Anda di halaman 1dari 3

Abdul Rivai (1871-1933)

Abdul Rivai lahir pada tahun 1871. Dia adalah seorang dokter, namun dia
mengabdikan dirinya dalam dunia kewartawanan. Tulisannya berisi anjuran-
anjuran politik untuk kemajuan bangsa Indonesia saat itu. Bahkan ada salah satu
surat kabar Pewarta Deli (9 Oktober 1930) menyebutnya sebagai “bapak dalam
golongan jurnalistik”. Cita-citanya adalah ingin bersekolah di sekolah dokter.
Sampai pada saatnya beliau berangkat ke Jawa dan mendaftarkan diri sebagai
murid di STOVIA. Beliau lulus pada tahun 1895 lalu ditempatkan sebagai dokter di
Medan.

Pada tahun 1918, beliau diangkat sebagai anggota Volksraad, terbukti saat
itu beliau juga merupakan orator yang tangguh. Dalam waktu satu tahun menjadi
anggota Volksraad,beliau kehilangan penghasilannya. Akhirnya beliau pergi ke
Eropa, Amerika dan Swiss. Sekembalinya dari perjalanan itu, beliau menetap di
Jakarta. Beliau sering menulis artikel di Bintang Timoer, pimpinan Parada Harahap
pada masa jayanya. Saat itu, beliau mulai sakit-sakitan sehingga dokter
menyarankannya untuk tinggal di tempat yang dingin, maka pindahlah beliau k
Bandung. Namun tak lama tinggal di Bandung, tanggal 16 Oktober 1933 beliau
meninggal dunia dalam usia 62 tahun.
Parada Harahap (1899 – 1959)

Seorang jurnalis Indonesia yang lahir di Pargarutan, Padangsidempuan,


Tapanuli Selatan. Ia dijuluki King of Java Press karna kemauannya yang keras dan
semangat belajarnya yang tinggi. Baik secara otodidak maupun mengikuti kursus-
kursus. Sejak bulan Juli 1914, iabekerja sebagai leering schryver pada Rubber
Cultur My Amasterdam di Sungai Karang, Asahan. Karena kecerdasan dan daya
ingatnya yang sangat baik parade harahap kemudian dapat menggatikan juru
buka berkebangsaan Jerman. Selama bekerja di perkebunan itu Parada Harahap
terus belajar supaya dapat berbicara bahasa Belanda membaca surat kabar De
Sumatra Post dan surat kabar berbahasa Melayu sepBenih Merdeka dan Pewarta
Deli Serta mempelajari tulisan-tulisan yang dimuat dalam surat kabar itu. Pada
tahun 1917 dan 1918 Parada Harahap telah menulis dan membongkar kekejaman
Poenale Sanctie dan perlakuan di liar batas perikemanusiaan terhadap kuli-kuli
kontrak yang dilakukan baik oleh tuan kebun maupun bawahannya

Atang Ruswita (1933-2003)

Merupakan seorang wartawan dan pemimpin umum berkebangsaan


Indonesia. Dia ikut serta memimpin redaksi Pikiran Rakyat. Selama hidupnya, ia
mendedikasikan dirinya untuk dunia jurnalistik dan kemanusiaan. Ia menjabat
KEtua IPPI Cimahi (1950-1952), Ketua PWI Cabang Bandung (1967), Ketua
Pelaksana Harian PWI Pusat (1973-1986), dan Ketua Dewan Kehormatan PWI
Pusat. Di bidang politik, Ia pernah menjadi anggota DPR-MPR RI (1978-1982).
Menjelang peringatan Hari Proklamasi 14 Agustus 1998, Ia memperoleh anugerah
tanda kehormatan Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah yang disampaikan
langsung oleh Presiden B.J. Habibie di Istana Negara Jakarta

Anda mungkin juga menyukai