Anda di halaman 1dari 15

Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi

A. Taksonomi sebelum revisi


Pada tahun 1956 Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang
berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk
yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk,
2. Pemahaman (comprehension). Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang
berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa
diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan
beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan
segala implikasinya.
3. Aplikasi (apply). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai
contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang
yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab
turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram
4. Analisis (analysis). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang
akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5. Sintesis (synthesis). Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan
mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg
dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan
solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap
semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (evaluation). Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg
ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan
berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis
Perubahan Struktur dari kerangka pikir Bloom Asli ke Revisi:
B. Taksonomi Bloom Setelah Direvisi
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi proses kognitif terdiri atas beberapa
tingkat yaitu:
1. Remember (Mengingat). Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan
yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari proses
kognitif recognizing (mengenal kembali) dan recalling (mengingat). Untuk
menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif
Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
a. Recognizing (mengenal kembali) atau mengidentifikasi. Recognizing adalah
memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian
membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari
potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir sama
dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa
menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya
diperoleh kemudian mencari yang cocok, sebagai contoh mengenali kembali tanggal
terjadinya peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
b. Recalling (mengingat) atau mengambil. Recalling adalah memperoleh kembali
pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah
atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan.
Dalam Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang,
kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat
diproses. Sebagai contoh mengingat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting
dalam sejarah Indonesia.

2. Understand (Memahami). Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan


pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun
grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan
yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori understand terdiri dari
proses kognitif : interpreting (menginterpretasikan), exemplifying (memberi
contoh), classifying (mengklasifikasikan), summarizing (menyimpulkan),
inferring (menduga), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan), dengan
uraian sebagai berikut :
a. Interpreting (menginterpretasikan) atau mengklarifikasikan, memparafrasekan,
mempresentasi, menerjemahkan. Interpreting adalah kemampuan siswa dalam
mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran atau mengubah informasi yang
disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Contoh interpreting dapat berupa
mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka,
memparafrasekan puisi menjadi karangan bebas dan lain sebagainya.
b. Exemplifying (memberi contoh) atau mengilustrasikan. Exemplifying adalah
kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai
konsep secara umum, misalnya memberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis.
Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada
konsep umum.
c. Classifying (mengklasifikasikan) atau mengkategorikan, mengelompokan.
Classifying adalah kegiatan menentukan sesuatu dalam satu kategori atau ketika siswa
mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori tertentu.
Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan
bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu.
Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh
khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk
mencari konsep umumnya. Misalnya mengklasifikasikan hewan-hewan bertulang
belakang.
d. Summarizing (menyimpulkan) atau merangkum/mengasbtraksi/menggeneralisasi.
Siswa dikatakan memiliki kemampuan summarizing ketika siswa dapat memberikan
pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara
umum. Sebagai contoh siswa mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok
(misalnya menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di
televisi)
e. Inferring (menduga) atau menyarikan/mengesktrapolasi/menginterpolasi/
memprediksi. Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa
dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau
prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang
sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan
antara contoh-contoh tersebut. Dalam hal ini sebagai contoh siswa dapat membuat
kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima (misalnya dalam belajar bahasa
Inggris, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contohnya, dalam pelajaran IPA
menyimpulkan jenis tanaman berdasarkan contoh-contoh karakteristiknya)
Comparing (membandingkan) atau mengontraskan/memetakan/mencocokkan.
Comparing adalah kemampuan menentukan/menunjukkan hubungan persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih ide, objek dan semacamnya (misalnya, membandingkan
peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang). Comparing dapat juga diartikan
sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
f. Explaining (menjelaskan) atau membuat model. Explaining adalah kemampuan
merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki
kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam
suatu sistem (misalnya, menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting
pada abad ke 19 di Indonesia)

3. Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa
memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif
kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).
a. Executing (melakukan atau melaksanakan). Dalam Executing, jika siswa menemui
soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan
yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa
yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan
masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan
algoritma memiliki ciri sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2)
jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti
benar. Contoh praktisnya adalah menerapkan gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari

b. Implementing (menerapkan atau menggunakan). Dalam Implementing, siswa memilih


dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena
itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan
prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Implementingberhubungan dengan dua kategori yang lain
yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga
siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan
prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa
prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode
daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1) prosedur mungkin
lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang berurutan, karena itu prosedur
memiliki beberapa titik tujuan, 2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat
mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar. Contoh dalam hal ini adalah
menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier (misalnya, menggunakan
Hukum Newton kedua pada konteks yang tepat)
4. Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan
menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian
tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur
pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis,
seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating),
mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
a. Differentiating (membedakan atau
menyendirikan/memilah/memfokuskan/memilih).
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur
atau materi pelajaran yang relevan dan tidak relevan (membedakan antara bilangan prima
dan bukan bilangan prima dalam matematika)
b. Organizing (mengorganisasi atau menemukan koherensi/memadukan/membuat
garis besar/mendeskripsikan peran/menstrukturkan). Mengorganisasi meliputi
kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur atau elemen-elemen bekerja atau berfungsi
dalam sebuah struktur yang saling terkait (misalnya, menyusun bukti-bukti dalam cerita
sejarah menjadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis)
c. Attributing (Memberi simbol atau Mendekonstruksi). Attributing adalah kemampuan
siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu
masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar
dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan (misalnya menunjukkan
sudut pandang penulis suatu cerita berdasarkan latar belakang pendidikan penulis
tersebut)

5. Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria dan
standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan
konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau
beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori
menilai terdiri dari Checking (mengecek) danCritiquing (mengkritik).
a. Checking (mengecek atau memeriksa/mengoordinasi/mendeteksi/ memonitor/
menguji). Cheking adalah kemampuan untuk : mengetes konsistensi internal atau
kesalahan pada operasi atau hasil mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan;
menemukan kesalahan dalam suatu proses atau produk; menemukan efektivitas suatu
prosedur yang sedang dipraktikkan, misalnya memeriksa apakah kesimpulan seseorang
sesuai dengan data-data pengamatan atau tidak.
b. Critiquing (mengkritik atau menilai). Critique adalah kemampuan memutuskan hasil
atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu, mendeteksi apakah hasil yang
diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban
yang benar, menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal,
menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, menemukan ketepatan
suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah (misalnya, menentukan satu metode dari
dua
metode untuk menyelesaikan suatu masalah)
6. Create (Berkreasi)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru
dari sesuatu kejadian atau memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Create di sini diartikan sebagai
meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam
satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat
produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang
belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya berhubungan dengan
pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu:
a. Merumuskan/membangun atau membuat hipotesis; Siswa dalam hal membuat
hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria (misalnya membuat hipotesis tentang sebab-sebab
terjadinya gempa bumi), juga siswa mencoba untuk memahami soal, dan mengeluarkan
solusi yang mungkin;
b. Merencanakan atau mendesain /penyelesaian (Planning). Merencanakan prosedur
untuk menyelesaikan suatu tugas (misalnya merencanakan proposal penelitian tentang
topik sejarah Candi Borobudur), di mana siswa akan bekerja memeriksa kemungkinan
dan memikirkan rancangan yang akan dilaksanakan dan pelaksanaan penyelesian
sehingga siswa berhasil melaksanakan rencana tersebut. Dalam hal ini proses kreatif
diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul
kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana yang dilakukan siswa
yang mencoba untuk memahami soal (Generating). Langkah ini pada akhirnya akan
mengerucut, dimana siswa memikirkan berbagai metode penyelesaian dan
menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning).
c. Rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Producing) atau
mengonstruksi; Menciptakan suatu produk (misalnya membuat habitat untuk spesies
tertentu demi suatu tujuan). Siswa memiliki berbagai metode penyelesaian masalah
dengan perencanaannya. Dimana siswa akan mempunyai cara pemecahan masalah yang
paling efektif.
Pada penelitian yang dilakukan Anderson dan Krathwohl (2001), hanya akan dibahas Revised
Bloom Taxonomy dari salah satu dimensi saja yaitu dimensi proses kognitif (the cognitive
process dimension). Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi, dengan uraian
sebagai berikut:
1. Pengetahuan faktual (factual knowledge) adalah pengetahuan dasar yang harus
diketahui siswa sehingga siswa mampu memahami suatu masalah atau memecahkan
masalah tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan tentang detail-detail dan
elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi melingkupi
pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar).
Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal maupun nonverbal,
yang merujuk pada makna-makna tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar
dalam suatu disiplin ilmu. Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara
lain pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka Romawi,
pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang simbol-
simbol pada peta.
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan
semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik,
seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta
yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap
bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang
mempresentasikan pengetahuan penting tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang
detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik antara lain pengetahuan tentang nama
orang, tempat, dan peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan tentang produk utama dan
produk ekspor Indonesia.
2. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) adalah pengetahuan-pengetahuan
dasar yang saling berhubungan dan dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat
digunakan secara bersama-sama.
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, dan
hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang
mempresentasikan pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata
dan distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan secara sistematis,
dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama. Pengetahuan konseptual terdiri dari
tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi; dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan
struktur. Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi.
Prinsip dan generalisasi menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi, dan susunan
yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki serangkaian
kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen baru.
Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan antara elemen-elemen.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat dicontohkan misalnya: ketika peserta
didik menganalisis sebuah cerita dengan kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting.
Dalam hal alur sebagai pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur
tersebut disebut dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang
dimiliki oleh semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan generalisasi
merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk
mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi
merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan
interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa, dan menggambarkan proses dan
interelasi di antara klasifikasi dan kategori. Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi antara lain pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam
kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-hukum geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan tentang berbagai
paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu untuk
mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Contoh
pengetahuan tentang teori, model, dan struktur antara lain pengetahuan tentang interelasi
antara prinsip-prinsip dalam penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika,
pengetahuan tentang struktur inti pemerintahan kota setempat.
3. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) adalah pengetahuan mengenai
bagaimana untuk melakukan sesuatu ; metode untuk mencari sesuatu, suatu pengetahuan
yang mengutamakan kemampuan, algoritma, teknik dan metode.
Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik, dan
metode, yang semuanya disebut dengan prosedur (Alexander, dkk., 1991; Anderson,
1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan
prosedural berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi
menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang
tertentu dan algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang
tertentu; dan (3) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus
menggunakan prosedur yang tepat.
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma, pengetahuan ini
misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah pengetahuan prosedural;
jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual. Pengetahuan tentang teknik dan metode
dalam bidang tertentu, pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau hasil
pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus
menggunakan prosedur yang tepat, pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan jenis esai apa yang harus ditulis
(misalnya: eksposisi, persuasi), pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan metode
apa dalam menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar
4. Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge) adalah pengetahuan yang
melibatkan pengetahuan kognitif secara umum.
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi.
Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan dilandasi
oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa
mengenai kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas
belajar (Bransford, dkk.,1999; Sternberg, 1985; Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah
satu ciri belajar dan penelitian tentang pembelajaran yang berkembang adalah
menekankan pada metode untuk membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung
jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi
menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-
tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3)
pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan berpikir
serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang
berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran, mencari
makna teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang
dibaca dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik,
yakni: merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan
konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional. Menurut Flavell (1979) pengetahuan
metakognitif mencakup pengetahuan bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan
memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi
belajar dan berpikir, juga memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu
kapan dan mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk.,
1983). Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam strategi
dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang penting dalam
metakognitif. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan,
minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar. Gambar berikut
menampilkan kombinasi cognitive process dan knowledge dimensions.

Perbandingan Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi


Dahulu kita mengenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif Bloom menjadi enam
tingkatan, mulai dari C1 sampai C6. Klasifikasi hirarkhis itu masih digunakan lagi dalam revisi
taksonomi Bloom tersebut sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama
sekali baru dalam taksonomi Bloom yang baru ini. Sistem hirarkhis yang dulu digunakan dalam
Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam klasifikasi tersebut, yaitu
dimensi proses kognitif. Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada taksonomi yang baru
mengalami revisi seperti yang akan diuraikan berikut ini.
Hal yang sama sekali baru adalah munculnya dimensi yang lain dalam taksonomi Bloom, yaitu
dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif dibedakan pula secara hirarkhis
menjadi empat kategori yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, serta pengetahuan metakognitif.

KKO Kurikulum 2013 Revisi 2017 adalah sebagai berikut :


1.) Ranah Kognitif
(Anderson, L.W. C1 C2 C3 C4 C5 C6
dan Krathwohl, (Pengrtahuan) (Pemahaman) (Aplikasi) (Analisis) (Sintesis) (Evaluasi)
D.R. :
2001)Taksonomi
Bloom Lama
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom Revisi
(Mengingat) (Memahami) (Mengaplikasikan) (Menganalisis) (Menevaluasi) (Mencipta)

Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta


(Remember) (Understad) Apply) (Analyze) (Evaluate) (Create)
Mengutip Memperkirakan Mengaskan Memecahkan Membandingkan Mengumpulkan
Menebitkan Menceritakan Menentukan Menegaskan Menilai Mengatur
Menjelaskan Merinci Menerapkan Menganalisis Mengarahkan Erancang
Memasagkan Megubah Memodifikasi Menyimpulkan Mengukur Membuat
Membaca Memperluas Membangun Menjelajah Meangkum Merearasi
Menamai Menjabarkan Mencegah Mengaitkan Mendukung Memperjelas
Meninjau Mencontohkan Melatih Mentransfer Memilih Mengarang
Mentabulasi Mengemukakan Menyelidiki Mengedit Memproyeksikan Menyususn
Memberi kode Menggali Memproses Menemukan Mengkritik Mengode
Menulis Mengubah Memecahkan Menyeleksi Mengarahkan Mengkombinasikan
Menytakan Menghitung Melakukan Mengoreksi Memutukan Memfasilitasi
Menunjukkan Menguraikan Mensimulasikan Mendeteksi Memisahkan Mengkonstruksi
Mendaftar Mempertahankan Mengurutkan Menelaah menimbang Merumuskan
Menggambar Mengartikan Membiasakan Mengukur Menghubungkan
Membilang Menerangkan Mengklasifikasi Membangunkan Menciptakan
Mengidentifikasi Menafsirkan Menyesuaikan Merasionalkan menampilkan
Menghafal Memprediksi Menjalankan Mendiagnosis
Mencatat Melaporkan Mengoperasikan Memfokuskan
Meniru membedakan Meramalkan Memadukan

2.) Ranah Afektif


A1 A2 A3 A4 A5
Menerima Merespon Menghargai Mngorganisaikan Karakterisasi
Menurut Nilai
Mengikuti Menyenangi Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Menyambut Meyakinkan Menata Mengubah
Mematuhi Mendukung Memperjelas Membangun perilaku
Meminati Melaporkan Menekankan Membentuk Berakhlak mulia
Memilih Menyumbang pendapat Melayani
Menampilkan Mengimani Memadukan Membuktikan
Menyetujui Mengelola Memecahkan
Mengatakan Merembuk
Menegoisasi

3.) Ranah Psikomotorik


P1 P2 P3 P4 P5
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti Membangun Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Melakukan Menyempurnakan Menggabungkan Mengelola
Mengulangi Melaksanakan Mengkalibrasi Mengadaptasi
Mematuhi Menerapkan Mengendalikan Memodifikasi
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Merumuskan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mengalihkan
Menggabungkan Memutar Mempertajam
Merancang
Melamar Mengirim Membentuk
Mengatur Memilah Memadankan
Memindahkan
Mengumpulkan Melatih Mendorong Menggunakan
Menimbang Memperbaiki Menarik Memulai
Memperkecil Menyetir
Mengidentifikasikan Memproduksi
Membangun Menjelaskan
Mengisi Mencampur
Mengubah Menempel
Mengoperasikan
Membersihkan Menempatkan
Mengemas Menskestsa
Memposisikan Membuat
Membungkus Mendengarkan
Mengkonstruksi Memanipulasi Menimbang
Mereparasi
Mencampur

Anda mungkin juga menyukai