II. TUJUAN :
Siswa dapat mengetahui kadar air dalam sampel mie dengan metode oven.
III. PRINSIP :
Kehilangan bobot pada pemanasan 105°C dianggap sebagai kadar air yang terdapat
pada sampel.
Mi (atau juga sering ditulis mie) adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan
dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mi kering yang harus dimasak kembali dengan
dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arab telah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta
mi, meskipun tulisan tertua mengenai mi berasal dari Dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi.
Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.
Proses pembuatan blok mie dilakukan secara higienis dan tidak menggunakan bahan pengawet
apapun.Proses pengawetannya dilakukan dengan cara pengeringan, yaitu digoreng dalam minyak goreng
bersuhu tinggi, yang dikenal sebagai deep frying. Atau bisa juga dengan proses pengeringan menggunakan
hot air drying. Sebagian besar produk mi instan yang diproduksi secara komersial diawetkan melaui proses
deep frying.
Melalui proses pengeringan tersebut, kadar air dalam mi instan hanya sekitar 2-4% saja sehingga tidak
memungkinakan mikroba pembusuk berkembang biak. Dengan alasan tersebut mi insan tidak perlu lagi
ditambah dengan bahan pengawet apa pun. Demi keamanan, sebaiknya kita selalu memperhatikan tanggal
kadaluarsa yang tertera pada kemasan Indomie setiap akan membeli atau mengkonsumsinya
Berdasarkan hasil pantauan ternyata nilai gizi dari tiap rasa dalam satu merek yang sama punya kandungan
gizi yang berbeda-beda. Contohnya pada produk Indomie di mana kadar gizi pada Indomie rasa soto mie
berbeda jauh dengan kandungan gizi pada Indomie rasa baso sapi. Dari sisi energi yang bisa kita dapat dari
tiap sebungkus mi instan pun dapat kita ketahui.
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan
tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kandungan air bahan pangan
1
bervariasi. Ada yang sangat rendah contohnya serealia, kacang-kacangan kering. Ada yang sangat tinggi
contohnya sayuran, buah-buahan atau pangan segar. Sebagai contoh kadar air kacang kering 3%
sedangkan semangka 97%. Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari
kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air.
Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat
erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama
dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).
Kadar air bahan pangan dapat di ukur dengan berbagai cara. Metode umum yang dilakukan
dilaboratorium adalah dengan pemanasan didalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh produk
makanan, kecuali jika produk tersebut mengandungkomponen-komponen yang mudah menguap atau
jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 105°C. Kelebihan metode ini adalah
prosedurnya yang sederhana dan data yang diperoleh cukup baik dan akurat. Tetapi, waktu yang
dibutuhkan untuk mengeringkan sampel cukup lama dan pada sampel yang mempunyai kadar gula
tinggi sangat sulit dilakukan pengeringan (Anonim, 2009).
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah dengan
menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan
untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang
mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 100°C–102°C
sampai diperoleh berat yang konstan pada penimbangan berkali-kali (Apriyantono, 1989).
Kadar air dalam makanan menurut Sudarmadji (1989) dapat ditentukan dengan berbagai cara:
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah
dan murah. Kelemahannya antara lain:
· Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya
alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
· Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain.
Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
· Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya
meskipun sudah dipanaskan.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak jumlah yang ditentukan
biasanya 75–100 mL pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2–5 mL, kemudain
dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam
tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air akan
berada di bagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala
maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara lain
tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya.
Alat
No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1 Neraca analitik Merk : Toledo USA 1 buah
3
2 Botol Timbang - 1 buah
3 Spatula - 1 buah
4 Oven - 1 buah
5 Desikator - 1 buah
6 Krustang - 1 buah
4
VIII. PERHITUNGAN
(𝑊𝑜 + 𝑊𝑠) − 𝑊𝑖
% 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
𝑊𝑠
(34.1234 + 1.9976) − 36.1206
= × 100%
1.9976
0.0004
= × 100%
1.9976
= 0.02 %
(𝑊𝑜 + 𝑊𝑠) − 𝑊𝑖
% 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
𝑊𝑠
(34.1230 + 1.9976) − 35.9855
= × 100%
1.9976
0.1351
= × 100%
1.9976
= 0.0676 × 100
= 6.76 %
𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼 𝐷𝐴𝑁 𝐼𝐼
I = 0.02%
II = 6.76%
= 6,78 % : 2
= 3.39 %
IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam penentuan kadar
mie dapat digunakan teknik penguapan dengan menggunakan oven. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui berat basah dan berat kering dari sampel yang akan digunakan.
Sampel yang diuji kadar airnya ialah mie. Sampel harus di gerus atau dihaluskan terlebih
5
dahulu sebelum digunakan sebagai sampel, agar pada saat ditimbang sampel jadi lebih
mudah dan kadar air dalam mienya jadi lebih mudah menguap dalam pengovenan nanti.
Hal pertama yang dilakukan dalam penentuan kadar air ini adalah dengan
mengeringkan cawan porselen dalam oven selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk
mengeringkan cawan sebelum digunakan sebagai wadah mie. Setelah itu cawan porselen
dimasukkan dalam desikator untuk mendinginkan dan menyerap air yang tersisa. Setelah
itu barulah ditimbang kosong sebelum sampel di masukkan. Sampel yang digunakan
sebanyak 2 gram. Timbangan awal ini lah yang akan menjadi berat basah. Sampel di oven
selama 1 jam dengan suhu 105°C sampai didapatkan berat yang tetap dari padi. Dipilih
105°C karena air akan menguap pada suhu 100°C sehingga suhu dinaikkan sedikit agar air
dapat menguap seluruhnya.
Dari hasil perhitungan, didapatkan selisih dari massa mie adalah 0.0004. Hasil ini di
dapat dari selisih massa pengovenan pertama dan kedua. Hal ini membuktikan bahwa ada
kadar air yang hilang dari mie awal dan juga padi akhir yang sudah di keringkan. Kadar air
untuk mie adalah 3.39%
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat basah dan berat kering suatu bahan adalah
suhu, kadar air, kelembaban udara, kecepatan pengeringan, arah aliran udara, ukuran bahan,
ketelitian dalam pengukuran, dan luas permukaan.
X. KESIMPULAN
1.Pengeringan merupakan proses penguapan yang dapat mengeringkan atau mengurangi
kadar air yang terdapat pada bahan.
2.Kadar air yang didapat dari praktikum penetapan kadar air dalam sampel mie adalah
sebesar 3.39%.
6
7
I. JUDUL : Analisis Kadar Air dalam Sampel Madu
II. TUJUAN : Siswa dapat menganalisis kadar air dalam sampel madu dengan
metode destilasi (thermovolumetri).
III. PRINSIP :
Menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih
rendah dari pada air.
Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa manis,
dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Jika Tawon madu sudah
berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang terdapat pada
abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar sudah halus
ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi fermentasi. Rasa
manis madu disebapkan oleh unsur monosakarida fruktosa dan glukosa, dan memiliki
rasa manis yang hampir sama dengan gula.
Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan dengan
karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar
31,0%), sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar 48%
fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa termasuk
maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Seperti semua pemanis bergizi
yang lain, madu sebagian besar mengandung gula dan hanya mengandung sedikit
jumlah vitamin atau mineral. Madu juga mengandung sejumlah kecil dari beberapa
senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan,
termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan pinocembrin. Komposisi
spesifik dari sejumlah madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang
menghasilkan madu. Madu sangat memberikan manfaat bagi manusia yaitu : Madu
untuk Sumber energy, Madu Seefektif glukosa, Madu untuk Penyembuh luka, Madu
8
Sebagai antibiotic, Madu untuk Membunuh kuman, Madu untuk Terap, Madu untuk
Antioksidan, dll..
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring
diabaikannya dalam pembahasan mengenai gizi. Air digunakan dalam jumlah yang
lebih besar, baik dalam pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan dengan zat
gizi lainnya. Didasarkan pada seluruh bobot tubuh, hampir 60 hingga 70 persen tubuh
manusia terdiri dari air, jumlah yang tepat tergantung dari faktor seperti usia, kelamin,
keadaan kesehatan dan kegiatan fisik (Suhardjo dkk, 1977).
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu dengan metode pengeringan (dengan oven biasa), metode distilasi,
metode kimia, dan metode khusus seperti refraktometer (Anonim, 2009).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110°C selama 3 jam atau sampai
didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar
gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven
vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa
pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai
pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno,2004).
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung
senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu,
menggunakan metode distilasi dengan pelarut tertentu, selain itu untuk bahan yang
9
mengandung kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula. Disamping cara fisik,
ada pula cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc Neil mengukur kadar air
berdasarkan volume gas asitilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dalam
bahan yang akan diperiksa, cara bahan ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti
sabun, tepung, kulit, buuk biji panili, mentega dan sari buah (Winarno, 2004).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan bahan
kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air secara dry basis
adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya.
Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan
kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut
dengan berat bahan mentah (Anonim,2009).
10
- BAHAN -
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
1 Madu - 10 ml
2 Toluene - 100 ml
3 Es batu - Secukupnya
4 Air - secukupnya
11
VII. Data pengamatan
VIII. Perhitungan
volume air
kadar air sampel madu= ×100%
ml bahan
0.15 𝑚𝑙
= × 100%
10 𝑚𝑙
= 1,5 %
IX. Pembahasan
Sampel yang digunakan pada metode ini adalah madu. Standar kadar air madu
berkisar 17,42 s/d 19% (artinya dalam tiap 1 cc madu yang mengandung air 17,4 %,
berat airnya 1,42 gr). Zat gizi/nutrisi yang ada didalam madu juga ditentukan oleh kadar
air yang terkandung di dalam madu. Semakin tinggi kadar airnya nutrisi didalam
semakin berkurang. Madu yang baik menurut standar mutu nasional kadar airnya
sekitar 17% s/d 22%. Pemipetan dilakukan dengan seksama sekitar 10 ml madu dan
dilarutkan dengan zat kimia “pembawa” tersebut. Zat kimia yang digunakan yaitu
toluen, yang memiliki titik didih 110oC dan densitasnya sebesar 0,867g/mL sedangkan
air sebesar 1g/mL.
Penentuan kadar air dengan cara distilasi di tujukan digunakan untuk menetapkan
kadar air suatu bahan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan
12
yang mudah teroksidasi, sehingga pengeringan yang dilakukan tidak menghilangkan
kadar air seluruhnya. Madu merupakan salah satu bahan yang mengandung air.
Penambahan toluen ditujukan zat pelarut, toluene tidak dapat tercampur dengan
air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Rumus molekulnya C7H8 atau
C6H5CH3, masa molar 92,14 g, penampilan tak berwarna (bening), densitas kepadatan
0,8669 g/mL, titik lebur -93°C, titik didih 110,6°C, kelarutan dalam air 0,47 g/L ( 20-
25 °C ) dan viskositas 0,590 pada suhu 20°C.( Anonim.2009 ).
Dengan demikian, yang menguap airnya dan toluenea saja. Air tersebut kemudian
di pisah menggunakan corong pisah dan volumenya di ukur lalu ditentukan kadarnya
dari sesuai dengan rumus.
Dari metode penentuan kadar air secara distilasi ini didapatkan kadar air madu
sebesar 1,5%.
X. Kesimpulan
Kadar air yang kami dapat dari praktikum destilasi sampel madu sebesar 1,5 %
13
I. JUDUL :
Analisis Kadar Air dalam Sampel Rempah-Rempah (Jahe)
II. TUJUAN :
Siswa dapat menganalisis kadar air dalam sampel Jahe dengan metode destilasi
(thermovolumetri).
III. PRINSIP :
Menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih
rendah dari pada air.
Jahe merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rampah yang ada di Indonesia.
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di
ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh
William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dariBahasa Sanskerta, singaberi.
Jika kita menumbuk seruas jahe, maka akan timbul aroma khas yang kuat, dan
jika kita hirup akan memberi suasana hangat di hidung kita. Aroma khas ini berasal dari
minyak atsiri yang terkandung didalamnya. Minyak atsiri merupakan senyawa volatil
atau mudah menguap, sehingga baunya tercium oleh hidung kita. Minyak ini juga
menyebabkan rasa jahe yang khas.
Jahe juga mengandung air, namun kandungan air dalam jahe tidak tetap. Air
adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme
hidup, sehingga sangat essensial. Struktur molekul air disusun oleh sebuah atom
oksigen yang berikatan secara kovalen dengan 2 atom hidrogen. Atom O mempunyai
muatan negatif dan atom H mempunyai muatan positif menjadikan air bersifat seperti
magnet yang mempunyai dua kutub. Kondisi ini menyebabkan air dapat ditarik oleh
senyawa lain baik yang bermuatan positif atau bermuatan negatif.
14
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring
diabaikannya dalam pembahasan mengenai gizi. Air digunakan dalam jumlah yang
lebih besar, baik dalam pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan dengan zat
gizi lainnya. Didasarkan pada seluruh bobot tubuh, hampir 60 hingga 70 persen tubuh
manusia terdiri dari air, jumlah yang tepat tergantung dari faktor seperti usia, kelamin,
keadaan kesehatan dan kegiatan fisik (Suhardjo dkk, 1977).
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu dengan metode pengeringan (dengan oven biasa), metode distilasi,
metode kimia, dan metode khusus seperti refraktometer (Anonim, 2009).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110°C selama 3 jam atau sampai
didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar
gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven
vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa
pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai
pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno,2004).
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung
senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu,
menggunakan metode distilasi dengan pelarut tertentu, selain itu untuk bahan yang
mengandung kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula. Disamping cara fisik,
ada pula cara kimia untuk menentukan kadar air. (Winarno, 2004).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan bahan
kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air secara dry basis
adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya.
Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan
kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut
dengan berat bahan mentah (Anonim,2009).
15
V. ALAT & BAHAN :
- ALAT -
No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1 Labu dasar bulat Scoot duran 2
2 Thermometer - 1
3 Kaca arloji - 1
4 Beaker glass 100 ml (herma,pyrex) 1
5 Pipet ukur 5 ml 1
6 Klem - 1
7 Selang - 1
8 Pompa - 1
9 Alat destilasi - 1
10 Heat mantle - 1
11 Erlenmeyer 300 ml (scoot duran) 1
12 Corong pisah 501 1
13 Spatula - 1
14 Neraca analitik - 1
15 Lumpang alu - 1
- BAHAN -
No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
1 Jahe - 10 gram
2 Toluene - 100 ml
3 Es batu - Secukupnya
4 Air - secukupnya
16
4. Pasang labu destilasi pada alat destilasi khusus dengan penampung air panas yang
menguap
5. Atur pemanasan destilasi pada suhu ± 80°C sampai kira-kira 4 tetes toluene jatuh
dari kondensor setiap detiknya
6. Lanjutkan destilasi sampai semua air menguap dan air dalam penampang tidak
bertambah lagi
7. Setelah semua air menguap dan tertampung pada Erlenmeyer. Masukkan ke dalam
corong pisah, kocok dan bukalah atas corong kaca untuk mengeluarkan uap, lalu
tutup dan kocok kembali
8. Setelah itu taruh corong pisah pada klem dan diamkan selama 15 menit. Setelah
15 menit terdaapat dua lapisan atas pelarut dan lapisan bawah air sampel
9. Ambil beaker glass dan taruh pada bagian bawah corong kaca
10. Buka kran corong dan keluarkan air sampel perlahan sampai batas, lalu tutup dan
kocok kembali seperti langkah sebelumnya
11. Setelah itu lihat skala pada beaker glass / gunakan pipet tetes untuk mengukur
volumenya, maka dapat diketahui jumlah volume air yang terdapat pada sampel
VIII. Perhitungan
volume air
kadar air sampel jahe = × 100%
gr bahan
4.8
= × 100%
10.0041
= 47.98 %
IX. Pembahasan
Sampel yang digunakan pada metode ini adalah jahe. Pada sampel jahe,
perlakuan yang kami lakukan pertama adalah mengupas kulit jahe. Hal ini bertujuan
agar kulit luar jahe tidak mengganggu penentuan kadar air dalam daging jahe. Lalu
17
menggerus jahe dengan menggunakan lumpang alu. Hal ini bertujuan agar sari-sari jahe
atau kandungan dalam jahe dapat keluar sehingga dapat mempermudah kami dalam
menimang dan ditimbang 9,999 gram jahe yang sebelumnya telah ditentukan 10 gram.
Dengan demikian, sari-sari dari jahe dapat bercampur dengan toluene dan yang
menguap airnya dan toluennya saja. Air tersebut kemudian di pisah menggunakan
corong pisah dan volumenya di ukur lalu ditentukan kadarnya dari sesuai dengan rumus.
Dari metode penentuan kadar air secara distilasi ini didapatkan kadar air madu
sebesar 47.98%.
X. Kesimpulan
Kadar air yang kami dapat dari praktikum destilasi sampel madu sebesar 47.98 %
18
I. Judul :
Penetapan kadar Fe dalam daun Sawi secara spektrofotometri
II. Tujuan :
Siswa dapat menetapkan kadar Fe dalam sayuran Sawi
III. Prinsip:
Fe3+ direduksi menjadi Fe2+ dengan NH2OH.HCl , yang kemudian direaksikan dengan 1.10-
Phenathrolin sehingga membentuk senyawa kompleks [(C12H2N2)Fe]2+ yang berwarna jingga
merah dan dapat diukur dengan spektro pada grlombang 510nm.
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau
bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa
spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa
kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu,
terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa
dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi
hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea
kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya
lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok
choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga
Indonesia.
19
caisim, caisin, atau sawi bakso ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya
dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi asinan (kurang umum).
Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada
suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian
tubuhnya (kecuali akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya
untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini. Sayuran ini biasanya digunakan dalam bahan sup
atau penghias makanan.
Awalnya, sayuran ini sangat populer di kawasan Tiongkok namun kemudian menyebar ke
berbagai negara salah satunya Indonesia sebagai bahan untuk membuat masakan yang lezat.
Saat ini masakan yang berasal dari sayuran ini tidak hanya didominasi oleh warga yang
berasal dari Tiongkok namun orang Indonesia dan negara lainnya juga mulai menyukainya
mengingat lezat dan bermanfaatnya sayuran ini.
Kadar besi dalam suatu sample yang diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan
teknik spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar penentu
kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan
relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu.
Pada persiapan larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi
seperti hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga
pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat. (Hendayana, S, dkk,2001 :
22).
Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan intensitas cahaya yang
diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies
yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu
pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang
diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif
terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah et al., 2005).
20
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang.
– UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari
kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih
baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk
persegi panjang dengan lebar 1 cm.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi
arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal
dari detektor.
21
V. Alat dan bahan
a. Alat
b. Bahan
No. Nama bahan spesifikasi jumlah
1. Sawi - 5 gr
2. HCl pekat - 12ml
3. Aquadest - secukupnya
4. Larutan penyangga ammonium - 60ml
asetat
5. Larutan phenatrolin - 12ml
22
6. Hidroksilamin hidroklorida - 6ml
2. Prosedur
a. Persiapan sampel
1. Dicincang sawi halus dengan menggunakan pisau ± 5 gram.
2. Masukkan ke dalam cawan porselen yang telah di konstankan sebelumnya
3. Lakukan pengeringan dengan mengoven cawan menggunakan oven udara 2-3
kali sampai bobot konstan
4. Setelah dilakukan pengeringan, lakukan pengabuan di dalam tanur sampai 2
kali, dengan suhu sekitar 500 - 600°C
23
5. Tunggu cawan dingin lalu masukkan ke desikator selama 15 menit dan timbang
massa abu setelah di abukan
6. Sampel di tuang ke beaker glass lalu larutkan kembali dengan 2 mL HCl pekat
dan 5 mL aquadest
7. Larutan sampel di masukkan ke labu ukur 50 ml
8. Ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroklorida
9. Ditambahkan 10 mL larutan penyangga ammonium asetat dan 2 mL larutan
phenanthrolin
10. Encerkan sampai tanda batas, homogenkan
11. Baca setelah 10-15 menit dan bandingkan terhadap standar dengan tabung
nessler atau lakukan pengukuran standar dengan alat spektro dengan panjang
gelombang 510 nm
b. Standar Warna
1. Masukkan ke dalam beberapa labu ukur 50 ml masing masing 0,1 mL, 0,2 mL,
0,4 mL, 0,5 mL dan seterusnya secara bertingkat
2. Ditambahkan masing masing air suling lalu perlakukan seperti penambahan-
penambahan pereaksi pada sampel
3. Pada labu ukur lainnya ditambahkan air suling sebagai blanko
4. Pengerjaan selanjutnya sama dengan cara kerja pengerjaan contoh
24
Tabel Hasil Pengukuran Deret Standar dan Sampel
Volume larutan Konsentrasi Absorbansi
No Standar ID
(ml) (ppm) (Y)
1. Standar 1 0,1 ml 0,2 0,560
2. Standar 2 0.2 ml 0,4 0,665
3. Standar 3 0,4 ml 0,8 0,671
4. Standar 4 0,5 ml 1 0,673
Konsentrasi Absorbansi
No Sampel ID
(ppm) (Y)
1. Daun sawi 0.850 0,674
No. X Y XY X2
1. O,2 0,560 0,112 0,04
2. 0,4 0,665 0,266 0,16
3. 0,8 0,671 0,5368 0,64
4. 1 0,673 0,683 1
Σ 2,4 2,579 1,5478 1,84
25
VIII. Perhitungan
Deret standar
0,1 ml 0,2 ml
V1 . ppm1 = V2 . ppm2 V1 . ppm1 = V2 . ppm2
0,1 . 100 ppm = 50ml . ppm2 0,2 . 100 ppm = 50 ml . ppm2
ppm2 = 0.2 ppm ppm2 = 0,4 ppm
0.4 ml 0,5 ml
V1 . ppm1 = V2 . ppm2 V1 . ppm1 = V2 . ppm2
0,4 . 100 ppm = 50 ml . N2 0,5 . 100 ppm = 50 ml . ppm2
ppm2 = 0,8ppm ppm2 = 1 ppm
(∑𝑥)(∑𝑦)
𝑠𝑝𝑥𝑦 = ∑𝑥𝑦 − 𝑛
(2,4)(2,579)
𝑆𝑝𝑥𝑦 = 1,5478 − 4
6.1896
𝑆𝑝𝑥𝑦 = 1,5478 −
4
𝑆𝑝𝑥𝑦 = 1,5504 − 1,5474
𝑆𝑝𝑥𝑦 = 0,0504
(∑𝑥)2
1. 𝑆𝑠𝑥 = ∑x 2 − 𝑛
(2,4)2
𝑆𝑠𝑥 = 1,84 −
4
5,67
𝑆𝑠𝑥 = 1,84 −
4
𝑆𝑠𝑥 = 1,84 − 1,44
𝑆𝑠𝑥 = 0,4
26
Spxy
2. 𝑏𝑖 = Ssx
0,0504
𝑏𝑖 =
0,4
𝑏𝑖 = 0,126
∑𝑦−𝑏𝑖 (∑𝑥)
3. 𝑏𝑜 = 𝑛
c. X3 = 0,8
Y3= 0,56915+ (0,126)(0,8)
= 0,56915 + 0,1008
= 0,66995
d. X4 = 1
Y4= 0,56915+ (0,126)(1)
27
= 0,56915 + 0,126
= 0,69515
5. Konsentrasi sampel
X = y – bo
Bi
= 0,674 - 0,56915
0,126
= 0,10485
0,126
= 0,8321 ppm
3. Perhitungan kadar abu
% Abu = w1 – w2 x 100%
w
=
IX. Pembahasan
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar besi (Fe) dalam sampel. Sebelum
dilakukan pengujian kadar besi, terlebih dahulu mengencerkan larutan induk Fe 100 ppm
menjadi 10 ppm. Dan pembuatan deret standar 1 ppm,2 ppm, 3ppm. Untuk pengenceran
larutan induk yaitu dengan memipet 25 mL larutan induk dan diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas, dikocok hingga homogen. Setelah dikocok larutan disimpan
agar terlindung dari cahaya karena larutan standar Fe ini mudah rusak apabila terpapar
oleh cahaya terlalu lama.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi
elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang
28
dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan
campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya
putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri ini hanya
terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini
dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet.
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini
memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Pada percobaan ini kita menentukan kadar besi (II) dalam suatu larutan sampel
bayam yang telah diabukan dengan panjang gelombang 510 nm. Seperti yang dijelaskan
di atas, karena kita menggunakan instrumen, maka kita akan menghitung konsentrasi
dengan berdasarkan interaksi antara energi dan materi. Energi dalam hal ini adalah
energi dari sinar UV visible yang kemudian dilewatkan pada suatu larutan sampel yang
dicurigai mengandung besi (II) dengan konsentrasi tertentu.
Dalam usaha untuk menentukan konsentrasi Fe dalam larutan sampel sawi, tidak
serta merta sampel sawi langsung dianalisis pada spektrofotometer. Akan tetapi harus
melalui tahap-tahap preparasi sampel. Tapi sebelumnya dalam metode analisis ini
digunakan suatu larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
telah diketahui secara pasti dan mempunyai komposisi yang sama dengan komposisi
cuplikan yang dianalisis (larutan sampel). Pada proses preparasi sampel sama persis
yang dilakukan pada pembuatan larutan standar, hanya saja untuk dapat menghasilkan
abu yang maksimal maka perlu dilakukan proses pengabuan pada tanur sebanyak 2 atau
3 kali, hal ini bertujuan untuk mempermudah sayur sawi untuk dibuat larutan yg bebas
ampas. Perlakuan yang pertama dalam penambahan pereaksi adalah yaitu natrium asetat
dan hidroksilamin hidroklorida 10 % di tambahkan ke dalam larutan sampel dengan
maksud untuk menjaga agar besi (II) tidak teroksidasi menjadi besi (III) atau tetap
bifalen.
Perlu diingat bahwa UV-Vis hanya dapat diserap oleh larutan berwarna. Pada
sampel yang digunakan ternyata larutannya belum berwarna agar dapat menyerap sinar
UV-Vis. Dalam usaha itu, maka digunakanlah orto-phenantrolin sebagai ligan
pengompleks, sehingga terbentuk senyawa besi-phenantrolin yang berwarna merah.
29
Karena larutan yang akan dianalisis sudah berwarna, maka dilakukanlah pengukuran
besi (II) dengan panjang gelombang 510 nm.
Dalam pengukuran absorbansi larutan sampel, mungkin saja titik absorbansi yang
kita dapatkan bukanlah murni absorbansi dari besi akan tetapi absorbansi phenantrolin
juga reagen-reagen yang lain yang ditambahkan pada larutan sampel. Oleh sebab itu,
maka dibuatlah larutan blanko dengan cara yang sama tetapi tidak menggunakan larutan
besi (II). Hal ini dilakukan untuk menolkan atau agar alat tidak membaca lagi absorbansi
dari reagen itu pada saat dilakukan pengukuran terhadap sampel.
X. Kesimpulan
Pengukuran absorbansi untuk larutan standar besi(III) dan absorbansi sampel daun
sawi (sampel) diukur pada λ max = 510 nm. Dari data tersebut diperoleh konstentrasi
sawi adalah 0,8321 ppm.