A-Z
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Is
Daftar Notasi
Daftar Gambar
Pendahuluan
Bab 16 Korosi Bahan Logam dan Non Logam. yang Terbungkus Atau Bersentuhan
dengan Beton
16.1 Teori Korosi Elcktrokimia
16.2 Korosi Baja Tulangan pada Beton
16.3 Pengaruh Kalsium Klorida pada Korosi BaJa
16.4 Pencegahan Korosi pada Baja Tulangan
16.5 Bahan Pelindung Korosi
16.6 Korosi pada Logam Non-Baja yang Bersentuhan dengan Beton
16.7 Bahan Organik Tertanam dalam Beton
16.8 Kaca
Bab 17 Beton
17.1 DefiniSi Beton Berserat
17.2 Material Pembentuk Beton Berserat
17.2.1 semen
17.2.2 Agregat
17.2.3 Air
17.3 Jenis-Jenis Serat (Fiber Type)
17.3.1 Serat-Serat Logam
17. 3.2 Serat-Serat Polimerik
17.3.3 Serat-Serat Karbon
17.3.4 Serat-Serat Gelas (GlassFiber)
17.3.5 Serat-Serat Alami
17.4 Perilaku Beton Berserat
17.4.1 Sifat Sifat Fisik Serat dan Matrik
17.4.2 Pengaruh Panjang dan Diameter Serat
17.4.3 Ukuran Maksimum Matrik
17.4.4 Perilaku Sifat Mekanik Baton Berserat
17.4.5 Mekanisme Konstribusi Serat Terhadap Beban Lentur
17 .4 6 Daktilitas (Flexural Toughness)
17 .4 .7 Kontribusi Serat Terhadap Perilaku TegangamRegangan Beton
17.5 Eflsiensi Beton Berserat
17.5.1 Perhitungan Kekuatan Pcnampang
17.5.2 Perhitungan Biaya
Kepustakaan
BAB I
BATUAN DAN PERMASALAHANNYA
1.1 Umum
Batu-batuan sangat banyak dipakai dalam pembangunan gedung, jalan, irigasi dan lain-
lain, dimana setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama
lain tergantung dari susunan kandungna mineral didalam batuan induknya. Sifat batuan juga
ditentukan oleh pengaruh temperatur dan tekanan serta lokasi dimana ia terbentuk.
Perbedaan ini mengakibatkan jenis batuan yang satu mempunyai kualitas yang berbeda
dengan jenis batuan lainnya.
Akibat perbedaan sifat dan karakteristik setiap batuan, maka setiap jenis batuan tidak
dapat digunakan untuk segala macam maksud perkerjaan pembangunan. Ada jenis pekerjaan
yang memerlukan batu dengan kekerasan yang tinggi, sedang kan pekerjaan lain memrlukan
batu dengan ketahanan untuk dapat bertahan pada temperature yang tinggi. Sedangkan
pekerjaan lainnya memerlukan jenis batuan yang memiliki ketahanan terhadap cairan danzat
yang reaktif. Bila jenis batuan yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan jenis pekerjaan
maka bangunan yang dihasilkan akan memiliki kualitas tidak seperti yang diharapkan, dan
kemungkinan bangunan tersebut tidak mencapai umur rencana.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat betapa pengetahuan tentang sifat-sifat bauan sangat
mendukung upaya menciptakan bangunan yang berkualitas. Khususnya untuk pekerjaan
beton, dimana volume batuan yang digunakan sangat dominan, amak pengetahuan tentang
batuan mutlak diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
Pada uraian selanjutya akan dibahas mengenai klasifiksi batuan dan hal lai yang
berkaitan.
a. Deposit Fluviatile
Deposit Fluviatile dapat ditemukan di dasar sungai dan kualitasnya tergantung pada
undur dan kondisi sungai pada saat deposit batuan diambil. Akibat pencemaran dan rusaknya
lingungan serta erosi yang terjadi pada kulit bumi mengakibatan deposit batuan tertimbun
atau tercemar oleh tanah maupun lumpur serta bahan organis lainnya. Pada sungai-sungai
yang melintasi perkotaan atau zona industri, deposit batuan dapat terpengaruh oleh limbah
industry yang mengandung bahan kimia atau sampah perkotaan. Selain itu, akibat pengotoran
yang terjadi, sering harus dilakukan proses pencucian batuan tersebut agar memenuhi
persyaratan sebagai bahan pembuatan beton. Bila ditinjau dari segi umur pembentukan,
abtuan yang baik untuk pekerjaan beton adalah batuan yang empunyai umur geologi sedang.
b. Deposit Fluvioglacial
Deposit batuan ini didapatkan pada tepi padang es yang telah mengalami proses
penghancuran akibat aliran es yang mencair dari masa ke masa. Akibat proses abrasi yang
terjadi, batuan ini mempunyai kualitas yang baik sehingga baik sebagai bahan pembuat beton.
c. Deposit Moraine
seperti halnya deposit Fluvioglacial, deposit moraine juga dapat dapat ditemukan di
tepi padang es. Perbedaannya adalah paa bentuknya yang heterogen dan lunk srta banyak
mengandung lumpur, sehingga kurang baik dipakai sebagai bahan pembuat beton.
2.1 Umum
Pada Bab l telah diuraikan mengenai bahan batuan yang mempakan sumber utama
bahan pembuatan campuran beton, baik yang diproses secara alamiah maupun diproses
manusia dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan beton. Bahan baku yang digunakan
sebagai bahan baku beton yang berasal dari batuan sering disebut sebagai agregat.
Agregat mempunyai peranan sangat penting terhadap harga beton maupun kualitasnya.
Seperti telah dijelaskan bahwa 65 -75 % volume total beton terdiri dari volume agregat, oleh
karena itu dengan menggunakan komposisi agregat semaksimal mungkin akan diperoleh
harga beton yang lebih murah.
Berdasarkan distribusi kumpulan ukuran butimya, agregat dapat dibedakan menjadi
agregat halus dan agregat kasar. Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, dan walaupun
fungsinya hanya sebagai bahan pengisi ini tidak berarti peranannya dalam menentukan
kekuatan beton lebih kecil daripada semen .
Sifat dan karakteristik agregat sangat menentukan kualitas akhir beton yang dikerjakan.
Agregat dengan ukuran butir lebih halus memerlukan penggunaan semen lebih banyak
dibandingkan dengan menggunakan butiran yang lebih kasar dan berarti memerlukan
penggunaan semen lebih sedikit, sehingga berdampak terhadap pengurangan harga akhir
beton.
Agregat dengan sifat kekerasan, kepadatan dan keawetan tinggi akan menghasilkan
beton berkualitas tinggi, sedangkan beton yang dibuat dengan sifat sebaliknya akan
menghasilkan beton berkualitas rendah. Agregat dengan kekerasan, kepadatan dam keawetan
tinggi mempunyai sifat kekekalan yang baik.
Kualitas agregat sangat ditentukan oleh kualitas batuan asal, serta kandungan
mineralnya. Batuan asal yang mempunyai sifat kekekalan tinggi, tidak selamanya
menghasilkan agregat bermutu tinggi, apabila batuan tersebut telah mengalami pencemaran
maupun perusakan akibat cuaca, tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur
mengakibatkan perubahan komposisi kimia pada batuan asal. Batuan asal dengan sifat
kekekalan tinggi bila mengalami proses pelapukan tidak baik digunakan sebagai agregat.
Demikian juga batuan yang mengalami pencemaran, baik oleh bahan organik ataupun
anorganik dapat mempengaruhi kualitas agregat sehingga memerlukan tindakan pencucian
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat betapa pentingnya peran agregat dalam pekerjaan
beton. di samping peran bahan baku pembuat beton lainnya. Untuk itu diperlukan perhatian
sungguh-sungguh dalam menentukan pilihan jenis agregat yang akan digunakan, agar sesuai
dengan sifat pekerjaan dan Iingkungan dimana bangunan didirikan. Tindakan ini diperlukan
agar beton yang dibuat memiliki kualitas tinggi dan dengan harga relatif murah.
a. Agregat alam
Agregat alam adalah agregat yang diperoleh langsung dari alam, melalui proses
pemecahan sehingga batuan tersebut sehingga berbentuk pasir dan kerikil dan butirannya
berbentuk bundar. Pemecahan batuan alam untuk mcnghasilkan agregat kasar .dimaksudkan
untuk memperoleh campuran beton mudah dikerjakan.
b. Agregat buatan
Agregat kadang-kadang sukar ditemukan pada suatu daerah. Diperlukan sifat khusus
untuk konstruksi tertentu, maka dibuat agregat buatan untuk menggantikan fungsi agregat
alam.
Contoh agregat buatan antara lain: agregat lempung bekah, bermis, perlit, agregat
udara.
a. Agregat halus
Yang dimaksud agrcgat halus yaitu agregat yang memiliki ukuran butir dari 0,075 - 4,8
atau 5,0 mm.
b. Agregat kasar
Yang dimaksud agregat kasar adalah agregat yang memiliki ukuran butir lebih besar
dari 5,0 mm.
b. Agregat normal
Pada umumnya agregat normal yang banyak digunakan pada pekerjaan beton normal
dengan kepadatan berkisar dari 2300-2500 kg/m3. Agregat normal yang diperoleh dari hasil
pemecahan maupun alami harus dicuci terlebih dahulu dari pengaruh unsur-unsur yang
merugikan sebelum digunakan.
c. Agregat berat
Kadang-kadang untuk satu jenis pekerjaan diperlukan massa yang besar seperti pada
bendungan, atau untuk memenuhi persyaratan ketahanan terhadap radiasi. Untuk pckerjaan
tersebut diperlukan agregat dengan berat jenis yang tinggi.
Agregat berat sangat efektif untuk menahan sinar radiasi dengan kepadatan 4000-5000
kg/m3, dan tergantung pada jenis dan ukuran agregat serta derajat pemadatan agregat, namun
sering terjadi kesukaran untuk mengerjakan bcton dengan agregat berat untuk mendapatkan
sifat kemudahan diolah tanpa mengalami proses segregasi.
2.3. 1. 1 Oksida
Oksida reaktif seperti kalsium oksida (CaO). Oksida besi (FeO), dan Oksida silika,
(SiO2), pada agregat terdapat dalam jumlah terbatas.
CaO, FeO, dan MgO bereaksi dengan air, lalu membentuk hidrasi padatan dengan
volume yang lebih besar, seperti ditunjukkan oleh persamaan (2.1).
Unsur CaO dan FeO bebas jarang ditemukan pada agregat, tetapi dapat diperoleh pada
slag tanur (blast furnace slag) dan lempung bekah (expanded clay). MgO alami mempunyai
bentuk kristal granular dan isometric. MgO dapat ditemukan pada batu kapur dolomit, seperti
batu kapur dengan kandungan mineral magnesium karbonat yang tinggi. .
Silika oksida, SiO dapat ditemui dalam tiga modifikasi kristal penting di dalam ilmu
teknologi beton yaitu: quartz, cristobalite dan trydimite.
Opal mempunyai sifat amorphous dan sebagian berhidrasi untuk membentuk SiO2
sedangkan Calcedony ditemui dalam bentuk kristal mikro yang terbentuk dari serat-serat
quartz.
Pada beberapa batuan, kristal quartz merupakan hasil hancuran dan pengaruh tegangan
yang timbul pada batuan tersebut. Proses hidrasi pada semen terjadi pada agregat yang
mengandung silika yang terkristal dengan baik dan quartz dengan kristal yang relatif besar.
Semen akan bereaksi dengan hydroksida alkali dan menghasilkan alkali silika seperti pada
persamaan (2.2).
Alkali silikat seperti ini mernpunyai volume sangat besar dan menimbulkan tegangan
terhadap pasta semen yang mulai mengkaku, selanjutnya mengambil air dan kembali menjadi
gel cairan yang mempengaruhi tekanan hydrolis pada pasta yang mengkaku. Keadaan ini
akan menimbulkan kelupasan. retakan dan dalam keadaan yang ekstrim akan menghancurkan
beton secara keseluruhan.
Kecepatan reaksi ini meningkat akibat ketidakstabilan larutan, bertambahnya luas
permukaan SiO2 meningkatnya temperatur dan bertambahnya konsentrasi hydrocylion dalam
larutan cairan. Apabila struktur mineral yang lebih terbuka dan amorphous dengan struktur
porositas, temperatur, dan derajat kejenuhan yang semakin tinggi digunakan, maka enersi
termodinamis pada struktur dan kemampuan silika untuk dilarutkan serta tingkat reaktivitas
agregat akan semakin tinggi. Silika dengan energi yang tinggi dapat ditemui seperti pada
glasses, dan gelnya bersifat sangat reaktif, sedangkan silika dengan energi rendah terdapat
pada kristal silika dan silika yang terikat secara sempurnapada kation lain, sehingga
mempunyai reaksi lebih rendah atau tidak bereaksi sama sekali.Opal yang terbentuk dari hasil
pemadatan gel cairan merupakan bentuk silika yang sangat reaktif. Bahan ini dapat ditemui
pada lahar yang mengandung basalt dan shale yang berfungsi sebagai pelapis pada batuan
sedimen, sebagai media pengikat pada batuan pasir tertentu; sebagai unsur tambahan pada
flint dan chertz pada pembentukan batu kapur. Bahan baku agregat bila bereaksi dengan
semen alkali memberikan pengaruh merugikan, hal ini dapat ditemukan pada agregat yang
berasal dari batuan vulkanis dengan kandungan silika dari sedang hingga tinggi; silica glasses
dan opaline serta batuan calcedonic pada umumnya, bahan flint dan chertz; beberapa jenis
phyllitc; trydinite: dan zeolite tertentu.
Reaksi agregat yang mengandung alkali dapat dicegah dengan menggunakan semen
berkadar alkali rendah atau dengan menambah bahan pozolana dalam jumlah yang cukup.
2.3.1.2 Kaca
Reaksi yang sama seperti yang telah diuraikan pada silica umumnya akan terjadi pada
bahan glasses alam maupun sintetis. Pada umumnya glasses mengandung alkali silikat yang
ekspansifjika beraksi ,dengan air atau hydrocylion.
2.3.1.3 Zeolite
Zeolite adalah bahan yang terbentuk dari hasil hydrasi alkali, dimana strukturnya
merupakan struktur dengan jaringan rangka terbuka yang mempunyai kemampuan menyerap
dan melepaskan air, serta melakukan pertukaran ion terhadap lingkungannya Ion kalsium
pada air pencampur dapat menggantikan ion sodium pada struktur oleh karcna itu agregat
dapat merupakan sumber alkali seperti halnya bahan semen Biasanya air yang lepas dari
zeolite tidak mengakibatkan perubahan volume pada sel kristal, terkecuali pada mineral
leonhardite. Mineral ini mempunyai faktor pengem. bangan sebesar 1.5% jika bereaksi
dengan air, oleh karena itu agregat yang mengandung mineral leonhardite bisa
mengakibatkan terjadinya pengembangan yang dapat merusak beton.
Batu kapur dolomit reaktif biasanya terbentuk dari kristal dolomit dan alkasit. yang
sangat halus dan bercampur dengan clay dalam jumlah relatif besar clan sejumlah bahan lain
yang tidak dapat larut.
CaSO4 yang tidak terhidrasi, bila terdapat pada agregat dalam bentuk butiran dengan jumlah
besar dapat mengakibatkan pengembangan pada beton. Ini terjadi jika unsur tersebut
berhidrasi kembali menjadi gypsum. dan keadaan ini ditunjukkan oleh persamaan (2.4).
Kandungan gypsum yang digiling sangat halus melebihi 5 % berat semen akan bercaksi
dengan kalsium aluminat dalam semen dan mengakibatkan pengembangan, Apabila agregat
mengandung gypsum yang tidak terhidrasi dalam jumlah agak besan maka kalsium dapat
beraksi dengan pasta semen dan menghasilkan pengaruh merugikan.
Menurut Buku SNI 03-1750-1990, susunan butir agregat halus harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- sisa di atas ayakan 4,0 mm harus maximum 2 % berat;
- sisa di atas ayakan 1,0 mm harus maximum 10 % berat;
- sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 hingga 95 % berat.
Sedangkan batasan susunan butir agregat halus menurut SNI 03-1750-1990 diberikan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Batasan agregat halus menurut SNI 03-1750-1990
Untuk kemudahan menganalisa, jumlah agregat yang melalui ayakan dicatat dan
digambarkan dalam bentuk grafik. Pada grafik tersebut dilengkapi batasan yang
dipersyaratkan untuk klasiflkasi. Agregat halus diklasiflkasi zone 1 hingga zone 4 menurut
British Standard. Grafik susunan butir zone 1 hingga zone 4 dapat dilihat pada Gambar 2.7
s/d 2.10.
Dengan menggambarkan kurva susunan dari setiap jenis pasir yang diuji di atas kertas
transparan, maka daerah susunan butiran agregat dapat ditentukan dengan segera apakah
termasuk diantara keempat zona pasir tersebut.
Gambar 2.7: Susunan gradasi butira pasir Zone – 1 (SNI 03-1750-1990)
Kadang-kadang di jumpai di suatu daerah, bahwa pasir yang digunakan tidak memenuhi
persyaratan susunan butir pasir yang baik. Untuk itu diperlukan panggabungan beberapa jenis
pasir dan' lokasi yang berbcda agar persyaratan susunan butiran yang dikehendaki dapat
terpenuhi Pada Tabel 2.2 diberikan cara mencari susunan agregat yang memenuhi persyaratan
dari beberapa jenis pasir yang ada.
Tabel 2.2
Cara mencari susunan butiran pasir yang memenuhi persyaratan
Pasir IV dan Pasir V mempunyai susunan butir yang kurang baik, dan dengan
menggabungkan keduanya akan dibuat pasir gabungan yang masuk dalam klasifl 2. Pasir IV
sangat halus diklasiflkasikan di atas batasan zone 4, sedangkan kasar diklasiflkasikan di
bawah zone 1.
Apabila tersedia dua jenis pasir yang berbeda susunan butirannya, maka diperlukan
kurva gradasi gabungan yang lewat melalui satu titik sembarang pada diagram analisa ayakan
yang terletak diantara masing-masing kurva bahan agregat. Jika terdapat tiga jenis agregat
yang berbeda susunan gradasinya, akan diperlukan kurva gradasi gabungan yang melalui dua
titik yang terletak diantara kurva gradasi ketiga bahan tersebut, gabungan empat jenis bahan
diperlukan tiga titik dan seterusnya.
Dari contoh Tabel 2.2 kelihatannya diperlukan kurva gradasi gabungan titik hubung
45% pada bahan lewat ayakan 0.60 mm. Prosentase Pasir V Yang diperlukan dapat dihitung
dari persamaan (2.6).
45 = Yiv
Dengan memasukkan bilangan dari Tabel 2.2, Yiv= 85 %, yang menyatakan 85% pasir
lolos ayakan 0.6 mm, dan y = 10. yang menyatakan 10 % pasir V lolos ayakan 0.6 mm, maka
akan diperoleh:
45 = 85
x = 47 %
Dengan demikian dipérlukan Pasir IV sebanyak 47 % dan Pasir V sebanyak (100 % -
47%) = 53 % untuk menggabungkan kurva gradasi gabungan yang melalui satu titik pada
diagram analisa ayakan yang berhubungan dengan 45% campuran bahan lewat layakan 0.6
mm. Pada Tabel 2.2 ditunjukkan bagaimana kurva gradasi gabungan dapat dihitung jika
menggunakan proporsi ini. Kurva gradasi gabungan untuk pasir gabungan dapat dilihat pada
diagram analisa ayakan pada Gambar 2.11. Kurva gradasi gabungan. yang dihasilkan
termasuk klasifikasi Zone 2, hanya terdapat agregat halus yang lebih kecil dari 0.15 mm
dalam jumlah yang besar.
Kurva gradasi gabungan yang dihasilkan termasuk klasifikasi Zone 2, dimana terdapat
agregat halus < 0.15 mm daiam jumlah besar Kelebihan kandungan halus dapat
meningkatkan kebutuhan air pencampur, dengan demikian harus diusahakan untuk
mengu'rangi kandungan halus dengan cara menambah pioporsi kandungan kasar dari Pasir V.
Dari diagram analisa ayakan dipcroleh perbandingan maksimum pasir kasar yang dapat
digunakan. Jika diinginkan kurva gradasi gabungan tetap termasuk dalam klasifikasi Zone 2,
dapat dihitung dengan kurva gradasi gabungan yang harus menyentuh batas bawah Zona 2.
dari ayakan 12 mm, dimana kurva gradasi kurva gabungan hams melintasi suatu titik temu
55% bahan lewat ayakan 1.2 mm.
Dengan demikian diperoleh:
55 = Yiv
55 = 100
x = 36 %
Dengan demikian akan diperlukan 36 % Pasir IV dan 64 % Pasir V untuk kurva gradasi
gabungan yang lewat melintasi titik khusus pada kurva gradasi. Kurva gradasi gabungan
dihitung pada Tabel 2.2 dan ditunjukkan oleh diagram analisa ayakan pada Gambar 2.11
Gambar 2.11: Kurva gradasi gabungan (VI) ketika pasir halus IV dan pasir kasar V yang
digabungkan dengan proporsi 47 % dan 53 % (Gab VIa) dan 36 % dan 64 %(Gab VIb)
Tabel 2.3
Persyaratan susunan agregat kasar menurut SNI 03-1750-1990
Tabel 2.4
Contoh perhitungan penyesuaian susunan besar butir agregat kerikil guna memenuhi
kurva susunan butir yang memenuhi persyaratan penggabungan 3 jenis kerikil yang
berbeda susunan butirnya
kerikil I kerikil II kerikil III keririkil gabungan IV
19 -38 mm 9.6 -19 mm 4.8 - 9.6 mm 57 % (I) + 29 % (II) + 14 % (III)
Uk. Tinggal Tinggal Bagian ayakan yang lewat
Tinggal
Mm Lewat Pada Lewat Pada Lewat % % % % Yvii
Pada
ayakan % ayakan ayakan % ayakan ayakan % 57/100 x 29/100 x 14/100 x krikil
ayakan %
% %
Yi Yi Yi Gab.
76 - 100 - 100 - 100 57 29 14 100
38 - 95 - 10 - 100 54 29 14 97
19 - 5 - 95 - 100 3 28 14 45
9.6 - 0 - 5 - 95 0 1 13 14
4.8 - 0 - 0 - 5 0 0 1 1
2.4 - 0 - 0 - 0 0 0 0 0
Gambar 2.16: Kurva gradasi gabungan (VII) kctika masing-masing ukuran agregat I. II. III
yang digabungkan dengan proporsi 57 % dan I4 %
Tabel 2.5
Mencari susunan gradasi agregat kasar dan halus gabungan
Gabungan pasir dan kerrikil
Pasir Gab Kerikil Gab 35 % pasir Iv + 65 % kerikil VII
Ukuran
(IV) bagian (VI) bagian Lewat Lewat Lewat
ayakan
ayakan ayakan ayakan ayakan ayakan
mm
lewat, % lewat, % lewat, % lewat, % lewat, %
35 %X 65 %X 35 %X psr
76 100 100 35 65 100
38 100 97 35 65 98
19 100 45 35 29 64
9.6 100 14 35 9 44
4.8 100 1 35 1 36
2.4 76 0 27 0 27
1.2 55 0 19 0 19
0.6 37 0 13 0 13
0.3 22 0 8 0 8
0.15 11 0 4 0 4
Gambar 2.17: Kurva gradasi gabungan (VIII) ketika pasir VI dan agregat kasar VII
digabungkan dengan proporsi 35 % Pasir dan 65 % agregat kasar
Dimana : Y = presentase kumulatif yang tertahan di atas ayakan yang dltunjukkan oleh angka
sub indeks. Di Amerika Serikat, angka modulus kehalusan didefmisikan sebagai jumlah
prosentase kumulatif bahan yang tertahan di atas seri ayakan standar Amerika atau seperti
yang ditunjukkan olch persamaan (2.8).
Angka modulus kehalusan yang sama dapat menyatakan suatu bilangan tidak terbatas
dari kurva gradasi yang berlainan. Angka modulus kehalusan dengan penyebaran ukuran
butir yang besar sangat baik untuk keadaan tertentu bila modulus kehalusannya berada dalam
batasan yang wajar. Hal ini menunjukkan bahwa konsep modulus kehalusan sangat berguna
dalam merancang campuran beton dengan segala permasalahannya yang kadang-kadang
sukar untuk ditentukan dengan pasti Angka modulus kehalusan yang tinggi dari suatu agregat
merupakan pertanda bahwa agregat tersebut memiliki kadar halus cukup besar. Kandungan
kadar halus yang tinggi di dalam suatu campuran beton dapat mempengaruh penyusutan yang
besar, dan pada tahapan tertcntu akhirnya akan mempengaruhi kekuatannya.
Angka modulus kchalusan yang diperoleh adalah jumlah prosentasi kumulasi dan
semua bahan yang tersisa diatas ayakan, termasuk ayakan 0.15 mm, namun tidak termasuk
“pan” lalu dibagi dengan 100.
Ukuran butir suatu agregat dapat mempengaruhi kualitas campuran beton. Ukuran butir
yang digunakan untuk pekarjaan beton harus mempertimbangkan beberapa hal seperti:
ukuran penampang beton yang akan dikerjakan, jumlah dan jarak antar tulangan, dan
peralatan pengccoran yang akan digunakan.
SNI 03-1750-1990 memberikan persyaratan pemilihan agregat yang akan digunakan pada
pekeijaan beton sebagai berikut:
Besaran butir agregat maksimum tidak boleh melebihi seperlima (1/5) jarak terkecil
antara bidang-bidang samping cetakan, sepertiga (1/3) tebal pelat atau tigaperempat (3/4)
jarak bersih minimum batang-batang dan berkas-berkas tulangan. Penyimpangan diijinkan,
apabila menurut penilaian Pengawas Ahli cara-cara pengecoran beton dilakukan sedemikian
rupa hingga terjamin tidak akan terjadi sarang kerikil (honey comb).
Pembatasan ini dimaksudkan agar agregat halus dapat masuk tanpa terhambat oleh
agregat kasar yang tersangkut diantara tulangan pada saat proses pengecoran. TerSangkutnya
ageregat kasar diantara batang tulangan dapat menghasilkan campuran yang tidak homogen,
scrta menimbulkan sarang tawon pada permukaan bidang yang dicor. Secara prinsip
dianjurkan untuk menggunakan agregat berukuran sebesar mungkin untuk maksud
mengurangi kebutuhan air dan kadar semen pada suatu nilai kekentalan dan kekuatan yang
telah ditetapkan. Akan tetapi akibat keterbatasan ruang kerja, maka dilakukan pembatasan
terhadap pemiiihan ukuran maksimum agregat yang digunakan. Hanya untuk suatu pekerjaan
yang memerlukan kekuatan sangat tinggi, diperlukan campuran percobaan (trial mix) untuk
menentukan ukuran maksimum agregat yang memerlukan kandungan semen dalam jumlah
kecil, dan dengan kekuatan yang diinginkan.
Pada Gambar 2.18 diperlihatkan pengaruh ukuran agregat kasar maksimum terhadap
kekuatan beton. Data ini diperoleh dari hasil penelitian yang intensif oleh Bureau of
Reclamation di Amerika Serikat.
Tabel 2.6
Bentuk tekstur dan karakteristik permukaan agregat
Apabila faktor bentuk lebih besar dari 1.0, berani sumbu tengah mendekati sumbu
terpendek, dan butiran disebut prolated. Apabila faktor bentuk kurang dari 1.0 berarti sumbu
tengah mendekarti sumbu terpanjang dan butiran disebut oblate.
Kerataan dinyatakan oleh jumlah bidang rata. Ini merupakan perbedaan volume padat
antara butiran pipih dengan agregat bundar setelah pemadatan pada silinder standar, dan
dinyatakan sebagai prosentase volume silinder dan volume padat butiran agregat yang sedang
diperiksa ketika dipadatkan dengan cara yang sama. Ini merupakan ukuran pertambahan
rongga pada pemadatan agregat yang tidak bundar. Angka kerataan berkisar dari 0 hingga12.
Agregat yang jumlah butiran lerlalu besar dapat berpengaruh terhadap kekuatan beton
untuk memikul beban. Oleh karena itu, SNI 03-1750-1990 membatasi jumlah butiran pipih
tidak boleh lebih dari 20 % dari keseluruhan jumlah butiran.
Agregat yang dapat diuji dengan bejana ini adalah berukuran butir lebih kecil dari 75
mm dan jumlah benda uji dan bola baja yang dimasukkan kedalam bejana ditentukan dari
distribusi ukuran butirnya. Ketentuan ini dapat dilihat pada Tabel 2.4, dimana bola baja
mempunyai ukuran diameter 46.5 mm dan berat 390-445 gram. Bola baja berfungsi sebagai
penggesek batuan, sehingga memberikan efek pengausan. Cara penentuanjumlah bola yang
digunakan untuk menguji dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Susunan butiran contoh uji, jumlah bola baja yang dipakai dan jumlah putaran mesin
untuk setiap pengujian
w2 (w3 + W2) adalah berat volume air yang dipindahkan oleh benda padat termasuk rongga-
rongga yang kedap. Air yang mengisi rongga agregat tidak ikut berperan di dalam reaksi
kimia yang terjadi pada semen. Apabila seluruh pori-pori yang terbuka maupun yang kedap
telah terisi dengan air, maka bahan disebut berada dalam keadaan kering permukaan. Specifik
gravity agregat dalam keadaan kering permukaan dapat ditentukan melalui persamaan (2.14).
SG ssd = (2.14)
Kapasitas penyerapan air, pn, dari suatu agregat dinyatakan dalam presentase berat bahan
dalam keadaan kering oven yang ditentukan berdasarkan persamaan (2.15).
Pn (%) (2.15)
Cara pengujian untuk menentukan nilai spesific gravity agregat halus ataupun kasar diuraikan
dalam standar ASTM C-127 dan C-128. Peralatan yang digunakan ditunjukkan pada Gambar
2.21 dan Gambar 2.22 alat uji untuk sifat permeabilitas.
2.4.14 Kandungan Partikel Halus Agregat
Pada umumnya, agregat alam dengan bentuk alami maupun pecah yang digunakan
sebagai agregat beton selalu mengandung partikel halus bawaan. Partikel halus bawaan ini
dapat berupa lumpur, lanau, lempung atau partikel halus akibat proses pengolahannya
Partikel halus diperlukan pada pekeljaan beton untuk menjamin terjadinya campuran beton
dengan sifat mudah dikerjakan (Workability). Akan tetapi bila terdapat kandungan halus
termasuk butiran semen yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap kemungkinan
timbulnya penyusutan yang sangat besar. Bila terjadi penyusutan, maka kualitas beton setelah
mengeras akan berpengaruh.
SNI-03-1750-1990 membatasi jumlah untuk kandungan halus yang diijinkan, pada
agregat kasar tidak boleh melebihi 1%, sedangkan untuk agregat halus tidak boleh lebih dari
5% dari berat agregat. Bila agregat mengandung kandungan halus melebihi ketentuan ini,
harus diadakan pencucian dahulu sebelum digunakan. Yang dikatagorikan agregat halus
adalah butiran yang lolos ayakan 0.063 mm. Pengujian kandungan halus pada pasir dapat
ditentukan dengan menghitung prosentase butiran lolos ayakar„ 50 mikron terhadap contoh
asal, dan dilakukan dengan analisa basah. Di lapangan pengujian kandungan halus dapat
dilakukan secara cepat dengan menggunakan bejana dari gelas yang berukuran penampang
atas dan bawah sama.
Contoh yang akan diuji dimasukkan dalam bejana, lalu ditambahkan dengan air hingga
mencapai ketinggian tiga perempat volume bejana, lalu air dan agregat dikocok hingga
campuran menjadi rata, dan tidak boleh ada air yang terbuang. Kemudian endapkam larutan
selama 1 jam, dan setelah larutan mengendap dan air kembali menjadi jernih. maka dapat
diamati butiran halus berada di atas butiran kasar. Dengan mengukur tinggi kandungan halus
dan kasar, dapat dihitung presentase kandungan halus dari agregaf halus tersebut (Gambar
2.23).
Jumlah agregat kasar yang diperlukan untuk pengujian tergantung pada ukuran yaitu
ukuran butiran 4,8 - 9, 6 mm dibutuhkan 1000 gram, 9.6 - 19 mm sebanyak 2000 gram, dan
19 - 38 mm sebanyak 3000 gram serta > 38 mm sebanyak 5000 gram.
Gambar 2.23: Pengujian kadar kandungan halus
Bobot isi padat ditentukan dengan cara berikut. Pasir gembur diisikan pada takaran, lalu
diratakan dari pasir yang berlebihan. Takaran dan pasir diletakkan di atas alat yang dapat naik
turun. Pemadatan dilakukan dengan naik tumnnya alat sebanyak 500 kali. Selama masa
pemadatan, bila pasir menyusut, maka ditambah pasir lagi seperti pada pengujian bobot isi
gembur, termasuk persamaan untuk menghitung bobot isinya.
Pengujian bobot isi gembur dan bobot isi padat agregat kasar dapat dilakukan dengan
cara yang sama seperti pengujian bobot isi gembur agregat halus, hanya memerlukan contoh
uji sebanyak 5000 ml, serta takaran 5 liter. Untuk pengujian ini diperlukan takaran yang kuat
dan kokoh, karena mengalami hentakan dalam jumlah besar.
Bv =
Dimana : H2 = tinggi pasir dalam gelas ukur sebelum ditambah air, dan
H3 = tinggi pasir dalam gelas ukur setelah ditambah air, dan gelembung udara
telah keluar dari agregat
Gambar 2.25 : Pegujian pengembangan volume pasir
3.1 Umum
Pada pekerjaan beton, air mempunyai beberapa fungsi yaitu: sebagai pembersih agregat
dari kotoran yang melekat; merupakan media untuk pencampur; mengecor dan memadatkan
serta memelihara beton. Selain itu yang tidak kurang pentingnya yaitu air berfungsi sebagai
bahan baku yang mengakibatkan proses kimia sehingga semen bereaksi dan kemudian
mengeras. Mengerasnya semen diantara agregat mengakibatkan bersatunya butiran antar
agregat sehingga membentuk bahan buatan yang disebut beton.
Untuk memperoleh pengikatan semen dengan agregat yang sempurna, diperlukan air
yang berfungsi menjaga temperatur tidak terlalu tinggi, sehingga proses hidrasi semen
berjalan secara sempurna.
Air di alam dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti dari sungai, laut, sumur
artesis ataupun dari sumur terbuka, namun tidak seluruh air di permukaan bumi dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan beton, yang dapat menghasilkan beton
berkualitas baik. Air yang dapat digunakan sebagai bahan pencampur pada pekerjaan beton
ialah air yang tidak mengandung zat yang dapat menghalangi proses pengikatan antara semen
dan agregat. Pada umumnya air yang tidak berbau dan dapat diminum boleh digunakan
sebagai bahan pencampur.
Kandungan zat yang dapat memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kualitas
beton antara lain: lempung, clay, asam, alkali, beberapa jenis garam lainnya, air limbah dan
zat organik.
SNI-O3-2847-2002 daiam Pasal 5.4 ayat 1 s/d 3 mensyaratkan sebagai berikut:
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan bahan yang
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam dan bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya
tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh
mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. [Lihat psl 6.4. (1) SNI-O3-
2847-2002]
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan , kecuali ketentuan berikat terpenahi :
(1) Pemilih proporsi campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama
(2) Hasil pengujian pada umur 7 hari dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan air yang tidak dapat diminum hams mempunyai kekuatan sekurang
kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda aji yang dibaat dari air yang
dapat diminam. Perbanadingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada
adukan serupa, terkecuali pada air pencampuran; yang dibuat dan diuji dengan
“Metoda uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis” (Menggunakan spésimen
kubus dengan ukuran sisi 50 mm) [ASTM C 109]
Uraian selanjutnya akan membahas unsur-unsur di alam yang dapat memberikan
pengaruh yang kurang baik pada pekerjaan beton.
3.2 Unsur-Unsur Marugikan yang terdapat dalam Air
Tabel 3.1
Ion-ion positif dan negatif yang berasal larutan garam anorganik
Kation Anion
Kalsium ( Ca ++) Bikarbonat (HCO3-)
Magnesium (Mg ++) Sulfat ( SO4-)
Sodium ( Na+) Klorida ( Cl -)
Potasium ( K+) Nitrat ( NO3-)
Ion-ion karbonat (CO „) degan jumlah sedang yang dijumpai dalam air yang
dilunakkan. Pada air mineral dengan kadar karbonat yang tinggi, s3bagian dari alkali
bikarbonat berubah menjadi alkali karbonat yang tinggi. ion-ion karbonat dan bikarbonat
pada umumnya menimbulkan permasalahan bila terdapat dalam konsemtrasi yang tinggi dan
beberapa ion lain yang terkandung dalam jumlah besar tidak mengakibatkan pengaruh yang
sangat merugikan terhadap kekuatan.
Seperti diketahui bahwa pada komposisi semen portland pada umumnya mengandung .
empat kation. Toleransi kandungan tertentu pada air pencampur dapat dipertimbangkan
Untuk digunakan bila mengandung 0,2 % sodium karbonat (Na2C03) atau sodium bikarbonat
(Na HCOS), atau kombinasi dari keduanya, karena hal ini tidak memberikan pengaruh yang
kurang baik. Waktu pengikatan yang cepat dapat terjadi bila mengandung sodium karbonat
dalam konsentrasi yang tinggi. Beberapa jenis semen mengalam8 percepatan waktu
pengikatan bila dipengaruhi oleh, bikarbonat, akan tetapi dapat juga memperlambat waktu
pengikatan pada semen yang lain. Kekuatan beton yang dibuat dengan air yang mengandung
salah satu dari zat tersebut dapat merugikan, sehinggga disarankan untuk mengadakan
percobaan waktu pengikatan dan percobaan kekuatan tekan pada umur 28 hari bila jumlah
kandungan alkali karbonat dan alkali bikarbonat melebihi 0,1 persen.
Garam lain yang dapat diformulasikan dengan cara menggabungkan ion yang
disebutkan sebelumnya tidak pernah ditemui dengan konsentrasi tinggi, karena daya larutnya
yang rendah, atau bila memiliki daya larut yang lebih baik namun masih mungkin
dipertimbangkan bila digunakan dalam jumlah cukup besar. Suatu perkecualian, bahwa air
alami mengandung larutan padat yang tinggi karena adanya kandungan sodium sulfat dan
sodium klorida yang tinggi. Kedua kandungan garam tersebut dapat ditemukan dalam jumlah
besar pada daerah gersang. Konsentrasi klorida yang tinggi juga merupakan indikasi bahwa
air telah tecemar oleh air laut Kandungan kalsium dan magnesia merupakan jawaban apakah
benar telah tercemar oleh air laut. Pada air alami. , kandungan kalsium biasanya lebih besar
bila dibandingkan dengan dengan kandungan magnesia, dan pada air laut keadaan akan
berbanding terbalik.
Temyata hanya 1% konsentrasi gabungan dari ion-ion yang biasa tidak berpengaruh
terhadap kekuatan beton, terkecuali karbonat dan bikarbonat yang terdapat dalam air
pencampur. Pada umumnya konsentrasi dalam jumlah lebih besar dapat diperkenankan
apabila air lain sukar ditemukan, sehingga harus menggunakan air lain yang tercemar. Untuk
itu;lisarankan untuk menguji waktu pengikatan dan kekuatan beton yang dibuat dengan air
yang tidak diketahui sifatnya tersebut yang mengandung 0,2% larutan padatafl atau lebih dari
0,1% alkali karbonat dan bikarbonat.
Sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan air yang sangat tercemar, maka
dampak kemungkinan pengaruh yang akan ditimbulkannya terhadap keawetan betOn harus
ditentukan. Perhatian utama harus dipusatkan pada reaksi alkali-silika dan ketahanan
terhadap sulfat. Jumlah ion sulfat dan alkali dalam prosentase berat semerl digunakan sebagai
dasar untuk mengevaluasi terhadap kemungkinan kerusakan.
Untuk perbandingan air semen 0.60, konsentrasi 0,1% ion alkali adalah setara den garl
0,06% berat semen dan ini sebanding dengan 0,08% oksida alkali. OKSida alkali yang
terdapat di dalam air harus ditambah terhadap semen agar supaya dapat'mengevaluasi apakah
air tersebut menimbulkan efek yang membahayakan. Bila menggunakan agregat yang reaktif,
maka jumlah kandungan oksida sodium dan potassium blasanya dibatasi hingga 0.6%
Suatu konsentrasi ion sulfat 0,l% di dalam air atau setara dengan 0,06%.semen atau
0,05% SOB. Kandungan sulfat pada semen biasanya tidak dapat ditcntukan dengan ketelitian
yang lebih besar dari 0,25%, dan bila melebihi jumlah ini sebenamya sangat memberikan
pengaruh. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa beberapa air pencampur yang
mengandung sulfat dalam jumlah yang besar akan merugikan terhadap ketahanan sulfat.
Garam di dalam larutan dapat mengakibatkan korosi pada tulangan. Kandungan
kalsium klorida 2% berat semen dapat diperkenankan untuk beton bertulang bcrkualitas
tinggi, namun memberikan konsekuensi serius bila digunakan pada beton prategang.
Apabila air yang tidak diketahui kualitasnya mengandung zat pencemar lebih besar dari
0.5 1.0%, maka disarankan untuk mcnguji kestabilan volume beton disamping pengujian
waktu pengikatan dan kekuatannya.
1) Mineral Minyak
Apabila air yang terccmar limbah industri mengandung asam dan alkali, beberapa
peraturan menyatakannya sebagai pencemar berbahaya. Mineral minyak yang berasal dari
bumi mempunyai pengaruh lebih besar bila dibandingkan dengan oliyang berasal dari hewan
dan tumbuhan atau yang dikenal dengan minyak nabati. Beberapa persen mineral minyak
biasanya dapat bersatu dengan pasta semen Portland dan sangat mempengaruhi kekuatan
pasta atau adukan, dimana lapisan tipis yang menutupi permukaan agregat kasar memberikan
pengaruh pengurangan kekuatan beton, dan secara nyata mengurangi kemampuan daya
lekatnya. Kandungan mineral minyak hingga 10% menunjukkan hasil yang baik terhadap
kekuatan tarik adukan, namun kekuatan beton akan berkurang sebesar 25-30% dari kekuatan
tekan rencana. Kandungan minyak hewan atau minyak tumbuh-tumbuhan sebesar 2% dapat
menurunkan kekuatan tarik hingga 30%.
3) Garam-Garam Inorganik
Garam-garam inorganik yang dapat mempengaruhi kekuatan beton adalah seperti yang
diberikan pada Tabe1 3.2
Tabel 3.2
Garam Anorganik yang mempengaruhi kekuatan beton
Kation Anion
Lithium Barium Flurioda Peroksida
Sodium Strontium Chlorida Hydrosulphite
Potasium Seng Bromide Thiosulphate
Ammonium Kadmium Iodide Sulfit
Magnesium Aluminium Chlorate sulfat
calsium Chromium Perchlorate nitrat
Besi Mangan Iodate Nitrit
Nikel Cobalt Cronate Bicromat
Timah Putih Timah Hitam Posfat arsenat
Tembaga Borat Aluminat
Silicofluride
Yang termasuk kation garam dan dapat menyebabkan pengurangan besar terhadap
kekuatan beton adalah: mangan, timah putih, seng, tembaga, dan timah hitam (nitrat)Yang
termasuk garam anion dan dapat menyebabkan pengurangan yang besar terhadap kekuatan
beton adalah: sodium iodate, sodium posfat, sodium arsenat, sodium borate. sodium sulphide.
Di lapangan industri dan pertanian, penggunaan ion ammonium mempakan hal biasa.
4) Gas Terurai
Beberapa sumber air yang berasal dari gunung api bermuatan karbondioksida dan
lainnya mengandung hydrogen sulfida. Dalam praktek Sabaliknya dilakukan proses aerasi
terhadap air Yang bermuatan hingga tercapai kondiSi atmosfer yang normal secara sempurna,
Gas terurai lainnya memberikan efek ringan.
Gas Paling umum dipakai pada industri pengolahan air adalah oksigen,
karbondioksida, hydrogen sulfida, dan amoniak, dan bahan-bahan ini Jarang atau tidak
pernah ditemukan dengan jumiah cukup besar yang dapat menyebabkan sesuatu
permasalahan.
BAB 4
SEMEN DAN PERMASALAHANNYA
4.1 Umum
Bahan semen pada pekerjaan beton berfungsi sebagai bahan pengikat antara agregat
kasar dan agregat halus, sehingga menghasilkan bentuk yang telah direncanakan. Karena
fungsinya sebagai bahan pengikat, maka semen harus memiliki persyaratan-persyaratan
sebagai bahan pengikat.
Semen dibuat dari bert :.gai bahan baku yang terdapat di alam dengan perbandingan
tertentu dari setiap bahan baku yang digunakan, dan setelah melalui proses pembuatannya
maka terbentuklah klinker. Dengan menghaluskan butiran klinker tadi, dihasilkan suatu
bahan bergradasi sangat halus, dan bahan inilah yang disebut semen. Semen akan bereaksi
dan mengeras bila dicampur dengan air atau molekul air yang terdapat di udara dan semen
yang mengeras bila bereaksi dengan air disebut semen hidrolis.
Bahan semen yang dapat ditemui dalam berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan jenis
pekerj aan, dan karena sifatnya sangat mudah terpengaruh oleh.kelembaban udara, maka
semen sebaiknya disimpan secara baik dan terhindar dari air atau udara lembab.
Kelalaian terhadap cara penyimpanan dapat mengurangi kemampuan semen sebagai
bahan pengikat. Bahan semen pada volume yang sama dengan agregat atau air mempunyai
harga yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga bahan baku pembuatan beton
lainnya. Jumlah semen yang diperlukan dalam suatu pekerjaan beton sangat ditentukan oleh
sifat-sifat bahan baku pembuat beton lainnya serta jenis pekerjaan dan lingkungan yang
mempengaruhinya pada saat dimanfaatkan.
Dengan mengetahui sifat~sifat bahan baku agregat dengan baik, maka dapat ditentukan
kebutuhan semen paling minimum dan menghasilkan kekuatan paling optimum, dan bila
keadaan ini tercapai diharapkan diperoleh harga beton paling ekonomis. Kekuatan beton
ditentukan oleh jumlah semen yang digunakan, dengan demikian beton dengan kuat tekan
lebih tinggi memerlukan jumlah pemakaian semen lebih tinggi. Akan tetapi penggunaan
kandungan semen dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan pengaruh kurang baik
terhadap kekuatan akhir, dimana terjadi penurunan kekuaran akibat penyusutan beton. Jumlah
semen dengan luas melebihi luas permukaan butiran yang akan diikatnya dapat menurunkan
kekuatan beton.
Air dapat juga memberikan pengaruh terhadap kemampuan pengikatan semen, dimana
air tercemar dapat memperlambat waktu pengikatan atau dapat mengakibatkan semen sama
sekali tidak mengikat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka selayaknya sifat-sifat semen mendapat perhatian
yang baik sebelum digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut pengamatan di lapangan,
masih banyak ditemui para praktisi belum memahami sepenuhnya tentang sifat-sifat semen
dan perilakuhya bila digabungkan dengan bahan lainnya, sehingga banyak ditemui kerusakan
pada bangunan beton.
Selain itu masih banyak ditemui dalam praktek bahwa pekerjaan beton dilakukan
dengan cara menggunakan pencampuran berdasarkan volume tanpa memperhatikan sifat-sifat
agregat yang akan digunakan, dan secara umum masih dikenal adanya campuran 1 Pc : 2 Ps :
3 Kr, dll. Campuran seperti ini tidak mencerminkan berapa sebenarnya kemampuan suatu
penampang beton dalam menerima tegangan, ini disebabkan karena setiap jenis semen dan
agregat mempunyai sifat-sifat yang dapat berbeda dari waktu ke waktu. Dengan mengetahui
sifat dari masing-masing bahan baku pembuatan beton, maka dapat ditentukan berapa
sebenamya suatu penampang beton mampu menerima tegangan.
Pada uraian selanjutnya akan dibahas mengenai semen dan karakteristiknya serta
permasalahan yang berkaitan.
4.2.1 Kapur
Kapur merupakan istilah yang terlalu umum dan belum memberikan pengertian secara
teknis. Kapur secara teknis dapat dibedakan menjadi batu kapur, kapur tohor dan kapur
padam. Ini dimulai pembentukan batu kapur menjadi kapur tohor. lalu menjadi kapur padam
yang disebabkan oleh perubahan komposisi kimia pada saat proses pembakaran, proses
pemadaman dan dan proses pengerasan.
Ketiga proses pengolahan tersebut dapat dilukiskan melalui skema pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 : Skema Perubahan difat kimiawi batu kapur akibat proses pengolahan
Batu kapur CaCO3 yang ditemui di alam bila dibakar pada temperatur 1000°C
mengakibatkan kandungan karbondioksida yang terikat akan terurai dan menguap, dan
terbentuklah benda dengan komposisi kimia baru yang disebut kapur tohor CaO. Kapur tohor
mempunyai volume sama dengan volume batu kapur, akan tetapi berubah sifat menjadi
porous dan réaktif.
Setelah itu apabila kapur tohor bereaksi dengan air H20 maka air akan segera terserap
oleh rongga-rongga kosong yang ditinggalkan oleh molekul karbondioksida yang lepas dan
menimbulkan reaksi sangat kuat, lalu terbentuklah benda dengan komposisi lain yang disebut
kalsium hidroksida, Ca(0H)2 atau dikenal dengan kapur padam. Volume pada keadaan ini
lebih besar 20% dari volume asalnya dan menghasilkan benda berupa tepung dengan butiran
sangat halus dan berwarna putih.
Selanjutnya bila kapur padam bereaksi dengan udara, lalu terjadilah proses pengerasan,
karena air yang terkandung akan menguap sambil mengikat karbondioksida, dan apabila
pengerasan terjadi maka komposisi kimia akan kembali pada keadaan semula yaitu CaCO3
Mengikatnya butiran kapur dapat disebabkan oleh daya kohesi dari butiran yang sangat halus.
4.2.2 Silika
Mineral silika merupakan kandungan mineral utama pada batuan dan tanah, dimana
mineral ini dapat ditemui dalam keadaan mumi dan mempunyai komposisi kimia yang stabil
dan tidak dapat larut dalam bentuk kuarsa, pasir kuarsa dan batuan pasir. Silika dapat juga
ditemui dalam bentuk butiran sangat halus seperti flint, Opal dan tanah diatomea, dan karena
butirannya sangat halus. maka jenis silika ini lebih reaktif dan merupakan suatu sifat yang
sangat diperlukan dalam proses pembuatan semen. Pada temperatur yang tinggi, silika sangat
reaktif dan bersifat asam oksida serta mampu bergabung dengan basa untuk membentuk
silikat, serta melepaskan asam-asam lain dari larutannya. Di bawah pengaruh tekanan, kuarsa
akan bereaksi dengan air dan keadaan ini dimanfaatkan dalam proses pembuatan bata pasir-
kapur.
Apabila dilakukan pencampuran terhadap larutan cairan yang mengandung kapur dan
silica, terjadi pembentukan endapan kalsium silikat yang hampir mempunyai sifat tidak dapat
larut. Ini disebabkan kalsium oksida dan silika mempunyai kemampuan melamt sangat
rendah. Seperti halnya pada proses pengendapan, melalui proses ini terbentuk lapisan
berstruktur pada kalsium silikat kohesif yang disebut gel, sama seperti halnya pada saat
semen berhidrasi dan mengeras. Gel adalah larutan yang terbentuk dari butimn berukuran
koloidal dengan sifat kohesif dan istilah koloidal diberikan pada butiran berukuran 104
hingga 107 cm. Sifat koloidal ditentukan oleh luas permukaan dalam dari setiap partike],
dimana semakin halus ukuran butirannya akan memiliki luas permukaan dalam gel yang lebih
besar.
Luas 1 gram permukaan dalam dari bahan disebut luas permukaan spesifik, dan
umumnya, kekuatan bahan koloidal bertambah dengan benambahnya luas permukaan
Spesifik bahan tersebut.
4.2.3 Alumina
Oksida aluminium, Al2O3 merupakan komponen bahan yang diperlukan dalam
pembuatan semen. Mineral clay dalam jumlah besar pada umumnya mempunyai kandungan
alumina terikat agak kuat seperti yang ditemui pada air dan silika, dimana jumlah kandungan
setengah dari jumlah yang terkandung di dalam silika. Silika dan alumina mempakan hasil
penghancuran batuan di bawah pengaruh pembentukan geologi batuan dan apabila hasil
bentukan dipindahkan dari tempat asal batuan melalui aliran sungai atau banjir, lalu
terbentuklah clay. Tergantung pada sejarah pembentukannya, clay juga mengandung bahan
mineral lainnya seperti kuarsa, oksida besi, sena mineral dan bahan organis lainnya.
Aluminium yang telah diaktitkan melalui panas pada temperatur tinggi dapat bereaksi
dengan air dan membentuk gel yang agak kuat, seperti halnya pada silika. Mineral Mar]
merupakan deposit alam yang terdiri dari campuran kalsium karbonat, dan clay, dan bahan ini
sangat penting dalam industri semen, sebab pada bahan ini terkandung semua unsur utama
yaitu silika, kapur, alumina dan oksida besi. Alumina bebas terdapat dalam bentuk hidrasi,
tercampur dengan sebagian oksida besi dan titania dalam jumlah kecil, serta silika pada
bauksit, dan bahan ini digunakan pada pembuatan semen berkadar alumina tinggi.
4.3.2 Semen Portland yang Cepat Mengeras (Rapid Hardening Portland Cement)
Beberapa hari setelah pencampuran. semen tipe ini dapat mencapai kekuatan lebih
tinggi dari pada Semen Portland Normal. Komposisi kimia yang dikandung hampir sama,
namun dengan perbandingan kadar trikalsium silikat agak lebih tinggi terhadap kandungan
dikalsium silikatnya sexta butiran semen yang dihasilkan digiling lebih halus. Selain
memiliki sifat kekuatan awal lebih tinggi dan kecepatan pengembangan panas hidrasi yang
lebih. besar, betOn yang dibuat dari semen ini mempuny'ai sifat hampir sama dengan semen
Portland Normal.
Bertambahnya kecepatan hidrasi diikuti oleh kecepatan peningkatan panas yang tinggi.
dimana sifat ini tidak diharapkan untuk pekerjaan dengan massa yang besar, meskipun
menguntungkan bila digunakan di daerah beriklim dingin.
4.3.6 Semen Portland Berkadar Panas Bendah (Low Heat Portland Cement)
Sifat utama yang membedakan semen Portland Normal dan semen jenis ini adalah pada
rendahnya panas hidrasi yang ditimbulkan, karena dibatasinya jumlah kandungan C3A dan
C3S pada komposisi semen yang dibuat.
Panas hidrasi pada umur 28 hari adalah 280 kj/kg, lebih rendah bila dibandingkan
dengan 350 kj/kg pada semen Portland Normal, sehingga bila digunakan akan menghasilkan
sifat peningkatan awal yang rendah namun dengan nilai kekuatan akhir yang sama dengan
Semen Portland Normal. Oleh karena rendahnya kandungan C3A, semen ini mempunyai
kemampuan menahan sulfat yang sedang yang tidak mencapai kemampuan semen tahan
sulfat.
Semen tipe ini merupakan pilihan tepat untuk pekerjaan dengan massa yang besar,
dimana panas yang dikembangkan adalah rendah pada hari-hari awal setelah pengecoran. Jika
pada pekerjaan beton dengan massa besar tidak menggunakan semen berkadar panas rendah,
maka panas yang dikembangkan beberapa hari setelah pencetakan akan mencapai temperatur
yang sangat tinggi, dan keadaan ini dapat mempengaruhi pencapaian kekuatan akhir beton.
Kecepatan peningkatan panas yang dimiliki semen ini hampir sama dengan Semen
Portland berkadar panas rendah, tetapi lebih rendah dari semen jenis blast furnace. Semen ini
dibuat dengan cara menggiling halus klinker semen yang dicampur dengan agregat tanur
sebanyak 50-90% berat semen secara bersamaan.
Pemakaian yang ideal untuk semen ini adalah sama dengan semen Portland berkadar
panas rendah.
4.3.8 Semen Portland Tahan Sulfat (Sulphate-Resisting Portland Cement)
Akhir-akhir ini semen jenis ini telah digunakan secara luas, sejak hasil percobaan dan
pengamatan yang teliti menunjukkan bahwa beton yang dibuat hampir memiliki sifat sama
dengan beton yang dibuat dengan semen Portland Normal. Akan tetapi bila unsur C3A
terkandung di dalamnya sebanyak 3.5% akan menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap
larutan sulphat yang agresif yang berasal dari air tanah .
Pada Semen Portland Normal, air yang mengandung sulfat bereaksi dengan CA dan
membentuk unsur kimia baru yang disebut etringite dan pada keadaan ekstrim ha] ini
menyebabkan pemuaian dan kerusakan pada beton.
Dengan membuat beton memiliki sifat kedap air sesuai dengan kandungan sulfat yang
ada, maka akan mengurangi penetrasi bahan reaktif ini kedalam penampang beton.
Atau
b. C3 + IOH + CS C4ASH12
Atau
C3 + 12H + CH C4AH13
Atau
C4 dalam kalsium hidroksida membentuk C4AH19 dan C2AH8 yang kedua-duanya bersifat
stabil dan lebih stabil yaitu dalam bentuk C3AH8
3) Phase ferrit teljadi sangat lambat bila dibandingkan dengan phase aluminat, tetapi
memberikan hasil reaksi yang sama dan membentuk sulphaferrit dan larutan padat.
C4 + 10H +2 HC C6AFH12
Atau
Dalam keadaan ini terdapat senyawa kristal CSH dan C2SH2 dalam jumlah kecil. karena
mengalami proses sintesa pada temperatur normal. Pada proses hidrasi semen Portland,
senyawa tersebut berada dalam keadaan metastabil dan berubah menjadi C 3S2H3 seperti di
atas. Akibat hasil reaksi kimia makaa terjadi beberapa perubahan flsik apabila semen
Portland terhidrasi, lalu menghasilkan panas serta berkurangnya sifat kemudahan untuk
dikerjakan dan meningkatnya kekuatan. Berdasarkan kecepatan reaksi dan senyawa ini, dari
hasil percobaan menunjukkan waktu yang diperlukan untuk mencapai reaksi senyawa 80%
seperti yang pada Tabel 4.1-4.2 (Soetz).
Tabel 4.1
Sifat-sifat utama berbagai jenis semen
Tabel 4.2
Kecepatan reaksi senyawa dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai reaksi senyawa 80 %
5.1 Umum
Agregat, semen, dan air bila digabungkan dan menjadi campuran beton atau beton yang
mengeras akan mempunyai sifat berbeda sesuai dengan sifat alami bahan-bahan yang
digunakan.
Campuran beton yang telah mengeras akan bernbah karakteristiknya yang dipengaruhi
oleh metoda kerja, lingkungan pekerjaan, iklim sctempat dan faktor-faktor lainnya, sehingga
dipcrlukan pengetahuan tentang sifat alami bahan baku yang dipergunakan agar dapat dicapai
kualitas dan sifat pekerjaan yang diharapkan. Sebagai contoh pengetahuan tentang pengaruh
bahan baku yang kurang mengnntungkan umpamanya penggunaan susunan gradasi agregat
yang kurang baik bci'dampak pada proses bleeding, sehingga gagal memenuhi persyaratan.
Dalam praktek sering pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu singkat seperti
kebutuhan waktu pemakaian yang mendesak atau menghindarkan musim hujan, sehingga
untuk mengatasi hal tersebut diperlukan bahan yang dapat mengubah sifatalami kecepatan
waktu pengikatan agar dapat dicapai kekuatan tinggi dalam waktu singkat tanpa
mengorbankan sifat-sifat lainnya.
Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah mempengaruhi waktu pengikatan,
dan diperlukan bahan agar waktu pengikatan dapat diperlambat, dan untuk itu diperlukan
bahan penambah waktu pengikatan dapat berjalan secara normal
Untuk bangunan bertingkat tinggi di atas tanah yang lunak dan atau di daerah rawan
gempa diperlukan massa bangunan yang ringan, dan untuk itu diperlukan bahan penambah
yang dapat menghasiikan gelembung-gelembung udara sehingga Kepadatan beton menjadi
kecil.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa bahan penambah adalah suatu bahan yang
berfungsi mengubah sifat alami beton dengan cara menambahkannya pada campuran beton,
serta mempunyai tujuan tertentu dalam pencapaian target kerja.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian bahwa kesalahan dalam dosis penggunaan
serta tata cara pemakaiannya dapat berpengaruh merugikan terhadap kualitas beton yang
dihasilkan. Untuk itu diperlukan tindakan kehati~hatian dalam pemakaiannya dengar cara
mengikuti secara ketat petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
Berikut ini dapat disimpulkan sifat dan maksud penggunaan bahan penambah bila
ditinjau terhadap penyebab penggunaannya:
1) Untuk menghasilkan suatu sifat tertentu dari campuran yang tidak dimiliki oleh
campuran tersebut,
2) Untuk menghasilkan beberapa perubahan sifat alami bahan campuran guna proses
pengerjaan mempermudah proses pengerjaaan,
3) Untuk mengurangi biaya pengecoran, pemadatan dan biaya beton secara keseluruhan.
Bahan penambah yang mengandung hydroxilfacid mempunyai pengaruh kecil terhadap
sifat kohesif, narnun dapat meningkatkan pengaruh bleeding serta mengakibatkan timbulnya
gelembung-gelembung udara pada beton.
5.2 Jenis-Jenis Bahan. Penambah
ASTM 494 tentang Bahan Admixture membagi bahan admixture dalam 7 type yaitu:
- Type A: Bahan Pengurang Kadar Air (Water reducing )
- Type B : Bahan pemerlambat setting time (Retarding)
- Type C : Bahan Pemercepat Setting time (Accelerating),
- Type D :Bahan Pengurang air dan penunda setting time (Water reducing and set
retarding)
- Type E : Bahan Pengurang kadar air dan pemercepat setting time (Water reducing high
range and acceleratiiig)
- Type F : Bahan pengurang kadar air dalam jumlah besar (High range water reducing)
- Type G : Bahan pengurang kadar air dalam jumlah besar dan penunda setting time
(High range Water reducing and set-retarding)
1) Kalsium klorida
Bahan ini bertindak sebagai katalis pada proses hidrasi unsur C3S dan C2S. Katalis
adalah suatu bahan yang mampu mengurangi keaktifan enersi yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses kimia. Setelah proses reaksi kimia terjadi maka katalis akan bebas
kembali, oleh karena itu katalis tidak akan hilang dan selalu digunakan ulang selama proses
berlangsung.
Bahan ini akan bereaksi dengan unsur C3 dari semen dan membentuk unsur C3A. CaCl,
10H2O yang telah dinetralisir, oleh karena itu semen mendapat pengaruh yang berbeda dari
bahan ini. Suatu hal yang membuat seseorang membatalkan untuk memilih penggunaan
kalsium klorida ialah kemungkinan resiko bahaya korosi pada tulangan yangmungkin terjadi.
Akan tetapi apakah korosi akan terjadi atau tidak, sangat tergantung pada kualitas beton yang
dihasilkan dan lingkungan yang mempengaruhinya. Pada umumnya korosi akan berlangsung
pada tulangan bila beton yang menyelimutinya porous dan dipadatkan secara tidak sempuma,
sehingga air dan oksigen masuk kedalam penampang beton. sehingga mempengaruhi
tulangan. Dapat dikatakan bahwa korosi tidak akan berlangsung bila tidak dibantu oleh
oksigen.
Untuk menghindarkan tetjadinya korosi, maka disarankan untuk:
a. Menggunakan kandungan Kalsium klorida < 1.5%,
b. Buatlah beton yang dipadatkan dengan scmpuma, tcrutama bila digunakan un melindungi
tulangan,
c. Jangan gunakan calsium chlorida untuk pekerjaan beton prategang.
Beton yang terpengaruh temperatur sangat tinggi dan terjadi secara berulang-ulan sorta
dalam keadaan jenuh, akan mengalami pengurangan kemampuannya menah pcngaruh
tersebut bila menggunakan kalsium klorida. Kalsium khlorida juga dap mcngakibatkan proses
pembentukan lapisan berwama keputih-putihan pada permuka beton (ejj„lorence) atau yang
disebut dengan penggaraman.
Dalam jangka waktu 3-hari, penambahan 1.5% kandungan Kalsium klorida akan
meningkatkan kekuatan scbesar 30% dan pada temperatur yang tinggi peningkatan kekuatan
akan bertambah besar, namun setelah berumur 28 hari peningkatan ini tidak terlihat lagi.
Panas hidrasi berkembang dengan cepat, dan temperatur maksimum pada campuran
beton massal dapat dicapai dengan cepat bila ditambahkan kandungan kalsium klorida
dengan dosis yang lebih tinggi lagi. Pengaruh percepatan ini sangat penting untuk pckerjaan
yang dipengaruhi oleh air dimana diperlukan waktu untuk melindungi pekerjaan yang baru
dicor.
Untuk perkerjaan beton massal disarankan untuk tidak mcnggunakan kalsium klorida
karena timbulnya peningkatan temperatur yang bcsar akan mengakibatkan timbulnya retakan,
hal ini disebabkan oleh bahan kalsium kloridda bersifat hygroskopis, dan sebaiknya bahan ini
disimpan di tempat kering.
Bahan pemercepat (accelerator) waktu pengikatan lainnya adalah alumunin klorida,
stamo klorida. sodium sulfur, kalsium sulfo aluminat hydrate dam crystd nucley.
6.1 Umum
Setelah semua sifat bahan baku yang akan digunakan dalam pekerjaan beton diketahui,
maka dilanjutkan pada tahap perancangan komposisi yang akan digunakan pada pekerjaan
tersebut. Selanjutnya perlu diketahui beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
pekerjaan pembuatan rancangan campuran beton, diantaranya adalah kondisi lokasi dimana
bangunan akan dikerjakan, kekuatan beton yang direncanakan, keterampilan pekerja,
pengawasan yang dapat diben'kan, peralatan yang akan digunakan dan tujuan penggunaan
bangunan serta faktor-faktor lainnya.
Proses pembuatan campuran beton mempakan jawaban terhadap kegagalan yang sering
terjadi bila membuat campuran beton dengan cara yang lama, yaitu dengan menentukan
komposisi yang standar seperti campuran 1 semen: 2 pasir: 3 kerikil (1 PC:2 Ps:3 Kr) atau
komposisi yang lainnya. Dengan cara lama ini tidak dapat diketahui berapa kekuatan yang
akan dihasilkan oleh komposisi tersebut, sehingga bila para perencana telah menetapkan
kekuatan tekan beton yang harus dicapai, maka kemungkinan akan mengalami kesukaran
untuk menentukan berapa komposisi. yang harus dipilih. ' Pada bab-bab sebelumnya telah
diuraikan bahwa setiap bahan baku mempunyai variasi sifat yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor alami yang tidak dapat dihindarkan, namun dengan mengetahui sifat-sifat bahan baku,
maka dapat diketahui kebutuhan dari masingcmasing bahan baku dan beberapa kekuatan
yang akan dicapainya. Proses penentuan kebutuhan bahan ini dinamakan proses merancang
campuran.
Perbedaan utama antara perancangan dengan cara lama dan cara baru yaitu bila pada
cara lama komposisi ditetapkan lebih dahulu kemudian baru diketahui kekuatannya,
sedangkan dengan cara baru adalah merupakan kebalikannya yaitu kekuatan ditetapkan lebih
dahulu dan kemudian ditentukanlah komposisi bahan yang diperlukan.
Jadi dapat dikatakan bahwa dengan metoda yang baru diperoleh tingkat keyakinan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan cara lama.
Ada beberapa metoda rancangan campuran beton yang dikenal di dunia, akan tetapi
Indonesia mengadopsi metoda rancangan campuran beton dari Inggris yang dikenal dengan
nama Metoda-DOE, yang dikembangkan oleh Department of Environment, English. Dengan
menggunakan metoda ini diharapkan bahwa kesukaran yang dihadapi di lapangan untuk
menghasilkan kekuatan beton sepetti yang direncanakan dapat diatasi. Metoda lain yang
dikenal antara lain Metoda ACI, Metoda JIS, dll.
Selain itu, dengan metoda ini diperoleh pemanfaatan bahan baku secara optimal
schingga diharapkan akan diperoleh campuran dengan kekuatan yang optimum, namun
menghasilkan harga paling ekonomis. Harga paling ekonomis dapat dicapai karena dapat
diketahui berapa volume semen yang paling tepat untuk diberikan terhadap bahan baku
lainnya sehingga menghasilkan campuran beton yang berkualitas. Seperti diketahui bahwa
semen mcrupakan komponen dengan harga paling mahal bila dibandingkan dengan harga
bahan baku lainnya.
Untuk lebih jelas bagaimana caranya membuat rancangan campuran beton dengan
metoda DOE, berikut ini akan diuraikan langkah-langkah yang hams dilalcukan berikut
contoh perhitungannya. Berdasarkan kekuatan yang hendak dicapai, maka rancangan
campuran beton dapat dibagi menjadi: kekuatan tekan S 45 MPa, 45 s/d 80 MPa, 80 s/d 110
MPa dan> 110 MPa.
Akan tetapi pada buku ini yang hanya dibahas suatu contoh perhitungan nntuk proses
rancangan campuran beton normal dengan kekuatan tekan hingga 45 MPa hal ini disebabkan
karena campuran dengan kekuatan hingga 45 MPa yang paling banyak dilaksanakan untuk
berbagai tujuan di lapangan pekerjaan pcmbangunan dewasa ini.
Tujuan dari rancangan campuran beton bila diringkaskan dari maksud penggunaannya
adalah sebagai berikut:
1) Agar memenuhi persyaratan kuat tekan karakteristik.
2) Agar memiliki sifat keawetan yang memuaskan terhadap situasi lingkungan dimana
struktur ditempatkan.
3) Agar menghasilkan penampilan yang baik, terutama pada beton ekspose.
4) Agar memiliki kemampuan untuk dicampur, diangkut, dicor, dipadatkan, dan dipelihara
secara efrsien.
5) Agar sedapat mungkin mcnghasilkan harga yang ekonomis.
Proses pembuatan rancangan campuran beton pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap
utama yaitu:
1) Melakukan perhitungan proporsi campuran yang tepat berdasarkan data yang diberikan
atau data pengalaman terdahulu dan pengetahuan tentang sifat bahan baku yang
digunakan. dan biasanya diikuti dengan pckerjaan pra pengujian.
2) Membuat campuran percobaan dalam skala kecil, dengan men ggunakan aggregat yang
diketahui kadar airnya,
3) Membuat percobaan dalam skala penuh sebelum pelaksanaan konstruksi sebenamya
dimulai.
Campuran beton dengan nilai slump rendah sesuai untuk digunakan pada pekerjaan
dalam bidang yang luas seperti pada pelat lantai, sedangkan nilai slump yang sedang atau
tinggi dapat digunakan untuk pekerjaan dengan penampang yang sempit dan tulangan yang
rapat seperti pada balok dan kolom.
Nilai slump berdasarkan SNI-03-2834-2000 Pasal 3.3 diberikan berdasarkan kondisi
Pelaksanaan pekerjaan agar dapat dengan mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan.
Sebagai gambaran, FBI-1971 membcrikan nilai slump yang akan digunakan tergantung
kepada jenis pekerjaan sepeni yang ditunjukkan oleh Tabel 6.5. Nilai yang dlbenkan pada
Tabel 6.5 dipakai untuk campuran beton tanpa bahan tambahan.
Tabel 6.5
Nilai Slump untuk berbagai pekerjaan beton
(PBI-1971)
Beberapa peraturan di negara lain memberikan batasan yang agak berbeda dengan
SNI-O3-2834-2000.
Namun dengan perkembangan teknologi, nilai slump dapat dibuat dengan nilai yang
besar tanpa mempengaruhi kekuatannya. Peng gunaan bahan tambahan (Admixture) seperti
yang diberikan pada Bab V tentang Bahan Tambahan dan Permasalahannya sangat
membantu untuk memecahkan permasalahan nilai slump yang tinggi untuk pekerjaan pada
penampang yang sempit.
6.5 Penyesuaian Ukuran Agregat yang Lebih Kecil dan Lebih Besar dari 4,80 mm.
Seperti sudah dikctahui, bahwa agregat yang biasa ditemui di Indonesia sering
mempunyai kandungan gradasi kasar lebih besar dari 4 ,80 mm dalam jumlah agak bcsar, di
mana agregat dengan ukuran lebih besar dari 4 ,80 d1kias1f' kas1kan sebagai agregat kasar.
Di samping itu pada agregat kasar juga ditemui butiran agregat yang lebih kecil dari 4,80
mm, di mana butiran yang lebih kecil dari 4,80 m diklasifikasikan sebagai agregat halus,
Berarti mungkin terjadi adanya kelebihan agregat halus maupun kekurangan kandungan
agregat kasar.
Bila menggunakan rancangan campuran beton kelebihan atau kekurangan agregat kasar
maupun halus diperhitungkan kembali untuk campuran yang sebenarnya, schingga campuran
yang telah direncanakan perlu disesuaikan. Penyesuaian terhadap masalah ini dapat dengan
mudah diperhitungkan dengan menggunakan pcrsamaan 2.6 pada Bab II mengenai Agregat
dan Permasalahannya.
Berikut ini diberikan suatu contoh perhitungan penyesuaian kelebihan dan kekurangan
kandungan agregat halus dan kasar.
Ditentukan bahwa suatu pasir mcmpunyai kelebihan gradasi yang lebih bcsar dari 4 80
mm sebanyak 2% dan agregat kasar mengandung kelebihan gradasi yang lebih kecil dari 4
,80 mm sebanyak 7%, sedangkan menurut Gambar 6. 5 dipcrlukan bahan gabungan yang
lewat ayakan 4, 80 mm sebesar 36%.
Hitung prosentase pasir x untuk kebutuhan pasir yang diperlukan.
Perhitungan dapat dilakuka.. dengan memasukkan angka 98% untuk pasir dan 7%
untuk agregat kasar yang lewat ayakan 4,80 mm ke dalam persamaan 2.6. Nilai X diperoleh :
Dengan penyesuaian ini maka komposisi sebenamya yang diperoleh adalah 32 % pasir dan
68 % agregat kasar, dan komposisi akhir bahan pasir adalah sebanyak 36 % dari bahan
gabungan yang lewat ayakan 4,80 mm.
Jika kadar air yang diperoleh tidak sama dengan kadar air bcrdasarkan kondisi kering
permukaan, berarti pasir dalam keadaan basah atau sangat kering, dan terjadi kelebihan atau
kekurangan air. Hal ini memerlukan penyesuaian kadar air.
Penyesuaian menjadi:
Semen, tetap = G1
Air = G2 - (Cm - Ca) x G3/lOO - (Dm-Da) x G4/100
Pasir = G3 + (Cm - Ca) x G3/100
Kerikil/Batu pecah = G4 + (Dm - Da) x G4/ 100
di mana:
Ca : angka penyerapan air agregat halus
Cm : angka kadar air agregat kasar
Da : angka penyerapan air agregat kasar
Dm : angka kadar air agregat halus
Dengan mengadakan koreksi terhadap campuran akibat perubahan kadar air, maka
keseluruhan bahan kebutuhan baku dapat ditetapkan.
Walaupun kebutuhan bahan baku telah berhasil ditetapkan, namun diperlukan
pembuatan campuran uji untuk mengetahui apakah rancangan ini dapat memenuhi kekuatan
yang telah direncanakan. Bila setelah diuji hasilnya tidak memenuhi persyaratan. maka pcrlu
pcrbaikan terhadap rancangan campuran dengan mengadakan pengkajian pada bagian mana
yang perlu dikoreksi. Sebenamya sangat baik bila dicapai kekuatan sangat tinggi. namun
tidak ekonomis dan memerlukan penycsuaian terhadap faktor air semennya.
6.7.1 Data-data
Dalam suatu pekerjaan ditcntukan akan menggunakan konstmksi beton bertulang.
Perencana menentukan bahwa beton yang digunakan adalah dengan kuat tekan karakteristik
225 MP3 (225 kg/cm2) dan volume penggunaaan beton sebesar 500 m3.
Lingkungan di mana bangunan itn akan dibangun berada pada lingkungan pcmukiman
dan perkantoran yang jauh dari daerah industri serta terletak jauh dari tepi pantai.
Di sekitar lokasi rcncana pembangunan gédung banyak ditemui sungai yang dapat
diambil batuan yang dapat dipecah menjadi agregat, serta terdapat deposit pasir. Semen yang
digunakan adalah Semen Normal Type I.
Dari data bahan baku yang tersedia akan direncanakan kebutuhan komposisi dari setiap
bahan baku dan volume bahan baku yang dipcrlukan.
Selain itu cuaca d1 daerah tersebut selalu berubah-ubah dan sering terjadi hujan secara
mendadak.
Dengan demikian selesai tahapan untuk menghitung volume kebutuhan bahan untuk
campuran beton yang akan dikerjakan.
Tabel 6.12
Faktor kemudahan pengerjaan untuk berbagai tujuan dan cara pengujian
Oleh karena itu sifat kemudahan pengerjaan yang rendah bila dilihat dari sudut pandang
rancangan campuran adalah menguntungkan, demikian juga terhadap campuranyang
termasuk katagori sangat rendah. Yang dimaksudkan dengan derajat kemudahan pengerjaan
yang rendah disini adalah yang masih dapat dipadatkan dengan pemberian getaran sccara
intensif, dimana nilai terendah kelihatannya akan dihasilkan bila menggunakan tekanan selain
dengan pemberian getaran. Dalam mengatur kebutuhan sifat kemudahan pengerjaan pada
beton mutu tinggi, harus diikuti dengan pengawasan yang ketat ketika melakukan pengecoran
penampang yang sempit, di mana tempat dan pemben'an getaran sukar untuk dilaksanakan.
Untuk kondisi ini diperlukan sifat kemudahan pengerjaan yang tinggi. Bila tingkat
kemudahan pengerjaan campuran beton semakin rendah, maka semakin lama waktu yang
diperlukan untuk pemadatan serta semakin besar tekanan yang terjadi pada bekisting.
Campuran yang berada dalam keadaan ini biasanya memerlukan kandungan semen yang
tinggi dan sifat kcmudahan pengerjaan yang rendah, dan ini berarti mempunyai sifat yang
kohesif dan ini berarti kecil kemungkinan men galami proses segregasi selama proses
pengangkutan dan pemadatan. Untuk maksud tersebut hams digunakan agregat halus kasar
dengan Susunan Gradasi I (Zona-l) dan ukuran agregat kasar maksimum 10 mm dan 20 mm.
Campuran yang sangat kurus cenderung menghasilkan campuran yang agak kasar, dan
campuran yang sangat gemuk cenderung bersifat agak kohesif, dan ini biasanya dapat diatur
dengan mudah pada percobaan dengan cara menambah atau mengurangi proporsi kandungan
agregat halus terhadap total agregat hingga mencapai 50 %. Penambahan seperti ini biasanya
memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap nilai kekuatan tekan atau faktor
pemadatan.
Apabila ukuran agregat maksimum dan sifat kemudahan pengerjaan telah ditetapkan,
maka bilangan yang harus dicapai dapat digunakan untuk menentukan perbandingan toial air-
semen dari Gambar h.2. Pada gambar tersebut meliputi semua data yang diperlukan untuk
menentukan perkiraan perbandingan agregat/semen berdasarkan berat dari Tabel 6.12 dan
6.13. Penakaran berat kemudian harus dilakukan dan dibuat campuran percobaan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Atau dengan kata lain. sebelum hal tersebut dilakukan maka penentuan proporsi harus
diperiksa dan disesuaikan tcrhadap persyaratan keawetan. Oleh karena itu beton yang
memerlukan sifat keawetan pada umumnya tidak mensyaralkan kebutuhan kadtu' semen yang
tinggi atau perbadingan air~semen yang lebih rendah.
Dalam praktek. sering disarankan untuk melengkapi prosedur rancangan campuran
beton untuk lebih dari satu tipe semen dan agregat dan lebih dari satu tipe derajat sifat
kemudahan pengerjaan. Hal ini perlu dilakukan karena pemilihan pertama terhadap
kandungan bahan dan derajat kemudahan pengerjaan mungkin memberikan hasil yang kurang
memuaskan. Sebagai contoh, pemilihan mungkin dialihkan terhadap faktor kemudahan
pengerjaan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pemilihan awal, atau mencari agregat
batu pecah untuk digunakan sebagai penggunti kerikil sctempat. Altematif Selanjutnya
mungkin dcngan menggunukan admixture pengurnng kadar air.