Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
1
ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERKAIT PENALARAN HUKUM PADA
PENGADILAN AGAMA WONOGIRI
BAB I
PENDAHULUAN
2
Dalam proses penerapan hukum secara secara teknis operasional dapat
didekati dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui penalaran hukum induksi dan
deduksi. Penanganan suatu perkara atau sengketa di pengadilan selalu berawal
dari langkah induksi berupa merumuskan fakta-fakta, mencari hubungan sebab
akibat, dan mereka-reka probabilitasnya. Melalui langkah ini, hakim
pengadilan pada tingkat pertama dan kedua adalah judex facti. Setelah langkah
induksi diperoleh atau fakta-faktanya telah dirumuskan, maka diikuti dengan
penerapan hukum sebagai langkah deduksi. Langkah penerapan hukum diawali
dengan identifikasi aturan hukum.
Seorang hakim dianggap sebagai wakil Tuhan yang ada di dunia, karena
memiliki tugas dan tanggungjawab besar untuk memeriksa dan memutus
perkara. Penafsiran dan argumentasi yuridis yang merupakan hasil ijtihad
hakim dari pada suatu putusan perkara harus dicantumkan dengan jelas dalam
pertimbangan hukumnya, dan sesuai dengan sistem penalaran hukum dalam
membuat keputusan. Seorang hakim harus memiliki kejujuran dan keberanian
yang tinggi, keberanian bisa timbul pada orang-orang yang bersih. Seorang
hakim juga harus bisa memberi arti bahwa penegakan hukum adalah sebagai
penegakan keadilan, bukan penegakan UU. Karena keadilan adalah sukma
hukum sedangkan UU merupakan alat untuk menegakkan keadilan.
Aliran Positivisme Hukum mengasumsikan bahwa hukum merupakan
produk dari UU, oleh karena itu dalam implementasinya hakim hanyalah
sebagai seseorang yang menjalankan UU secara kaku dan jauh dari nilai-nilai
riil kehidupan yang diyakini oleh masyarakat.
3
2. Bagaimana proses penyelesaian perkara jika dikaitkan dengan aliran
hukum yang sering digunakan oleh hakim di Pengadilan Agama
Wonogiri?
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Nalar dan nurani, dua kata sederhana yang memiliki makna sangat mendalam.
Membutuhkan kejernihan pikiran dan hati guna menerjemahkan dua kata diatas guna
menunjukkan adanya kebenaran dan keadilan. Sesungguhnya konsepsi tentang nalar
dan nurani merupakan dua keping mata uang yang berbeda. Nalar cenderung
mengedepankan pertimbangan rasionalitas dan bukti kasat mata, sementara nurani
sarat dengan kejernihan hati melihat esensi di balik peristiwa. Alangkah indahnya
apabila rasionalitas berbalut kejernihan hati menjadi satu kesatuan dalam setiap
pengambilan keputusan, terlebih menyangkut nasib seseorang.
Bagi mereka yang memiliki wewenang untuk memutuskan perkara, dua kata di
atas sangatlah sakral karena akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda 180 derajat
seperti salah benar, hitam putih, atau bahagia derita. Tanpa dengan nurani, keputusan
yang diambil berdasarkan nalar terasa hambar lantaran mengedepankan logika-logika,
begitu sebaliknya putusan apabila mengandalkan nurani sangat abstrak. Penalaran
hukum adalah fenomena yang multifaset. Kendati demikian, penalaran itu tidak boleh
dilakukan sekehendak hati. Penalaran hukum adalah penalaran yang reasonable, bukan
semata logical. William Zelermeyer (1960: 4) membedakan antara kedua istilah itu
dengan kata-kata sebagai berikut: “We are dealing with human beings and not with
things. We must reasonable. This means that the law and its decisions must be
supported by reason; they must be products of arbitrary action. To be reasonable does
not necessarily mean to be logical. Logic can lead to injustice, hence we must guard
against its abusive use.”
Penalaran hukum memang paling tepat ditelusuri jika berangkat dari putusan
hakim. Alasannya sederhana, sebagaimana dikatakan oleh A.G. Guest, “The object of
a scientific inquiry is discovery; the object of a legal inquiry is decision” (Hooft, 2002:
23). Tentu saja penalaran hukum berlaku dalam semua pekerjaan para pengemban
profesi hukum lainnya di luar hakim. Namun, intensitas penalaran hukum yang
dilakukan oleh para hakim memang paling tinggi tingkatannya. Tidak mengherankan
jika akhirnya ada pandangan yang menyatakan bahwa legal reasoning itu pada
5
hakikatnya adalah judicial reasoning. Positivisme dalam paradigma hukum
menyingkirkan pemikiran metafisis yang abstrak. Setiap norma hukum harus
diwujudkan ke dalam sebuah norma yang konkrit dan nyata. Hukum dan keadilan
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, untuk itu dalam menegakkan keadilan
kepastian hukum memiliki peranan yang sangat urgen. Didalam aliran positivisme
kepastian hukum merupakan tujuan utama, sedangkan keadilan dan ketertiban menjadi
hal yang dinomor dua kan.
Persilangan antara kepastian hukum dan keadilan telah lama mengemuka,
dengan aliran positivime tersebut hukum seolah-olah terpisah dari nilai-nilai keadilan
yang ada ditengah masyarakat. Untuk itu diperlukan sebuah renovasi baru terhadap
hukum yang berlaku ditengah-tengah masyarakat tanpa menghilangkan kepastian
hukum. Aliran Positivisme hukum telah memperkuat pelajaran legisme, yaitu suatu
pelajaran yang menyatakan tidak ada hukum di luar undang-undang, undang-undang
menjadi sumber hukum satu-satunya. Undang-undang dan hukum diidentikkan.
Menurut paham positivisme, setiap norma hukum harus eksis dalam alamnya yang
obyektif sebagai norma-norma yang positif, serta ditegaskan dalam wujud kesepakatan
kontraktual yang konkret antara warga masyarakat atau wakil-wakilnya.
6
BAB III
HASIL SURVEY
Berikut ini merupakan salah satu salinan keputusan hakim mengenai sengketa
pencatatan nikah di Pengadilan Agama Wonogiri, untuk kemudian dianalisa dalam
pembahasan yang selanjutnya.
P U T U S A N
Nomor 766/Pdt.G/2014/PA.Wng
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Agama Wonogiri yang mengadili perkara perdata tingkat pertama dalam
Persidangan Majelis Hakim telah memberikan putusan dalam perkara Itsbat Nikah yang diajukan
oleh : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sutarmi binti Marto Sentono, umur 61 tahun, agama Islam, pekerjaan tani, tempat tinggal di
Bulusari RT.001, RW.007, Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri,
yang selanjutnya disebut sebagai “PEMOHON” : -------------------------------------------------------
L awan
Suroyo bin Tugimin, umur 39 tahun, agama Islam, Pekerjaan Tukang Bangungan,
Tempat tinggal di Bulusari RT.001, RW.007, Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Wonogiri , yang selanjutnya disebut sebagai “TERMOHON I”:------------------------
Sriyanti binti Tugimin, umur 37 tahun, agama Islam, pekerjaan dagang, tempat tinggal
Jl. Taruna Jaya RT.018 RW.005, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur,
selanjutnya disebut sebagai “TERMOHON II”;----------------------------------------------------------
7
Mulyadi bin Tugimin, umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan Pengemudi, tempat
tinggal di Karang Tengah RT.009, RW.004, Kelurahan Jatipuro, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar, selanjutnya disebut sebagai “TERMOHON III”;----------------------------------------
Purwanti binti Tugimin, umur 30 tahun, agama Islam, pekerjaan---,tempat tinggal di
Bulusari RT.001 RW.007, Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri,
selanjutnya disebut sebagai “TERMOHON IV”;---------------------------------------------------------
Winarni binti Tugimin,umur 25 tahun, agama islam, pekerjaan Karyawan BRI, tempat
tinggal di Malela RT.001, RW.008, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok,
selanjutnya disebut sebagai “TERMOHON V”;----------------------------------------------------------
8
untuk melangsungkan pernikahan,baik menurut ketentuan hukum islam maupun
peraturan perundang undangan yang berlaku-----------------------------------------------------
4. Bahwa setelah pernikahan Pemohon dengan alm.Tugimin , hidup rukun sebagaimana
layaknya suami istri dan dikaruniai 5 orang anak bernama :----------------------------------
4.1 Suyono (L) umur 39 tahun : -------------------------------------------------------------------
4.2 Sriyani (P) umur 37 tahun : --------------------------------------------------------------------
4.3 Suyono (L) umur 39 tahun : -------------------------------------------------------------------
4.4 Purwanti (P) : umur 30 tahun :--------------------------------------------------------------
4.5 Winarni (P) umur 25 tahun :----------------------------------------------------------------
5. Bahwa selama pernikahan tersebut tidak ada pihak ketiga yang mengganggu gugat
pernikahan Pemohon dan alm. Tugimin tersebut dan selama itu pula Pemohon dan alm.
Tugimin tetap beragama Islam;----------------------------------------------------------------
6. Bahwa selnjutnya Tugimin bin Reso Dikoro (Suami Pemohon) telah meninggal dunia
karena sakit pada tangal 30 Mei 2014, sesuai dengan surat Keterangan Kematian dari
Kepala Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri Nomor :
474.3/362/2014 tanggal 7 Juni 2014 ;-----------------------------------------------------------
7. Bahwa sami pemohon (Tugimin bin Reso Dikoro) meninggalkan ahli waris sebagai
berikut ;---------------------------------------------------------------------------------------------
7.1 Seorang istri bernama : Sutarmi binti Marto Sentono (P) umur : 61 tahun
(Pemohon);-----------------------------------------------------------------------------------
7.2 Dua orang kakak kandung bernama : Tukiyem binti Reso Dikoro (P) umur 80 tahun
(termohon VI) dan Tugiyem binti Reso Dikoro (P) umur 69 tahun (Termohon VI);--
7.3 5 (lima) anak kandung masing-masing bernama ;------------------------------------------
7.3.1 Suryo (L) umur 39 tahun ;--------------------------------------------------------------
7.3.2 Sriyani (L) umur 37 tahun ;------------------------------------------------------------
7.3.3 Mulydi (P) umur 33 tahun ;------------------------------------------------------------
7.3.4 Purwanti (P) umue 30 tahun ;----------------------------------------------------------
7.3.5 Winarni (P) umur 25 tahun ;----------------------------------------------------------
8. Bahwa sampai sekarang Pemohon tidak mempunyai kutipan akta nikah, karena buku
Register pernikahan pemohon tidak ditemukan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri dengan alasan Buku Register pernikahan tersebut hilang,
9
sementara saat ini pemohon membutuhkan Akta Nikah tersebut untuk alasan hukum
dalam pengurusan perabot pensiun Janda, yang memerlukan penetapan pengesahan
nikah;-----------------------------------------------------------------------------------------------
9. Pemohon sanggup membayar seluruh biayayang timbul akibat perkara ini ;-----------------
10. Berdasarkan hal-hal diatas,para Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama
Wonogiri memeriksa dan mengadili perkara ini,selanjutnya menjatuhkan penetapan yang
amarnya berbunyi sebagai berikut ;----------------------------------------------------------------
10
2. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Termohon I, yang dikeluarkan Camat Ngadirejo,
Kabupaten Wonogiri Nomor : 3312130509750001, tanggal 02 Nopember 2012, alat bukti
tersebut telah sesuai dengan aslinya dan bermaterai cukup, kemudian ditandai dengan P-4;--
3. Fotocopy Kartu Tanda penduduk Termohon III, yang dikeluarkan Camat Ngadirejo
Kabupaten Wonogiri Nomor : 3312130509750001, tanggal 02 Nopember 2012, alat bukti
tersebut telah sesuai dengan aslinya dan bermaterai cukup, kemudian ditandai dengan P-5;--
4. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Termohon IV, yang dikeluarkan Camat Ngadirejo,
Kabupaten Wonogiri Nomor : 3312135104840003, tanggal 20 September 2012, alat bukti
tersebut telah sesuai dengan aslinya dan bermaterai cukup, kemudian ditandai dengan P-6;--
5. Fotocopy Kartu Keluarga yang dikeluarkan oleh Camat Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri,
No. 3312131408051425 tanggal 20 September 2013 yang bermaterai cukup, kemudian
ditandai dengan P-7;--------------------------------------------------------------------------------------
6. Surat keterangan Kepala Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri
Nomor : 474.2/373/2014 tanggal 5 Juni 2014;--------------------------------------------------------
7. Surat Keterangan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngadirejo Nomor :
Kk.11.12.14/PW.1/33/2014, tanggal 5 Juni 2014, tentang Register Pencatatan Nikah
Pemohon hilang, bermaterai cukup, kemudian ditandai dengan P-9;------------------------------
8. Fotocopy Surat Keputusan (SK) Pensiun Alm. Tugimin yang dikeluarkan oleh Kepala BKN
Yogyakarta No. R-I-JT-0-00045/KEP/6128/2003 tanggal 02 Oktober 2003 yang bermaterai
cukup, kemudian ditandai dengan P-10;---------------------------------------------------------------
9. Fotocopy lampiran Surat Keputusan (SK) Pensiunan Alm. Tugimin yang dikeluarkan oleh
Kepala BKN Yogyakarta No.R-I-JT-0-00045/KEP/6128/2003 yang bermaterai cukup,
kemudian ditandai dengan P-11;------------------------------------------------------------------------
10. Fotocopy Kartu TASPEN atas nama TUGIMIN No./Nip.010220452 yang dikeluarkan oleh
PT.Taspen Jakarta tanggal 01 Juni 1993, yang bermaterai cukup, kemudian ditandai dengan
P-12;-----------------------------------------------------------------------------------------------------
11. Fotocopy kartu Identitas Pensiun atas nama Tugimin Nomor: 1.130 yang dikeluarkan oleh
PT. Taspen, yang bermaterai cukup, kemudian diberi tanda P-13;---------------------------------
12. Fotocopy Surat Keterangan Kematian atas nama Tugimin yang dikeluarkan oleh Kepala
Kelurahan oleh PT.Taspen, yang bermaterai cukup, kemudian diberi tanda P-14;--------------
11
13. Surat Keterangan Ahli Waris yang dikeluarkan oleh Kepala Kelurahan Kasihan, Kecamatan
Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri tanggal 03 Juni 2014, yang bermaterai cukup, kemudian
diberi tanda P-15;-------------------------------------------------------------------------------------
14. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Termohon VII, yang dikeluarkan Camat Ngadirejo,
Kabupaten Wonogiri Nomor: 331213552450001 tanggal 03 Desember 2012, yang
bermaterai cukup, kemudian ditandai dengan P-16;--------------------------------------------------
15. Fotocopy Surat Keterangan nikah no. 59 tanggal 2 Maret 1981 dari Kepala Kantor Urusan
Agama Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Wonogiri, kemudian ditandai dengan (P-17);------
12
- Bahwa sepengetahuan saksi Pemohon mengajukan pemohonan itsbat ini adalah sebagai
persyaratan untuk mengurus perabot pensiunan janda;-----------------------------------------
- Menimbang, bahwa Pemohon dan para Termohon membenarkan keterangan saksi
tersebut dan menyatakan tidak keberatan ;--------------------------------------------------------
2. Parto Wiyono bin Mangun Sasmito, umur 72, agama Islam, pekerja tani, tempat tinggal di
Bulusari RT. 002, RW. 007, Kelurahan Kasihani, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten
Wonogiri ; sebagai Tetangga Pemohon;-------------------------------------------------------------
- Bahwa saksi kenal dengan pemohon dan para termohon serta suami termohon karena
saksi tetangga pemohon dan alm. Tumin;--------------------------------------------------------
- Bahwa saksi tahu pemohon dan alm. Tugimin menikah pada tahun 1969 dikantor urusan
agama kecamatan Ngadirojo dengan dihadiri oleh pegawai pencatat nikah kantor urusan
agama kecamatan Ngadirojo;-----------------------------------------------------------------------
- Bahwa yang menjadi wali nikah pemohon adalah Martosentono (ayah kandung) dan
sekarang ayah kandung pemohon masih hidup akan tetapi sudah pikun karena faktor
usia;-------------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa yang menjadi saksi dalam pernikahan pemohon adalah Kartono dan Parto
dengan maskawin uang tunai sebesar RP. 100,- (Seratus Rupiah);---------------------------
- Bahwa antara pemohon dan alm. Tugimin tidak ada hubungan yang mengharamkan
dilaksanakannya nikah, dan pemohon tersebut tetap beragama Islam dan belum pernah
cerai;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa sepengetahuan saksi, Tugimin telah meninggal dunia dan selama pernikahannya
tidak ada pihak lain yang mengganggu gugat mereka;------------------------------------------
- Bahwa pernikahan pemohon dan alm. Tugimin tersebut telah dikaruniai lima orang
anak;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa sepengetahuan saksi pemohon mengajukan permohonan itsbat ini adalah sebagai
persyaratan untuk mengurus perabot pensiunan janda;---------------------------------------
3. Kartono bin Sono Karyo, umur 68 tahun, agama Islam, pekerjaan tani, tempat tinggal di
Bulusari, RT. 002, RW. 007, Kelurahan Kasihani, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten
Wonogiri; sebagai tetangga pemohon dan para termohon;-------------------------------------
- Bahwa saksi kenal dengan para pemohon dan termohon serta suami pemohon karena
saksi tetangga pemohon dan alm. Tumin;---------------------------------------------------------
13
- Bahwa saksi tahu pemohon dan alm. Tugimin menikah pada tahun 1969 di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Ngadirojo dengan dihadiri oleh pegawai pencatat nikah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngadirojo;---------------------------------------------------
- Bahwa yang menjadi saksi dalam pernikahan pemohon adalah Marto Sentono (ayah
kandung) dan sekarang ayah kandung pemohon masih hidup akan tetapi sudah pikun;----
- Bahwa yang menjadi saksi dalam pernikahan pemohon adalah Kartono dan Parto
dengan maskawin uang tunai sebesar RP. 100,- (Seratus Rupiah);---------------------------
- Bahwa antara pemohon dan alm. Tugimin tidak ada hubungan yang mengharamkan
dilaksanakannya nikah, dan pemohon tersebut tetap beragama Islam dan belum pernah
cerai;-------------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa sepengetahuan saksi, Tugimin telah meninggal dunia dan selama pernikahannya
tidak ada pihak lain yang mengganggu gugat mereka;------------------------------------------
- Bahwa pernikahan pemohon dan alm. Tugimin tersebut telah dikaruniai lima orang
anak;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa sepengetahuan saksi pemohon mengajukan permohonan itsbat ini adalah sebagai
persyaratan untuk mengurus perabot pensiunan janda;--------------------------------------
14
Menimbang, bahwa PEMOHON dalam permohonannya pada pokoknya telah
mendalilkan pada tanggal 26 Maret 1969 di wilayah pegawai pencatat nikah kantor
urusan agama kecamatan ngadirojo, kabupaten wonogiri; telah melangsungkan
pernikahan menurut agama islam dihadapan pejabat kantor urusan agama kecamatan
Ngadirojo, kabupaten Wonogiri dengan wali nikah Marto Sentono (ayah kandung), dan
dihadiri saksi nikah dua orang, diantaranya masing-masing bernama Kartono dan Parto
dengan maskawin uang tunai sebesar Rp. 100,- (seratus rupiah); tunai, sampai sekarang
pemohon tidak mempunyai KUTIPAN AKTA NIKAH, karena buku register pada
kantor urusan agama kecamatan ngadirojo, pada tahun 1969 telah hilang;-------------------
----------------------------------
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonan pemohon tersebut,
pemohon telah mengajukan bukti tertulis berupa bukti kode P-1, sampai dengan P-16
serta dua orang saksi sebagaimana tersebut diatas;----------------------------------------------
----------------------------------
Menimbang, bahwa bukti P-14 telah sesuai dengan keterangan dua orang saksi, sehingga
bukti tersebut telah memenuhi syarat pembuktian, oleh karena itu telah nyata bahwa
suami pemohon telah meninggal;-------------------------------------------------------------------
----------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena kesaksian saksi-saksi didasarkan pada apa yang
diketahui, didengar, dan dialami oleh para saksi, dan keterangan saksi saling
bersesuaian, dan sesuai pula dengan bukti surat, maka kesaksisan saksi-saksi tersebut
telah memenuhi syarat formil dan materiil oleh karenanya kesaksian saksi-saksi tersebut
dapat diterima sebagai bukti;----------------
Menimbang, bahwa selain bukti-bukti pemohon yang telah dipertimbangkan tersebut
diatas oleh karena tidak ada relevansi dengan perkara ini maka bukti-bukti tersebut tidak
perlu dipertimbangkan;------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan permohonan pemohon yang dibenarkan oleh para
pemohon dan didukung oleh keterangan dua saksi maka terbuktilah bahwa pemohon dan
alm. Tugimin adalah suami istri sah yang telah menikan secara agama islam pada tahun
1969 di kantor urusan agama kecamatan ngadirojo, kabupaten wonogiri, namun buku
15
register (akta nikah) pada kantor urusan agama kecamatan ngadirojo, kabupaten
wonogiri, telah hilang sehingga tidak ditemukan data-data pernikahan pemohon dan alm.
Tugimin; dikantor urusan agama tersebut;--------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------
M E N E T A P K A N
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;--------------------------------------------------------------
--------------
2. Menetapkan sah pernikahan Pemohon (Sutarmi binti Marto Sentono) dengan
Alm.(Tugimin Bin Resodikromo) yang dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 1969 di
Bulusari, Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.
3. Memerintahkan kepada Pemohon untuk mencatatkan pernikahan pemohon tersebut
kepada KUA Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ;-------------------------------------
-------------------------
16
4. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.591.000,-
(lima ratus Sembilan puluh satu ribu rupiah);------------------------------------------------------
----------------------
SALINAN
Demikian putusan dijatuhkan di Wonogiri dalam permusyawaratan majelis
hakim pada hari rabu tanggal satu bulan oktober tahun dua ribu empat belas masehi,
bertepatan dengan tanggal 6 bulan dzulhijjah tahun seribu empat ratus tiga puluh lima
hijriyah,oleh Dra. Hj. Dhurrotul Lum’ah, MH, sebagai Ketua Majelis didampingi oleh
Dra. Dzakiyatun, SF, SH, dan Drs. Faisol Chadid. Masing-masing sebagai Hakim
Anggota dengan dibantu oleh Chartiko Setia Utomo, S.Sos, SH. Sebagai Panitera
pengganti, dihadiri oleh Pemohon dan Termohon ;-------------------------------------------
HAKIM KETUA,
Ttd
Dra. Hj. Dhurrotul Lum’ah, MH
Ttd Ttd
Dra. Dzakiyatun, SF, SH Drs. Faisol Chadi
17
PANITERA PENGGANTI,
Ttd
Chartiko Setia Utomo, S.Sos, SH.
Ttd
Mu’nim, SH
18
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN SURVEY
Sebelum isi putusan hakim diulas lebih jauh, tentunya dengan menggunakan
teori dan referensi pustaka yang relevan. Hampir dapat dipastikan tidak banyak
putusan hakim yang memuat rumusan silogisme secara rapi dan sistematis.
Umumnya para hakim hanya membuat uraian pertimbangan dengan kalimat yang
longgar secara agak panjang lebar.
19
juga memakai aliran positivisme hukum dan memadukan antara keduanya.
Dalam sebuah putusan tentang permohonan pencatatan nikah putusan Nomor
766/Pdt.G/2014/PA.Wng di dalam menyelesaikan perkara tersebut, hakim
memeriksa dan memutus suatu perkara dengan di dasari pada nilai keadilan
dan nilai kebenaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa hakim dalam Pengadilan
Agama Wonogiri sering kali menggunakan aliran hukum kodrat dalam
menyelesaikan suatu perkara.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penalaran hukum adalah esensi terpenting dari pekerjaan seorang hakim,
proses pengambilan keputusan oleh seorang hakim harus selalu didasari
dengan prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
penalaran hukum terdapat berbagai macam model penalaran hukum, namun
pada dasarnya seorang hakim lebih sering munggunakan 2 metode penalaran
yakni penalaran hukum kodrat dan penalaran positivisme hukum. Model-
model penalaran hukum yang dipakai oleh Pengadilan Agama Wonogiri
tersebut menganut tiga system, yakni hakim dalam memutus perkara
menggunakan aliran hukum kodrat, aliran positivisme hukum dan aliran
hukum campuran (antara hukum kodrat dengan positivisme hukum).
Dalam penelitian kami di Pengadilan agama Wonogiri kami memperoleh
hasil penelitian tentang bagaimana cara hakim dalam menentukan
penyelesaian perkara. Dalam penyelesaian perkara hakim sering kali
menggunakan aliran hukum kodrat walaupun terkadang juga memakai aliran
positivisme hukum ataupun memadukan antara keduanya.
5.2 Implikasi
Berdasarkan temuan fakta diatas yang menyebukkan bagaimana seorang
hakim dalam menggunakan metode penalaran dan bagaimana hakim dalam
memutus sebuah perkara di pengadilan agama. Jika membahas mengenai
masalah hukum, seorang hakim ketika mengambil keputusan pasti berdasar
pada kemashlahatan umat yakni untuk menciptakan masayarakat yang tertib
dan damai. Dari sebuah analisis membawa dampak yang sangat bermanfaat di
kalangan peneliti dan masyarakat sekitar.
Putusan hakim ini menimbulkan sebuah implikasi kepada masyarakat
yang bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran serta referensi. Pada
dasarnya putusan hakim itu sudah pasti mengikat bagi para pihak yang
berperkara (inkrah). Jadi ketika suatu putusan itu sudah di tetapkan atau
diputuskan maka bersifat mengikat dan membawa dampak tersendiri kepada
para pihak yang berperkara.
21
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
22