basal mempunyai sitoplasma apikal yang dapat mencapai
lumen. Sel ini disebut sel APUD (amine precusar uptake and decarboxylation) sel
neuroendokrin yang mengandung butir-butir padar bergaris tengah 100-300 nm. 1-4

b. Bronkhus dan bronkhiolus


Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal
daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk
ke dalam, cabang kanan daripada cabang bronkhus sebelah kiri. 1-4
Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti ranting
masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan
bronkhiolus yang berakhir di alveoli tidak mengandung kartilago. Tidak adanya
kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat
mengalami kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus atau lubang
kecil yang terletak anatr alveoli yang berfungsi mencegah kolaps alveoli. 1-4
Saluran pernapasann mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak
mengalami pertukaran gas dan merupaakan area yang dinamakn anatomical dead
space. Banyaknya udara yang berada dalam area tersebyut adalah sebesar 150 ml. Awal
dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius. 1-4

c. Bronkus Ekstrapulmonal dan Intrapulmonal


Susunan bronkus ekstrapulmonal sangat mirip trakea dan hanya berbeda dalam
garis tengahnya yang lebih kecil. Pada bronkus utama, cincin tulang rawan juga tidak
sempurna, celah pada bagian posterior ditempati oleh otot polos. Bronkus
intrapulmonary tampak bulat, terdiri dari lempeng-lempeng tulang rawan hialin yang

9
bentuknya tidak beraturan. Lempeng tulang rawan hialin dikelilingi oleh jaringan ikat
padat fibrosa yang mengandung banyak serat elastin. Pada perbatasan antara
submukosa dengan mukosa, pemadatan jaringan elastin seperti tampak pada trakea dan
bronki ekstrapulmonar diperkuat oleh selubung luar yang terdiri dari serat-serat otot
polos. Lapisan terdalam mukosa tersusun oleh epitel lanjutan dan mirip epitel trakea
dengan lamina basal jelas, lamina propria yang terdiri dari serat-serat rerikular dan
serat-serat elastin yang berjalan longitudinal. Epitel yang membatasinya adalah epitel
selindris bersilia bersel goblet kurang tebal dibandingkan dengan epitel bertingkat
silindris bersilia yang melapisi bronkus tebal.4
Bronkus yang masuk ke paru-paru disebut bronkus lobaris. Bronkus lobaris ini
memiliki terbagi berdasarkan lobus pada paru-paru. Sebelah kanan ada 3 cabang dan
sebelah kiri 2 cabang. Masing-masing cabang ini memiliki percabangannya sendiri.
Pada bronkus lobaris kiri bagian superior ada bronkus segmentorum apico-posterior,
anterior, superior, dan inferior. Sedangkan bagian inferiornya ada bronkus
segmentorum superior, anterobasal, mediobasal, laterobasal, dan posterobasal. Di
antara lobus superior dan inferior terdapat lingula. Untuk bronkus lobaris sebelah kanan
bagian superior ada bronkus segmentorum apical, posterior, dan anterior. Pada bagian
media, ada bronkus segmentorum lateral dan medial. Pada bagian inferiornya, ada
bronkus segmentorum superior, anterobasal, mediobasal, laterobasal, dan
posterobasal.1-4

d. Paru-paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dijaga oleh sangkar iga. Bagian dasar paru terletak di atas diafragma; bagian apeks paru
(ujung superior) terletak setinggi klavikula. 1-4
Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus (superior, medial dan inferior). Paru-paru
kiri terdiri dari dua lobus (superior daninferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut
pleura. 1-4
Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan
demikian memisahkan lobus saru dari yang lain.Membran ini kemudian dilipat kembali
di sebelah tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian
dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagianyang
menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah

10
pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran
suprapleuralis (fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arterisubklavia. 1-4
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
yangsewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan
yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak
nyata,tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura
itu danruang diantaranya menjadi jelas. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan
seratelastin dan kolagen dan sel fibroblas, dilapisi oleh sel mesotel. 1-4

Sumber : google.com

Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut
tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi
antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya
udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan
tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. 5-8

11
Inspirasi dan Ekspirasi
Paru-paru dan dinding dada merupak struktur elastik. Normalnya ada tak lebih dari
lapisan tipis cairan diantara paru-paru dan dinding dada. paru-paru diregangkan sewaktu ia
diekpansikan saat lahir dan pada akhir ekspirasi tenang, kecenderungan rekoilm dalam arah
berlawanan. Jika dinding dada dibuka, maka paru-paru kolaps dan jika paru-paru krhilangan
elastisitasnya, maka dada meluas dan menjadi berbentuk tong (barrel). 5-8
Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi meningkatkan volume
intrathorax. Selama pernapasan tenang, tekanan intrapleura yang sekitar 2,5 mmHg (relatif
terhadap atmosfir) disaat muainya inspirasi, menurun sekitar -6 mmHg dan paru-paru ditarik
ke dalam posisi lebih diperluas. Tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit negatif dan
udara mengalir ke paru-paru. Pada akhir inspirasi, rekoil paru-paru menarik dada kembali ke
posisi ekspirasi, tempat tekanan rekoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi agak positif dan udara mengalir keluar paru-paru. Ekspirasi
selama pernapasan tenang bersifat pasif dalam arti bahwa tak ada otot yang berkontraksi
menurunkan volume intrathorax. Tetapi ada sejumlah kontraksi otot inspirasi dalam bagian
awal ekspirasi. Kontraksi ini menimbulkan kerja rem pada tenaga rekoil dan melambat
ekspirasi. 5-8
Usaha inspirasi kuat mengurangi tekanan intrapleura ke nilai serendah -30 mmHg, yang
menimbulkan derajat insflasi paru yang lebih besar sebanding. Bila ventilasi meningkat, maka
luas deflasi paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yag menurunkan volume
intrathorax. 5-8

Jalan Napas
Trakea bercabang menjadi dua bronkus utama; dindingnya mengandung segmen
kartilago (tulang rawan) berbentuk C yang berhubungan dengan otot polos. Saat memasuki
paru, bronkus akan bercabang berulang kali menjadi bronkus lobaris, bronkus kecil, yang
terkecil memiliki diameter ~1 mm. Semuanya memiliki lempeng kartilago iregular dan pita
heliks otot polos. Bronkiolus hanya sedikit sekali mengandung kartilago dan tetap terbuka
karena jaringan paru di sekitarnya. Bronkiolus terkecil (terminal) akan bercabang menjadi
bronkiolus respiratorius dan kemudian menjadi duktus dan sakus alveolaris, dimana
dindingnya membentuk alveoli dan hanya mengandung sel-sel epitel. Pori kecil
memungkinkan terjadinya tekanan yang sama besar antar alveoli. Paru mengandung ~17 juta
cabang dan ~300 juta allveoli yang memberikan permukaan pertukaran seluas ~85m2. Sikulasi

12
bronkial memasok jalan napas turun hingga ke bronkiolus terminalis; bronkiolus respiratorius
dan percabangannya mendapat nutrien dari sirkulasipulmonalis. 5-8

Hubungan antara tekanan di dalam dan di luar paru


Udara yang dapat mengalir dan berpindah selama pernapasan karena adanya gradien
tekanan antara alveolus dan atmosfer. Hal ini tentu akan berpengaruh pada ventilasi. Ada tiga
tekanan yang berbeda yang memiliki peran penting dalam ventilasi, yaitu tekanan atmosfer,
tekanan intrapulmonal, dan tekanan intrapleura. Tekanan atmosfer adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di bumi. Di permukaan laut, tekanan ini
sama dengan 760 mmHg. Tekanan ini terus berkurang seiring dengan penambahan ketinggian
di atas permukaan laut karena semakin ke atas lapisan udara semakin tipis. Tekanan
intrapulmonal adalah tekanan yang ada di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan
dengan udara luar melalui saluran penghantar, udara cepat mengalir menuruni gradien
tekanannya sehingga udara terus mengalir hingga kedua tekanan seimbang. Tekanan
intrapleura adalah tekanan di dalam kantong pleura. Tekanan ini ditimbulkan di luar paru dalam
rongga toraks. Biasanya tekanan ini lebih rendah dibandingkan tekanan atmosfer. Tekanan ini
tidak menyeimbangkan diri karena kantong pleura merupakan kantong yang tertutup sehingga
udara tidak dapat keluar masuk meskipun terdapat perbedaan tekanan. 5-8
Sesuai dengan skenario maka akan lebih dibahas mengenai perubahan tekanan
atmosfer. Perubahan tekanan atmosfer tentu berdampak pada ventilasi. Seperti yang telah
diketahui, semakin tinggi suatu tempat maka semakin tipis pula lapisan udaranya. Dengan
demikian, tubuh pasti akan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dan terjadilah
hiperventilasi. Hiperventilasi ini dapat menyebabkan terjadinya alkalosis respiratorik. Oleh
sebab itu, orang harus kembali menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya agar dapat
bertahan hidup. Penyesuaian diri ini biasa disebut aklimatisasi. Orang yang gagal untuk
beraklimatisasi bisa saja terkena gangguan mental, seperti euforia atau bisa saja orang tersebut
menjadi sangat sensitif dan mudah marah. Semakin tinggi suatu tempat, maka orang harus
berusaha semakin keras untuk menyesuaikan diri karena dapat terjadi keadaan hipoksia
hipoksik, di mana tubuh sangat kekurangan oksigen dan dapat mempengaruhi aliran darah serta
kesadaran tubuh. Hiperventilasi yang terjadi juga memicu produksi eritrosit di dalam tubuh.
Semakin banyak eritrosit yang mengalir, maka semakin banyak pula hemoglobin yang tersebar
untuk mengikat oksigen dalam darah. Hal ini memang membantu dalam penyesuaian tubuh,
namun ada kerugiannya juga, yaitu jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa banyak
darah. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat. 5-8

13
Dispnea
Dispnea adalah suatu keadaan di mana seseorang menjadi kesulitan bernapas. Hal ini
sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau shortness of breath.
Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya
mendapatkan udara pernapasan. Karena sifatnya subjektif, dispnea tidak dapat diukur (namun
terdapat gradasi sesak napas). 8

Kesimpulan
Sistem pernapasan dibagi menjadi 2, sistem pernapasan atas dan bawah. Sistem
pernapasan atas mulai dari hidung sampai laring. Sistem pernapasan bawah mulai dari trakea
sampai paru-paru. Pernapasan berarti adanya pertukaran gas. Pernapasan ini terbagi menjadi 2,
yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar merupakan pertukaran gas antara
alveoli dengan kapiler darah, sedangkan pernapasan dalam merupakan pertukaran gas antara
kapiler darah dengan jaringan tubuh. Pernapasan manusia juga ditentukan oleh tekanan
atmosfer karena semakin tinggi suatu tempat, maka lapisan udaranya semakin tipis sehingga
tekanan udaranya menurun. Keadaan tersebut membuat manusia harus beradaptasi dengan
bernapas lebih sehingga menimbulkan hiperventilasi karena harus mengikat oksigen sebanyak-
banyaknya.

14
Daftar Pustaka

1. Mescher AL. Sistem pernafasan. in: Mescher AL. Histologi dasar Junqueira. 12 thed.
Jakarta: EGC; 2009.h.293.
2. Sloane G. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
3. Herawati S, Rukmini S. Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Jakarta: EGC. h.9-11.
4. Sabiston. Buku ajar anatomi.2th ed. Jakarta: EGC. 2004. p. 432.
5. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008.
6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC; 1992.
7. Ward J.P.T, dkk. At a glance sistem respirasi. Ed 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.
8. Djojodibroto, D. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009. Hal.57-8

15

Anda mungkin juga menyukai