Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

Uji Identifikasi Bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.

Nama : Ratna Yunita


NIM : 1711050047

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
Uji Identifikasi Bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.

Sabtu, 18 Oktober 2019

I. TUJUAN
Tujuan dari acara praktikum ini adalah mahasiswa mampu:
1. Mengindentifikasi adanya bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus
sp. pada probandus.
2. Mengetahui morfologi bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.
3. Mengetahui sifat-sifat yang dimiliki bakteri Staphylococcus sp. dan
Streptococcus sp.

II. DASAR TEORI


Staphylococcus aureus bersifat non-motil, nonspora, anaerob fakultatif,
katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu
6,5-46º C dan pada pH 4,2-9,3 (Todar, 1998; Nurwantoro, 2001; Paryati, 2002).
Pigmen kuning keemasan timbul pada pertumbuhan selama 18-24 jam pada
suhu 37º C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25º C).
Pigmen tidak dihasilkan pada biak anaerobik atau pada kaldu. Staphylococcus
aureus mudah tumbuh pada banyak pembenihan bakteri. Berbagai tingkat
hemolisis dihasilkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies bakteri
lain (Burrows, 1950; Jawetz et al., 2001).
Staphylococcus aureus pada media mannitol salt agar (MSA) akan terlihat
sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning
keemasan karena kemampuan memfermentasi mannitol. Jika bakteri tidak
mampu memfermentasi mannitol, maka akan tampak zona. Staphylococcus
mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik dan merupakan
substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan merupakan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang tergabung,
merupakan eksoskeleton yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dirusak
oleh asam kuat atau lisozim. Hal tersebut penting dalam patogenesis infeksi,
yaitu merangsang pembentukan interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi
opsonik, juga dapat menjadi penarik kimia (kemotraktan) leukosit
polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin dan mengaktifkan
komplemen (Jawetz et al., 2005).
(Carter and Wise, 2004) melaporkan, bahwa peptidoglikan dan polimer
polisakarida bersama asam teikoat membentuk dinding sel yang rigid, dalam
hal ini asam teikoat berfungsi menghubungkan peptidoglikan dan antigen.
Protein A termasuk dalam komponen permukaan pada kebanyakan S. aureus
yang virulen. Mikrokapsul polisakarida pada beberapa galur S. aureus yang
berfungsi sebagai antifagosit yang mempunyai kemampuan mencegah bakteri
dari respon peradangan. Pada permukaan sel S. aureus juga terdapat pigmen
karoten yang memberi warna orange atau kuning.
Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengamati morfologi sel
staphylococcus dan mengetahui kemurnian sel bakteri. Pengecatan Gram
merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering digunakan, yang
dikembangkan oleh Christian Gram. Preparat apus bakteri dibuat dengan cara,
mencampurkan satu usa biak bakteri dari PAD dengan NaCl fisiologis yang
telah diteteskan pada gelas obyek, kemudian dibuat apus setipis mungkin,
dikeringkan, dan difiksasi di atas lampu spiritus. Preparat apus ditetesi pewarna
pertama dengan karbol gentian violet selama 2 menit, warna dibuang, ditetesi
lugol selama 1 menit, kemudian preparat apus dilunturkan dengan alkohol 95%
selama 1 menit. Selanjutnya alkohol dibuang, preparat dicuci dengan akuades
dan diberi pewarna kedua dengan larutan fuschine selama 2 menit. Warna
kemudian dibuang dan dibersihkan dengan akuades, dikeringkan dan diamati
morfologi sel, serta warnanya di bawah mikroskop (Ferdiaz, 1993).
Mannitol salt agar (MSA) merupakan media selektif dan media diferensial
(Sharp, 2006). Penanaman dilakukan dengan cara satu usa biakan diambil dari
media pepton, dan diusapkan pada 0 media MSA, kemudian diinkubasi pada
37 C selama 24 jam (Lay, 1994).
Bakteri dikelompokkan sebagai Gram positif apabila selnya terwarnai
keunguan, dan Gram negatif apabila selnya terwarnai merah. Mannitol salt agar
Uji Katalase Uji Katalase dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida
(H2O2) 3% pada gelas obyek yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas obyek
yang sudah ditetesi hidrogen peroksida dengan usa. Suspensi dicampur secara
perlahan menggunakan usa, hasil yang positif ditandai oleh terbentuknya
gelembung-gelembung udara (Hadioetomo, 1990).
Uji koagulase Uji koagulase dilakukan dengan 2 metode, yaitu uji slide
dan uji tabung. Uji slide atau clumping factor digunakan untuk mengetahui
adanya ikatan koagulase. Uji slide dikerjakan dengan cara setetes aquadest atau
NaCl fisiologis steril diletakkan pada kaca benda, kemudian satu usa biakan
yang diuji, disuspensikan. Setetes plasma diletakkan di dekat suspensi biakan
tersebut, keduanya dicampur dengan menggunakan usa dan kemudian
digoyangkan. Reaksi positif terjadi apabila dalam waktu 2-3 menit terbentuk
presipitat granuler (Brückler et al., 1994).
Uji tabung digunakan untuk mengetahui adanya koagulase bebas dengan
cara 200 µl plasma dimasukkan secara aseptis ke dalam tabung reaksi steril.
Sebanyak 3-4 koloni biakan Staphylococcus sp. yang diuji ditambahkan ke
dalam tabung reaksi kemudian dicampur hati-hati. Selanjutnya, tabung
dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37oC. Pengamatan dilakukan pada
4 jam pertama, dan sesudah 18-24 jam. Reaksi positif akan terjadi apabila
terbentuk clot atau jelly dan ketika tabung dimiringkan jelly tetap berada di
dasar tabung (Lay, 1994).
Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat,
bersifat gram positif tidak berspora; dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun
berderet seperti rantai, panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang
pada media cair dibanding pada media padat dan sebagian besar ditentukanoleh
faktor lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapastrain
yang hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua sifat gram positifnyaakan
hilang dan menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteritelah
berkurang sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakterimenipis.
Streptococcus mutans merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya. Bakteri ini tersebar luas di alam. Beberapa diantaranya
merupakan anggota flora normal pada manusia, yang lain dihubungkan dengan
penyakit-penyakit penting pada manusia yang sebagian disebabkan oleh
infeksi Streptococcus, dan sebagian lagi oleh sensitisasi terhadap bakteri ini.
Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim.
Perkembangbiakan bakteri (Streptococcus sp.) dapat hidup pada kadar Ph
7,4- 7,6, suhu pertumbuhan berada di 37oC, dan media isolasi primer adalah
agar darah dengan oksigen yang rendah karena oksidasi intraseluler dapat
menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri (Sinaga,
2015).
Bakteri ini secara khas menghasilkan hemolisin yang dapat menghemolisa
sel darah merah secara in vitro. Kelompok Streptococcus dapat menghemolisa
eritrosit dengan melepas hemoglobin secara sempurna termasuk dalam
kelompok β-hemolitik (Jawetz, 1986). Pada media agar darah Streptococcus
agalactiae berbentuk bulat, berwarna transparan, cembung dan membentuk
daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloninya (bergaris tengah
0,5-1 mm). Streptococcus golongan B menghidrolisis natrium hipurat dan
memberi respon 10 positif pada CAMP test (Christie, Atkins, Munch-
Peterson), oleh karena itulah Streptococcus agalactiae biasa diidentifikasi
dengan CAMP test (Songer dan Post, 2005).
Infeksi Streptococcus dapat menyerang siapa saja, dari anak-anak hingga
dewasa dan lanjut usia. Bakteri Streptococcus menyebabkan infeksi yang
bervariasi dari ringan hingga berat, dari infeksi tenggorokan ringan hingga
radang paru-paru dan selaput otak (Wijaya, 2014).
Hingga sekarang ada sekitar 20 jenis bakteri Streptococcus yang dibagi
dalam 2 kelompok besar, yaitu:
- Grup A, banyak ditemukan pada permukaan tubuh, seperti kulit, dan
tenggorokan
- Grup B, ditemukan pada saluran pencernaan dan vagina, umumnya tidak
berbahaya dan lebih sering menyerang pada bayi.
Bakteri ini bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri ini tumbuh secara
optimal pada suhu 18˚-40˚ C. Streptococcus adalah golongan bakteri yang
heterogen. Tidak ada satu sistem pun yang cukup baik untuk
mengklasifikasikannya. Streptococcus mutans merupakan kuman yang
kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan. Kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat
menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida
ekstra sel. Polisakarida ekstra sel ini terutama terdiri dari polimer glukosa yang
menyebabkan matriks plak mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya
bakteri tersebut melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak
makin lama makin tebal, sehingga akan menghambat fungsi saliva untuk
melakukan aktivitas antibakterinya.
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di
bagi dalam:
- Hemolisis tipe alfa,(streptococcus viridians) membentuk warna kehijau-
hijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya.
- Hemolisis tipe beta, (streptococcus hemolyticus) membentuk zona
beningdisekeliling koloninya.
- Hemolisis tipe gamma, (streptococcus anhemolyticus) tidak menyebabkan
hemolisis.
Bakteri Streptococcus pyogenes adalah salah satu jenis dari bakteri
Streptococci sebagai penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang
berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik
yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit.
Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis atau radang
kerongkongan dan infeksi kulit seperti impetigo, erisipelas dan selulitis berupa
perbiakan dan penyebaran dari kuman tersebut di lapisan dalam kulit. Serangan
dan perbiakan tersebut dapat menimbulkan fasitis nekrosis, keadaan yang besar
kemungkinan mengancam hidup yang memerlukan penanganan bedah. Infeksi
lainnya bisa dikaitkan dengan pelepasan toksin bakteri (Suryana, 2012).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
1. Bunsen 7. Object glass
2. Cawan petri 8. Autoklaf
3. Erlemneyer 9. Cawan petri
4. Tabung reaksi 10. Beaker glass
5. Rak tabung reaksi 11. Hot plate
6. Inkubator 12. Jarum ose
2. Bahan
1. Sampel diambil dari sela-sela kaki 7. Plastik wrap
2. Sampel diambil dari tenggorokan/gusi 8. Kristal violet
3. Peptone water 9. Alkohol aseton
4. Medium MSA 10. Lugol iodin
5. Medium Blood Agar 11. Safranin
6. Plasma darah 12. Tissue
7. Reagen H2O2 13. Aquades
8. Medium TSB 14. Cotton bud

IV. PROSEDUR KERJA


1. Kultur bakteri
a. Staphylococcus sp
- Menyiapkan cotton bud kemudian dicelupkan peptone water
- Cottod bud ditiriskan
- Mengoleskan cotton bud tadi pada sela-sela jari kaki
- Menstreak cotton bud pada medium MSA
- Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 48 jam
- Melakukan streak kuadran pada medium MSA
- Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 24 jam
b. Streptococcus sp
- Menyiapkan cotton bud
- Menempelkan cotton bud ke langit-langit tenggorokan atau gusi
- Menstreak cotton bud pada medium Blood Agar
- Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 48 jam
- Melakukan streak kuadran pada medium MSA
- Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 24 jam
2. Pewarnaan gram
a. Mencuci gelas objek dengan aquades.
b. Menambahkan 1 ose dari cawan yang menunjukan hasil positif.
c. Menetesi gelas objek yang telah diberi sampel dengan kristal violet
menunggu 1 menit.
d. Membilas gelas objek yang telah diberi sampel dengan aquades.
e. Menetesi gelas objek yang telah diberi sampel kembali dengan lugol
iodin, sampai 1 menit bilas kembali dengan aquades.
f. Meneteskan gelas objek yang telah diberi sampel oleh alkohol aseton
dengan perlahan lahan.
g. Membilas gelas objek yang telah diberi sampel kembali dengan
aquades.
h. Menetesi gelas objek yang telah diberi sampel dengan safranin sampai
1 menit.
i. Membilas gelas objek yang telah diberi sampel dengan aquades.
j. Gelas objek yang telah diberi sampel dikeringkan kemudian
mengamati di bawah mikroskop.
3. Uji katalase
a. Mengambil 1 ose bakteri kemudian meletakkan diatas object glass dan
ratakan.
b. Meneteskan 1 tetes reagen H2O2.
c. Mengamati object glass yang sudah di tetesi reagen H2O2.
4. Uji koagulasi
a. Mengambil beberapa ose bakteri (2-3) kemudian meletakkan diatas
object glass.
b. Meneteskan plasma darah ke atas object glass tersebut.
c. Menunggu selama 2-3 menit.
d. Kemudian mengamati.
5. Uji kebutuhan oksigen
a. Menginokulasi bakteri ke medium TSB.
b. Menginkubasi medium tersebut kedalam inkubator selama 24 jam.
c. Kemudian mengamati medium tersebut.

V. HASIL
Tabel. 1 pengamatan morfologi bakteri dan koloni bakkteri
Sifat
Ukuran Bentuk Warna Tepi permu

Cawan
No Bakteri Elevasi
koloni koloni koloni koloni kaan
koloni
Kelompok 1
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Entire Halus Flat
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
Kelompok 2
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Raised
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
Kelompok 3
1. Staphylococcus 1. Sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. Sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Raised
sp. 2. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Raised
Kelompok 4
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
Kelompok 5
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
Kelompok 6
1. Staphylococcus 1. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Flat
sp. 2. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. Kecil Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. Kecil Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate

Keterangan :
1. Undulate : pemukaan tepi koloni tidak rata (berombak)
2. Entire : permukaan tepi koloni rata dan halus
3. Pulvinate : koloni dengan permukaan cembung
4. Flat : koloni dengan permukaan rata dan tipis

Tabel. 2 pengamatan staphylococcus sp.


No. Teknik Identifikasi Kel. Hasil Keterangan
1. Pewarnaan gram 1 Positif Berwarna ungu kebiruan
2 Positif Berwarna ungu kebiruan
3 Positif Berwarna ungu kebiruan
4 Positif Berwarna ungu kebiruan
5 Negatif Berwarna merah
6 Negatif Berwarna merah
2. Uji katalase 1 Positif Terdapat gelembung
2 Positif Terdapat gelembung
3 Positif Terdapat gelembung
4 Positif Terdapat gelembung
5 Positif Terdapat gelembung
6 Positif Terdapat gelembung
3. Uji koagulasi 1 Positif Terdapat gumpalan
2 Positif Terdapat gumpalan
3 Positif Terdapat gumpalan
4 Positif Terdapat gumpalan
5 Positif Terdapat gumpalan
6 Positif Terdapat gumpalan
Tabel. 3 pengamatan Streptococcus sp
No. Teknik identifikasi Kel. Hasil Keterangan
1. Pewarnaan gram 1 Negatif Berwarna merah
2 Positif Berwarna ungu kebiruan
3 Positif Berwarna ungu kebiruan
4 Positif Berwarna ungu kebiruan
5 Negatif Berwarna merah
6 Negatif Berwarna merah
2. Uji katalase 1 Positif Terdapat gelembung
2 Positif Terdapat gelembung
3 Positif Terdapat gelembung
4 Positif Terdapat gelembung
5 Positif Terdapat gelembung
6 Positif Terdapat gelembung
3. Kebutuhan oksigen 1 Anaerob Tumbuh di dasar tabung
Fakultatif
2 Anaerob Tumbuh di dasar tabung
3 Anaerob Tumbuh di dasar tabung
4 Anaerob Tumbuh di dasar tabung
5 Anaerob Tumbuh di dasar tabung
6 Anaerob Tumbuh di dasar tabung

VI. PEMBAHASAN
Pengamatan morfologi Staphylococcus sp.
Pada pengamatan morfologi bakteri dan koloni bakteri, bakteri yang
diujikan pada praktikum kali ini adalah bakteri Staphylococcus sp. dan
Streptococcus sp. Kultur bakteri Staphylococcus sp. dilakukan dengan langkah
menyiapkan cotton bud kemudian dicelupkan peptone water. Pepton water
adalah media alkali (mengandung NaCO3 pH 8,5 – 5) yang mengandung nutrisi
yang diperlukan bakteri, dan berperan dalam menjaga tekanan osmotic media
pertumbuhan kultur. Cotton bud kemudian ditiriskan dan dioleskan pada sela-
sela jari kaki untuk memperoleh bakteri uji. Bakteri uji pada dasarnya adalah
flora normal yang ada pada tubuh manusia yang dalam jumlah tertentu tidak
bersifat pathogen. Langkah selanjutnya yaitu men-streak cotton bud pada
medium MSA. Mannitol salt agar (MSA) digunakan karena medium ini
merupakan media selektif dan media diferensial. Langkah selanjutnya yaitu
menginkubasi medium pada suhu 370C selama 48 jam. Inkubasi dilakukan
pada suhu optimal pertumbuhan bakteri dan diamati tidak lebih dari 48 jam
agar bakteri yang akan diamati tidak mengalami pertumbuhan yang berlebih.
Setelah bakteri tumbuh, dilakukan streak kuadran pada medium MSA. Streak
kuadran bertujuan untuk memperoleh koloni yang baik (tidak menumpuk) pada
akhir streak. Setelah itu diinkubasi medium pada suhu pertumbuhan optimal
bakteri 370C selama 24 jam dan tidak lebih agar pengamatan tidak
menghasilkan bakteri TBUD.
Setelah dilakukan pengamatan pada kelompok praktikan (kelompok 4),
dapat disimpulkan bahwa bakteri memiliki ukuran koloni yang sedang,
berbentuk bulat, berwarna kuning, dengan bentuk tepi entire, sifat permukaan
halus dan elevasi pulvinate. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan (Todar,
2002) bahwa koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4
mm. Koloni pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol dan
berkilau. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua. Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang
menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk.
Pigmen kuning tersebut membedakannya dari Staphylococcus epidermidis
yang menghasilkan pigmen putih. Beberapa data dari kelompok praktikan yang
lain menunjukkan hasil yang tidak sesuai seperti bentuk koloni yang flat
dengan bentuk tepi undulate. Hal ini dapat disebabkan karena koloni bakteri
yang diamati merupakan kontaminasi dari bakteri lain.
Pengamatan morfologi Streptococcus sp.
Kultur bakteri Streptococcus sp. dilakukan dengan menyiapkan cotton bud
dan menempelkannya ke langit-langit tenggorokan atau gusi. Hal ini dilakukan
karena kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat
menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida
ekstra sel. Cotton bud tersebut kemudian distreak pada medium Blood Agar.
Medium ini adalah medium yang digunakan untuk menguji kemampuan
bakteri dalam menghemolisis sel darah merah. Medium diinkubasi pada suhu
370C, yaitu suhu optimal pertumbuhan bakteri menurut referensi dan selama
48 jam agar pertumbuhan bakteri terlihat optimal. Setelah itu dilakukan streak
kuadran pada medium MSA, yaitu medium diferensial dan selektif untuk
identifikasi bakteri Streptococcus sp. dan medium diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam dan tidak lebih agar bakteri yang tumbuh dalam cawan tidak
melebihi batas maksimal bakteri dapat dihitung.
Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan data bahwa bakteri
Streptococcus sp. berukuran sedang, berbentuk bulat, berwarna kuning,
memiliki tepi permukaan koloni yang tidak rata (undulate) dan permukaan
koloni yang halus, rata serta tipis (flat). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
(Songer dan Post, 2005) bahwa pada media agar darah Streptococcus
agalactiae berbentuk bulat, berwarna transparan. Permukaan cembung dan
membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloninya
(bergaris tengah 0,5-1 mm). Hal ini dapat disebabkan karena jenis bakteri
Streptococcus yang berbeda memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam medium
pertumbuhannya.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris
untukmembedakan spesies bakteri mejadi dua kelompok besar, yaitu gram
positifdan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.
Pengujian ini dilakukan dengan meneteskan aquades diatas objek glass
kemudian diratakan dengan 1 ose bakteri dan difiksasi. Setelah itu ditetesi
kristal violet selama 1 menit dan bilas dengan aquades. Preparat ditetesi dengan
lugol iodine selama 1 menit dan bilas kembali dengan aquades. Ditetesi alkohol
aseton secara perlahan dan bilas dengan aquades. Alkohol aseton berfungsi
sebagai decolorizer agar warna Kristal violet yang menutupi bakteri coliform
hilang. Terakhir ditetesi dengan safranin selama 1 menit dan bilas dengan
aquades kemudian di angin-anginkan. Tujuan pewarnaan menggunakan
safranin adalah memberi warna merah pada bakteri coliform. Kemudian
diamati dibawah mikroskop dengan ditetesi minyak imersi.
Hasil pengamatan kedua bakteri menunjukkan data yang sama yaitu
bakteri memiliki warna ungu kebiruan. Hal ini disebabkan karena kedua bakteri
tersebut merupakan bakteri gram positif. Hasil tersebut sesuai dengan teori
(Andre Tjie Wijaya, 2014) bahwa Streptococcus adalah salah satu genus dari
bakteri nonmotil yang mengandung sel gram positif , berbentuk buat, oval dan
membentuk rantai pendek, panjang atau berpasangan, bakteri ini tidak
membentuk spora, bakteri ini dapat ditemukan di bagian mulut, usus manusia
dan hewan.
Uji Koagulase
Uji slide dikerjakan dengan cara mengambil beberapa ose bakteri (2-3 ose)
di atas gelas objek agar reaksi bakteri terlihat lebih jelas di ata gelas objek.
Kemudian meneteskan plasma darah ke atas object glass tersebut. Setetes
plasma diletakkan didekat suspensi biakan tersebut untuk melihat kemampuan
bakteri menggumpalkan plasma. Keduanya dicampur dengan menggunakan
ose dan kemudian digoyangkan. Reaksi positif terjadi apabila dalam waktu 2-
3 menit terbentuk presipitat granuler.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, data semua kelompok
menunjukkan hasil koagulasi positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Bruckler et al., 1994) bahwa koagulase merupakan protein ekstraseluler yang
dihasilkan oleh S. aureus yang dapat menggumpalkan plasma dengan bantuan
faktor yang terdapat dalam serum. Oleh karena itu peran koagulase yang
dihasilkan oleh S. aureus dapat digunakan sebagai sarana diagnostik.
Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan mengambil 1 ose bakteri kemudian
meletakkan diatas object glass dan ratakan. Bakteri ditetesi dengan 1 tetes
reagen H2O2. Kemudian diamati object glass yang sudah di tetesi reagen H2O2
tersebut.
Pada uji ini, seluruh kelompok menghasilkan data uji yang positif. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Lay, 1994) bahwa Streptococcus sp. merupakan
bakteri yang dapat mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida menjadi H2O dan
O2. Fungsi uji katalase pada bakteri berbentuk kokus adalah untuk membedakan antara
staphylococcus dan streptococcus, dimana kelompok staphylococcus bersifat katalase
positif. Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini
menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu metabolisme
aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob pasti
menguraikan bahan tersebut (Lay, 1994).
Uji Kebutuhan Oksigen
Uji bakteri dilakukan dengan menginokulasi bakteri ke medium TSB.
Kemudian menginkubasi medium tersebut kedalam inkubator selama 24 jam
dan mengamati medium tersebut. Hasil pengamatan satu kelompok
menunjukkan bakteri merupakan kelompok anaerob sedangkan kelompok
yang lain menunjukkan bahwa bakteri bersifat anaerob fakultatif. Hasil
tersebut sesuai dengan pernyataan (Jawetz et al., 2005) bahwa bakteri
Strreptococcus sp. bersifat anaerob fakultatif. Referensi lain juga menunjukkan bahwa
bakteri tersebut dapat bersifat aerob. Hal ini dapat terjadi karena Streptococcus sp.
tumbuh dalam lingkungan anaerob (tidak menggunakan oksigen dalam proses
metabolismenya), namun dapat beradaptasi dengan lingkungan beroksigen.
Pertumbuhan bakteri anaerob terlihat di dasar medium sedangkan pertumbuhan
bakteri anaerob fakultatif terlihat penyebarannya di tengah medium.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Terdapat bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. pada probandus
seluruh probandus kelompok praktikan.
2. Morfologi bakteri Staphylococcus sp. memiliki ukuran koloni yang
sedang, berbentuk bulat, berwarna kuning, dengan bentuk tepi entire,
sifat permukaan halus dan elevasi pulvinate sedangkan Streptococcus sp.
berukuran sedang, berbentuk bulat, berwarna kuning, memiliki tepi
permukaan koloni yang tidak rata (undulate) dan permukaan koloni yang
halus, rata serta tipis (flat).
3. Sifat-sifat yang dimiliki bakteri Staphylococcus sp. yaitu merupakan gram
positif, koagulasi positif dan katalase positif sedangkan bakteri
Streptococcus sp. merupakan gram positif, katalase positif dan merupakan
bakteri anaerob fakultatif.
DAFTAR PUSTAKA

Burrows, W., Gordon, F.B., Porter, R.J., and Movider, J.W. 1950. Jordan-Burrows
Textbook th of Bacteriology 15 edition. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Sensitivitas Staphylococcus aureus 149. Philadelphia, USA: W. B Saunders
Company.
Brückler, J., Schwarz, S. and F. Untermann, F. 1994. Staphylokokken–
Infektionenund–enterotoxine. Jerman: Band. II/1 In Blobel., H. und Schlie
? er (Eds.),Handbuch der bakteriellen Infektionen bei Tieren, 2. Auflage.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Prasindo Persada.
Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi dasar dalam praktek teknik dan prosedur
dasar laboratorium. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Hal 103-104
Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A. 2001. Mikrobiologi kedokteran. Edisi
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Buku
1. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Todar, K. 2002. Staphylococcus Bacteriology. UW-Bacteriology 330 Home Page
1-7.
LAMPIRAN

Pewarnaa gram Pewarnaa gram Uji Kebutuhan


Staphylococcus sp. Streptococcus sp. Oksigen

Uji Koagulasi Streptococcus sp. Uji Katalase Staphylococcus sp. dan


Streptococcus sp.

Anda mungkin juga menyukai