Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SDF
TTL : 14 Februari 1954
Umur : 61 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Hukurila
No. RM : 08-30-39
Tanggal MRS : 3 Agustus 2015
Tanggal KRS : 17 Agustus 2015

2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Demam
b. Keluhan Tambahan:
Menggigil, keringat malam, sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan demam ± 1 minggu sebelum MRS. Pasien
mengatakan demamnya muncul hilang timbul, diikuti dengan rasa
menggigil. Pada malam hari pasien sering berkeringat banyak dan merasa
suhu tubuhnya turun setelah berkeringat, tetapi kemudian suhu tubuhnya
naik lagi. Pasien juga mengeluh sakit kepala yang muncul perlahan-lahan
bersamaan dengan demam. Sakit kepala dirasakan seperti tertimpa beban
berat pada seluruh bagian kepala. Pasien juga mengaku pusing dan mual,
muntah tidak ada, badan terasa lemas, wajah, telapak tangan dan telapak
kaki tampak pucat. Tidak ada sesak napas, tidak ada batuk, tidak ada nyeri
tenggorokan, tidak nyeri dada dan tidak ada nyeri pada perut. Pasien
mengatakan nafsu makannya menurun. BAB/BAK lancar normal.

1
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki keluhan yang sama sebelumnya. Malaria disangkal,
hipertensi disangkal, DM disangkal
e. Riwayat Pengobatan
Pasien minum obat paracetamol untuk menurunkan demam, namun
demam tidak hilang.
f. Riwayat Bepergian
Pasien baru kembali dari Jayapura 2 minggu yang lalu untuk menjenguk
anaknya.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2015
a. Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
b. Status Gizi: Cukup (BB 43 kg, TB 150 cm, IMT 19 kg/m2)
c. Kesadaran: Compos Mentis
d. Tanda Vital:
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 39,3° Celcius
e. Kepala:
Ekspresi : tampak lemah
Simetris Wajah : simetris
Rambut : hitam beruban, sukar dicabut
f. Mata:
Bola mata: eksoftalmos/enoftalmos (-/-)
Gerakan: bisa ke segala arah, strabismus (-/-)
Kelopak mata: xanthelasma (-/-), edema (-/-)
Konjungtiva: Anemis (+/+), ikterus (-/-)
Pupil: isokor (3 mm/3 mm), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+)

2
Kornea: pterigium (-/-), injeksi siliaris (-/-)

g. Telinga:
Aurikula: tofus (-/-), sekret (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-)
Pendengaran: kesan normal
Prosesus mastoideus: nyeri tekan (-/-)
h. Hidung:
Cavum nasi: lapang (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
i. Mulut:
Bibir: sianosis (-), stomatitis (-), perdarahan (-)
Tonsil: sulit dievaluasi
Gigi: intak
Faring: sulit dievaluasi
Gusi: perdarahan (-)
Lidah: kandidiasis oral (-), lidah kotor (+)
j. Leher:
Kelenjar getah bening: pembesaran (-)
Kelenjar tiroid: ukuran normal, simetris, permukaan licin, konsistensi
kenyal, massa (-), nyeri tekan (-)
DVS: JVP = 5-2 cmH2O
Pembuluh darah: Venektasi (-), pulsasi abnormal (-)
Kaku kuduk: negatif
Tumor: tidak ada
k. Dada:
Inspeksi: simetris ki = ka, pembengkakan abnormal (-)
Bentuk: normochest
Pembuluh darah: venektasi (-), spider naevi (-),
Buah dada: simetris kanan kiri, tanda radang (-), massa (-)
Sela iga: pelebaran (-), retraksi (-)
l. Paru:
 Palpasi: Fremitus raba simetris ki = ka, nyeri tekan (-)

3
 Perkusi: Paru kanan dan kiri sonor, batas paru hepar di ICS V (liver
span 7 cm), batas paru belakang kanan di vertebra torakalis X, batas
paru belakang kiri di vertebra torakalis XI
 Auskultasi: bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan Ronki tidak
ada, Wheezing tidak ada
m. Jantung:
 Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
 Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi: redup, batas jantung di ICS III-IV linea parasternalis dextra,
pinggang jantung di ICS III sinistra (2-3 cm dari mid sternum), batas
kiri jantung di ICS V linea midclavicularis sinistra.
 Auskultasi: bunyi jantung I, II regular murni, murmur (-), gallop (-)
n. Perut:
 Inspeksi: supel, striae (-), caput medusae (-)
 Palpasi: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba membesar, limpa tidak
teraba membesar, ginjal tidak teraba, tidak teraba massa tumor
 Perkusi: timpani
 Auskultasi: bising usus (+) normal
o. Alat kelamin: tidak diperiksa
p. Anus dan rectum: tidak diperiksa
q. Punggung:
Palpasi: Nyeri tekan (-), Nyeri ketok CVA (-/-)
r. Ekstremitas:
Edema: Edema pretibial (-/-), Edema tungkai bawah & atas (-/-), tanda
radang (-), hemosiderosis (-), ulkus (-)
Kelenjar getah bening: Pembesaran (-)

4
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Rutin (tanggal 3 Agustus 2015)
PARAMETER NILAI SATUAN NILAI RUJUKAN
6 3
Sel darah merah 2,30 10 /mm 3,8-6,5
Lym % 19,5 % 25-50
Hemoglobin 7,5 g/dL 11,5-17,0
Hematokrit 21,6 % 37-54,0
MCV 94 µm3 80-100
MCH 32,7 pg 27,0-32,0
MCHC 34,7 g/dL 32,0-36,0
Trombosit 15 103/mm3 150-500
PCT 0,021 % 0,150-0,500
PDW 28,5 % 11-18
Leukosit 2,5 10 /mm3
3 4,0-10,0

b. Darah Kimia (tanggal 3 Agustus 2015)


PARAMETER NILAI SATUAN NILAI RUJUKAN
Ureum 32 mg/dl 10-50
Creatinin 1,0 mg/dl 0,7-1,2

c. Pemeriksaan DDR (tanggal 4 Agustus 2015)


Malaria : Vivax stadium tropozoid(+)

d. Pemeriksaan DDR (tanggal 5 Agustus 2015)


Malaria : Falciparum stadium tropozoid(+)

5. RESUME
Pasien perempuan usia 61 tahun datang dengan keluhan demam ± 1 minggu
sebelum MRS. Pasien mengatakan demamnya muncul hilang timbul, diikuti
dengan rasa menggigil. Pada malam hari pasien sering berkeringat banyak dan
merasa suhu tubuhnya turun setelah berkeringat, tetapi kemudian suhu tubuhnya
naik lagi. Pasien juga mengeluh sakit kepala yang muncul perlahan-lahan
bersamaan dengan demam. Sakit kepala dirasakan seperti tertimpa beban berat
pada seluruh bagian kepala. Pasien juga mengaku pusing dan mual, muntah tidak
ada, badan terasa lemas, wajah, telapak tangan dan telapak kaki tampak pucat.

5
Tidak ada sesak napas, tidak ada batuk, tidak ada nyeri tenggorokan, tidak nyeri
dada dan tidak ada nyeri pada perut. Pasien mengatakan nafsu makannya
menurun. BAB/BAK lancar normal.
Pada pemeriksaan TTV tampak pernapasan lebih cepat 24 x/menit dan suhu
meningkat 39,3°. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kedua mata tampak anemis.
Pada pemeriksaan DDR pertama didapatkan malaria: vivax stadium tropozoid dan
pada pemeriksaan yang kedua didapatkan malaria: falciparum stadium tropozoid.

6. ASSESMENT
a. Malaria Mix (P. Falciparum dan P. Vivax)
b. Pansitopenia

7. DIAGNOSIS BANDING
a. Demam Tifoid
b. Demam Dengue
c. Leptospirosis

8. RENCANA PEMERIKSAAN
a. Darah Lengkap
b. Darah Kimia (Ureum dan Creatinin)
c. DDR
d. Widal

9. TATALAKSANA
- Diet lunak
- IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxonee 2x1 gram/12 jam/IV
- Ketorolac 2x1 gram/12 jam/IV
- Ranitidin 2x 1 gram/12 jam/IV
- Paracetamol 3 x500 mg PO

6
10. PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal Follow-up Tatalaksana
3 Agustus (UGD) S: demam ± 1 minggu SMRS, sakit kepala, - Diet lunak
(H-1) pusing dan lemas - IVFD RL 38 tpm
TD: 110/60 mmHg O: KU Lemah, Kesadaran CM - Inj. Cefotaxime 3x1 gram/8 jam/IV
N: 86x/mnt Mata: CA +/+, SI -/- (H-1)
P: 24x/mnt Cor: Regular, murmur (-) - Drip Methylprednisolon 1 Amp/ 24
S: 39,3°C Paru: BP Vesikuler,Rh -/-,Wh (-) jam (H-1)
Abdomen: Supel, NT (-) - Drip Farbion 5000 1 Amp/24 jam
Lab Darah Lengkap: Urogenital: kateter urin (-) - Paracetamol 3 x500 mg PO
RBC 2.30 106/mm3 Ext: Edema (-/-) - Cek Darah Rutin/24 jam
HGB 7.5 g/dL A: Malaria + Pansitopenia - Cek Darah Kimia
HCT 21.6 % - Cek DDR
MCV 94 µm3 MCH 32,7 pg - Transfusi PRC 1 kantong
MCHC 34,7 g/dL
PLT 15 103/mm3
MPV 13.6 µm3PCT 0,021 %
PDW 28,5 %
WBC 2,5 103/mm3
NEU 1.27
LYM 0,79
LIC 5.3
Ureum: 32 mg/dL
Creatinin: 1,0 mg/Dl
4 Agustus 2015 S: Demam (+), susah tidur, nyeri kepala, mual - Diet lunak
(H-2) (+), muntah (-), BAB encer, kuning, lendir (- - IVFD RL 28 tpm
TD: 100/60 mmHg ), - Inj. Cefotaxime 1 gram/8 jam/IV
N: 82x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- (Hari ke-2)
P: 22x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - Inj. Metilprednisolon 1 Amp/24
S: 39,4°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- jam/ IV (H-2)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam/IV
Lab Kimia: Urogenital: kateter urin (-), - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
GDP: 85 mg/dL Ext: pitting edema -/- - Paracetamol 3 x500 mg PO
Ureum: 25 mg/dL - Transfusi PRC 1 kantong
Creatinin: 0,7 mg/dL A: Malaria Tertiana + Pansitopenia - ADT sebelum transfuse
Uric Acid 3,1 mg/dL
Chol. Tot 98 mg/dL
SGOT: 28 U/L
SGPT: 15 U/L
Bil T/D/I 1.1/0.5/0.6
Malaria : vivax stadium
tropozoid (+)

RBC 1.90 106/mm3


HGB 6.1 g/dL
HCT 17.9 %
MCV 94 µm3
MCH 32,0 pg
MCHC 34,1 g/dL
PLT 15 103/mm3
MPV 13.4 µm3
PCT 0,020 %
PDW 32.3 %
WBC 3.1 103/mm3
5 Agustus 2015 S: Demam (+), susah tidur, nyeri kepala, mual - Diet lunak
(H-3) (+), muntah (-), BAB encer, kuning, lendir (- - IVFD RL 28 tpm
TD: 90/50 mmHg ) - Inj. Cefotaxime 1 gram/8 jam/IV

7
N: 88x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- (Hari ke-3)
P: 30x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - Inj. Metilprednisolon 125 mg/24
S: 40°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- jam/ IV (H-3)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
RBC 1.94 106/mm3 Urogenital: kateter urin (-), - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
HGB 6.3 g/dL Ext: pitting edema -/-, akral hangat - Paracetamol 3 x500 mg PO
HCT 17.9 % - Darplex 1x3 tab (Hari ke-1)
MCV 93 µm3 A: Malaria Mix + Pansitopenia - Transfusi PRC 1 kantong
MCH 32,4 pg
MCHC 34,9 g/dL
PLT 10 103/mm3
MPV 13.4 µm3
PCT 0,013 %
PDW 31.3 %
WBC 3.8 103/mm3

Malaria : falciparum
stadium tropozoid (+)
6 Agustus 2015 S: Demam (+), susah tidur, nyeri kepala, pusing (+), - Diet lunak
(H-4) mual (+), muntah (-), BAB encer, kuning, lendir - IVFD RL 20 tpm
TD: 140/70 mmHg (-) - Inj. Cefotaxime 1 gram/12 jam/IV (Hari
N: 80x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- ke-4)
P: 20x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - Inj. Metilprednisolon 125 mg/ 24 jam/IV
S: 37°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- (H-4)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
Urogenital: kateter urin (-), - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Ext: pitting edema -/-, akral hangat - Paracetamol 3 x500 mg PO
- Tunda darplex, ganti Inj. Artem/ 12 jam
A: Malaria Mix + Pansitopenia IM (H-1) dilanjutkan per 24 jam

7 Agustus 2015 S: Demam (+),nyeri kepala, pusing (+), mual (+), - Diet lunak
(H-5) muntah (-), makan/ minum kurang, BAB encer, - IVFD RL 20 tpm
TD: 120/60 mmHg kuning, lendir (-), darah (-) - Inj. Cefotaxime 1 gram/12 jam/IV (Hari
N: 80x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- ke-5)
P: 22x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - Inj. Metilprednisolon 125 mg/ 24 jam/IV
S: 37,2°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Urogenital: kateter urin (-), - Paracetamol 3 x500 mg PO (suhu > 39
Ext: pitting edema -/-, akral hangat °C)
- Transfusi PRC
A: Malaria Mix + Pansitopenia

8 Agustus 2015 S: Demam (+), sulit tidur, nyeri kepala, pusing (+), - Diet cair 6 x 200cc
(H-6) mual (+), muntah (-), makan/ minum kurang, - O2 sungkup 10 L/menit
TD: 130/80 mmHg BAB encer, kuning, lendir (-), tangan-tangan - IVFD RL/ NaCl 0,9% 38 tpm
N: 72x/mnt sakit - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV (H-1)
P: 20x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- - Inj. Artem/ 12 jam IM (Hari-1)
S: 37.5°C Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - Paracetamol drips/ 8 jam (panas)
BB 43 kg TB 150 cm Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Transfusi PRC
GDS 147mg/dL Urogenital: kateter urin (-), - Pasang kateter
RBC 2.03 106/mm3 Ext: pitting edema -/-, akral hangat - Takar urin
HGB 6.2 g/dL A: Penurunan Kesadaran +Malaria Mix + Anemia - Cek urinalisa
HCT 17.9 % (normositik normokrom) Berat + Pansitopenia - Cek elektrolit
MCV 88 µm3
MCH 30.7 pg
MCHC 34.9 g/dL
PLT 22 103/mm3
WBC 2,8 103/mm3

8
9 Agustus 2015 S: pasien tidak sadar - Diet cair 6 x 200cc
(H-7) O: Keadaan Umum : Somnolen - O2 sungkup 10 L/menit
TD : 90/50 mmHg GCS (E2V2M4) - IVFD RL/ NaCl 0,9% 38 tpm
N : 80x/min Mata: CA +/+, SI -/- - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV
P : 24x/min Cor: BJ I & II regular, murmur (-) (H-2)
S : 37,5°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Inj. Artem/ 24 jam (H-2)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Paracetamol drips/ 8 jam (panas)
Urogenital: kateter urin (+), - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Ext: pitting edema -/-, akral hangat - Cek Elektrolit

A: Penurunan Kesadaran+Malaria Mix +


Anemia Berat + Pansitopenia
10 Agustus 2015 S: pasien tidak sadar - Diet cair 6 x 200cc
(H-8) O: Keadaan Umum : Somnolen - O2 sungkup 10 L/menit
TD: 100/50 mmHg GCS (E2V2M4) - IVFD RL/ NaCl 0,9% 38 tpm
N: 100x/mnt Mata: CA +/+, SI -/- - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV
P: 20x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) (H-3)
S: 38,4°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Paracetamol drips/ 8 jam (panas)
Pemeriksaan Elektrolit: Urogenital: kateter urin (+), - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Na : 139 mmol/L Ext: pitting edema -/-, akral hangat - Transfusi PRC 1 kantong
K: 3,7 mmol/L - Menunggu hasil elektrolit dan
Cl: 106 mmol/L A: Penurunan Kesadaran+ Malaria Mix + urinalisa
Anemia Berat + Pansitopenia
11 Agustus 2015 S: pasien tidak sadar - Diet cair 6 x 200cc
(H-9) O: Keadaan Umum : Somnolen - O2 sungkup 10 L/menit
TD: 100/60 mmHg GCS (E2V2M5) - IVFD RL/ NaCl 0,9% 38 tpm
N: 64x/mnt Mata: CA +/+, SI -/- - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV
P: 20x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) (H-4)
S: 35,8°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
Urin Rutin:
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal - Paracetamol drips/ 8 jam (panas)
Warna : Kuning, keruh, Urogenital: kateter urin (+), - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Leukosit: negatif, Bilirubin: Ext: pitting edema -/-, akral hangat - Transfusi WBC
negatif, Darah : negatif, - Cek DDR ulang
Urobilinogen : negatif, Keton:
A: Malaria Mix + Penurunan Kesadaran +
negatif, Glukosa: negatif,
Protein: (+), pH: 7,5, Nitrit: Anemia Berat + Pansitopenia + Proteinuria
(+), BJ: 1.010, Vit.C : negatif

Sedimen:
Eritrosit: 0-1/LPB
Leukosit: 1-2/LPB
Epitel: negatif
Kristal: negatif
Silinder: negatif
12 Agustus 2015 S: Pasien sudah mulai membuka mata dan - Lepas NGT, Diet saring
(H-10) berbicara meskipun terbata-bata. - IVFD RL/ NaCl 0,9% 30 tpm
TD: 90/50 mmHg O: Keadaan Umum : Compos Mentis - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV
N: 84x/mnt GCS (E4V4M5) (H-5)
P: 18x/mnt Mata: CA +/+, SI -/- - Inj. Ranitidin 1 amp/24 jam/IV
S: 36,2°C Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Transfusi PRC/ WBC
Malaria: vivax stadium Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
Ring (+) Urogenital: kateter urin (+),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat

A: Malaria Mix + Anemia Berat + Pansitopenia


+ Proteinuria

9
13 Agustus 2015 S: Demam (-), sakit kepala (+) hilang timbul, - Diet saring
(H-11) terasa seperti ditimpa beban berat. - IVFD RL/ NaCl 0,9% 20 tpm
TD: 90/50 mmHg makan/minum kurang, BAB/BAK lancar. - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV
N: 72x/mnt O: Keadaan Umum : Compos Mentis (H-6)
P: 18x/mnt GCS (E4V4M6) - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
S: 36,1°C Mata: CA +/+, SI -/- - Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Cor: BJ I & II regular, murmur (-) - DHP 1 x 3 tab p.o (H-1)
LED : 50/105 mm/g Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- - Transfusi PRC 1 kantong
Darah Rutin: Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
RBC : 2.41 106/mm3 Urogenital: kateter urin (+),
Hb : 7,1 g/dL Ext: pitting edema -/-, akral hangat
MCV : 88 µm3
MCH : 29,3 pg A: Malaria Mix + Anemia dalam perbaikan +
MCHC : 33,5 g/dL Pansitopenia
Hct : 21,1 %
PLT : 139 103/mm3
WBC : 5.0 103/mm3
14 Agustus 2015 S: Demam (-), sakit kepala mulai berkurang, - Diet saring
(H-12) pusing (-), mual (-), muntah (-), - Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV
TD: 90/60 mmHg makan/minum baik, BAB/BAK lancar (H-6)
N: 72x/mnt normal - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
P: 20x/mnt O: Keadaan Umum : Compos Mentis - DHP 1 x 3 tab p.o (H-1)
S: 35,8°C GCS (E4V4M6) - Farbion drip 5000 1 x1 tab p.o
Mata: CA +/+, SI -/-
Pemeriksaan Parasitologi Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
: Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
Plasmodium Falciparum Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
tropozoid (+) Urogenital: kateter urin (+),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat

A: Malaria Mix + Anemia dalam perbaikan +


Pansitopenia
15 Agustus 2015 S: Demam (-), sulit tidur, makan/minum baik, - Diet saring
(H-13) BAB/BAK lancar normal - Aff infus
TD: 110/60 mmHg O: Keadaan Umum : Compos Mentis - Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
N: 80x/mnt GCS (E4V4M6) - DHP 1x3 tab p.o (H-2)
P: 20x/mnt Mata: CA +/+, SI -/- - Farbion drip 5000 1x1 tab
S: 35,8°C Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
RBC 2.62 106/mm3 Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
HGB 8.3 g/dL Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
HCT 25.0 % Urogenital: kateter urin (+),
MCV 95 µm3 Ext: pitting edema -/-, akral hangat
MCH 31,8 pg
MCHC 33,4 g/dL
PLT 12 103/mm3 A: Malaria Mix + Pansitopenia
MPV 12.9 µm3
PCT 0,021 %
PDW 28,5 %
WBC 3.6 103/mm3
16 Agustus 2015 S: Pasien mengeluh sulit tidur, demam (-), - Diet Lunak
(H-14) makan/minum baik, BAB/BAK lancar - DHP 1x3 tab p.o (H-3)
TD: 100/50 mmHg normal - Ranitidin 2x1 tab p.o
N : 76x/min O: Keadaan Umum : Compos Mentis - Farbion 5000 1x 1 tab p.o
P: 20 x/min GCS (E4V4M6)
S : 36°C Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-

10
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
Urogenital: kateter urin (-),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat
A: Malaria Mix + Pansitopenia
17 Agustus 2015 S: Pasien mengeluh sulit tidur, demam (-), - Primakuin 1x1 tab p.o (14 hari)
(H-15) makan/minum baik, BAB/BAK lancar - Ranitidin 2x1 tab p.o
TD: 100/60 mmHg normal - Farbion 5000 1x 1 tab p.o
N : 96x/min O: Keadaan Umum : Compos Mentis
P: 20 x/min GCS (E4V4M6)
S : 36,5°C Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal =Pasien Boleh Pulang=
Urogenital: kateter urin (-),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat

A: Malaria Mix+ Pansitopenia

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Malaria
2.1.1. Definisi

Malaria adalah penyakit reemerging, yakni penyakit yang menular secara

masal, yang ditularkan oleh nyamuk.1 Malaria adalah penyakit infeksi parasit

yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan

ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Pembiakan seksual terjadi pada

tubuh nyamuk, yaitu anopheles betina. Plasmodium malaria yang sering dijumpai

adalah plasmodium vivax dan plasmodium falciparum.2

2.1.2. Epidemiologi
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global.

Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena sering

menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta

menyebabkan kematian.

Malaria mengancam sekitar 3,3 miliar orang di seluruh dunia, dengan

populasi terbesar di daerah Afrika – Sub Sahara. Hingga tahun 2011, 81% kasus

malaria dan 91% kematian akibat malaria terjadi di wilayah Afrika, dengan

populasi yang paling sering terinfeksi adalah anak dibawah lima tahun dan wanita

hamil.1

Di Indonesia berdasarkan laporan World Health Organization tahun

2013,3 didapati bahwa malaria masih cukup banyak didapati terutama di wilayah

12
timur Indonesia. Dalam laporan yang sama disebutkan Plasmodium falciparum

merupakan parasit terbanyak penyebab malaria (55%) di Indonesia, kemudian

diikuti Plasmodium vivax (45%).

Gambar 1. Kejadian malaria di Indonesia tahun 2007 dan 2013 4


[Sumber: Riskesdas tahun 2013]

Insiden malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9%

menurun dibanding tahun 2007 yaitu 2,9%, tetapi di Papua Barat mengalami

peningkatan tajam jumlah penderita malaria. Prevalensi malaria tahun 2013

adalah 6,0%. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua

(9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7%

dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan

10,7%).4

2.1.3. Etiologi
Malaria adalah suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari keluarga

Anopheles. Penyebabnya satu atau lebih dari empat plasmodium yang

menginfeksi manusia:1,2,5

1. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika. Malaria ini adalah

penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.

13
2. Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana.

3. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana.

4. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

Parasit malaria merupakan suatu protozoa darah yang termasuk dalam

Phylum Apicomplexa, kelas Protozoa, subkelas Coccidiida, ordo Eucudides, sub

ordo haemosporodiidae, family plasmodiidae.

Gambar 2. Plasmodium1
[sumber: Arsin AA. Malaria di Indonesia tinjauan aspek epidemiologi]

2.1.4. Patofisiologi
Saat nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi mengigit manusia, pada

saat yang bersamaan nyamuk tersebut menginjeksi saliva yang mengandung

sporozoit, bentuk infeksius dari parasit kedalam peredaran darah. Sebaliknya

nyamuk dapat terinfeksi akibat mencerna darah manusia yang mengandung

bentuk seksual dari parasit (gametosit). Di dalam saluran cerna nyamuk dimulai

tahap sporogonik dengan penggabungan gametosit dan pembentukan zigot yang

nantinya berkembang menjadi ookinet dan oocyst. Oocyst berkembang, pecah,

kemudian melepaskan sporozoit kedalam kelenjar saliva nyamuk yang nantinya

terinjeksi saat nyamuk menggigit manusia.1,5,8

14
Setelah masuk dalam peredaran darah manusia, untuk dapat bertahan,

maka sporozoit kemudian menginvasi sel-sel hati. Satu hingga dua minggu

kemudian (tergantung spesies Plasmodium), tiap sporozoit berkembang menjadi

skizon, suatu struktur yang mengandung ribuan bentukan merozoit (tahap

selanjutnya dari parasit). Saat skizon dewasa, maka skizon akan pecah dan

melepaskan merozoit ke dalam peredaran darah. Tahap dalam siklus mulai dari

injeksi sporozois hingga tahap skizon di hati disebut tahap pre-eritrositik.1,2,5,8

Gambar 3. Siklus hidup Plasmodium7


[sumber: Central Disease Control and Prevention. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx]

Tahap eritrositik dimulai ketika merozoit dilepaskan kedalam peredaran

darah dan menginfeksi sel-sel darah merah. Tahap berikutnya parasit berkembang

dalam sel darah merah (blood schizogony) menghasilkan bentuk aseksual parasit

(tropozoit, skizon dan merosoit), juga bentuk seksual parasit (gametosit). Sel

darah merah yang mengandung skizon pecah dan melepaskan merozoit sehingga

15
menghasilkan tipikal manifestasi klinis malaria; demam, menggigil dan

berkeringat di malam hari.1,5,8

Gambar 4. Siklus dan Penularan malaria6


[Sumber: US Department of Health and Human Services. Understanding malaria. US:
National Institute of Health; 2007]

Tabel 1. Karakteristik spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia8


Karakteristik P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae
Durasi fase pre- 5,5 8 9 15
eritrosit (hari)
Jumlah merozoit 30.000 10.000 15.000 15.000
yang dilepaskan
Durasi siklus 48 48 50 72
eritrositik (jam)
Sel darah merah Sel yang lebih Retikulosit dan sel Retikulosit Sel tua
yang diinfeksi muda (dapat diatas 2 minggu
menginfeksi
semua tahap sel
darah merah)
Morfologi Biasanya hanya Bentuk cincin dan Eritrosit terinfeksi Tropozoit
berbentuk cincin; tropozoit besar tidak besar dan oval berbentuk seperti
gametosit bentuk teratur; pembesaran dengan tumpukan pita atau persegi
menyerupai eritrosit; pada bagian tepi;
pisang Schȕffner’s dot Schȕffner’s dot
Warna pigmen Hitam Kuning Coklat tua Coklat
kecoklatan kehitaman
Kekambuhan Tidak Iya Iya Tidak
[Sumber: Kasper, Fauci. Harrison’s infectious dissease. McGraw Hill; 2010]

16
Sebagian P. vivax dan P. ovale dapat masuk dalam tahap hipnozoit, suatu

bentuk dormant di dalam sel-sel hati selama berbulan-bulan hingga tahunan. Bila

teraktifasi kembali, maka hipnosoit akan berkembang menjadi skizon yang dapat

mengakibatkan kekambuhan pada orang yang terinfeksi.1,23,2

2.1.5. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita. Malaria

memiliki gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali.

Keluhan prodromal sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit

kepala, rasa tidak nyaman di perut dan otot, serta nyeri sendi, kemudian diikuti

oleh demam, menggigil, berkeringat, anoreksia, muntah dan malaise. Gejala yang

klasik yaitu Trias Malaria secara berurutan fase menggigil atau fase ‘dingin’ yang

bertahan 30 menit hingga 1 jam, fase demam atau fase ‘panas’ yang bertahan 1

hingga 4 jam dan fase berkeringat yang bertahan 1 sampai 2 jam.1,2,9 Anemia

merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Hal ini disebabkan

oleh pengrusakan eritrosit oleh parasite, hambatan eritropoiesis sementara,

hemolisis oleh karena proses complement mediated immune complex,

eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit dan pengaruh sitokin

(TNF α, IL-1, IL-2, IL-4, IL-6, IL-8, IL-10).2

Gejala awal malaria muncul secara bervariasi sejak gigitan nyamuk yang

mengandung sporozoit. Untuk P. falciparum muncul 8-20 hari sejak masuknya

sporozoit, 12-15 hari untuk P. vivax, sekitar 24 hari untuk P. malariae dan sekitar

14 hari untuk P. ovale.1,2

17
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan temuan antara lain:

a. Anamnesis1,2,9

Pada anamnesis perlu diperhatikan:

1. Keluhan utama: Trias Malaria [demam, menggigil, berkeringat] dan dapat

disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

2. Riwayat perjalanan berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke

daerah yang endemik malaria.

3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

4. Riwayat sakit malaria.

5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

6. Riwayat mendapat transfusi darah.

Selain hal diatas, pada penderita malaria berat dapat ditemukan keadaan

dibawah ini:1,2,9

1. Gangguan kesadaran pada berbagai derajat.

2. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk atau berdiri).

3. Kejang-kejang.

4. Panas sangat tinggi.

5. Mata atau tubuh kuning.

6. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.

7. Nafas cepat dan atau sesak.

8. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.

9. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman.

10. Jumlah air seni kurang (oligouria) sampai tidak ada (anuria).

18
11. Telapak tangan sangat pucat.

b. Pemeriksaan fisik

1. Demam (> 37,5 C)1,5

2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat1,5

3. Pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali)1,5

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis untuk

menentukan ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif) serta

menentukan spesies dan stadium plasmodium.1,6

2. Rapid diagnostic test (RDT). Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat

darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak

tersedia fasilitas laboratorium serta untuk survei tertentu. Mekanisme kerja tes

ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan menggunakan metode

imunokromatografi dalam bentuk dipstik.1,5,6

Diagnosis Banding1,2,9,10

1. Demam Dengue. Pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti

oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan

tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak pengobatan adekuat.

Ditandai dengan dua atau lebih manifestasi: nyeri kepala, nyeri retro-orbital,

myalgia/ atralgia, ruam kulit, petekie, leukopenia.

19
2. Demam Tifoid. Masa tunas 10-14 hari. Minggu pertama muncul demam, nyeri

kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, batuk dan epistaksis. Sifat

demam meningkat perlahan-lahan terutama pada sore hingga malam hari.

3. Leptospirosis. Masa inkubasi 2-26 hari dan rata-rata 10 hari. Gejala yang

muncul demam, menggigil, sakit kepala, anoreksia, myalgia, mual, muntah,

nyeri abdomen, ruam kulit.

4. Infeksi virus akut lainnya

2.1.7. Tatalaksana

Penatalaksanaan malaria berdasarkan pedoman tatalaksana malaria dari

WHO9 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.5 tahun 201410 antara lain:

a. Pengobatan malaria falsiparum

 Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination = FDC yang terdiri dari

Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP) tiap tablet mengandung 40

mg Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin. Untuk dewasa dengan Berat

Badan (BB) sampai dengan 59 kg diberikan DHP per oral 3 tablet satu kali per

hari selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet sekali sehari satu kali pemberian,

sedang untuk BB > 60 kg diberikan 4 tablet DHP satu kali sehari selama 3 hari

dan Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali pemberian. Dosis DHA = 2-4

mg/kgBB (dosis tunggal), Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis tunggal),

Primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).

 Pengobatan malaria falsiparum yang tidak respon terhadap pengobatan DHP.

Lini kedua: Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis kina = 10

20
mg/kgBB/kali (3x/ hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB per hari

(dewasa, 2x/hr selama7 hari) , 2,2 mg/kgBB/hari ( 8-14 tahun, 2x/hr selama7

hari), Tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).

b. Pengobatan malaria vivax dan ovale

 Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP), diberikan

peroral satu kali per hari selama 3 hari, primakuin= 0,25mg/kgBB/hari

(selama 14 hari).

 Pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap pengobatan DHP.

Lini kedua: Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7

hari), Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).

Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):

 Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan

menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.

 Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis

0,25 mg/kgBB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali

dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah

pengobatan.

c. Pengobatan malaria malariae

Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan

pengobatan malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan malaria

lainnya dan tidak diberikan Primakuin.

21
d. Pengobatan infeksi campuran antara malaria falsiparum dengan malaria

vivax/malaria ovale dengan DHP. Pada penderita dengan infeksi campuran

diberikan DHP 1 kali per hari selama 3 hari, serta DHP 1 kali per hari selama 3

hari serta Primakuin dosis 0,25 mg/kgBB selama 14 hari.

e. Pengobatan malaria pada ibu hamil

1. Trimester pertama diberikan Kina tablet 3x 10mg/ kg BB + Klindamycin

10mg/kgBB selama 7 hari.

2. Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3 hari.

3. Pencegahan/profilaksis digunakan Doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari diminum

2 hari sebelum pergi hingga 4 minggu setelah keluar/pulang dari daerah

endemis. Pengobatan di atas diberikan berdasarkan berat badan penderita.

Kriteria Rujukan

a. Malaria dengan komplikasi

b. Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal

Artemisinin atau Artesunat per Intra Muskular atau Intra Vena dengan dosis

awal 3,2 mg/kg BB.

2.1.8. Penanganan Penderita Malaria Berat

Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan penanganan dan

pengobatan yang perlu dilakukan adalah:2,9

1. Tindakan umum/ suportif

Tindakan umum/ suportif yang dilakukan antara lain:

a. Pertahankan fungsi vital: sirkulasi, kesadaran, kebutuhan O2, cairan dan

22
nutrisi

b. Hindarkan trauma: decubitus, jatuh dari tempat tidur

c. Monitoring: temperature, nadi, tensi dan respirasi.

d. Pemberian cairan yang adekuat.

e. Diet, perhatikan kebersihan mulut, kulit dan perawatan mata.

f. Perawatan pasien tidak sadar/koma memakai prinsip ABC.

2. Pengobatan simptomatik

Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia: parasetamol 15

mg/kgBB/x beri setiap 4 jam dan lakukan kompres hangat.

3. Pemberian obat anti malaria

Pemberian obat antimalaria diperlukan daya membunuh parasit secara cepat

dan bertahan cukup lama di darah untuk segera menurunkan derajat

parasitemianya. Oleh karena itu dipilih pemakaian obat per parenteral (IV, per

infus atau IM) yang berefek cepat dan kurang menyebabkan terjadinya

resistensi.

Artesunate injeksi (1 flacon=60mg) dosisIV 2,4 mg/kgBB/x pemberian.

Pemberian IV dilarutkan pada pelarutnya 1 mL 5% bikarbonat dan diencerkan

dengan 5-10 cc 5% dekstrose disuntikkan bolus IV. Dosis 2,4 mg/kgBB pada

hari pertama diberikan tiap 12 jam, kemudian dilanjutkan dosis 2,4

mg/kgBB/24 jam pada hari 2-7.

Artemeter IM (1 amp 80 mg). Diberikan atas indikasi : 1) tidak boleh

pemberian IV/ infus. 2) Tidak ada manifestasi perdarahan (purpura dsb). 3)

Pada malaria berat di RS perifer/Puskesmas, 4) Dosis artemeter: Hari-I: 1,6

23
mg/kgBB tiap 12 jam, Hari 2-5 1,6 mg/kgBB/24 jam.

2.1.9. Komplikasi

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena plasmodium falciparum

dan sering disebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak dan tanpa

gejala-gejala sebelumnya. Komplikasi yang dapat muncul pada malaria, antara

lain:2,10

a. Malaria serebral. Malaria serebral yang tidak disebabkan oleh penyakit lain

atau >30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus

dilakukan berdasarkan Glasgow Coma Scale.2,9,10

b. Anemia berat (Hb <5 g/dL atau hematocrit < 15%) pada keadaan parasit

>10.000/µl; bila anemia hipokromik dan atau mikrositik harus

dikesampingkan adanya anemia defisiensi zat besi, talasemia/

hemoglobinopati lainnya.2,9,10

c. Gagal ginjal akut (urin < 400 mL/ 24jam pada orang dewasa atau 12 ml/kgBB

pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dL.2,9,10

d. Edema paru atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).2,9,10

e. Hipoglikemia: gula darah < 40 mg/dL.2,9,10

f. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik < 70 mmHg disertai keringat

dingin.2,9,10

g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai

kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravascular.2,9,10

h. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam pada hipertermia.2,9,10

i. Asidemia (pH darah <7.25) atau asidosis (biknat plasma < 15 mmol/L).2,9,10

24
j. Makroskopik hemoglobinuria karena infeksi malaria akut (bukan karena obat

antimalaria atau kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD).2,9,10

2.1.10. Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan untuk menghindari penularan penyakit

malaria antara lain: 1,2,5,10

1. Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat

perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk

dewasa.

2. Menghindari gigitan nyamuk dengan kelambu atau repellen.

3. Menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari.

4. Mengobati pasien hingga sembuh misalnya dengan pengawasan minum obat.

2.1.11. Prognosis

Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria

berat. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan

mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,

peningkatan kreatinin dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi

dibandingkan dengan malaria serebral saja.2 Prognosis bergantung pada derajat

berat ringannya malaria. Secara umum, prognosisnya adalah dubia ad bonam.

Penyakit ini dapat terjadi kembali apabila daya tahan tubuh seseorang menurun.10

25
BAB III

DISKUSI KASUS

Pasien wanita usia 61 tahun datang dengan keluhan demam sejak ±1

minggu SMRS. Demam muncul hilang timbul disertai menggigil dan keringat

malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala seperti tertimpa benda berat. Selain

itu pasien juga mengeluh muntah setiap kali mau makan, lendir dan darah tidak

ada. Pasien juga mengaku wajah pucat dan badannya terasa lemah. Pasien baru

kembali dari Jayapura ±2 minggu yang lalu. Tidak ada sesak napas, nyeri dada

ataupun jantung berdebar. Nafsu makan berkurang. BAK lancar normal. BAB

encer sudah 3x, sejak 1 hari yang lalu, warna kuning tidak ada lendir dan darah.

Temuan bermakna pada pemeriksaan fisik adalah KU pasien tampak sakit

sedang, konjungtiva anemis.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien didiagnosis

dengan Malaria Mix (P. falciparum dan P. vivax) + Pansitopenia. Malaria mix

didiagnosa berdasarkan riwayat penyakit pasien, riwayat bepergian ke daerah

endemik malaria 2 minggu yang lalu dan diperkuat oleh hasil pemeriksaan DDR

yang positif pada plasmodium falciparum dan plasmodium vivax. Anemia

didiagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan darah dimana kadar Hemoglobin

pasien sebesar 6.2 gr/dL. Trombositopenia didiagnosa berdasarkan hasil

pemeriksaan darah dimana kadar platelet pasien sebesar 15 103/mm3. Leukopenia

didiagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan darah dimana kadar leukosit pasien

sebesar 2,5 103/mm3.

26
Diagnosa banding demam tifoid dipertimbangkan mengingat pada pasien

terdapat bercak putih pada mulut, keluhan demam. Namun ternyata setelah

bercak putih pada mulut dibersihkan hilang dan tidak tampak kelainan.

Kemudian diagnosa banding demam berdarah dengue (DBD) karena terdapat

demam, tetapi pada pemeriksaan Rumple leede (-) tidak ada bintik-bintik

perdarahan atau petekie.

Didapatkan hasil pemeriksaan penunjang yang bermakna seperti kadar

hemoglobin rendah, platelet rendah, leukosit rendah, positif malaria falciparum

stadium tropozoid dan plasmodium vivax stadium ring. Sehingga diagnosis

malaria mix dapat ditegakkan.

Mengenai tatalaksana pasien di ruangan, perawatan pasien sudah cukup

baik. Perawatan dilakukan sampai kondisi pasien benar-benar membaik. Dan

setelah menjalani perawatan selama 2 minggu kondisi pasien membaik dan

diperbolehkan pulang.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Arsin AA. Malaria di Indonesia tinjauan aspek epidemiologi. Makassar:


Masagena press. 2012.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna publishing. 2010. Hal 2813-35.
3. United Nation Organization. The millennium development goals report.
New York. 2013.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan. Hasil riset kesehatan dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
5. Central Disease Control and Prevention. Malaria. cited 17 Sept 2015.
Available from: www.cdc.gov/malaria/
6. US Department of Health and Human Services. Understanding malaria.
US: National Institute of Health; 2007
7. Chailand, L. Pedoman teknik dasar untuk laboratorium kesehatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 2011.
8. Kasper, Fauci. Harrison’s infectious dissease. McGraw Hill. 2010.
9. World Health Organization. Guidelines for the treatment of malaria. Edisi
3th. Switzerland: WHO library. 2015.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Panduan praktik klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Tahun 2014.

28
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS PATTIMURA OKTOBER 2015

MALARIA MIX
(P. Falciparum & P. Vivax)

. Disusun oleh:
Valentine Hursepuny
NIM. 2010-83-049

Pembimbing:
dr. Denny Jolanda, Sp. PD, FINASIM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015

29

Anda mungkin juga menyukai