1.1 Pendahuluan
Keberadaan manusia di dunia ini tidak lepas dari keanggotaan suatu organisasi.
Organisasi merupakan sebuah wadah dimana setiap orang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Organisasi dapat diidentifikasi sebagai keluarga, rukun warga hingga antar
provinsi bahkan antar negara. Keharusan manusia saat ini berada dalam suatu organisasi
ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan efisien. Dunia pendidikan
sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan upaya yang
dilakukan dalam konteks organisasi, dimana pada zaman modern ini para orang tua dengan
berbagai kesibukannya lebih mempercayakan proses pendidikan bagi anaknya kepada organisasi
pendidikan formal (Sekolah/Madrasah). Dengan demikian, proses pendidikan dalam sebuah
organisasi menunjukan bahwa keberadaan organisasi pendidikan tersebut ditujukan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara lebih efektif dan efisien.
1.2 Tujuan
Dalam kajian makalah ini kami mempunyai tujuan memperkenalkan dunia organisasi
kepada masyarakat khususnya kepada para peserta didik dalam mendalami organisasi pendidikan
demi pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
1.3 Manfaat
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan tanggapan terhadap kajian
dunia organisasi baik organisasi dalam ruang lingkup masyarakat maupun organisasi pendidikan
yang dapat menjadikan sebuah wadah dimana antar individu atau kelompok dapat saling
berinteraksi demi pencapaian suatu tujuan bersama.
BAB II
1) PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi didefinisikan secara bervariasi oleh para ahli yang dilihat dari berbagai sudut pandang
diantaranya :
Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donelly
Organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya
tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Definisi ini lebih menekankan pada
upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih efektif dan efisien melalui koordinasi
antar unit organisasi.
Menurut Stepen P. Robbins
Organisasi merupakan kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Definisi
ini menekankan bahwa organisasi adalah suatu sistem sosial yang perlu
dikoordinasikan/perlunya manajemen, batasan organisasi akan berubah sebagaimana tuntutan
lingkungannya sehingga dikatakan “relatif”.
Menurut Oteng Sutisna
Organisasi merupakan mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan
pekerjaan. Defnisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai
tujuan.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Organisasi adalah suatu sistem interaksi
antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut
memberikan arahan perilaku bagi antar anggota organisasi dengan lingkungannya agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2) ASPEK-ASPEK ORGANISASI
Aspek-aspek dalam organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada dalam suatu
organisasi. Keberadaan komponen ini sebagai pilar dari suatu organisasi. Artinya jika salah satu
komponen organisasi tidak berfungsi, maka organisasi akan berjalan pincang atau sama sekali
tidak berjalan. Dalam pandangan sistem organisasi mengalami entrophy, yaitu kondisi dimana
organisasi dikategorikan hancur (dalam tanaman digambarkan sebagai kondisi layu).
O’Connor, T. Mengungkapkan bahwa organisasi setidaknya harus memiliki empat
komponen utama, yaitu: mission (misi), goals (tujuan-tujuan), objectives (sasaran-sasaran), dan
behavior (perilaku). Keempat komponen ini dapat digambarkan sebagai berikut.
MISSION
GOALS
OBJECTIVES
BEHAVIOR
B. Organisasi Informal
Interaksi antara orang dalam organisasi formal pasti akan menghasilkan sebuah
perkembangan hubungan yang tidak saja hubungan struktural, terlebih pada organisasi
persekolahan, dimana kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan
hubungan dari interaksi orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentiment dan
komitmen setiap orang, sehingga muncul empati da simpati satu sama lain. Hubungan inilah
yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi informal.
Hubungan interaksi ini tidak berstruktur sebagaimana struktur organisasi formal.
Walaupun sulit mengidentifikasi keberadaannya secara kasat mata, namun keberadaan
organisasi informal ini dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk
menyesuaikan diri, dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993 : 221). Norma perilaku adalah
standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok
(orang-orang dalam organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga sangsinya pun sangsi
sosial. Norma perilaku dalam organisasi informal tidak tertulis sebagaimana organisasi formal,
tetapi menjadi kesepakatan bersama diantara orang-orang di dalam organisasi.
Tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung dengan
suatu kelompok informal. Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar bergabung
secara fisik dalam suatu kumpulan, tetapi melibatkan sosial-emosional individu-individu dalam
organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering muncul dalam bentuk
kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar , karena syarat keberterimaan sebagai bagian dari
organisasi informal ini tidak saja keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik
pada kesamaan antar individu (kesamaan daerah agama, nilai yang dianut, hobi dan sebagainya).
Kepemimpinan informal dalam organisasi informal menjadi salah satu komponen yang kuat
mempengaruhi anggota di dalam organisasi, bahkan memungkinkan melebihi pengaruh
pemimpin organisasi formal. Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta
mengarahkan melalui persuasi dan pengaruh. Kepemimpian dalam organisasi informal sangat
kuat pengaruhnya, karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang dipatuhi
bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara alamiah dan mampu
mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
4) DIMENSI ORGANISASI
Dalam kacamata para ahli organisasi, dimensi struktur organisasi memiliki keragaman
pandangan, bahkan dikatakan tidak ada kesepakatan umum diantara para teoritikus mengenai apa
yang diartikan sebagai struktur organisasi. (Robbins, 1994:91). Lebih jauh Robbins
menyimpulkan bahwa para teoritikus pada umumnya setuju dengan dimensi struktur organisasi
tetapi tidak setuju dengan definisi-definisi operasionalnya.
Dalam konteks itu Robbins mengemukakan tiga komponen yang menjadi dimensi struktur
organisasi, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi.
a. Kompleksitas
Kompleksitas adalah tingkat diferensiasi (perbedaan) yang ada di dalam sebuah organisasi
(Robbins, 1994:91). Diferensiasi dapat dilihat secara horizontal, vertikal, dan spasial.
Diferensiasi horizontal adalah perbedaan antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya,
sifat dari tugas yang mereka laksanakan, tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai. Dengan kata
lain, semakin banyak pekerjaan yaang harus dilakukan pegawai dalam organisasi, maka semakin
beragam pula organisasi tersebut. Kondisi nyata dari diferensiasi horizontal adalah spesialisasi
dan departementalisasi.
Spesialisasi merupakan pengelompokan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu.
Spesialisasi terdiri dari spesialisasi fungsional dan sosial. Spesialisasi fungsional dicirikan oleh
pekerjaan yang dipecah-pecah menjadi tugas yang sederhana dan berulang-ulang. Spesialisasi
sosial dicirikan oleh individu yang dispesialisasi, bukan pekerjaannya, dan pekerjaannya tidak
bersifat rutin. Sedangkan Departementalisasi adalah cara organisasi secara khas
mengkoordinasikan aktivitas yang telah dibedakan secara horizontal.
Diferensiasi vertikal adalah pembedaan yang didasarkan pada kedalaman struktur. Semakin
banyak tingkatan yang terdapat diantara Top Management dan tingkat Hierarki yang paling
rendah, makin besar pula potensi terjadinya distorsi/gangguan dalam komunikasi dan semakin
sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial, sertamakin sukar bagi top
management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
Diferensiasi spasial adalah pembedaan yang didasarkan pada kondisi geografis, yakni sejauh
mana lokasi (kantor) tempat produksi (barang/jasa), personalia, dan kantor pusat tersebar secara
geografis. Sekolah-sekolah dari satu yayasan yang tersebar di berbagai kabupaten/kota
merupakan salah satu organisasi yang dikategorikan diferensiasi spasial. Pembedaan ini akan
memunculkan kompleksitas dalam struktur organisasi.
b. Formalisasi
Formalisasi adalah tingkat sejauhmana pekerjaan di dalam organisasi distandarkan.
Konsekwensinya adalah pemegang pekerjaan hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa
yang harus dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus melakukannya.
Formalisasi sebaiknya tertulis untuk dapat memberikan kekuatan pada pengarahan perilaku
pegawai. Dalam konteks itu formalisasi diartikan sebagai sebuah tingkat dimana peraturan,
prosedur, instruksi dan komunikasi ditulis.
Formalisasi penting karena standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman.
Standarisasi juga mendorong koordinasi dan penghematan. Organisasi yang melakukan
standarisasi akan memiliki berbagai manual organisasi, seperti manual akuntansi, manual
personalia, manual diklat dan sebagainya. (contoh Restaurant yang menjamur disetiap kota
besar).
Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk melakukan standarisasi perilaku pegawai adalah
seleksi (yang efektif) ; persyaratan peran (analisis yang tepat) ; peraturan, prosedur, dan
kebijaksanaan ; pelatihan ; dan ritual (bagian dari budaya organisasi).
c. Sentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik
tunggal dalam organisasi. Konsentrasi keputusan yang tinggi adalah sentralisasi yang tinggi,
sedangkan konsentrasi keputusan yang rendah adalah sentralisasi yang rendah atau disebut
desentralisasi.
5) DESAIN ORGANISASI
Desain organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi. Mintzberg
(Robbins 1994 : 304) menyebutkan lima elemen umum dalam suatu organisasi yaitu :
1. The operating core. Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan
dengan produksi dari produk dan jasa. Dalam organisasi sekolah pegawai ini adalah guru
(pengajar), guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan yang berinteraksi langsung dengan
layanan jasa pembelajaran kepada peserta didik.
2. The strategic apec. Manager tingkat puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk
organisasi. Pada organisasi sekolah, orang ini adalah kepala sekolah.
3. The middle line. Para manager yang menjadi penghubung operating core dengan strategic apex.
Dalam konteks perguruan tinggi orang-orang ini adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi
strategic apex untuk terimplementasi pada level jurusan. Di organisasi sekolah, posisi ini dapat
diidentifikasi sebagai wakil kepala sekolah yang bertugas menjembatani kebijakan strategis
sekolah supaya dapat terimplementasi pada level guru-guru dan staf.
4. The techno structure. Para analis yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan bentuk
standarisasi tertentu dalam organisasi.
Dalam konteks organisasi pendidikan di Indonesia, masing jarang sekolah yang memiliki tenaga
ini. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pada sekolah-sekolah tertentu ada yang
memiliki elemen organisasi ini. Pada perguruan tinggi BHMN seperti UPI, elemen
organisasi yang bertanggung jawab untuk melakukan standarisasi adalah satuan penjamin mutu.
5. The support staff. Orang-orang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa pendukung tidak
langsung kepada organisasi. Di persekolahan staf ini dikenal dengan tenaga administratif sekolah
(TAS).
Berdasarkan lima elemen yang dikemukakan Mintzberg inilah, Robbins menganalisis desain
organisasi yang berbeda. Perbedaan desain organisasi dikarenakan organisasi memiliki sistem
dam aturan yang berbeda dalam kelima elemen tersebut. Lima konfigurasi umum yang dimaksud
adalah struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi profesional, struktur divisional, dan
adhocracy.
Struktur sederhana disarankan untuk organisasi yang kecil dengan karakteristik organisasi
yang masih dalam tahap awal dibentuk, lingkungan organisasi sederhana dan dinamis,
menghadapi krisis, atau jika yang mempunyai kekuasaan dalam organisasi ingin agar kekuasaan
tersebut disentralisasi.
Birokrasi mesin didesain untuk organisasi yang secara efektif dapat menangani ukuran yang
besar, lingkungan yang sederhana dan stabil, dan sebuah tekhnologi yang terdiri atas pekerjaan
yang rutin dan distandarisasi.
Birokrasi profesional yang didesain untuk pekerjaan yang rutin, hanya saja para anggota
birokrasi profesional adalah para spesialis teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang
kompleks. Intinya agar operasional keseharian yang kompleks dapat berjalan secara efektif.
Struktur divisional banyak persamaan dengan birokrasi mesin. Struktur ini didesain untuk
menanggapi strategi yang menekankan kepada keanekaragaman pasar atau produk, dimana
organisasi tersebut besar, tekhnologinya dapat dibagi-bagi, dan lingkungannya cenderung untuk
menjadi sederhana dan stabil.
Adhocracy meminta agar manajemen puncak melepaskan kebanyakan pengawasan.
Konfigurasi ini cocok untuk organisasi yang memiliki stategi variatif, beresiko tinggi, teknologi
tidak rutin, atau lingkungannya mungkin dinamis atau kompleks.
Tinggi
2. Formalisasi Rendah Tinggi Rendah diantara Rendah
divisi-divisi
Rendah
3. Sentralisasi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
terbatas
Klasifikasi
5. Organik Mekanistik Mekanistik Mekanistik Organik
Struktural
Cara yang harus dilakukan oleh kepala dan staf sekolah untuk menjadikan sekolah sebagai
tempat LO adalah :
a) Menemukan berbagai cara untuk membuat struktur organisasi sekolah yang secara terus
menerus mendukung layanan pembelajaran dan memperluas kemampuan adaptasi organisasi
b) Mengembangkan iklim dan budaya organisasi yang memiliki karakteristik terbuka, kerjasama,
dan mampu mengatur diri sendiri
c) Mengidentifikasi individu yang progresif, sukses, dan terbuka untuk perubahan
d) Mencegah kekerasan, penyelewengan dan politik yang tidak benar dalam layanan pembelajaran
e) Memimpin dengan model kepemimpinan transformasional
f) Berkomunikasi secara terbuka dan berkelanjutan
g) Membuat keputusan partisipatif
h) Mengembangkan kapasitas sekolah untuk merespon berbagai masalah secara efektif dan
menyeluruh bukan secara sporadis.
KESIMPULAN
Organisasi adalah suatu sistem interaksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan
organisasi, dimana sistem tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi.
Pandangan organisasi saat ini tidak lagi sebagai mesin birokrasi tetapi sebagai sistem sosial.
Pandangan organisasi sebagai sistem sosial adalah pandangan formal, namun keberadaan
organisasi formal tidak dapat menghindari keberadaan organisasi informal. Keberadaan
keduanya merupakan suatu sinergi upaya pencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks itu,
organisasi formal dicirikan oleh tiga dimensi utama, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan
sentralisasi. Keberagaman dalam dimensi struktur organisasi ini kemudian membawa implikasi
pada keragaman desain organisasi.
Sekolah sebagai suatu organisasi juga dipandang sebagai sistem sosial yang terbuka terhadap
lingkungan organisasi. Upaya untuk merespon dan memenuhi berbagai tuntutan dan
perkembangan lingkungan, termasuk pelanggan sekolah adalah dengan menjadikan sekolah
sebagai Learning Organization yang diwujudkan melalui dukungan organisasi yang kuat
terhadap pengembangan dan perbaikan secara signifikan.
Saran
Dari makalah yang penulis sampaikan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, serta arahan dan bimbingan dari semua pihak, terutama Dosen
Pembimbing. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi para para pembaca khususnya
bagi kami selaku penulis.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks rumah tangga Negara pendidikan merupakan hak setiap warga Negara,
maka di dalamnya mengandung makna bahwa Negara berkewajiban memberikan layanan
pendidikan kepada warganya. Karena itu pengelolaan sistem pembangunan pendidikan harus
harus didesain dan dilaksanakan secara bermutu, efektif, dan efisien. Pelayanan pendidikan harus
berorientasi pada upaya peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga
masyarakat.
Dewasa ini, persaingan antar sekolah semakin interaktif. Pemasaran untuk lembaga pendidikan mutlak diperlukan.
Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
(peserta didik) karena pendidikan merupakan proses yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Dalam bidang pendidikan,
kegiatan pemasaran dapat meliputi perencanaan produk pendidikan, penentuan harga (dalam hal ini besarnya biaya pendidikan),
dan mempromosikan produk pendidikan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan pelayanan pendidikan sangat diperlukan pemasaran jasa pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan di era persaingan global?
2. Bagaimana konsep dasar, sasaran, komponen, teknik pemasaran pendidikan?
3. Bagaimana penerapan dan strategi pemasaran pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pendidikan di era persaingan global.
2. Memahami konsep dasar sasaran, komponen, teknik pemasaran pendidikan.
3. Memahami penerapan dan strategi pemasaran pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, baik pada jalur formal maupun nonformal telah
ditempuh pemerintah. Hal ini terbukti lahir program-program peningkatan mutu melalui program
sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Satu Atap dan masih banyak program-program
peningkatan mutu yang lain. Program-program peningkatan mutu yang telah ditempuh ternyata
masih banyak ketertinggalan yang harus dikejar untuk dapat menyesuaikan dengan
perkembangan iptek.
Namun demikian, apalah artinya tingginya adaptabilitas dan apresiasi terhadap
pembaharuan pendidikan, jika tidak disertai dengan peningkatan kemampuan dalam mengelola
perubahan yang didukung oleh perangkat manajemen pemasaran yang memadai. Tantangan
berat yang berkaitan dengan sistem manajemen yang kompetitif, pada pelaksanaannya akan
ditentukan oleh kehandalan sistem manajemen pemasaran pendidikan yang bersangkutan.
Brosur adalah bentuk singkat dari prospektus yang dapat memiliki isi yang sedikit
berbeda dari prospektus. Brosur digunakan untuk tujuan publisitas, biasanya menampilkan
informasi yang dibutuhkan bagi masyarakat luas. Brosur yang menarik membutuhkan biaya
pembuatan yang cukup tinggi.
Pamflet adalah jenis publikasi yang berbentuk kertas (ukuran A3/A4) yang dilipat
sedemikian rupa yang dapat disebarkan ke daerah yang lebih luas dan mencakup calon siswa
yang lebih beraneka ragam daripada prospektus atau brosur. Seringkali pamflet lebih berharga
karena menampilkan nama, jenis sekolah dan denah sekolah dan informasi lainnya tentang
sekolah. Sebuah pamflet hendaknya menarik secara visual, menjelaskan tentang sekolah secara
singkat dan jelas, menggambarkan denah sekolah, menggambarkan visi, misi, tujuan dan
kekuatan sekolah, menggunakan kosakata yang sesuai dan menarik, menggunakan ilustrasi yang
baik. Kualitas pamflet tergantung pada pertimbangan biaya pembuatan dan publikasi yang
dilakukan oleh sekolah di daerah yang sama. Pamflet hendaknya memiliki nilai lebih
dibandingkan dengan publikasi sekolah lain (misalnya dengan menampilkan gambar berwarna).
Semua ”duta sekolah” (pejabat, staf, siswa alumni dan orangtua siswa) dapat membantu
distribusi prospektus, brosur, dan pamflet dengan syarat agar informasi yang disebarkan adalah
informasi yang terbaru untuk mewakili sekolah. Pihak-pihak yang dapat mambantu penyebaran
atau distribusi prospektus, brosur atau pamflet tentang sekolah antara lain: (1) TK, SD,SLTP dan
SMU yang bekerja sama dengan pihak sekolah yang akan menerima siswa terutama pada saat
perpindahan siswa, (2) Perpustakaan Umum yang memiliki tempat untuk menampilkan
prospektus, brosur atau pamflet tentang organisasi dan sekolah lokal. Sekolah dapat juga
meminta pihak perpustakaan untuk meletakkan informasi sekolah di bagian referensi sehingga
dapat menjadi sumber informasi bagi orangtua calon siswa, (3) pusat-pusat informasi di kota,
misalnya Bank, Kantor Telkom dsb, (4) Biro Konsultasi Masyarakat yang berperan untuk
memberikan berbagai informasi kepada masyarakat terutama pada warga masyarakat yang baru
pindah ke daerah tersebut, (5) Agen perumahan yang memberikan informasi tentang sekolah
kepada warga yang baru pindah ke perumahan tersebut. Pihak sekolah hendaknya memberikan
prospektus yang cukup kepada agen perumahan dan senantiasa berhubungan dengan agen
tersebut setiap waktu tertentu melihat hasil yang telah dicapai atau informasi yang telah
disampaikan, (6) Ruang tunggu (dokter umum, gigi, dll), klinik kesehatan, salon kecantikan,
rumah sakit dimana banyak masyarakat yang berada di sana dan dapat membaca informasi
tentang sekolah atau berkomunikasi dengan orang-orang yang mengetahui tentang sekolah (7)
Perusahaan setempat dimana sekolah dapat menitipkan lembar informasi sekolah kepada orang
yang menangani hubungan sekolah-industri dan departemen personalia yang mengurus staf.
Selain itu juga ada kesempatan untuk meminta perusahaan menjadi sponsor kegiatan sekolah, (8)
Media massa setempat. Sekolah dapat menyebarkan informasi tentang sekolah kepada surat
kabar, radio setempat, telivisi dan internet, secara teratur dengan memberikan prospektus yang
terbaru, (9) tempat-tempat umum, misalnya tempat fotokopi, toko-toko alat tulis, supermarket,
dsb.
4. Media
Media lokal dan nasional dapat menjadi sarana penting dalam menyampaikan pesan
baik secara teratur atau insidental. Seolah dapat menggunakan pesan media melalui strategi
promosinya. Oleh karena terdapat berbagai jenis media baik pandang, dengar, atau baca, dsb.
Maka sekolah harus memilih jenis media yang tepat. Telivisi adalah jenis media yang dapat
digunakan untuk mempromosikan sekolah pada masyarakat luas (terutama setelah memperoleh
prestasi yang sangat membanggakan) namun membutuhkan biaya yang cukup mahal. Radio
lokal dapat dipergunakan untuk memperkenalkan sekolah lewat iklan yang lebih murah, efektif,
dan mengena pada klien(calon siswa). Selain itu sekolah dapat juga membuat iklan di surat kabar
daerah.
Sekolah hendaknya menyusun kebijakan menyeluruh tentang penyebaran informasi
sekolah dan memberikan bimbingan terhadap staf sekolah tentang segala aspek yang
berhubungan dengan media. Berikut adalah elemen-elemen kebijakan dan serangkaian prosedur
yang terkait dengan media, yaitu: (1) Siapa?, kebijakan sekolah harus menentukan orang-orang
yang berhak berhubungan langsung dengan media, misalnya kepala sekolah. Orang-orang
tersebut memiliki hak untuk memberikan pernyataan kepada media. Dan hendaknya pernyataan
yang dikeluarkan dipertimbangkan denga baik; (2) Mengapa?, alasan utama bagi kebijakan
media adalah untuk menerapkan pendekatan terkoordinasi dalam menyebarkan informasi positif
kepada media, sehingga publikasi informasi tersebut dapat meningkatkan reputasi sekolah dan
menarik lebih banyak siswa baru. Jika hubungan dengan media terjalin baik, maka ketika ada hal
buruk menimmpa sekolah, media akan memberikan berita yang simpatik dan sportif; (3) Apa?,
salinan kegiatan sekolah di masa lalu atau di masa datang dapat diberikan kepada media. Salinan
tersebut hendaknya singkat dan mengemukakan hal-hal yang menaraik minat pembaca atau
pendengar. Berikut adalah hal-hal yang menarik minat publik dan media: prestasi olahraga,
prestasi akademik, perkembangan baru seperti penggunaan ilmu penggunaan dan teknologi atau
kerjasama dengan masyarakat dalam penggunaan teknologi baru, pertemuan terbuka,
keberhasilan dengan suatu lomba, prestasi siswa dalam aktivitas yang cukup menarik perhatian
khalayak atau masyarakat, kunjungan dari institusi daerah, atau negara lain, keterlibatan
masyarakat dan kegiatan sekolah dalam pengumpulan dan penyluran dana sosial; (4) Kapan?,
tugas dari orang yang berhubungan dengan media adalah untuk meyakinkan bahwa informasi
tentang sekolah tersampaikan dengan baik. Namun publikasi tersebut hendaknya tidak terlalu
sering dilakukan dan sebaiknya disesuaikan dengan acara-acara penting sekolah atau ketika
mendekati tahun ajaran baru.
5. Periklanan
Disamping bentuk iklan langsung atau tak langsung, berikut adalah beberapa bentuk
alternatif periklanan sekolah: (1) Lowongan kerja untuk staf atau guru dengan tetap
memperhatikan jenis media yang tepat dan efisien, (2) Kegiatan sekolah, kegiatan rutin atau
insidental sekolah dapat pula diliput melalui surat kabar, radio, pamphlet, dan lain-lain untuk
menariki perhatian calon siswa dan orangtua, (3) Rekrutmen siswa, beberapa sekolah
menggunakan periklanan ekstensif untuk menarik siswa baru (melalui surat kabar atau radio)
mauoun tetap menggunakan cara yang etis dan sesuai, apalagi jika ditunjang dengan pamflet ke
sekolah lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam periklanan: iklan harus menarik, iklan memuat
nama dan alamat sekolah dengan jelas, jika kegiatan sekolah diiklankan, maka tempat dan waktu
pelaksanaan dicantumkan dengan jelas dan memberikan nama-nama orang yang dapat dihubungi
untuk informasi lebih lanjut, iklan menunjukkan karakteristik sekolah.
7. Video Promosi
Sekolah dapat memilih salah satu dari kedua hal berikut dalam pembuatan video promosi:
video yang dibuat oleh sekolah yang menunjukkan aspek-aspek kehidupan sekolah, dan video
yang diproduksi secara professional yang dapat diperlihatkan kepada audiens yang lebih luas dan
berkualitas lebih bagus.
8. Promosi Kelompok
Banyak orangtua siswa yang tertarik pada suatu sekolah bukan hanya karena
reputas/kualitas sekolah, namun karena standard an kesesuaian pendidikan yang diterapkan
sekolah dengan jenjang pendidikan selanjutnya.
Beberapa ide pengembangan yang ada adalah pembentukan kelompok sekolah yang
bersatu untuk memasarkan paket pendidikan. Kerjasama antar sekolah dan kontinuitas akan
menarik perhatian orangtua siswa. Brosur pendidikan juga dapat berupa brosur kerjasama
(gabungan). Kelompok yang dapat dimanfaatkan misalnya KKKS (Kelompok Kerja Kepala
Sekolah), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dsb.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasaran pendidikan merupakan langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga
pendidikan harus mengikuti ketatnya persaingan untuk memperoleh customer. Bagi lembaga
pendidikan yang telah memiliki image yang bagus di masyarakat, implementasi pemasaran
pendidikan hanya membutuhkan planning yang lebih menyempurnakan keberadaan sekolah
tersebut dengan melakukan improvement quality yang berkesinambungan dengan inovasi sebagai
terobosan baru dalam mengantisipasi permintaan dunia kerja sebagai relevansi dari pendidikan.
Pemasaran pendidikan dapat dilakukan melalui promosi, dengan tujuan untuk: memberi
informasi kepada masyarakat tentang produk-produk sekolah, meningkatkan minat dan
ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah, membedakan produk sekolah dengan produk
sekolah lainnya, memberi penekanan nilai lebih yang diterima masyarakat atas produk yang
ditawarkan, dan menstabilkan eksistensi dan kebermaknaan sekolah di masyarakat. Cara-cara
yang dapat dilakukan dalam promosi antara lain: komunikasi personal dan interpersonal
(telemarketing, customer service dan training, word of mouth); periklanan; promosi penjualan;
publisitas/ hubungan masyarakat; peralatan intruksional dan corporate design.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook