MANAJEMEN AIR
“ METODE NETWORK”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Rusli (105811101616)
Annisa ( 158811102160)
Haryanto (105812308140)
Arifullah (1058111060160)
Asma Hendra (10581228214)
Andi Purnamasari (1058111064160
Nur Arsi Aulya Maga ( 105811108016)
Renalki Reza Fardana (10581250115)
Muh Arafat Asyari Ady (10581249915)
M. Firmansyah Ridwan (10581224614)
PENDAHULUAN
Analisa jaringan kerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk semua aspek
jaringan kerja dalam perencanaan dan pengawasan proyek.
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah: yaitu kebutuhan akan
adanya metode manajemen jaringan kerja dalam pembangunan proyek
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah: untuk memahami metode manajemen
jaringan kerja
BAB II
PEMBAHASAN
Defenisi Analisa jaringan kerja ialah suatu sistem kontrol proyek dengan
cara menguraikan pekerjaan menjadi komponen-komponen yang dinamakan
kegiatan (activity). Selanjutnya kegiatan ini disusun dan diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan
ekonomis, dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan jumlah tenaga kerja yang
minimum.
Tentunya diagram jaringan kerja proyek pelatihan guru berlaku untuk proyek
itu sendiri, tidak untuk proyek pembangunan jembatan.
4) Sikap pelaksanaan.
a) Pembuatan
Dimana tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model
yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek. Di dalam
pembuatan ini juga masih memiliki tahapan-tahapan lagi yaitu : inventarisasi
kegiatan, hubungan antar kegiatan, menyusun diagram jaringan kerja, data
kegiatan, analisa waktu dan sumber daya, batasan dan leveling.
b) Pemakaian
Bila pembuatan telah selesai maka model yang telah jadi tersebut dipakai pada
proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam
diagram jaringan kerja. Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan berdasarkan
kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau
persentase; dan berdasarkan jangka waktunya serta kumulatif atau periodik.
c) Perbaikan
Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada saat
pembuatan. Tahap perbaikan dibatasi pada kegiatan yang tidak sesuai dengan
usaha pencapaian keberhasilan proyek. Dan selanjutnya pada tahap dilakukan
revisi.
menyatakan kegiatan semu atau dummy . Dummy tidak mempunyai jangka waktu
tertentu, karena tidak memakai sejumlah sumber daya.
Aktivitas dummy adalah aktivitas yang sebenarnya tidak ada, sehingga tidak
memerlukan pemakaian sumber daya.. Dummy terjadi karena terdapat lebih
dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama.
Cth. A C
BD
Ket:
a) Di antara dua event yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
b) Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau nomor urut event.
c) Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor
tinggi.
d) Diagram hanya memiliki sebuah initial evet dan sebuah terminal event.
Salah satu prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan jaringan kerja untuk
mengatasi permasalahan pengelolaan suatu proyek adalah:
Teknik ini adalah suatu metode yang bertujuan untuk semaksimal mungkin
mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun
rintangan dan perbedaan-perbedaan ; mengkoordinasikan dan menyelaraskan
berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat
seleksinya proyek-proyek. Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf
tertentu dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian
kegiatan-kegiatan bagi suatu proyek.
2) C.P.M (critical path method)
T. Hari Handoko (1993 hal. : 401) mengemukakan bahwa : “PERT adalah suatu
metode analisis yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan
pengendalian proyek-proyek yang kompleks, yang menuntut bahwa masalah
utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan jadwal kegiatan
beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu dan
biaya, sedangkan CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk
mengoptimalkan biaya proyek dimana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya
dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan
biaya seminimal mungkin” .
a) Persamaan
b) Perbedaan
Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai
berikut :
PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum
pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan
mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan
biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.
Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama
serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu
pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu
proyek.
Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu
maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat
biaya.
a) Untuk mengkoordinir semua unsur (element) proyek kedalam suatu rencana utama
(master plan) dengan menciptakan suatu model kerja untuk melengkapai proyek
sehingga diperoleh data sebagai berikut :
1) Buatlah anak panah dengan garis penuh dari kiri ke kanan, & garis putus-
putus untuk Dummy.
2) Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun waktu
dibawahnya.
3) Hindarkan sejauh mungkin garis menyilang.
4) Peristiwa/ kejadian dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor yg
bersangkutan jika mungkin berada didalamnya.
5) Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri.
Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan terdapat satu atau
beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja tersebut yang
menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut
lintasan kritis (critical path). Jalur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian
komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun
waktu penyelesaian yang tercepat. Pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang
bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara
keseluruhan
Selain lintasan kritis, terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka
waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan
yang tidak kritis ini mempunyai jangka waktu untuk bisa terlambat, yang disebut
float/slack.
a) Total float/slack,
b) Free float/slack,
TL = latest event occurrence time, yaitu saat paling lambat terjadinya event.
ES = earliest activity start time, yaitu saat paling cepat dimulainya aktivitas.
EF = earliest activity finish time, yaitu saat paling cepat diselesaikannya aktivitas.
LS = latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
LF = latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya aktivitas.
t = activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
aktivitas.
S = total slack/float
SF = free slack/float
1) Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.
2) Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol
3) Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = TE untuk event ini.
Adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu:
Nomor event
Saat tercepat terjadinya event, yang merupakan hasil perhitungan maju
Saat paling lambat terjadinya event, yang merupakan hasil perhitungan
mundur
1) Total float/slack dihitung dengan cara mencari selisih antara saat paling
lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya aktivitas,
atau dengan mencari selisih antara saat paling lambat diselesaikannya
aktivitas dengan saat paling cepat diselesaikannya aktivitas.
2) Free float/slack aktivitas dihitung dengan cara mencari selisih antara saat
tercepat terjadinya event di ujung aktivitas dengan saat tercepat
diselesaikannya aktivitas tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran