Anda di halaman 1dari 25

COLOR IN

ESTHETIC
Muhammad Dian Firdausy
Dental Material Science

DENTISTRY
Faculty of Dentistry
UNISSULA
Warna

• Warna merupakan respon fisiologis otak terhadap cahaya


• Cahaya yang dipantulkan suatu objek → difokuskan ke retina →
dikonversi menjadi impuls → diproses oleh otak → menghasilkan
persepsi psikofisiologis warna
• Sel di mata yang berperan dalam penglihatan warna → sel kerucut
(cone spahed cells)
PADA SAAT CAHAYA
MENGENAI SUATU
BENDA, CAHAYA
TERSEBUT DAPAT
MENGALAMI

REFLECTION,
ADSORBTION,
REFRACTION,
MAUPUN
TRANSMISSION
Interaksi cahaya terhadap
benda

• Interaksi cahaya terhadap suatu benda tergantung dari


translusensi benda tersebut
– 100% opaque → tidak dapat ditembus cahaya
– 100% transparent → dapat ditembus cahaya
• Cahaya yang dipantulkan dipengaruhi tingkat kehalusan
permukaan. (from smooth surface to uneven surface)
Warna dalam Kedokteran
Gigi

• Berkaitan erat dengan estetik pada restorasi


• Restorasi saat ini mengarah ke natural dentition color
• Tantangan dalam material restorasi kedokteran gigi:
– General purposes
– Technique insensitive
– Tooth colored
– Color stability
3-DIMENSIONS
OF COLOR

- HUE
- CHROMA
- VALUE
Hue

• Merupakan warna dominan dari objek (warna dasar)


• Merupakan Panjang gelombang dominan pada spectral distribution
• Terdiri dari:
➢ Merah → +a*
➢ Hijau → -a*
➢ Kuning → +b*
➢ Biru → -b*
Value

• Disebut juga dengan gray scale / lightness (L*)


• Merupakan indicator gelap terangnya suatu objek
• Menggambarkan gelap terang suatu objek. Semakin terang objek,
value semakin tinggi
• Merupakan sumbu vertical (Z-axis) dengan range dari warna putih
(10) ke hitam (0)
Chroma

• Derajat saturasi dari suatu warna / hue


• Tingkat chroma dimulai dari akromatik (abu-abu) → /0 ; hingga
warna dengan saturasi penuh → /18
• Semakin tinggi saturasi, warnanya semakin “vivid”, semakin
rendah semakin “dull”
Pengukuran warna

• Manual (melalui mata observer)


– Bersifat subjektif
– Dipengaruhi oleh banyak hal (color fatigue, defek pada retina, color blindness)
– Sangat sensitive, dalam mengidentifikasi perubahan warna
– Lebih akurat dalam mengidentifikasi pada permukaan yang kasar dan
melengkung
• Menggunakan alat (co: colorimeter, spektrofotometer)
– Lebih akurat dan stabil
– Hanya akurat pada permukaan yang flat
Shade Matching

• Pemilihan warna untuk restorasi direk, ceramic veneer, dan crown


menentukan tingkat estetik restorasi
• Digunakan untuk komunikasi antara klinisi dan dental lab dalam
pembuatan restorasi indirek (dalam pemilihan warna)
• Dalam praktek kedokteran gigi, menggunakan shade guide
Shade Guide

• Dikelompokkan berdasarkan hue menjadi 4 kelompok (A= red-


brown, B=red-yellow, C= gray, D=red-gray)
• Dari masing-masing kelompok, kemudian diurutkan berdasarkan
value (lightest to darkest) → B1, A1, B2, D2, A2, C1, C2, D4, A3, D3,
B3, A3.5, B4, C3, A4, C4
Hambatan dalam Color
Matching

Faktor manusia
• Color fatigue
• Color sensitivity
• Defek pada retina
• Color blindness (partial/full)
Hambatan dalam Color
Matching

Faktor pencahayaan
• Beragam sumber pencahayaan: Daylight, incandescent, fluorescent
• Perbedaan sumber cahaya dapat menimbulkan perbedaan persepsi
warna
• Objects that appear to be color-matched under one type of light may
appear different under another type → metamerism
Color stability

• Warna dapat ditentukan dengan notasi CIE L*a*b*


• Value ditentukan oleh L*
• Chroma ditentukan oleh a*b*
• Perubahan warna dapat ditentukan dengan rumus

Anda mungkin juga menyukai