net/publication/326083206
CITATIONS READS
0 1,732
1 author:
Nanda Khoirunisa
National Taiwan Ocean University
17 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nanda Khoirunisa on 30 June 2018.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
danhidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah bertema
“Iptek dan Inovasi untuk Daya Saing Bangsa” dengan sub-tema “Pendidikan yang
Berdaya Saing” yang berjudul “Model Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana sebagai
Upaya Pengurangan Resiko Bencana secara Berkelanjutan di Indonesia ”. Gagasan
penulisan karya ilmiah ini berasal dari ketertarikan Penulis terhadap bidang
kebencanaan khususnya probematika dalam upaya pengurangan resiko bencana
pada sektor pendidikan. Penulis berperan aktif dalam berbagai komunitas
pengembangan masyarakat dan komunitas sekolah dalam upaya mitigasi bencana.
Hal inilah yang melatarbelakangi Penulis mengangkat konsep pendidikan pada
komunitas sekolah sebagai dasar karya tulis ini. Melalui bidang keilmuan yang
penulis tekuni, yaitu Pendidikan Geografi, kajian "Model Ekstrakurikuler
Mitigasi Bencana di Sekolah" ini, diharapkan dapat diterapkan sebagai upaya
pengurangan resiko bencana secara berkelanjutan di Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak R. M. Amin Sunarhadi,
S.Si, M.P, selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membimbing,
memberikan masukan, motivasi, ilmu, dan dukungan, sehinggakarya ilmiah ini
dapat diselesaikan dengan baik.Penulis menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini
masih memiliki banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif
sangat diharapkan.
Nanda Khoirunisa
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
RINGKASAN
vii
kurikulum dasar untuk peserta didik Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama serta kurikulum tingkat lanjut untuk peserta didik Sekolah Menengah
Atas. Pelaksanaan kegiatan mengikuti buku panduan kegiatan dan dilakukan
sekali dalam seminggu diluar proses belajar mengajar karena merupakan kegiatan
ektrakurikuler. Pembina merupakan guru maupun fasilitator dari BPBD, PMI, dan
melibatkan relawan pada bidang kebencanaan yang telah terlatih.
Pelaksanaan integrasi ini harus dilakukan secara serentak dan merata di
seluruh wilayah Indonesia pada jenjang pendidikan. Tindakan mitigasi yang
dilakukan sesuai kemampuan peserta didik. Peningkatan kesiapsiagaan dilakukan
dibarengi dengan evaluasi dan monitoring. Metodenya dimulai dengan sosialisasi
instrumen kesiapsiagaan di sekolah, penilaian kesiapsiagaan peserta didik,
evaluasi hasil kesiapsiagaan, peningkatan kesiapsiagaan dan evaluasi serta
monitoring capaian. Berlangsungnya integrasi kesiapsiagaan pada penilaian hasil
belajar akhirnya akan menjadi suatu siklus sistem penilaian kesiapsiagaan. Siklus
ini harus terus berlangsung dan berkelanjutan dialami oleh peserta didik dan
diharapkan peserta didik siap menghadapi berbagai macam potensi bencana di
wilayah Indonesia dimanapun mereka berada.
Penerapan model ekstrakurikuler mitigasi bencana memerlukan suatu sistem
pendidikan yang terencana dalam ketangguhan peserta didik pada setiap jenjang
pendidikan. Penerapannya juga memerlukan unsur pendukung dan kerjasama
berbagai pihak terkait (stakeholder) seperti, Dinas Pendidikan, BNPB, BPBD,
Non-Governmental Organization (NGO), instansi swasta, masyarakat dan
komunitas sekolah. Inovasi kegiatan ekstrakurikuler mitigasi bencana dapat
menjadi contoh bagi negara-negara di ASEAN dalam hal integrasi pendidikan
kebencanaan. Gagasan ini juga merupakan suatu bentuk dukungan dalam
keberhasilan Sustainable Development Goal (SDG) yang berfokus pada
pendidikan dan anak serta upaya pengurangan risiko bencana secara berkelanjutan
di Indonesia.
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini yaitu:
1. Menyampaikan gagasan/ide mengenai model ekstrakurikuler mitigasi
bencana di sekolah yang merupakan upaya dalam pengurangan risiko
bencana secara berkelanjutan di Indonesia.
4
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan karya tulis ini yaitu:
1. Bagi pemerintah, gagasan ini dapat digunakan sebagai solusi dalam upaya
pengurangan risiko bencana secara berkelanjutan melalui kegitan belajar di
sekolah.
2. Bagi masyarakat, melalui penerapan gagasan/ide yang disampaikan penulis,
masyarakat terutama orang tua/wali peserta didik dapat mengetahui kapasitas
dan kemampuan anaknya dalam menghadapi bencana.
3. Bagi komunitas sekolah, penerapan gagasan/ide ini dapat menjadi
rekomendasi dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui kegiatan
ekstrakurikuler mitigasi bencana serta dapat melakukan mitigasi di
lingkungan sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑥
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
Gambar 2.1 Formula Indeks Risiko Bencana
Sumber: Rumus Indeks Risiko Bencana di Indonesia (BNPB, 2013)
Upaya pengurangan risiko bencana pada sistem pendidikan telah banyak
dilakukan melalui pengembangan program-program dan proyek yang secara umum
bertujuan untuk menyelamatkan dan mempersiapkan komunitas sekolah. Beragam
program/proyek yang telah dikembangkan memiliki konsep dan strategi yang
berbeda-beda untuk meningkatkan kapasitas komunitas sekolah. Berikut ini
6
2) Menejemen 3) Pendidikan
Bencana di Pengurangan
Sekolah Risiko
pengurangan risiko bencana yang dilakukan namun tidak bersifat fisik. Mitigasi
non-struktural dapat berupa peningkatan kesiapsiagaan, peningkatan pengetahuan
dan tanggap darurat terhadap bencana.
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
evaluasi pada akhir semester. Penilaian kesiapsiagaan dapat dimulai saat peserta
didik mamasuki kelas 4 Sekolah Dasar (SD) karena dinilai mampu menganalisis
fenomena alam yang terjadi lingkungan sekitarnya. Hingga peserta didik memasuki
semester akhir kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP). Instrumen dapat
menggunakan instrumen yang berasal dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) dalam menganalisis kesiapsiagaan adalah dengan menggunakan kuisoner
kesiapsiagaaan siswa (Lampiran 5). Tingkat kesiapsiagaan harus selalu dikaji dan
dianalisis dan selalu diberi pengetahuan baru maupun pengalaman dalam upaya
peningkatan kesiapsiagaan. Bentuk peningkatan kesiapsigaan lainnya adalah
berupa pelatihan simulasi dan tanggap darurat bencana. Penerapan integrasi
kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui kegiatan ekstrakurikuler mitigasi
bencana harus memiliki metode dalam pelaksanaannya dilapangan dan tahapannya
adalah sebagai berikut.
3.4.1 Sosialisasi Instrumen
Sosialisasi instrumen dalam kajian kesiapsiagaan menggunakan
instrumen Sekolah Siaga Bencana yang telah dibuat dan divalidasi oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
3.4.2 Penilaian Tingkat Kesiapsiagaan
Penilaian kesiapsiagaan pesert didik dilakukan dengan mengisi
instrumen kajian kesiapsiagaan. Peserta didik diminta untuk mengisi
kuesioner dengan sejujur-jujurnya dan hal ini merupakan tugas guru dalam
memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai pentingnya
penilaian kapasitas yang mereka miliki dalam menghadapi bencana.
3.4.3 Evaluasi Hasil Kesiapsiagaan
Hasil penilaian tingkat kesiapsiagaan kemudian dianalisis oleh pihak
sekolah secara seksama dan menyeluruh terhadap seluruh populasi peserta
didik dalam kajian ini. Hasil yang telah ada kemudian dikaji mengenai
parameter-parameter yang lemah dan faktor-faktor yang menjadi penghambat
pencapaian kesiapsiagaan peserta didik. Kemudian hasil yang telah
didapatkan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti Dinas
Pendidikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan wali peserta didik.
15
Penilaian Tingkat
Kesiapsiagaan
Monitoring
Perkembangan Analisis Hasil
Kesiapsiagaan Penilaian
Evaluasi
Peningkatan Peningkatan
Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Daftar Pustaka
Sunarhadi, Amin. Musiyam, M. Susilawati, Siti Azizah., dan Diniyati, Ari. 2012.
Integrasi Pengetahuan Mitigasi Bencana Dalam Kurikulum Sekolah
Menengah di Kabupaten Sukoharjo. Seminar Nasional Penginderaan Jauh
dan Sisitem Informasi Geografis. Fakutas Geografi UMS. Surakarta.
Sunarhadi, Amin dan Teguh Setyawan. 2012. Melek Geografi SMA 7 Surakarta
dan MA Al Islam di Kecamatan Serengan dalam Mengenal Bencana
Banjir dan Lingkungan. Disampaikan pada Seminar Nasional Geografi
Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Juni 2014.
Tebe, Yusra, Handoko dan Fredrika Rambu. 2014. Pengalaman Implementasi
Program Sekolah Aman di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. Jakarta:
Plan Indonesia, hal: 5-9.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Upaya Penanggulangan Bencana
di Indonesia.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
UNICEF. 2009. Sinchuan Earthquake One Year Report May 2009. Beijing:
UNICEF, hal: 3.
Zaennudin, Akhmad. 2009. “Bencana Letusan Gunung Api” dalam “Perangkat
Diagnosa Kesiapsiagaan Bencana Indonesia (PASTI) Ancaman 7. Jakarta
Pusat: Humanitarian Forum Indonesia, hal: 175–180.