Anda di halaman 1dari 5

A.

Intervensi, implementasi, evaluasi keperawatan


Setelah menentukan diagnosa keperawatan maka tahap selanjutnya adalah
membuat perencanaan keperawatan yang merupakan tindakan merumuskan
perawatan yang diarahkan untuk mengatasi atau mengurangi keparahan masalah
yang muncul dan resiko terjadinya masalah (Herdman & Kamitsuru, 2018).
1. Nyeri akut
Dalam perancanaan tindakan asuhan keperawatan yang ditargetkan
dalam waktu 3x24 jam, masalah nyeri akut diharapkan dapat teratasi, rencana
tindakan yang dilakukan pada diagnose keperawatan ini meliputi lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif.Pengkajian secara komprehensif
dilakukan untuk membantu klien dalam mengutarakan masalah atau
keluhannya secara lengkap.Pengkajian yang bisa dilakukan untuk
karakteristik nyeri menggunakan analisis symptom, meliputi PQRST
(Andarmoyo, 2013).
Ajarkan teknik nonfarmakologipada pasien post hemoroidektomi
dengan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam ketika
nyeri muncul rasional relaksasi dapat merilekskan otot yang menimbulkan
nyeri, secara signifikan menurunkan intensitas nywri pada klien post operasi
(Rampengan, Rondowunu, & Onibala, 2014).Dukung istirahat atau tidur
yang adekuat.Tidur juga disebut salah satu kebutuhan fisiologis yang
memiliki prioritas tertinggi menurut teori Hirarki Maslow. Orang
memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi secara
optimal karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat
mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula dengan begitu tubuh
yang tadinya mengalami kelelahanakan menjadi segar kembali (Castro,
2012)
Berikan individu penurun nyeri resepan analgetik ketorolac 30 mg.
Ketorolac 30 mg menghasilkan analgesia yang sebanding dengan 10 mg
morfin atau 100 mg petidin. Keuntungan ketorolac sewaktu induksi adalah
tidak adanya depresi pada kardiovaskuler maupun pernafasan.Ketorolac
menimbulkan ceiling efek pada analgesia paska pembedahan.Obat ini
menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostaglandin
dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare,
2015).
Dari 7 intervensi yang direncanakan oleh penulis dapat di
implementasikan semua yaitu melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif meliputi PQRST, mengobservasi petunjuk nonverbal
ketidaknyamanan, mengendalikan factor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan, kurangi atau
meliminasi factor yang mencetuskan nyeri, mengajarkan teknik
nonfarmakologi, mendukung istirahat atau tidur , memberikan individu
penurun nyeri ketorolac 30 mg.
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan 3x24 jam dan
dilakukan selama 3 hari perawatan nyeri akut belum teratasi ditandai dengan
pasien mengatakan masih terasa nyeri dan berkurang jika istirahat, seperti
terbakar, anus bekas operasi, skala 4, hilang timbul.Skala nyeri pasien
berkurang yang awal mulanya 7 menjadi 4, hal ini kemajuan yang baik
dikarenakan kepatuhan pasien menjalani medikasi yang diberikan sehingga
nyerinya berkurang walaupun belum hilang total nyerinya. Planning yang
dilakukan penulis yaitu monitor nyeri secara komprehensif, berikan injeksi
ketorolac 30 mg.

2. Kerusakan integritas kulit


Dalam perancanaan tindakan asuhan keperawatan yang ditargetkan dalam
waktu 3x24 jam kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan dilakukan
tindakan monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna ukuran dan
bau. Kondisi luka harus dimonitor setiap pergantian dressing dan dikaji
secara berkala untuk menentukan apakah jenis dressing diganti atau
dipertahankan (Haris, 2009).Angkat balutan dan plester sebelum
membersihan luka operasi agar mudah untuk dilakukan perawatan luka.
Memersihkan dengan normal saline luka post operasi, penggunaan Nacl pada
perawatan luka merupakan larutan yang yang fisiologis denagn tubuh
sehingga tidak menimbulkan iritasi dan mendukung pertumbuhan granulasi
(Haris, 2009).
Ukur luas luka, luka harus diukur panjang lebar, lingkar luka, kedalaman
luka serta perubahan ukuran luka.Perlunya mengukur luka, terkadang
kerusakan jaringan meluas ke lateral luka.Ada tidaknya pembentukan sinus,
kravita, traktus atau fistuls, yang mengganggu drainase eksudat, berpotensi
infeksi dan menghambat penyembuhan luka.Penyembuhan luka ditandai
dengan berkurangnya ukuran luka (Ariningrum &Subandono, 2018).Dorong
cairan yang sesuai dengan minum 8 gelas sehari agar mempercepat
penyembuhan luka.Gangguan keseimbangan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi jantung, ginjal, metabolisme seluler, oksigenasi
jaringan dan fungsi endokrin. Peningkatan asupan cairan berperan penting
dalam proses penyembuhan luka (Ariningrum &Subandono, 2018).
Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan
luka.Prinsip utama dalam menajemen perawatan luka adalah pengendalian
infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga
menyebabkan angka morbiditas mengakibatkan bertambahnya biaya
(Puspitasari, Ummah, & Sumarsi, 2011).Anjurkan pasien dan keluarga untuk
mengenal tanda-tanda infeksi.Tanda-tanda infeksi ini oleh Celsus sudah
dikenal dan disebut tanda-tanda infeksi utama meliputi rubor (kemerahan),
kolor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan). Jika infeksi
cukup lama maka akan timbul nanah (pus). Kolaborasi dengan dokter
pemberian antibiotic cefriakson 1 mg pada pots operasi berguna untuk
mematikan bakteri dalam tubuh. Cefriakson mempunyai spectrum luas
dengan waktu paruh eliminasi 12 jam dan efektif terhadap mikroorganisme
gram positif dan gram negative (Ouley, 2015).
Dari 8 intervensi yang direncanakan oleh penulis dapat di
implementasikan semua yaitu memonitor karakteristik luka, termasuk
drainase, warna ukuran dan bau, mengkat balutan dan plester, membersihkan
dengan normal saline, mengukur luas luka, menganjurkan konsumsi air 8
gelas sehari, memertahankan teknik balutan steril ketika melakukan
perawatan luka, menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda-
tanda infeksi, mengkolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic
cefriaskson 1mg.
Pada kerusakan integritas kulit ditandai pasien mengatakan belum sembuh
bekas operasinya.tampak pasien masih ada luka, warna merah, tambak ada
darah keluar sedikit. Belum teratasinya kerusakan integritas kulit
dikarenakan proses penyembuhan luka bertahap, perlu perawatan luka yang
baik dan benar sangat mempengaruhi kesembuhan luka dengan kerjasama
antara pasien dan perawat. Planning yang dilakukan penulis yaitu monitor
karakteristik luka, dorong cairan 8 gelas sehari, berikan antibiotic cefriakson
1 mg dan asam tranexamic 250 mg.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan


Dalam perancanaan tindakan asuhan keperawatan yang ditargetkan dalam
waktu 3x24 jam hambatan mobilitas fisik pasien dapat teratasi dengan
rencana tindakan meliputi dorong pasien untuk ambulasi awal atau sedini
mungkin pada pasien post operasi salah satunya adalah perubahan gerak atau
posisi. Pentingnya mobilisasi dan berkesinambungan akan dapat membantu
pengaliran darah keseluruh tubuh, sehingga tubuh mampu menghasilkan zat
pembakar dan pembangun yang membantu proses penyembuhan luka dengan
mobilisasi miring ke kiri dan ke kanan sudah dapat dimulai 6-8 jam setelah
post operasi.Dorong untuk duduk ditempat tidur dilakukan setelah 24 jam
post operasi selama 5 menit (Hidayat, 2010).
Dorong ambulasi independen dalam batas aman berturut-turut hari demi
hari. Dengan mobilitas sirkulasi darah yang membantu kesembuhan luka,
membantu nutrisi sel darah sehingga mempercepat penyembuhan jaringan
(Sjamsuhidayat, 2009).Dorong pasien bangkit sebanyak dan sesering yang di
inginkan.Menurut Flangan da Mark Maran (2010) bahwa lambatnya
penyembuhan luka paska pembedahan dapat diatasi dengan perawatan atau
pelaksanaan luka dengan meningkatkan aktifitas fisik atau mobilisasi paska
bedah.Mobilisasi merupakan factor yang menonjol dalam mempercepat
penyembuhan atau pemulihan pasca bedah.
Dari 6 intervensi yang direncanakan oleh penulis dapat di
implementasikan semua yaitu memberi pasien pakaian yang tidak
mengekang, menyediakan tempat tidur ketinggian rendah, menganjurkan
pasien untuk ambulasi awal, menganjurkan untuk duduk ditempat tidur,
menganjurkan ambulasi independen dalam batas aman dan menganjurkan
pasien bangkit sebanyak dan sesering yang di inginkan.
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan 3x24 jam dan
dilakukan selama 3 hari perawatan masalah hambatan mobilitas fisk dapat
teratasi ditandangi dengan pasien mengatakan sudah bisa duduk secara
mandiri, masih menggunakan kateter, BAB tidak mengejan, tampak pasien
duduk secara mandiri. Hal ini dikarenakan adanya kerja sama yang baik
antara pasien, penulis, dan perawat ruangan serta kepatuhan pasien dalam
menjalaniterapi medikasi serta keinginan pasien yang tinggi untuk dapat
beraktifitas seperti biasa, planning yang dilakukan penulis yaitu
pertahankan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai