Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan masa depan suatu daerah di era globalisasi terletak pada pengelolaan
produktifitas, pengusahaan perubahan perubahan dan pengelolaan pembangunan kerja
secara cepat. Masyarakat kita tergantung pada spesialisasi dari berbagai spesifik untuk
menyediakan output dan input yang dihasilkan maupun yang didapat supaya menghindari
pengangguran berstruktur, sehingga menaikan kualitas taraf hidup subjek atau
masyarakat sekaligus mengurangi angka pengangguran disuatu daerah.
Di era globalisasi ini yang sering disebut era moderenisasi ini sangat diperlukan
Sumber Daya Manusia yang sangat memadai untuk perkembangan dikalangan
masyarakat Indonesia yang masih jauh dari harapan pemerintah sebagai pengatur tatanan
pemerintah maupun tatanan masyarakatnya yang bertujuan untuk memakmurkan dan
mensejahterakan kehidupan berbangasa dan bernegara.
Demi mencapai kehidupan yang lebih baik diperlukan proses sosial antara
pemerintahdan masyarakatnya demi mencapai keselarasan dan keseimbangan antara
tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah maupun tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat.
Standar pembangunan manusia yang menjadi kesepakatan antara lain berhak
untuk bisa membaca dan menulis, untuk hidup sehat, untuk bisa mendapatkan
penghasilan yang layak, untuk mendapat rumah yang memadai, dan untuk hidup sebagai
satu bangsa dengan damai dan aman. Diharapkan dengan desentralisasi atau yang lebih
populer disebut otonomi daerah dapat memotivasi daerah-daerah tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota untuk lebih memprioritaskan mengurangi kemiskinan dan
mempersiapkan diri dalam sumberdaya manusia yang handal (Nugraha, Galih Yudha)..
1.2 Rumusan Masalah
Indeks Pembangunan Manusia dan Sumber Daya Manusia Unggul

1
1.3 Tujuan
(a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui indeks
pembangunan manusia yang ada di nasional,provinsi,dan kabupaten serta mahasiswa
dapat mengatahui Sumber Daya Manusia Unggul khususnya yang ada di Indonesia.
(b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dan definisi IPM
2. Mengetahui manfaat IPM
3. Mengetahui IPM Indonesia pada tatanan Global dan ASEAN
4. Mengetahui pembangunan manusia di tingkat provinsi
5. Mengetahui pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota
6. Mengetahui sumber daya manusia unggul

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Definisi
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi
penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada
tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi
perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2015 dan melakukan
backcasting sejak tahun 2010. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang
dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup
layak (decent standard of living).
Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup saat lahir
(UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir
untuk bertahan hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada
saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama
Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia
25 tahun ke atas yang telah atau sedang menjalani pendidikan formal.
Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah
formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu (7 tahun) di masa
mendatang.
Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan,
yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (purchasing
power parity).
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks
pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan
melakukan standarisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing
komponen indeks (Badan Pusat Statistik. 2019).

3
2.2 Manfaat IPM
1. Mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk),
2. Menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara, dan
3. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran
kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana
Alokasi Umum (DAU) (Wikipedia, 2019).
2.3 Indonesia pada Tataran Global dan ASEAN
United Nations Development Programme (UNDP) secara berkesinambungan
mencatat perkembangan pembangunan manusia di berbagai negara. Sampai dengan
tahun 2017, UNDP telah mencatat perkembangan pembangunan manusia dari 189
negara di seluruh dunia. Pada tahun 2017, UNDP mencatat bahwa IPM di Indonesia
telah mencapai 0,694. Capaian IPM ini mengalami peningkatan sebesar 0,003
dibandingkan dengan tahun 2016. Selama kurun waktu 1990 hingga 2017, IPM
Indonesia tercatat tumbuh 1,02 persen per tahun. Dengan capaian IPM pada tahun 2017,
pembangunan manusia di Indonesia masih berstatus “sedang”.Meskipun pembangunan
manusia Indonesia berstatus “sedang”, saat ini Indonesia berada pada peringkat 116 dari
189 negara. Pada tataran global, capaian pembangunan manusia di Indonesia hampir
mirip dengan Filipina, Afrika Selatan, Mesir, Vietnam, dan Bolivia. Bersama dengan
kelima negara ini, capaian pembangunan manusia Indonesia hampir mencapai status
“tinggi”.

4
Sementara itu, pada tataran Association of Southeast Asian Nations (ASEAN),
IPM berkisar antara 0,578 sampai dengan 0,932 pada tahun 2017. Indonesia berada pada
posisi ke-6 setelah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Diantara sepuluh negara yang tergabung dalam ASEAN, Singapura, Brunei Darussalam,
dan Malaysia telah bersatus “sangat tinggi”. Sementara itu, Thailand telah berstatus
“tinggi”. Indonesia bersama Filipina, Viet Nam, Laos, Kamboja, dan Myanmar masih
berstatus “sedang” (Nugroho, Adi dan Dina Nur Rahmawati. 2019).
2.3.1 Perkembangan Dimensi Pembentuk IPM Indonesia Tahun 2010-2018
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek
esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak.
Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap
komponennya. Selama periode 2010–2018, peningkatan IPM didorong oleh
kenaikan setiap komponen pembentuk IPM.
a. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat
Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi
umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama
periode 2010 hingga 2018, Indonesia telah berhasil meningkatkan Umur
Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,39 tahun atau tumbuh sebesar 0,25 persen
per tahun. Pada tahun 2010, Umur Harapan Hidup saat lahir di Indonesia hanya
sebesar 69,81 tahun, dan pada tahun 2018 telah mencapai 71,20 tahun.

5
b. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu
Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun
keatas. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode
2010 hingga 2018, Harapan Lama Sekolah di Indonesia telah meningkat sebesar
1,62 tahun, sementara Rata-rata Lama Sekolah bertambah 0,71 tahun.

Selama periode 2010 hingga 2018, Harapan Lama Sekolah secara rata-
rattumbuh sebesar 1,70 persen per tahun. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah
menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Pada
tahun 2018, Harapan Lama Sekolah di Indonesia telah mencapai 12,91 tahun
yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk
menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau D1. Sementara itu,
Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Indonesia tumbuh
1,14 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2018. Pertumbuhan yang
positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia
Indonesia yang lebih baik. Pada tahun 2018, secara rata-rata penduduk
Indonesia usia 25 tahun ke atas mencapai 8,17 tahun, atau telah menyelesaikan
pendidikan hingga kelas IX.
c. Dimensi Standar Hidup Layak
Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar
hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan
2012). Pada tahun 2018, pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia mencapai
Rp11,06 juta per tahun. Selama delapantahun terakhir, pengeluaran per kapita
6
masyarakat meningkat sebesar 2,00 persen per tahun (Badan Pusat Statistik.
2019).

2.3.2 Pembangunan Manusia Indonesia Terus Meningkat


Pembangunan manusia merupakan isu strategis yang capaiannya perlu dipantau.
Untuk memonitor pencapaian pembangunan manusia antarwilayah di Indonesia,
BPS menghitung IPM pada tingkat regional sejak tahun 1996, yaitu provinsi dan
kabupaten/kota. Selain itu, untuk memantau keterbandingannya dengan capaian
nasional, dihitung pula angka IPM Indonesia.
Metode penghitungan IPM yang digunakan BPS mengacu pada metodologi yangg
digunakan oleh UNDP. Sejak tahun 2015, BPS telah menggunakan penghitungan
IPM yang terbaru dengan melakukan penyesuaian pada beberapa indikator. Hal ini
dilakukan karena masalah ketersediaan data pada tingkat kabupaten/kota. Oleh
karena itu, angka IPM Indonesia hasil penghitungan BPS tidak dapat dibandingkan
dengan angka IPM Indonesia yang dihitung oleh UNDP.

7
IPM dihitung dari agregasi tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat,
pengetahuan, serta standar hidup layak. Setiap dimensi diwakili oleh indikator.
Dimensi umur panjang dan hidup sehat diwakili oleh indikator umur harapan hidup
saat lahir. Sementara itu, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah
merupakan indikator yang mewakili dimensi pengetahuan. Terakhir, dimensi
standar hidup layak Indonesia diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita yang
disesuaikan.Pada tahun 2018, IPM Indonesia tercatat sebesar 71,39. Umur harapan
hidup saat lahir di Indonesia mencapai 71,20 tahun. Indikator ini menunjukkan
bahwa bayi yang baru lahir pada tahun 2018 diperkirakan dapat bertahan hidup
hingga usia 71,20 tahun. Dari sisi pendidikan, penduduk Indonesia yang berusia 25
tahun ke atas rata-rata menempuh 8,17 tahun masa sekolah atau telah
menyelesaikan kelas VIII. Selain itu, rata-rata anak usia 7 tahun yang mulai
bersekolah, diperkirakan dapat mengenyam pendidikan hingga 12,91 tahun, setara
dengan Kelas XII atau tamat SMA. Pada aspek ekonomi, pengeluaran per kapita
sudah mencapai Rp. 11.059.000,00 per kapita per tahun (Nugroho, Adi dan Dina
Nur Rahmawati. 2019).
2.3.3 Pembangunan Manusia Indonesia Berstatus “Tinggi”
Pembangunan manusia di Indonesia terus memperlihatkan perkembangan yang
positif sejak tahun 2010. Dalam kurun waktu delapan tahun, IPM Indonesia telah
meningkat 4,86 poin, rata-rata meningkat 0,88 persen per tahun. Perkembangan ini
secara umum menunjukkan semakin membaiknya pembangunan manusia di
Indonesia. Pada tahun 2018, IPM di Indonesia mencapai 71,39, meningkat 0,58
poin dibanding tahun sebelumnya atau tumbuh sekitar 0,82 persen.

8
Selain pertumbuhan, status pembangunan manusia juga menjadi hal yang penting.
Berubahnya status pembangunan manusia merupakan indikator untuk melihat
perkembangan pembangunan manusia. Status pembangunan manusia bedasarkan
capaian IPM diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu:
 Sangat Tinggi : IPM ≥ 80
 Tinggi : 70 ≤ IPM < 80
 Sedang : 60 ≤ IPM < 70
 Rendah : IPM < 60
Pembangunan manusia di Indonesia secara umum semakin baik. Selain ditandai
dengan peningkatan level IPM, perkembangan Indonesia juga terlihat dari status
pembangunan manusia. Sejak tahun 2016, Indonesia telah memasuki pembangunan
manusia dengan status tinggi. Begitupula dengan kondisi saat ini, capaian
pembangunan manusia yang sudah mencapai 71,39 menunjukkan bahwa Indonesia
telah berstatus tinggi dalam pencapaian pembangunan manusia (Nugroho, Adi dan
Dina Nur Rahmawati. 2019).

2.3.4 Masyarakat Indonesia Semakin Sehat


Umur harapan hidup saat lahir merupakan indikator yang mewakili dimensi umur
panjang dan hidup sehat dalam penghitungan IPM. Umur harapan hidup saat lahir
merupakan indikator yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat pada suatu
wilayah, baik dari sarana prasarana, akses, maupun kualitas kesehatan. Secara tidak
langsung, peningkatan umur harapan hidup menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat yang semakin baik dalam semua aspek kesehatan.

9
Selama tahun 2010-2018, umur harapan hidup saat lahir Indonesia terus
menunjukkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir
memiliki harapan untuk hidup semakin lama (Nugroho, Adi dan Dina Nur
Rahmawati. 2019).
2.3.5 Masyarakat Indonesia Semakin Berpengetahuan
Dimensi pengetahuan terdiri dari dua indikator, yaitu harapan lama sekolah dan
rata-rata lama sekolah. Cakupan dalam menghitung harapan lama sekolah adalah
pendidikan penduduk dari usia 7 tahun ke atas, sementara cakupan penduduk
untuk menghitung rata-rata lama sekolah yaitu dari usia 25 tahun ke atas. Rata-
rata lama sekolah menggambarkan indikator output pembangunan jangka
panjang, sedangkan harapan lama sekolah menggambarkan keberhasilan
program-program pendidikan jangka pendek. Lebih jauh, rata-rata lama sekolah
dan harapan lama sekolah dapat memberikan gambaran tentang capaian (stock)
dan penambahan (flow) sumber daya manusia berkualitas di suatu wilayah.
Kedua indikator ini dikomposisikan menjadi indeks pendidikan dalam
penghitungan IPM.

Selama Periode 2010 hingga 2018, indikator harapan lama sekolah dan
ratarata lama sekolah terus menunjukkan peningkatan. Secara rata-rata, harapan
lama sekolah usia 7 tahun tumbuh sebesar 1,69 persen per tahun, sedangkan rata-
rata lama sekolah hanya tumbuh sebesar 1,14 persen per tahun (Nugroho, Adi
dan Dina Nur Rahmawati. 2019).

10
2.3.6 Kesejahteraan Masyarakat Semakin tinggi
Dimensi standar hidup layak merupakan representasi dari kesejahteraan
yang diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Dari tahun
ke tahun, pengeluaran per kapita yang disesuaikan di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Selama tahun 2010 hingga 2018, pengeluaran per kapita yang
disesuaikan Indonesia meningkat sebesar Rp1.622.000,00 atau rata-rata tumbuh
2,00 persen per tahun. Pada tahun 2010 pengeluaran per kapita penduduk
mencapai 9,44 juta rupiah per tahun, dan pada tahun 2018 pengeluaran per kapita
telah mencapai 11,06 juta rupiah per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terus
membaiknya kesejahteraan penduduk di Indonesia (Nugroho, Adi dan Dina Nur
Rahmawati. 2019) .
2.4 Pembangunan Manusia di Tingkat Provinsi
Secara umum, pembangunan manusia di tingkat provinsi terus mengalami
kemajuan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, IPM di seluruh provinsi meningkat
meskipun peningkatannya bervariasi antarprovinsi, dimana IPM di 11 provinsi yang
tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan IPM Indonesia, sedangkan 23 provinsi lainnya
tumbuh lebih rendah.
Pada tahun 2018, IPM tertinggi dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta dengan IPM
sebesar 80,47, sedangkan IPM terendah dicapai oleh Provinsi Papua dengan IPM sebesar
60,06. Provinsi DKI Jakarta sudah menjadi provinsi dengan IPM tertinggi sejak indeks
pembangunan manusia dihitung BPS pada tahun 1996. Sebagai ibukota negara, Provinsi
DKI Jakarta merupakan pusat dari seluruh kegiatan, baik pendidikan, perekonomian,
bisnis, dan lain-lain. Hal ini mendukung Provinsi DKI Jakarta dalam pencapaian
pembangunan manusia. Sarana dan prasarana Provinsi DKI Jakarta cukup lengkap dan
memadai. Akses untuk mendapatkan pendidikan maupun kesehatan pun mudah. Selain
itu, sebagai provinsi dengan banyak pusat kegiatan, secara tidak langsung menjadikan
Provinsi DKI Jakarta menarik bagi sumber daya manusia dengan pendidikan tinggi.
Kondisi sebaliknya dialami oleh Provinsi Papua, ketersediaan sarana prasarana
pendidikan dan kesehatan di Provinsi Papua relatif kurang lengkap dan akses untuk
mencapainya juga relatif kurang. Hal ini terkait dengan kondisi geografis Papua yang
masih sulit sehingga berdampak terhadap akses masyarakat pada sarana kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi.
11
Dari sisi level, capaian IPM yang tinggi memang penting untuk melihat kemajuan
pembangunan suatu wilayah. Namun, hal itu saja tidaklah cukup karena terdapat
indikator lain yang juga digunakan untuk mencatat kemajuan pembangunan manusia.
Kecepatan pembangunan manusia dapat melengkapi sudut pandang capaian
pembangunan manusia. Indikator ini menunjukkan capaian dari upaya yang telah
dilakukan dalam pembangunan manusia. Selain level IPM, indikator penting lain yang
dapat dirumuskan dari ipm adalah kecepatan pembangunan.
Kecepatan pembangunan manusia diukur dengan pertumbuhan IPM. Pada periode
tahun 2017-2018 Provinsi Papua menempati posisi pertama dengan pertumbuhan IPM
sebesar 1,64 persen, disusul oleh Provinsi Sulawesi Barat (1,24 persen), Provinsi Papua
Barat (1,19 persen), Provinsi Sulawesi Tengah (1,13 persen), dan Provinsi Lampung
(1,13 persen).

Dimensi pendidikan dan standar hidup layak menjadi penyumbang terbesar


kecepatan pembangunan manusia di Provinsi Papua. Pada dimensi pendidikan, harapan
lama sekolah dan rata-rata lama sekolah tahun 2018 masing-masing meningkat sebesar
2,75 persen dan 3,99 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada dimensi
standar hidup layak, provinsi ini mengalami peningkatan pengeluaran per kapita sebesar
2,33 persen. Selama tahun 2017 hingga 2018, IPM di Provinsi DKI jakarta hanya
tumbuh sebesar 0,51 persen. Rendahnya pertumbuhan IPM di DKI Jakarta selain
disebabkan oleh level IPM yang sudah sangat tinggi, juga disebabkan oleh komponen
kesehatan dan pendidikan yang tidak tumbuh secepat provinsi lain. Pada dimensi

12
kesehatan, umur harapan hidup saat lahir di provinsi ini tumbuh 0,17 persen. Sementara
pada dimensi pendidikan, harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah masing-
masing tumbuh 0,70 persen dan 0,27 persen (Nugroho, Adi dan Dina Nur Rahmawati.
2019).
2.4.1 Peningkatan Status Pembangunan Manusia yang Lebih Baik
Pada tahun 2018, Provinsi DKI Jakarta tercatat berstatus pembangunan
manusia“sangat tinggi” sekaligus merupakan satu-satunya provinsi yang mencapai
status “sangat tinggi”. Pada tahun 2018 juga terdapat 21 provinsi yang telah
mencapai level pembangunan manusia dengan kategori “tinggi”, bertambah 7
provinsi dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, pada tahun 2018 juga terdapat 12
provinsi yang berada pada kategori “sedang” dan sudah tidak ada provinsi yang
berstatus “rendah”.

Dalam konteks regional, Indonesia terbagi menjadi lima gugusan pulau


besar, yaitu Pulau Sumatera, Gugusan Pulau Jawa Bali Nusa Tenggara, Pulau
Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Gugusan Kepulauan Maluku dan Papua. Seluruh
gugusan pulau besar di Indonesia telah terdapat provinsi yang telah mencapai
level kategori “tinggi”. Kecuali gugusan Kepulauan Maluku dan Papua.
Di Pulau Sumatera, terdapat delapan provinsi yang sudah mencapai kategori
“tinggi” yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Sementara Provinsi
Sumatera Selatan dan Lampung masih berada pada kategori “sedang”. Di gugusan
Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali

13
saat ini telah mencapai dengan IPM kategori “tinggi”. Bahkan, Provinsi DKI
Jakarta telah berhasil mencapai status “sangat tinggi”. Sementara Provinsi Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur masih berada pada kategori “sedang”.
Di Pulau Kalimantan, hampir semua provinsi telah berstatus “tinggi”, kecuali
Provinsi Kalimantan Barat yang masih berstatus “sedang”. Di gugusan Pulau
Sulawesi, saat ini terdapat tiga provinsi yang masuk dalam kategori “tinggi” yaitu
Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Pada tahun 2018, delapan provinsi mencatat perkembangan yang
mengagumkan. Provinsi Jambi, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara berhasil
meningkatkan status pembangunan manusia dari “sedang” menjadi “tinggi”.
Sementara itu, Provinsi Papua berhasil meningkatkan status pembangunan
manusia dari “rendah” menjadi “sedang”. Dengan perubahan status ini, pada
tahun 2018 sudah tidak ada provinsi yang berpredikat “rendah” dalam pencapaian
pembangunan manusia.
Selain IPM, indikator pembentuk IPM juga menunjukkan perkembangan
yang positif pada tingkat provinsi. Secara umum, peningkatan terjadi pada semua
indikator pembentuk dan cukup bervariasi antarprovinsi. Bahkan, beberapa
provinsi juga menunjukkan perkembangan komponen yang cukup cepat.
Pada tahun 2018, umur harapan hidup saat lahir paling tinggi dicapai oleh
Provinsi DI Yogyakarta dengan capaian sebesar 74,82 tahun. Sementara itu, umur
harapan hidup saat lahir paling rendah berada di Provinsi Sulawesi Barat dengan
capaian sebesar 64,58 tahun. Meskipun berada di posisi tertinggi, pertumbuhan
umur harapan hidup saat lahir di Provinsi DI Yogyakarta selama tahun 2017-2018
tidak cukup cepat, yaitu sebesar 0,11 persen.
Selama periode 2017 hingga 2018, Provinsi Sulawesi Tengah mengalami
peningkatan umur harapan hidup paling cepat di antara provinsi lain. Tercatat
umur harapan hidup di provinsi ini tumbuh 0,68 persen. Sangat berbeda juga
dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Utara yang relatif stagnan. Pada
periode 2017-2018, harapan hidup di Provinsi KalimantanUtara hanya tumbuh
0,04 persen.

14
a. Tingkat Pendidikan
Pada dimensi pendidikan, perkembangan di tingkat provinsi tidak jauh
berbeda dengan perkembangan pendidikan di tingkat nasional. Seluruh
provinsi mengalami kenaikan capaian dimensi pendidikan, baik harapan lama
sekolah maupun rata-rata lama sekolah. Kedua indikator tersebut tumbuh
dengan besaran yang cukup bervariasi antarprovinsi.
Pada tahun 2018, harapan lama sekolah tertinggi berada di Provinsi DI
Yogyakarta dengan capaian sebesar 15,56 tahun, sedangkan terendah berada
di Provinsi Papua dengan capaian sebesar 10,83 tahun. Secara nasional,
harapan lama sekolah pada periode 2017-2018 tumbuh sebesar 0,47 persen.
Secara umum, harapan lama sekolah di tingkat provinsi tumbuh di bawah satu
persen. Tercatat hanya empat provinsi yang berhasil tumbuh di atas satu
persen, yaitu Provinsi Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan
Papua. Diantara empat provinsi ini, Provinsi Papua mencatat pertumbuhan
harapan lama sekolah sebesar 2,75 persen dan menjadi provinsi dengan
pertumbuhan harapan lama sekolah paling tinggi selama periode 2017-2018.
Sementara itu, pertumbuhan harapan lama sekolah paling rendah terjadi di
Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku.
Indikator lain yang mewakili dimensi pendidikan dalam penghitungan
IPM adalah rata-rata lama sekolah. Capaian rata-rata lama sekolah tertinggi
pada tahun 2018 masih diraih oleh provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata lama
sekolah sebesar 11,05 tahun. DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan,
pusat perekonomian, dan pusat kegiatan lainnya yang memberikan magnet
tersendiri bagi penduduk sehingga ibukota negara menjadi tempat yang
menarik bagi penduduk dengan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, cukup
wajar apabila rata-rata lama sekolah di Provinsi DKI Jakarta menjadi yang
tertinggi. Sementara itu, Papua menjadi provinsi dengan capaian rata-rata lama
sekolah terendah pada tahun 2018. Dengan rata-rata lama sekolah sebesar 6,52
tahun.
Selama periode 2017 hingga 2018, rata-rata lama sekolah pada tingkat
provinsi umumnya tumbuh di atas satu persen. Namun demikian, terdapat
beberapa provinsi yang berhasil mencatat pertumbuhan di atas dua persen.
15
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua tercatat tumbuh di
atas dua persen. Bahkan, rata-rata lama sekolah di Provinsi Papua tercatat
tumbuh paling cepat dibandingkan provinsi lain. Selama 2017 hingga 2018,
rata-rata lama sekolah di Provinsi Papua tumbuh sebesar 3,99 persen, relatif
sangat tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang sebesar
0,86 persen. Di sisi lain, masih terdapat provinsi dengan pertumbuhan di
bawah setengah persen, jauh di bawah rata-rata nasional. Selama periode ini
tujuh provinsi, tercatat yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan tumbuh di
bawah setengah persen.
b. Standar Hidup Layak
Pada dimensi standar hidup layak, terjadi variasi pengeluaran per kapita
yang cukup besar. Pengeluaran per kapita paling tinggi tercatat berada di
Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2018, rata-rata konsumsi yang dikeluarkan
penduduk DKI Jakarta mencapai Rp18.128.000,00 per tahun. Sementara itu,
pengeluran terendah terjadi di Provinsi Papua, rata-rata konsumsi yang
dikeluarkan penduduk Papua mencapai Rp7.159.000 ,00 per tahun. Pada
tingkat nasional, pengeluaran per kapita yang disesuaikan tumbuh sebesar 3,70
persen selama periode 2017-2018. Sementara pada level provinsi,
pertumbuhan pengeluaran per kapita yang disesuaikan cukup bervariasi.
Umumnya, pengeluaran per kapita yang disesuaikan di tingkat provinsi
tumbuh di atas dua persen per tahun selama 2017 hingga 2018. Bahkan,
sembilan provinsi tercatat telah berhasil meningkatkan pengeluaran per kapita
yang disesuaikan di atas empat persen selama 2017-2018. Kepulauan Bangka
Belitung tercatat sebagai provinsi dengan pertumbuhan tercepat. Pada periode
2017-2018, pengeluaran per kapita yang disesuaikan di Kep. Bangka Belitung
tumbuh sebesar 4,97 persen. Sementara itu, terdapat dua provinsi dengan
pertumbuhan di bawah dua persen selama periode itu yaitu Provinsi Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pengeluaran per kapita yang disesuaikan di
kedua provinsi itu masing-masing berhasil meningkat 1,90 persen dan 1,85
persen (Nugroho, Adi dan Dina Nur Rahmawati. 2019).
16
2.5 Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota
Seperti halnya dengan kondisi pembangunan manusia di tingkat provinsi, capaian
pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota juga bervariasi. Pada tahun 2018, IPM

tertinggi dicapai oleh Kota Yogyakarta (Provinsi DI Yogyakarta) dengan capaian


sebesar 86,11. Sementara itu, capaian IPM terendah berada di Kabupaten Nduga
(Provinsi Papua) dengan IPM sebesar 29,42.
Secara umum, kondisi pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota cukup
baik. Pada tahun 2018, 57,59 persen kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori
“sedang”. Sekitar 31,71 persen kabupaten/kota sudah berstatus “tinggi” dan sisanya
berstatus “sangat tinggi” (5,64 persen) dan “rendah” (5,06 persen). Jumlah
kabupaten/kota yang berstatus “rendah” ada sebanyak 26.
Pada tahun 2018, kabupaten/kota yang berstatus “sangat tinggi” berjumlah 29,
angka ini meningkat dibandingkan capaian tahun sebelumnya berjumlah 23. Namun,
capaian pada tahun 2018 memberikan warna yang lebih menarik karena terdapat
kabupaten/kota di wilayah Indonesia timur yang telah berstatus “sangat tinggi”, yaitu
Kota Ambon. Hal ini memberikan gambaran bahwa wilayah timur juga memiliki
potensi yang cukup besar untuk mencapai pembangunan manusia yang berkualitas.
Kota Ambon merupakan salah satu kota di Provinsi Maluku yang sekaligus merupakan
ibukota Provinsi. Pencapaian umur harapan hidup saat lahir di kota ini mencapai 70,12
tahun. Aspek pendidikan di Kota Ambon juga tergolong cukup tinggi dengan harapan
untuk bersekolah penduduk usia 7 tahun mencapai 16,01 tahun (setara DIV/S1),
penduduk usia 25 tahun ke atas rata-rata telah menempuh pendidikan selama 11,66
tahun (setara kelas XI). Sementara dari aspek ekonomi, penduduk Kota Ambon

17
terbilang cukup sejahtera dengan rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan
mencapai Rp13.993.000,00 per tahun.
Pada tahun 2018, masih terdapat 26 kabupaten/kota yang berstatus “rendah”.
Secara umum, kabupaten/Kota yang berstatus “rendah” tersebar di Nusa Tenggara
Timur, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, dimana sebagian besar diantaranya
berada di Provinsi Papua dan Papua Barat. Seperti halnya di tingkat provinsi, perubahan
status pembangunan manusia juga terjadi di tingkat kabupaten/kota. Perubahan status
ini terjadi di 20 wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Terdapat enam kabupaten yang
berhasil meninggalkan status “rendah” pada tahun 2018 dan berubah status menjadi
“sedang”, delapan kabupaten/kota telah berhasil menanggalkan status “sedang” dan saat
ini telah masuk kategori “tinggi”, dan enam kabupaten/kota telah berhasil merubah
status pembangunan manusia dari “tinggi” menjadi “sangat tinggi”.

Pada kelompok kabupaten/kota yang berhasil merubah statusnya dari “rendah”


menjadi “sedang”, terdapat satu kabupaten yang cukup mendapat perhatian yaitu
Kabupaten Sampang. Peningkatan status pembangunan manusia di Kabupaten Sampang
menandakai tidak adanyawilayah dengan status pembangan manusia “rendah” di Pulau
Jawa. Perubahan status yang juga menggembirakan terjadi pada empat wilayah yang
berhasil meningkatkan status pembangunan manusia dari “tinggi” menjadi “sangat
tinggi”. Dari enam wilayah itu, satu diantaranya merupakan wilayah timur Indonesia
yaitu Kota Ambon.

18
Selain capaian dan status pembangunan manusia, indikator lain yang dapat
digunakan untuk melihat kemajuan pembangunan manusia adalah kecepatan
pertumbuhan. Pada beberapa kasus, wilayah yang memiliki IPM rendah justru
menunjukkan pertumbuhan yang cukup cepat. Seperti halnya yang terjadi pada
beberapa kabupaten yang memiliki predikat sebagai 10 (sepuluh) “top movers” pada
tahun 2018. Dari sepuluh besar kabupaten/kota dengan pertumbuhan IPM tertinggi tidak
satupun yang berada di Pulau Jawa. Hal ini mengindikasikan bahwa konvergensi
wilayah dapat terwujud dengan adanya perbaikan pembangunan manusia di Wilayah
Timur yang dapat mengejar ketertinggalannya. Pada tahun 2018, pertumbuhan tertinggi
terjadi di Kabupaten Nduga di Provinsi Papua dengan pertumbuhan sebesar 5,56 persen.
Capaian IPM di Kabupaten Nduga masih tergolong kedalam kategori rendah.
Sebaliknya, Kota Madiun tumbuh lambat dengan pertumbuhan IPM hanya 0,25
persenselama periode 2017-2018. Hal ini wajar karena capaian pembangunan manusia
di wilayah ini sudah masuk kedalam kategori sangat tinggi. Fenomena ini menjelaskan
bahwa wilayah dengan capaian pembangunan manusia yang tinggi cenderung memiliki
kecepatan pembangunan manusia yang semakin melambat, sedangkan wilayah dengan
capaian pembangunan manusia, kecepatan pembangunan manusianya yang semakin
cepat (Nugroho, Adi dan Dina Nur Rahmawati. 2019).

19
2.5.1 PERHITUNGAN IPM

1990 : UNDP merilis IPM →Human Development Report (HDR)


2010 : UNDP menyempurnakan metode IPM (Metode Baru).
Perbedaan IPM tahun 1999 dan 2010
1990 2010
1. Dimensi/Indikator 1. Dimensi/Indikator
a. Kesehatan: Angkatan Harapan Hidup a. Kesehatan : Angka Harapan Hidup
saat lahir (AHH) saat lahir (AHH)
b. Pendidikan : b. Pendidikan :
 Angka Melek Huruf (AMH)  Harapan Lama Sekolah (HLS)
 Rata - rata Lama Sekolah (RLS)  Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
c. Standar Hidup : PDB per kapita c. Standar Hidup : PNB per kapita
2. Agregasi Indeks : Rata-rata Hitung 3. Agregasi Indeks : Rata-rata Ukur /
Geometrik

Keunggulan IPM Metode Baru :


a. Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik
(diskriminatif).
Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka Harapan Lama Sekolah,
bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan
yang terjadi.
b. Capaian yang rendah pada salah satu komponen tidak dapat ditutupi oleh
komponen lain yang capainnya lebih tinggi.
Rata-rata Hitung → Rata-rata Geometrik

20
2.5.2 Grafik IPM Kota Cirebon

Pada tahun 2018, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Cirebon mencapai
74,35. Angka ini meningkat sebesar 0,35 poin dibandingkan tahun 2017 (Badan
Pusat Statistik. 2018).

2.6 Sumber Daya Manusia Unggul


1. Menjamin kesehatan ibu hamil, bayi, balita, anak-anak sekolah karena ini merupakan
umur emas untuk mencetak manusia yang unggul ke depan.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya dengan pentingnya vocational
training, vocational school.
3. Pembangunan Lembaga Manajemen Talenta Indonesia, tujuannya untuk
menciptakan talenta-talenta yang hebat yang bisa bersaing secara global.
4. SDM unggul melalui peningkatan kualitas gizi dan kesehatan, peningkatan kualitas
sekolah dan perguruan tinggi yang mampu bersaing ditingkat global maupun
regional.
5. Langkah pemerintah :
1000 hari merupakan hal yang utama dalam perkembangan otak manusia
merupakan masalah yang konsen pada kesehatan ibu hamil untuk mencegah stunting
pada anak dengan memperhatikan gizi, faktor lingkungan, pola asuh. Pemerintah
tidak menginginkan anak-anak yg mengidap stunting tidak bisa memiliki jiwa yang
kompetitif.
21
Usia 9-24 tahun, terdapat program bidikmisi, non LPDP, KIP untuk kuliah bagi yang
tidak mampu sebanyak 800ribu dilaksanakan pada 2020.
Pengelolaan Manajemen Talenta Indonesia : sebuah wadah besar untuk negara
mengenali anak-anak Indonesia yang memiliki keunggulan-keunggulan baik di
bidang IPTEK, olahraga, kesenian, dan sebagainya. Anak – anak yang memiliki
keahlian dibidang tersebut maka akan dikapitalisasi oleh negara. Inovasi+negara
demokrasi+kapitalisai = prosporoty dan security (Metro.
Menurut Jokowi dalam acara eksklusif tvone, berikut upaya dalam mewujudkan
SDM unggul :
(a) Pembangunan SDM Sejak bayi dalam kandungan. Kementerian kesehatan
harus berperan dalam urusan nutrisi, gizi, pemberian makanan tambahan dalam
ibu hamil, bayi dan anak-anak menjadi faktor penting dalam pembangunan
SDM.
(b) Pendidikan tingkat dasar berperan penting untuk pembangunan karakter nilai-
nilai, budi pekerti, etika, kerjasama (Team work) mulai diterapkan sejak dini
atau anak-anak. Mempunyai jiwa optimisme, berpikir positif, daya juang kerja
keras sangat diperlukan sebelum memulai pelajaran di sekolah.
(c) Pendidikan tingkat menengah mulai dimunculkan dan dilakukan nilai budaya
kritis, argumentasi, dan kemampuan inovasi. Mereka harus mengetahui
tentang emerging skill dan emerging jobs sehingga pentingnya pendidikan
vokasi yang akan dibutuhkan pasar the emerging skills. Untuk itu, vokasi harus
sudah dilatihkan sejak jenjang pendidikan menengah.
(d) Tingkat pendidikan tinggi harus kompetitif di tingkat regional dan
global. Pertama, SDM harus kompetitif dalam karakter yaitu pekerja keras,
jujur, kolaboratif, solutif, dan enterpreneurship. Kedua, SDM harus kompetitif
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang menguasai the
emerging skills yang mampu mengisi the emerging jobs dan inovatif dan
membangun the emerging business (Tv One News. 2019).
Pada era sekarang, arus penyebaran informasi terjadi sangat cepat, maka kesigapan
juga perlu ditingkatkan. Hal tersebut, dilakukan agar jangan sampai kemajuan
teknologi justru lebih banyak digunakan oleh pihak-pihak yang mengerdilkan
konsensus kebangsaan. Untuk saat ini, Indonesia sedang berada dalam dunia baru
22
yang jauh berbeda dibanding era sebelumnya. Dengan Globalisasi yang terus
mengalami peningkatan dan persaingan semakin tajam dan perang dagang pun
semakin memanas. Hal ini membuat antarnegara saling berebut investasi, teknologi,
pasar, dan orang-orang pintar, atau dengan kata lain memperebutkan talenta-talenta
hebat yang bisa membawa kemajuan bagi negaranya masing-masing.
1. Pemain Global
Para pengusaha dan BUMN harus berani menjadi pemain kelas dunia. Karena
Indonesia memiliki berbagai talenta dengan reputasi yang diperhitungkan di dunia
internasional. Hal yang harus dilakukan bagi pemain global ini melakukan ekspansi tidak
hanya bermain di pasar dalam negeri, tetapi berbagai produk lokal dan nasional juga
harus mampu membanjiri pasar regional dan global. Pemanfaatan teknologi terbaru telah
membuka peluang untuk mempermudah hal-hal yang dulu sulit, untuk mempermurah
hal-hal yang dulu mahal, dan mempercepat hal-hal yang dulu lamban dan lama.
penyederhanaan prosedur dan pemanfaatan teknologi baru dalam bekerja harus pula
disertai dengan penyederhanaan organisasi, sehingga tidak ada organisasi yang tumpang
tindih fungsi.
2. Hambatan Regulasi
Berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintahan daerah jangan sampai
menghambat pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya di Tanah Air untuk
melesatkan kinerja perekonomian nasional. Oleh karena itu, peraturan daerah (perda)
yang formalitas, berbelit-belit, dan menghambat masyarakat serta pelaku usaha harus
dipangkas. Tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah harus ditingkatkan.
3. Transformasi Ekonomi
Kemajuan atau pertumbuhan ekonomi tidak akan melahirkan dinamika dan
perubahan untuk lolos dari jebakan negara berpenghasilan menengah ke negara
berpenghasilan maju, kalau tidak ada transformasi.Terdapat lima pilar dalam kebijakan,
yakni:
(a) Optimalisasi pembangunan infrastruktur,
(b) Penguatan implementasi kebijakan pemerataan ekonomi,
(c) Menekan ketergantungan terhadap modal asing jangka pendek,
(d) Efisiensi pasar tenaga kerja dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,

23
Serta konfigurasi investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dalam menyukseskan transformasi ekonomi di Indonesia, diperlukan sinergi yang kuat
antara kebijakan baik dari sisi fiskal dan moneter guna mendongkrak pertumbuhan
ekonomi nasional yang lebih baik. Dengan memberdayakan secara optimal berbagai
kemajuan teknologi serta berbagai keunggulan sumber daya manusia di berbagai
daerah, maka ke depannya dinilai juga bakal berdampak positif kepada perekonomian
nasional dan kesejahteraan masyarakat (Herlinda, Wika Dita. 2019).

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2018,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,39. Angka ini
meningkat sebesar 0,58 poin atau tumbuh sebesar 0,82 persen dibandingkan tahun
2017.
2. Bayi yang lahir pada tahun 2018 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga
71,20 tahun, lebih lama 0,14 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir tahun
sebelumnya.
3. Anak-anak yang pada tahun 2018 berusia 7 tahun memiliki harapan dapat
menikmati pendidikan selama 12,91 tahun (Diploma I), lebih lama 0,06 tahun
dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2017.
4. Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan
selama 8,17 tahun (kelas IX), lebih lama 0,07 tahun dibandingkan tahun
sebelumnya.
5. Pada tahun 2018, masyarakat Indonesia memenuhikebutuhan hidup dengan rata-
rata pengeluaran per kapita sebesar 11,06 juta rupiah per tahun, meningkat 395
ribu rupiah dibandingkan pengeluaran tahun sebelumnya.
B. Saran
Kita sebagai manusia alangkah lebih baiknya bisa menjadi manusia yang
bermanfaat dan juga bisa menjadi manusia yang tidak hanya merepotkan orang lain.
Mempunyai kualitas hidup.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Indeks Pembangunan Manusia. Direktorat Analisis dan
Pengembangan Statistik. Jakarta : Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik. 2018. Data Kota Cirebon 2018 (Metode Baru) https://ipm.bps.go.id
(diakses 16 Agustus 2019)

Badan Pusat Statistik. 2019. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2018. Jakarta : Badan
Pusat Statistik

Herlinda, Wika Dita. 2019. Pembangunan SDM. https://ekonomi.bisnis.com (diakses tanggal 19


September 2019)

Nugraha, Galih Yudha. . Makalah Indeks Pembangunan Manusia https://www.academia.edu


(diakses 10 September 2019)

Nugroho, Adi dan Dina Nur Rahmawati. 2019. Indeks Pembangunan Manusia 2018. Jakarta :
BPS

Tv One News. 2019. [Eksklusif] SDM Unggul Indonesia Maju. https://beta.tvonenews.tv


(diakses tanggal 19 September 2019)

Wikipedia. 2019. Indeks Pembangunan Manusia https://id.m.wikipedia.org (diakses 10


September 2019)

26

Anda mungkin juga menyukai