Makalah Vaksin Polio
Makalah Vaksin Polio
Disusun Oleh:
Nama : Wuri Handayani
NIM : G0E518012
Mata Kuliah : Dokumentasi Kebidanan
i
2018
ABSTRAK
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang terbuat dari virus yang telah
dimatikan atau dilemahkan Pada dasarnya vaksin berfungsi untuk meningkatkan
sistem kekebalan (imunitas) pada tubuh terhadap virus, yang biasanya dilakukan
pada bayi, balita, dan ibu hamil. Adapun usaha memberikan vaksin ke dalam tubuh
untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/virus disebut
vaksinasi.
Banyak jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan,
terutama enzim tripsin yang berasal dari pangkreas babi. Menurut keterangan Prof.
Dr. H. Jurnalis Uddin, bahwa dalam proses pembuatan vaksin polio diperlukan
bahan dari babi yang disebut enzim tripsin. Without these trypsin enzymes it is not
possible for polio vaccine to be made. Enzim tripsin babi bukanlah bahan baku
vaksin, namun hanya dipakai sebagai enzim katalisator pemisah sel.
Tidak digunakannya enzim tripsin sapi atau domba, menurut PT. Biofarma
perusahaan yang memproduksi vaksin di Indonesia, karena memerlukan waktu
penelitian yang cukup lama dan dana yang besar. Belum ada satu pun perusahaan
farmasi di dunia yang memakai enzim tripsin selain babi. Artinya tidak ada pilihan
lain, sementara untuk membentengi anak-anak dari serangan virus polio merupakan
satu keharusan. Jika tidak, akan terjadi malapetaka yang akan diderita seumur
hidup.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Vaksin Folio Bagi Bayi Menurut Majelis Tarjih PP Muhammadiyah”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Penyusun
menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................. 1
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 3
2.1 Observasi ................................................................................................... 3
2.2 Wawancara ................................................................................................ 3
BAB III KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 5
3.1 Musik ......................................................................................................... 5
3.2 Musik Tradisional ...................................................................................... 5
3.3 Eksistensi .................................................................................................. 5
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
4.1 Pengertian Deggudeg ................................................................................. 6
4.2 Peminat Musik Deggudeg .......................................................................... 6
4.3 Pelestarian Musik Deggudeg...................................................................... 7
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
4.2 Saran .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
vaksinasi yang dilakukan terutama pada bayi dan balita adalah hepatitis B,
BCG, polio, dan DPT.
Banyak jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang
diharamkan, terutama enzim tripsin yang berasal dari pangkreas babi.
Menurut keterangan Prof. Dr. H. Jurnalis Uddin, bahwa dalam proses
pembuatan vaksin polio diperlukan bahan dari babi yang disebut enzim
tripsin. Tanpa enzim tripsin tersebut tidak mungkin vaksin polio dapat dibuat.
Enzim tripsin babi bukanlah bahan baku vaksin, namun hanya dipakai sebagai
enzim katalisator pemisah sel.
Belum ada satu pun perusahaan farmasi di dunia yang memakai enzim
tripsin selain babi. Artinya tidak ada pilihan lain, sementara untuk
membentengi anak-anak dari serangan virus polio merupakan satu keharusan.
Jika tidak, akan terjadi malapetaka yang akan diderita seumur hidup.
2
BAB III
PERMASALAHAN
3
2.2 Sejarah Vaksinasi
Sejarah vaksin tidak dapat dilepaskan dari nama seorang dokter Inggris
yang lahir pada 17 Mei 1749, yaitu Edward Jenner. Pada 1796, suatu hari
dalam hidup ilmuwan yang berasal dari Berkeley, Gloucestershire, Inggris
ini, datang kepadanya seorang wanita pemerah susu bernama Sarah Nelmes
yang mengeluhkan adanya rash di tangannya. Dengan pisau tajam, Jenner
justru mengambil materi rash yang diketahui sebagai penyakit cacar menular
pada sapi tersebut (cowpox) dan memindahkannya ke lengan James Phipps,
seorang anak tukang kebunnya yang berusia 8 tahun. James lantas terkena
cowpox, namun segera sembuh.
Selanjutnya, Jenner mengoleskan materi dari luka cacar smallpox,
penyakit mematikan yang mewabah saat itu, ke luka yang ia buat di tangan
James. Sebagaimana dugaan Jenner, James tidak terkena cacar. Sesuatu yang
berasal dari cowpox telah melindungi James. Setelah percobaannya yang
sukses tersebut, Jenner kembali melakukan percobaan sebanyak 23 kasus
yang sama, termasuk pada anak lelakinya yang berumur 11 bulan. Semua
detail penelitiannya ia kumpulkan dalam sebuah buku dengan nama "An
inquiry into the causes and effects of the variolae vaccinae, a disease
discovered in some of the western counties of England, particularly
Gloucestershire, and known by the name of The CowPox". Dengan
keberhasilan Jenner ini, ilmu imunologi pun lahir. Penemuan Jenner tersebut
dikenal sebagai vaksinasi yang diambil dari bahasa latin sapi, yaitu vacca.
Beberapa tahun sebelum percobaan Jenner, juga setidaknya ada 6 orang
yang mencoba melakukan imunisasi cacar yaitu seorang kebangsaan Inggris
pada 1771, Sevel dari Jerman sekitar tahun 1772, Jensen dari Jerman tahun
1770, Benjamin Jesty dari Inggris tahun 1774, Rendall, Inggris tahun 1782,
dan Peter Plett, Jerman, tahun 1796.
Waktu berganti, ratusan tahun sejak momentum keberhasilan Edward
Jenner, vaksin telah digunakan untuk terapi berbagai penyakit. Louis Pasteur
mengembangkan teknik vaksinasi pada abad 19 dan mengaplikasikan
pengguanaannya untuk penyakit anthrax dan rabies. Dengan vaksin pula,
4
beberapa penyakit besar yang melanda umat manusia dapat dikontrol atau
dibatasi penyebarannya.
WHO mencatat tahun beberapa jenis vaksin pertama yang digunakan
pada manusia, yaitu cacar pada tahun 1798, Rabies tahun 1885, Pes tahun
1897, Difteri tahun 1923, Pertusis tahun 1926, Tuberculosis (BCG) tahun
1927, Tetanus tahun 1927, Yellow Fever tahun 1935. Setelah perang dunia
ke dua, pengembangan vaksin mengalami percepatan. Vaksin Polio suntik
pertama diaplikasikan pada manusia tahun 1955, sedangkan vaksin polio oral
tahun 1962. Selanjutnya campak tahun 1964, mumps tahun 1967, rubella
tahun 1970, dan hepatitis B tahun 1981.
5
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Observasi
Pengertian menurut para ahli Observasi yaitu :
1. Menurut Kartono (1980 : 142) Observasi adalah studi yang di sengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejela-gejala psikis dengan jalan
pengamatan dan pencatatan.
Observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data secara ilmiah
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Di abdikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
2. Di rencanakan dan di laksanakan secara sistematis, dan tidak secara
kebetulan (accidental) saja.
3. Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi-proposisi yang
lebih umum, dan tidak karena didorong impuls dan rasa ingin tahu
4. Validitas, relialibitas dan ketelitiannya dicek dan di kontrol seperti pada
data ilmiah lainnya.
a. Menurut Poerwandari (1998 : 62) Observasi berasal dari bahasa latin
yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah Observasi di
arahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut.
b. Menurut flick (2002 : 135) observasi merupakan keterampilan harian
lain sebagai secara metode logis disistematisir dan diterapkan dalam
penelitian kualitatif tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi
berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang
diintegrasikan.
2.2 Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data adalah dengan
jalan wawancara, mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada responden. Cara inilah yang banyak dilakukan di indonesia
6
belakangan ini. Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari
setiap survei. Tanpa wawancara, penelitian akan kehilangan informasi yang
hanya dapat diperoleh dengan jalan jalan bertanya langsung kepada
responden. Data semacam iti merupakan tulang punggung suatu penelitian
survei.
Menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya dan pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan intervew guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara proses percakapan yang berbentuk tanya jawab
dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk
suatu penelitian.
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN
8
karena memerlukan waktu penelitian yang cukup lama dan dana yang
besar. Belum ada satu pun perusahaan farmasi di dunia yang
memakai enzim tripsin selain babi. Artinya tidak ada pilihan lain,
sementara untuk membentengi anak-anak dari serangan virus polio
merupakan satu keharusan. Jika tidak, akan terjadi malapetaka yang
akan diderita seumur hidup.
4.1.2 Dalil-dalil
Beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw yang
dapat dijadikan sandaran untuk menghukumi masalah vaksin polio
ini adalah sebagai berikut:
9
“Kebutuhan itu menduduki tempat darurat.”
Demikian pula, babi adalah mafsadah, polio juga mafsadah.
Menghadapi dua hal yang sama-sama mafsadah ini, harus
dipertimbangkan mana yang lebih besar madlaratnya dengan
memilih yang lebih ringan madlaratnya. Oleh karena itu, dalam
rangka membentengi penyakit polio dibolehkan menggunakan
vaksin tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah:
Artinya: “Apabila bertentangan dua mafsadah, maka
perhatikan mana yang lebih besar madlaratnya dengan dikerjakan
yang lebih ringan mafsadahnya.”
Sebagai kesimpulan, dapatlah dimengerti bahwa vaksinasi
polio yang memanfaatkan enzim tripsin dari babi hukumnya adalah
mubah atau boleh, sepanjang belum ditemukan vaksin lain yang
bebas dari enzim itu. Sehubungan dengan itu, kami menganjurkan
kepada pihak-pihak yang berwenang dan berkompeten agar
melakukan penelitian-penelitian terkait dengan penggunaan enzim
dari binatang selain babi yang tidak diharamkan memakannya.
Sehingga suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang benar-benar
bebas dari barang-barang yang hukum asalnya adalah haram.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, dapatlah dimengerti bahwa vaksinasi polio yang
memanfaatkan enzim tripsin dari babi hukumnya adalah mubah atau boleh,
sepanjang belum ditemukan vaksin lain yang bebas dari enzim itu.
Sehubungan dengan itu, kami menganjurkan kepada pihak-pihak yang
berwenang dan berkompeten agar melakukan penelitian-penelitian terkait
dengan penggunaan enzim dari binatang selain babi yang tidak diharamkan
memakannya. Sehingga suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang benar-
benar bebas dari barang-barang yang hukum asalnya adalah haram.
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan agar para pembaca dapat
mengetahui apa yang telah dijabarkan sebelumnya.
Dalam penulisan makalah ini, banyak sekali kekurangan. Oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca khususnya dari Bapak selaku dosen pengampuh. Mohon maaf
Pak jika isi makalah saya tanpa sengaja terdapat beberapa kesamaan. Itu
merupakan unsur ketidaksengajaan kami, karena kemungkinan sumber yang
kami dapat sama.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://tarjih.or.id/hukum-vaksin-2/
http://terangbulanq.blogspot.com/2016/05/makalah-vaksinasi.html
http://terangbulanq.blogspot.com/2016/05/makalah-vaksinasi.html
http://tarjih.or.id/hukum-vaksin-2/?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
12