Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat cepat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas

remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, suka coba-coba dan menyukai

tantangan serta cenderung berani menerima risiko atas perbuatannya tanpa

didahului oleh pertimbangan yang matang (Infodatin, 2014). Remaja juga

mengalami perubahan penampilan sebagai hasil peristiwa pubertas yang

hormonal, dimana bentuk tubuh remaja akan berubah seperti orang dewasa serta

lebih berpikir secara abstrak. Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja

tersebut dapat menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu

perkembangan remaja di masa depan (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional, 2012)

Hasil analisis Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Depkes dan

Kesejahteraan Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa kondisi kesehatan

reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang diharapkan, bila

dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia

masih tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi, termasuk kesehatan

reproduksi remaja (BKKBN, 2012).

Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku

mereka sehari-hari terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu jangka


pendek maupun dalam waktu jangka panjang (Notoatmodjo, 2007). Hal itu

disebabkan kurangnya informasi kesehatan reproduksi, baik dari sekolah,

maupun lingkungan keluarga. Masalah tersebut sangat penting untuk disusun

konsep tentang bagaimana menyampaikan sekaligus memberikan pengertian

sejak dini kepada remaja tentang kesehatan reproduksi. Menurut Notoatmodjo

(2003) salah satu upaya agar pesan kesehatan reproduksi dapat dipahami dan

memberikan dampak perubahan perilaku yaitu dengan menggunakan metode

yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan

informasi kesehatan pada remaja, adalah metode Metode ceramah

Irawati, (2011); Mustapa, et al (2015) menjelaskan bahwa remaja perlu

dibekali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi untuk mencegah perlu

adanya suatu cara penyampaian informasi yang baik dan benar, baik dari

sekolah maupun dari petugas kesehatan. Upaya ini dapat diimplementasikan

melalui BK (Bimbingan Konseling), program kerja UKS (Usaha Kesehatan

Sekolah), dan Pelayanan Kesehatan Perduli Remaja (PKPR). Namun,

implementasi kegiatan tersebut belum sesuai yang diharapkan sesuai dengan

keputusan SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 Menteri tahun 2006 tentang

pembinaan dan pengembangan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Pelaksanaan

Trias UKS yang terdiri dari pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan

pembinaan lingkungan sehat terkait kesehatan reproduksi dan seksual belum

optimal dalam menjalankan perannya (Ribka Limbu, Imam S. Mochny, 2012).


UKS melalui Trias UKS mengemban tugas dalam memberikan

pelayanan kesehatan salah satunya memberikan informasi tentang kesehatan

reproduksi dan seksual serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan

seksual sedini mungkin (Talbot lyn, 2013). Pelaksanaan pendidikan kesehatan

perlu mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, tenaga, sarana dan kondisi

pesertanya (Handayani, Emilia & Wahyuni, 2009). Metode ceramah

mempunyai kelebihan untuk menyampaikan materi secara lisan yang sifatnya

sangat praktis dan efisien kepada audiens yang umumnya lebih pasif (Muhibbin

Syah, 2000). Metode diskusi sering dianggap lebih unggul dibanding dengan

metode ceramah untuk audiens yang homogen dan memiliki tujuan yang sama

(Emilia O, 2008). Pendekatan diskusi dalam kelompok kecil (Small Grup

Discussion) telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dan seksual remaja (Wahyuningsih Rumkita, 2012).

Beberapa penelitian yang membandingkan penggunaan metode

ceramah dan diskusi kelompok dalam pendidikan kesehatan menunjukkan hasil

yang bervariasi. Penelitian Angeline Gloria (2014) menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan hasil antara penggunaan metode ceramah dan metode diskusi

kelompok dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap responden. Namun,

hasil penelitian Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti (2014)

diketahui bahwa ada peningkatan hasil pengetahuan antara sebelum dilakukan

intervensi dan setelah dilakukan intervensi dengan metode ceramah dan metode

diskusi kelompok.
Berdasarkan data dan teori yang melatarbelakangi penelitian ini,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Menggunakan Metode

Ceramah Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Di SMAN 1 Kupang Barat”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah : “Apakah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan
Menggunakan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja Di SMAN 1 Kupang Barat?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui


Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi
Dengan Menggunakan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan
Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMAN 1 Kupang
Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Metode
Caramah Tentang Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Pada
Remaja Di SMAN 1 Kupang Barat
1.3.2.2 Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Metode
Caramah Mengenai Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di
SMAN 1 Kupang Barat
1.3.2.3 Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Kesehatan Reproduksi Dengan Menggunakan Metode
Ceramah Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja Di SMAN 1 Kupang Barat

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengetahui adanya pengaruh penggunaan metode ceramah terhadap
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja serta
sebagai sumber informasi ilmiah pada bidang keperawatan dan dapat
digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
Responden dalam penelitian ini mendapatkan manfaat
informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan seksual
pada remaja melalui metode ceramah.
b. Bagi Sekolah
Metode ceramah terbukti efektif sebagai metode untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan
reproduksi dan seksual sehingga dapat digunakan sebagai
alternative bagi para guru dalam mendidik siswa.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penggunaan metode ceramah terhadap pengetahuan dan
sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual bagi
Stikes Nusantara dapat dijadikan sebagai sumber informasi
ilmiah pada bidang keperawatan dan sebagai dasar penelitian
selanjutnya.
d. Bagi Peneliti
Bagi tenaga kesehatan terutama perawat metode
ceramah terbukti efektif dalam menjalankan program
promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan seksual
pada remaja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Penelitian yang dilakukan oleh Ardila (2012), dengan judul “Efektifitas
Metode Diskusi Kelompok Dan Metode Ceramah Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah”.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan rancangan
pre-test post-test non equivalent control group. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode diskusi kelompok dan metode ceramah dan
variabel terikatnya adalah pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku
seks pranikah. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik wilcoxon dan
uji statistik Mann Whitney. Hasil uji wilcoxon penyuluhan dengan metode
diskusi menunjukan pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p=0,0001)
sedangkan metode ceramah pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p=0,0007)
hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap
siswa sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil uji Mann Whitney
menunjukan pengetahuan (p=0,636) dan sikap (p=0,102) hal tersebut
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan efektifitas antara metode
diskusi kelompok dan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap
siswa.
2.1.2 Penelitian yang dilakukan oleh Syamsiah (2013), dengan judul “Penggunaan
Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara
Sendiri (SADARI)”. Bentuk analisis statistik yang digunakan menggunakan
Uji -t berpasangan (peried t-test). Penelitian ini dilaksanakan di RT 01 RW
14 Kalurahan Kerten Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
remaja putri RT 01 RW 14 Kalurahan Kerten Surakarta, sedangkan teknik
sampling yang digunakan adalah accidental sampling sejumlah 31 orang.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa ada peningkatan pengetahuan
SADARI dengan penggunaan leaflet SADARI.
2.1.3 Penelitian yang dilakukan oleh Ida Widyaningsih (2010) dengan judul
“Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Gizi Besi (Studi di
SMA N 2 Semarang)”. Metode dalam penelitian ini merupakan penelitian
true experimental dengan desain cluster randomized controlled trial. Jumlah
subyek dalam penelitian ini adalah 28 untuk tiap – tiap kelompok yang
dipilih melalui teknik simple random sampling. Hasil: Nilai rerata pre test
dan post test, pengetahuan mengenai anemia gizi besi mengalami
peningkatan yang bermakna pada kedua kelompok (p<0,05) namun tidak ada
perbedaan peningkatan pengetahuan di antara kedua kelompok (p>0,05).
Nilai rerata pre test dan post test sikap mengenai anemia gizi besi mengalami
peningkatan yang bermakna pada kedua kelompok (p<0,05) namun tidak ada
perbedaan peningkatan pengetahuan di antara kedua kelompok (p>0,05).
Simpulan: Pendidikan gizi dengan metode diskusi kelompok dan ceramah
meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai anemia gizi besi pada
remaja putri. Metode diskusi kelompok sama efektif dengan metode ceramah
dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai anemia gizi besi pada
remaja putri.
2.2 Landasan Teoritik
2.2.1 Konsep Remaja
a. Definisi
Remaja menurut WHO adalah populasi dengan periode usia 10-
19 tahun. Kementerian Kesehatan membagi periode remaja menjadi tiga
bagian, yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja menengah
(14-16 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun).
Dalam hal fisik, periode remaja ditandai dengan adanya
perubahan ciri-ciri fisik dan fungsi psikologis, terutama yang
berhubungan dengan organ reproduksi, sedangkan dari sisi psikologis,
masa remaja merupakan saat individu mengalami perubahan dalam
aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral.
b. Perkembangan Remaja
Hal yang paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja
adalah adanya perubahan fisik, emosi dan psikososial.
1. Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya perubahan
hormonal dalam tubuh remaja menginisiasi perubahan fisik.
Beberapa hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan adalah growth hormone (GH), gonadotropic
hormones yang terdiri dari luteinizing hormone (LH dan follicle
stimulating hormone (FSH), serta hormon estrogen, progesteron, dan
testosteron. Perubahan hormonal ini bermanifestasi dengan
terjadinya percepatan berat dan tinggi badan, selama satu tahun
pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan meningkat
sebesar 3,5-4,1 inci. Selain itu terjadi pula perkembangan
karakteristik seks sekunder, yang pada laki-laki ditandai dengan
pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara,
pertumbuhan kumis dan rambut wajah serta rambut ketiak, sementara
perubahan pada wanita meliputi pertumbuhan rambut pubis dan
rambut ketiak, serta terjadinya menarche atau menstruasi pertama.
2. Menurut Erikson (1956), pencarian identitas diri mulai dirintis
seseorang pada usia remaja muda. Pencarian identitas diri berarti
pencarian jati diri, dimana remaja ingin tahu juga tentang dirinya
sendiri yang menyangkut soal apa dan siapa, semua yang
berhubungan dengan “aku” ingin diselidiki dan dikenalnya. Dimulai
pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam
bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin
berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang,
mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi, ini merupakan
suatu bentuk awal dari pencarian “aku” yang dapat menjadi masalah
bagi lingkungannya. Gejala lain yang menguatkan dugaan bahwa
remaja ingin mencari dirinya adalah perilaku yang cenderung untuk
melepaskan diri dari ikatan orangtuanya. Remaja lebih suka
melakukan kegiatan pribadi atau berkumpul dengan teman-temannya
diluar dibandingkan bersama orangtuanya. Psikososial merupakan
manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual.
Akibat perubahan tersebut penyesuaian terhadap lingkungan baru
akan dapat menjadi masalah bagi remaja karena meninggalkan dunia
anak-anak dan memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-
tuntutan baru. Bila tidak mampu memenuhi tuntutan dunia barunya
sering timbul perasaan-perasaan tidak menentu yang mendalam.
3. Emosi pada masa remaja biasanya meningkat, sehingga rangsangan
sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar, misalnya
menjadi mudah marah atau menangis. Kepekaan emosi remaja yang
meningkat dapat mempengaruhi perilaku, misalnya putus pacar maka
frustasinya akan dibawa ke sekolah, ke rumah, di jalan bahkan dapat
mempengaruhi prestasi akademiknya. Secara emosional remaja ingin
disapih sekalipun tetap masih ingin dikasihi. Keinginan remaja untuk
diakui sebagai orang dewasa menimbulkan konflik dengan
lingkungan. Konflik tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami
kecemasan dan ketegangan.
4. Pubertas adalah masa transisi dari masa ana-anak ke masa dewasa,
yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder dan
kemampuan bereproduksi ditandai dengan perubahan hormonal,
perubahan fisik, maupun perubahan psikologis dan sosial (Papilia et
al, 2011). Masa pubertas dimulai pada usia 13 tahun pada perempuan
dan 14 tahun pada laki-laki dan berakhir pada umur 18-19 tahun.
Perubahan yang terjadi pada masa pubertas adalah perubahan seks
primer dan sekunder. Karakteristik seks primer adalah organ-organ
yang dibutuhkan untuk bereproduksi. Pada perempuan organ
reproduksinya adalah indung telur (ovarium), tuba falopi, uterus, dan
vagina. Pada laki-laki, testis, penis, skrotum, gelembung sperma
(seminal vesicle). Karakteristik seks sekunder adalah tanda fisiologis
kematangan seksual yang tidak berkaitan langsung dengan
reproduksi. Ciri-ciri fisik anak yang memasuki masa pubertas yaitu :
a) Pertumbuhan rambut-rambut halus di bagian-bagian tertentu
baik anak laki-laki maupun perempuan
b) Perkembangan otot-otot pada anak laki-laki ditandai dengan
dada mulai melebar, pada anak perempuan payudara membesar
dan pinggul mulai melebar.
c) Tumbuhnya jakun sehingga suara yang dihasilkan semakin besar
dan parau.
Ciri - ciri tingkah laku remaja yang mengalami pubertas
(BKKBN, 2008)
1. Butuh diterima di kelompoknya.
2. Mulai banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya.
3. Mulai mempelajari sikap serta pandangan yang berbeda antara
keluarga dengan dunia luar (moral, seksualitas, dll) pada masa ini
dukungan keluarga sangat dibutuhkan.
4. Mulai muncul privasi.
5. Mulai butuh kebutuhan keintiman dan ekspresi erotic.
6. Tertarik pada lawan jenis dan ingin menjalin hubungan yang
lebih dekat dengan lawan jenis.
2.2.2 Kesehatan Reproduksi
a. Defenisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menjadi topik yang hangat
diperbincangkan sejak dibahas dalam International conference on
Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo, Mesir. Pada
Konferensi ditetapkan bahwa kesehatan reproduksi adalah keadaan
sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau gangguan tetapi dalam segala
hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta
prosesnya.
Menurut World Health Organizatoins (WHO), kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman. Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI
adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi
yang bebas dari penyakit melainkan juga bagaimana seseorang dapat
memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
menikah.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 61 tahun 2014,
kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit
atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural (Fauzi, 2008)
b. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19
tahun dan merupakan peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja
yang ditandai dengan laki-laki mengalami mimpi basah dan perempuan
mengalami haid/menarche hingga menyangkut kehidupan remaja
memasuki masa perkawinan. Selain itu seseorang berhak terbebas dari
kemungkinan tertular penyakit infeksi menular seksual yang dapat
mengganggu fungsi reproduksi. Pada pelaksanaannya dilakukan
menggunakan pendekatan siklus hidup agar memiliki sasaran dan
pelayanan yang jelas untuk kepentingan kesehatan reproduksi. Ruang
lingkup kesehatan reproduksi remaja meliputi:
1. Informasi tentang kesehatan reproduksi

2. Gizi seimbang

3. Pencegahan kekerasan seksual

4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPSA

5. Perkawinan pada usia yang wajar

6. Peningkatan pendidikan dan ketrampilan,

7. penghargaan diri dan pertahanan terhadap godaan dan ancaman

8. Mecegah masalah seks komersial dan pelecehan seksual

Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi perlu


persiapan strategi intervensi yang dimulai jauh sebelum masa usia
subur. Nilai anak perempuan dan anak laki-laki dalam keluarga dan
masyarakat, serta bagaimana perlakuan yang mereka terima merupakan
faktor penting yang turut menentukan kesehatan reproduksi mereka
dimasa mendatang. Dixon (2010) menjelaskan bahwa kondisi individu
dikatakan bebas dari gangguan reproduksi apabila meliputi:
a. Aman dari kemungkinan kehamilan yang tidak dikehendaki

b. Terlindung dari praktek reproduksi yang berbahaya

c. Aman dari penyakit menular seksual

d. Memiliki akses terhadap informasi tentang kesehatan reproduksi

c. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi


Perlu dipahami oleh remaja bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki organ reproduksi yang berbeda, baik dalam hal struktur atau
fungsinya. Alat reproduksi laki-laki terdiri dari testis dan penis,
sedangkan perempuan terdiri dari ovarium, uterus dan vagina. Berikut
adalah penjelasan fungsi dari tiap organ reproduksi yang dapat
dijelaskan kepada remaja:
1. Perempuan
Organ reproduksi perempuan terdiri dari dua yaitu organ
reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam.
a. Organ reproduksi bagian luar
1. Vulva adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia
mayora, labia minora, mons pubis,bulbus vestibule,
vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan minor
serta orificium vaginae.
2. Labia mayora yaitu dua buah lipatan bulat jaringan lemak
yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang
dari mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada di
bawahnya (labia minira, meatus urinarius dan muara vagina)
3. Mons pubis yaitu bantalan berisi lemak yang terletak
dipermukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit
mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk
pola tertentu. Berfungsi dalam sensualitas dan melindungi
sinfisik pubis saat berhubungan seksual.
4. Payudara/Kelenjar mamae yaitu organ yang berguna utuk
menyusui
b. Organ reproduksi bagian dalam
1. Labia minora adalah labia sebelah dalam dari labia majora

dan berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu

masa perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi.

Di bagaian tengah klitoris terdapat lubang uretra yang

berfungsi untuk keluarnya air kemih.

2. Hymea merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya

berlubang teratur di tengah, sebagai pemisah organ luar dan

organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita

berhubungan seksual atau setelah melahirkan.

3. Vagina yaitu tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot

melingkar yang di kanan-kirinya terdapat kelenjar.

Menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan

aktifitas seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan

seksual dan jalan lahir.

4. Uterus (rahim) yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer,

dan bagian bawahnya mengecil. Uterus terdiri dari lapisan


otot tebal sebagai tempat pembuahan dan perkembangan

janin. Pada bagian sebelah uterus selalu mengelupas setelah

menstruasi.

5. Tuba Uterina (fallopi) yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan

uterus sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.

6. Ovarium yaitu organ penghasil sel telur dan menghasilkan

hormon esterogen. Organ ini berjumlah dua buah.

2. Laki-laki
Organ reproduksi laki-laki juga dibedakan menjadi dua yaitu
organ reproduki bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam
yakni sebagai berikut:
a. Organ reproduksi bagian luar

1. Penis yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang

berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian

dalam penis berisi bulatan dara, otot dan serabut saraf.

Pada bagian tengahnya terdiri saluran air kemih dan juga

sebagai saluran cairan sperma yang disebut uretra.

2. Skrotum yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk

bulat, terdapat dua buah kiri dan kanan, berupa kulit yang

mengkerut dan tumbuh rambut pubis.

b. Organ reproduksi bagian dalam


1. Testis yaitu isi skrotum, berjumlah dua buah, terdiri dari

saluran kecil-kecil membentuk anyaman sebagai tempat

pembentukan sel spermatozoa

2. Vas deferens yaitu merupakan saluran yang membawa sel

spermatozoa, berjumalah dua buah

3. Kelenjar Prostat yaitu sebuah kelenjar yang menghasilkan

cairan kental yang memberi makanan sel-sel spermatozoa

serta memproduksi enzim-enzim.

4. Kelenjar vesikula seminalis yaitu kelenjar yang

menghasilkan cairan untuk kehidupan spermatozoa, secara

bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan

spermatozoa menjadi produk yang disebut semes yang

dikeluarkan setiap kali laki-laki ejakulasi.

d. Tujuan Kesehatan Reproduksi


Remaja memerlukan tempat yang aman untuk memeriksakan
diri atau konsultasi dengan petugas kesehatan atau orang-orang yang
tepat untuk membahas mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja.
Adapun tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Soetjiningsih
(2004) yaitu:
a. Menurunkan resiko kehamilan dan aborsi yang tidak dikehendaki

b. Menurunkan penularan infeksi menular seksual

c. Konseling untuk mengambil keputusan

d. Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran)


Bila pelayanan reproduksi esensial tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, maka langkah-langkah tersebut sangat baik untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada remaja.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan,
hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh
media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan
keluargan.
1. Kebersihan organ-organ genetik

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana

remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat

genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman

akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja

perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga

kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya

dekat dengan anus.

2. Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang

kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang

seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja

mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang

kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari


sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang

tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah

dan lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan didalam kurikulum

pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh

kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko,

Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya

pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang kesehatan

reproduksi secara benar, remaja dapat menghindari dilakukannya

hal-hal yang negatif. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi

remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja, khususnya untuk

mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit

menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah,

moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut.

3. Hubungan seksual pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan

mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita

yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang

dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian

dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat

persalinan yang lama, pendarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan

yang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja

yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak


buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum. Kehamilan yang tidak

diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak

survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan

bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia dibawah 20 tahun

adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Aborsi yang disengaja

seringkali berisiko lebih besar pada usia remaja dibandingkan pada

mereka yang usia dewasa. Banyak studi yang telah dilakukan juga

menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat

komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi yang

tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts

of Life yaitu:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar

kandungan

4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen

pada wanita)

7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)


9. Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat

pada saat kehamilan berikutnya

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic

Pregnancy)

12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental

pada remaja yaitu adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga

diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak histeris, mimpi

buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan

bunuh diri.

4. Penyalagunaan NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif. Contoh obat-obat NAPZA tersebut

yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain

-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi

sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa

nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain.

Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi


karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap

meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat

menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian.

5. Pengaruh media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai

peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang

menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Adanya

artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan

mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk

menjaga kesehatan reproduksinya.

6. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan

tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat

dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-

tempat lain yang memungkinkan, sehingga dengan akses yang

mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan

konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya

dan mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja

sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan

dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.

7. Hubungan harmonis dengan keluarga


Kedekatan dengan kedua orang tua merupakan hal yang

berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan

kedua orang tuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya.

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi

seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan ditempat lain.

Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua

orang tua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik

dalam menjalani kehidupan. Dalam keluarga juga, remaja dapat

mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari.

Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga

kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.

8. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya

terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-

genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat

penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja,

tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Selain itu penyakit

menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya

melalui jalur lahir.


f. Unsur-Unsur Kesehatan Reproduksi
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi

juga perlu diarahkan pada masa remaja atau peralihan dari masa anak

menjadi dewasa, dimana perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi

tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Masa pubertas ditandai dengan

berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani

secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan

fungsi dan proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan,

konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi

masalah kesehatan reproduksi remaja.

Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik.

Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual.

Peristiwa ini berdampak macam-macam pada fisik dan psikologi

remaja. Secara fisik akan muncul apa yang disebut sebagai tanda-tanda

seks sekunder seperti payudara membesar, bulu-bulu kemaluan tumbuh,

haid pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-laki. Secara

psikologis muncul dorongan birahi yang besar tetapi juga secara

psikologis mereka masi dalam peralihan dari anak-anak kedewasa.

Secara biologis aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka meningkat

pesat tetapi secara psikologis dan sosiologis mereka dianggap belum

siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara berbagai


perkembangan tersebut membuat mereka juga beresiko mengalami

masalah kesehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi remaja perlu ditangani secara khusus

dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkan mereka menjadi

remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang bertanggung jawab. Mereka

bukan saja memerlukan informasi dan pendidikan, tetapi juga pelayanan

kesehatan reproduksi. Pemberian informasi dan pendidikan tersebut

harus dilakukan dengan menghormati kerahasiaan dan hak-hak privasi

mereka. Masalah kesehatan reproduksi adalah isu-isu seksual remaja,

termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit

menular melalui seks, dan HIV/AIDS.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan kesehatan

organ reproduksi remaja antara lain:

a. Perempuan

1. Membilas vulva dengan air bersih setiap kali buang air kecil

atau air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke

belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap

sebelum menggunakan celana dalam karena jika organ

dibiarkan lembab maka jamur akan mudah tumbuh

menyebabkan rasa gatal.

2. Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari. Pilih celana dalam

yang muda menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari


celana dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot

vagina dan membuat lembab yang dapat memicu pertumbuhan

jamur.

3. Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang

mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat

penampungan mengandung bakteri dan jamur.

4. Hindari penggunaan pantyliner secara terus-menerus karena

dapat menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat

mengalami keputihan saja.

5. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan

lembut dan kering sehingga tidak menimbulkan iritasi. Selain

itu ganti pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali

karena darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi

media tumbuhnya kuman

6. Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ reproduksi

secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam

vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh

bakteri baik dalam vagina yang akan memicu tumbuhnya jamur

yang dapat menimbulkan gatal-gatal di area organ reproduksi

7. Hindari stress berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup yang

aktif dengan olahraga teratur dan konsumsi makanan bergizi

seimbang.
b. Laki-laki

1. Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan

berbahan menyerap keringat. Ganti celana dalam minimal dua

kali sehari. Celana dalam yang tidak bersih atau kotor terkena

keringat serta lembab akan memudahkan bakteri berkembang

biak yang bisa menyebabkan penyakit.

2. Menggunakan air bersih untuk membilas organ reproduksi

sesudah buang air

3. Hindari cahaya seperti sinar x rontgen., karena organ reproduksi

cukup sensitif sehingga perlu waspada untuk tidak sering

melakukan rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan

kebiasaan yang merusak kesehatan alat reproduksi seperti

minuman yang mengandung alkohol, merokok, menggunakan

narkoba dan sebagainya

4. Sperma akan menurunkan kualitasnya pada saat berada pada

lingkungan panas. Oleh sebab itu hindari menggunakan pakaian

ketat yang berbahan panas serta jauhi kebiasaan yang

meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di

paha dekat alat kelamin (Koes Irianto, 2015).


2.2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan yang efektif terjadi apabila dilakukan pada
masyarakat yang membutuhkan solusi dari permasalahan kesehatan.
Menurut Green (1991), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor
luar lingkungan (nonbehaviour causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku
kesehatan, diperlukan pengelolaan manajemen program promosi kesehatan
yang erat kaitannya dengan pendidikan kesehatan, dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap pengkajian atau penentuan diagnosis dan tahap implementasi dan
evaluasi. Dalam program promosi kesehatan dikenal dengan adanya model
pengkajian dan penindaklanjutan (precede-proceed model) yang diadaptasi
dari konsep lawrence green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya
dengan berusaha mengubah, memelihara, atau meningkatkan perilaku
tersebut ke arah yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap
precede dan proses penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan demikian
seuatu program untuk memperbaiki perilaku kesehatan adalah penerapan
keempat proses pada umumnya ke dalam model pengkajian dan
penindaklanjutan.
Masalah kesehatan menyangkut dua aspek, yakni aspek fisik (non
perilaku) dan aspek nonfisik yang menyangkut perilaku kesehatan.
Berdasarkan dua masalah kesehatan tersebut, digunakan dua pendekatan,
pedekatan fisik dan nonfisik (melalui peningkatan perilaku). Kedua
pendekatan tersebut harus sejalan, dalam memecahkan masalah kesehatan.
Pemberian fasilitas fisik, tanpa diikuti oleh peningkatan dan kesadaran
masyarakat, akan mendapatkan hasil yang tidak sesuai, begitupun
sebaliknya.
Pendidikan kesehatan reproduksi dan pada dasarnya merupakan
upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi, sistem dan proses
reproduksi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia,
sekaligus memantapkan moral, etika serta membangun komitmen agar tidak
terjadi penyalahgunaan organ reproduksi dan seksualitas mereka.
2.2.4 Konsep Metode Pembelajaran
Notoatmojo (2003), menjelaskan dalam memilih metode
pendidikan, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Setiap metode mengajar ada kekurangan dan
kelebihan, tetapi yang terpenting sebagai seorang guru adalah metode
mengajar manapun yang akan digunakan harus jelas dahulu tujuan yang akan
dicapai bahan yang akan diajarkan, serta jenis kegiatan belajar siswa yang
diinginkan.
Metode ceramah adalah suatu bentuk penyajian bahan pengajaran
melalui penerangan dan penuturan lisan oleh guru kepada siswa tentang
suatu topik materi. Dalam ceramahnya guru dapat menggunakan alat
bantu/alat peraga seperti gambar, peta, benda, barang tiruan dan lain-lain.
Peran siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan seksama
dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Menurut
Abuddin Nata, “bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran
yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan secara langsung
dihadapan peserta didik, mengajar dengan metode ceramah berarti
memberikan suatu informasi melalui pendengaran siswa, siswa dapat
memahami apa yang disampaikan oleh guru dengan cara mendengarkan apa
yang telah guru ucapkan.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, tujuan metode ceramah
adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian,
prinsip - prinsip) yang banyak serta luas.
Menurut Abdul Majid secara spesifik metode ceramah bertujuan
untuk :
a. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah
yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga pesertadidik dapat belajar
melalui bahan tertulis hasil ceramah.
b. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang
terdapat dalam isi pelajaran.
c. Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan menumbuhkan rasa
ingin tahu melalui pemerkayaan belajar
d. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara
gamblang.
e. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan
prosedur - prosedur yang harus ditempuh peserta didik.
Alasan guru menggunakan metode ceramah harus benar - benar
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini Roestiyah NK
menjelaskan teknik berceramah mempunyai keunggulan pula seperti
yang kita lihat bahwa guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban
siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan
kegiatan yang sama. Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak
terbagi-bagi atau terpecah-pecah. Teknik pengajaran melalui model
ceramah dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak
digunakan, dan usaha-usaha untuk meningkatkan teknik pengajaran
tersebut terus dilakukan. Metode ceramah ini digunakan karena
pertimbangan memiliki kelebihan antara lain:
a. Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena baru
atau guna menghindari kesalahpahaman.
b. Benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi para peserta
didik.
c. Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila
menggunakan metode lain sukar untuk diterapkan.
d. Praktis dari sisi persiapan
e. Efisien dari sisi waktu dan biaya.
f. Dapat menyampaikan materi yang banyak
g. Mendorong guru untuk menguasai materi
h. Lebih mudah mengontrol kelas
i. Peserta didik tidak perlu persiapan
j. Peserta didik langsung menerima ilmu pengetahuan.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam
menggunakan metode ceramah yakni ada kelemahan yang perlu
dipaparkan diantaranya :
a. Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya
terpusat pada guru
b. Siswa seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan
oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru
dianggap selalu benar
c. Siswa akan lebih bosan dan merasa mengantuk, karena dalam
metode ini, hanya guru yang aktif dalam proses belajar mengajar,
sedangkan para peserta didik hanya duduk diam mendengarkan
penjelasan yang telah diberikan oleh guru.
2.2.5 Konsep Pengetahuan
a. Defenisi
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai
sesuatu. Lebih jelasnya, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan salah satu domain dari perilaku selain
sikap dan tindakan/praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan (Notoatmodjo,2007)
a. Tahu (know)
Mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, yaitu terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Paham (comprehension)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang menjelaskan,
menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi yang disini dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan lainnya, kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan,
dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
c. Faktor Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) berpendapat, ada beberapa faktor
pengetahuan, yaitu :
a. Tingkat pendidikan
Jenis pendidikan adalah macam jenjang pendidikan formal
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar seseorang,
sehingga tingkat pendidikan dan jenis pendidikan dapat
menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan seseorang.
b. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan,
karena setiap budaya yang baru akan disaring sesuai atau tidak
dengan budaya yang telah ada dan kepercayaan yang dianut.
c. Pengalaman
Pengalaman lebih luas karena seseorang tersebut dapat
dipercaya menyelesaikan permasalahannya dari pengetahuannya.
d. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa,
disebutkan bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi
yang memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan,
perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau
individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya
akan memepengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan behavioral.
e. Status sosial ekonomi
Individu yang berasal dari keluarga yang status sosial
ekonominya baik, dimungkinkan lebih memiliki sikap positif
memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka yang
berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep - konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2016).

Metode Predisposisi
1. Pengetahuan
Ceramah 2. Sikap

Faktor Penguat
Sikap dan perilaku
Pendidikan Kesehatan pendidik dan Siswa Perilaku
meliputi guru dan
OSIS

Faktor Pendukung
Ketersediaan fasilitas
atau sarana-sarana
kesehatan reproduksi

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Menggunakan Metode
Ceramah Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Di SMAN 1 Kupang Barat.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif, yaitu penelitian yang memandang suatu realitas dapat diklasifikasi,

konkrit, teramati, dan terukur hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana

data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik

(Sugiono, 2010). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment) karena tidak memiliki ciri-ciri

rancangan eksperimen sebenarnya sehingga jenis penelitian ini tidak mempunyai

pembatasan yang ketat terhadap randomisasi dan dapat mengontrol validitas data

4.2 Rancang Bangun Penelitian yang Digunakan

Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian Non-equivalent control

group karena desain ini sangat cocok dalam penelitian ini yakni dilakukan untuk

membandingkan hasil Pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang sama yaitu pada Remaja Di SMAN 1 Kupang Barat. Desain Non-equivalent

control group yaitu dengan melakukan pretest dan posttest terhadap sampel yang

terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010). Berikut

merupakan gambar eksperimen semu dengan model Non-equivalent control

group:

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Eksperimen : O1 X O2

Kelompok Kontrol : O3 O4
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Batakte Kabupaten Kupang dan


waktu penelitian dari bulan November sampai dengan Desember 2019.
4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki
karakteristik sama (Chandra, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI berjumlah 526 siswa
4.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus Notoatmodjo (2007) sehingga didapat sampel
sebanyak 84 orang dengan perincian 42 orang kelompok eksperimen dan 42
kelompok kontrol. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah :
𝑁
n=
1 + 𝑁 (𝑑)2
526
n =1 + 526 (0,1)2
526
n= 6,26

n = 84

4.5 Kerangka Operasional

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI A berjumlah 526 siswa.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Notoatmodjo
(2007) sehingga didapat sampel sebanyak 84 orang dengan perincian 42 orang
kelompok eksperimen dan 42 kelompok kontrol.
Pengambilan Data Awal

Populasi

Sampel

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Pengukuran tingkat Pengukuran tingkat


Pengetahuan siswa Pengetahuan siswa
menggunakan Kuesioner Pre Test menggunakan Kuesioner

Intervensi
Senam Otak

Pengukuran tingkat Pengukuran tingkat


Pengetahuan siswa Pengetahuan siswa
Post Test
menggunakan Kuesioner menggunakan Kuesioner

Analisis Data

Uji wilcoxon

Pembahasan dan
penyajian

Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Operasional


4.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Cara Pengukuran Variabel

Tabel 4.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Cara Pengukuran Variabe


Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Skala
Objektif
Independen Adalah suatu
Pendidikan bentuk
kesehatan pengajaran /
Menggunakan penyajian
metode materi
ceramah kesehatan
reproduksi
melalui
penerangan dan
penuturan lisan
oleh peneliti
kepada siswa
Dependen Segala sesuatu Kuesioner Analisis Ordinal
Tingkat yang diketahui jawaban :
Pengetahuan responden Benar : 1
Remaja tentang tentang Salah : 0
Kesehatan kesehatan
reproduksi reproduksi Kategori
remaja Baik (75-
berkaitan 100%)
dengan Cukup (41-
pemeliharaan 74%)
kesehatan Kurang (0-
reproduksi 40%)
remaja

4.7 Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik dan prosedur pengumpulan data yang pertama dengan membuat

proposal penelitian selanjutnya proposal tersebut dimasukan ke di SMA Negeri

I Batakte Kabupaten Kupang setelah proposal di terima dan di setujui untuk

dilakukan penelitian maka selanjutnya memberikan lembar kesediaan mejadi

reponden yang di dalamnya telah di jelaskan tujuan dari penelitian kepada


responden. Setelah lembar kesediaan mejadi responden di tanda tangani oleh

responden maka tahap selanjutnya melakukan pengumpulan data baik data

Umum penelitian maupun data Khusus Penelitian yang terdiri dari variabel

independen dan dependen.

4.8 Pengolahan Dan Analisa Data

4.8.1 Pengolahan Data

Menurut Nursalam, (2015) dalam pengolahan data penelitian ada

beberapa cara:

a. Editing, dilakukan untuk memastikan bahwa data yang terkumpul

adalah data yang sudah terisi semua dan dapat dibaca dengan baik

caranya dengan meneliti kuesioner yang diterima dari responden.

b. Coding, Memberikan kode pada setiap data yang ada di lembar

kuesioner untuk keperluan analisis statistik dengan computer

c. Cleaning, Melakukan pengecekan kembali untuk memastikan bahwa

data yang sudah di entry tidak terdapat kesalahan dan siap di analisis.

d. Tabulating, data yang telah di susun dimasukan dalam bentuk table

sehingga mudah di analisis

4.8.2 Analisa Data

Setelah data diolah melalui beberapa tahapan tersebut kemudian

dilakukan analisa data


a. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel (Nursalam, 2015). Analisa

data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan,

dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan peneliti

dalam mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2015). Analisa univariat

pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, senam otak serta

konsentrasi belajar di SD Negeri Sikumana 1 Kota Kupang.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Nursalam, 2015). Analisis bivariat

adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Pada hal ini peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh atau untuk membuktikan hipotesis pengaruh. Variabel di

analisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon signed rank test

dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 yang di lakukan dengan bantuan

komputer SPSS.

Anda mungkin juga menyukai