Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu menjadi langkah awal untuk mengasah
kemampuan kami dalam membuat makalah sekaligus menambah wawasan mengenai
Integrasi Nasional. Makalah ini juga berisikan tentang betapa pentingnya Integrasi
Nasional dalam keterkaitannya dengan pluralitas. Pengetahuan kita mengenai kebudayaan
Indonesia sangatlah kurang, anak muda zaman sekarang lebih megetahui tentang
moderanisasi ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya
pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan yang ada di Indonesia. Kurangnya
pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara menimbulkan hilangnya
rasa persatuan kita baik terhadap sesama maupun negara. Masing-masing individu lebih
mementingkan kepentingannya sendiri, tanpa ada rasa peduli terhadap sesamanya. Sifat
masyarakat Indonesia yang indiviualisme menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya
jiwa persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu diperlukan pendidikan
kewarganegaraan sejak dini untuk menumbuhkan semangat jiwa berbangsa dan
patriotisme. Semangat jiwa berbangsa dan patriotisme diperlukan untuk tetap menjaga
kebhinekaan bangsa, sebab dengan menjaga kebhinekaan akan tercipta kehidupan yang
aman dan tentram di setiap lapisan masyarakat. Sebagai generasi penerus bangsa, marilah
kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa. Tidak hanya
sebagai generasi penerus bangsa, tetapi kita adalah generasi pelurus bangsa dimana
menjunjung tinggi sikap keadilan adalah suatu keharusan demi terciptanya kesejahteraan
dan kemakmuran bangsa. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita
memiliki rasa Integrasi Nasional. Yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesame, serta
memiliki rasa persatuan yang tinggi, baik terhadap bangsa, negara, agama, social, budaya,
maupun keluarga. Tidak ada kata terlambat untuk memulai terciptanya kehidupan yang
berlandaskan Pancasila, berpegang teguh pada semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika”
dan bersandar hukum pada UUD.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Apakah konsep dan urgensi integrasi nasional?
2. Apakah alasan perlunya integrasi nasional Indonesia?
3. Bagaimana sumber historis,sosiologis, politik tentang integrasi nasional?
4. Bagaimana argument tentang dinamika dan tantangan integrasi nasional?
5. Apakah esensi dan urgensi integrasi nasional Indonesia?
6. Apakah rangkuman tentang integrasi nasional?
7. Bagaimanakah contoh-contoh praktik kewarganegaraan?

C. Tujuan
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dan urgensi integrasi nasional.
2. Dapat mengetahui dan memahami tentang alasan perlunya integrasi nasional
Indonesia.
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang sumber historis,sosiologis, politik tentang
integrasi nasional.
4. Dapat mengetahui dan memahami tentang dinamika dan tantangan integrasi nasional
5. Dapat mengetahui dan memahami tentang esensi dan urgensi integrasi nasional
Indonesia.
6. Dapat mengetahui dan memahami tentang rangkuman tentang integrasi nasional.
7. Dapat mengetahui dan memahami tentang contoh-contoh praktik kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional


1. Makna integrasi nasional
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini
berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti menyatupadukan,
mempersatukan atau menggabungkan.
a) Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat
danutuh.
b) Secara Politis.
Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu
identitas nasional.
c) Secara Antropologi
Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa proses penyesuaian
diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan
fungsi di dalam kehidupan masyarakat.

Berikut ini disajikan beberapa pengertian integrasi nasional dalam konteks Indonesia
dari para ahli/penulis:
a) Safroedin Bahar (1996)
Mengatakan bahwa Integrasi Nasional adalah Upaya menyatukan seluruh unsur
suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.
b) Riza Noer Arfani (2001)
Mengatakan bahwa Integrasi Nasional adalah Pembentukan suatu identitas
nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam suatu
kesatuan wilayah.
c) Djuliati Suroyo (2002)
Mengatakan bahwa Integrasi Nasional adalah Bersatunya suatu bangsa yang
menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat.
d) Ramlan Surbakti (2010)
Mengatakan bahwa Integrasi Nasional adalah Proses penyatuan berbagai
kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas
nasional.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan
perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita
ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan
karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam
keutuhan bangsa Indonesia.

2. Jenis Integrasi
Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010)
lebih cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional.
Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik.
Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni :

a. Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas
nasional.
b. Integrasi wilayah menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan
nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan
kelompok kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
c. Integrasi elit massa menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah
dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan
nilai pada kelompok elit dan massa.
d. Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukan dalam memelihara tertib social.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif), menunjuk pada penciptaan tingkah laku
yang terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Suroyo (2002), integrasi nasional mencerminkan proses persatuan


orang-orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan
baik etnisitas, sosial budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi satu bangsa (nation)
terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama. Dalam realitas
nasional integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek yakni aspek politik, ekonomi,
dan sosial budaya.
Dari aspek politik, lazim disebut integrasi politik, aspek ekonomi (integrasi
ekonomi), yakni saling ketergantungan ekonomi antar daerah yang bekerjasama secara
sinergi, dan aspek sosial budaya (integrasi sosial budaya) yakni hubungan antara suku,
lapisan dan golongan.
Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi:
a. Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horizontal.
Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, baik antara
elit politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat guna
menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik yang
partisipatif. Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang berkaitan dengan
masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama dan golongan
masyarakat Indonesia.
b. Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling ketergantungan
menjadikan wilayah dan orang-orang dari berbagai latar akan mengadakan
kerjasama yang saling menguntungkan dan sinergis.
Di sisi lain, integrasi ekonomi adalah penghapusan (pencabutan)
hambatanhambatan antar daerah yang memungkinkan ketidaklancaran hubungan
antar keduanya, misal peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan aturan
bersama yang mampu menciptakan keterpaduan di bidang ekonomi.
c. Integrasi Sosial Budaya
Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur
dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan lain
sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan bersatu bagi kelompok-
kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, dan ras.

B. Alasan perlunya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia


Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan
negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk
diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan
berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. Oleh
sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat
Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya
integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang
ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat
Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi
dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain
sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan.
Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana
disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap
harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai
tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia,
masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi
konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.

C. Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Integrasi Nasional di Indonesia


1. Perkembangan Sejarah Integrasi di Indonesia
Menurut Suroyo (2002), sejarah menjelaskan bahwa bangsa kita sudah mengalami
pembangunan integrasi sebelum negara Indonesia merdeka. Menurut Suroyo, terdapat
tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia, yaitu model
integrasi imperium Majapahit, model integrasi Kolonial, dan model integrasi nasional
Indonesia.
a. Model Integrasi Imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit.
Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Terdapat tiga
konsentris Kerajaan Majapahit. Konsentris pertama disebut wilayah inti kerajaan,
yaitu meliputi pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan
saudara-saudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa (Mancanegara
dan pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah
sabrang) adalah negara-negara sahabat dimana Majapahit menjalin hubungan
diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kambija, dan
Ayudyapura (Thailand).
b. Model Integrasi Kolonial
Model integrasi kedua ini lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilayah
Hindia-Belanda yang baru sepenuhnya dicapai pada awal abad ke-XX dengan
wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial mampu
membangun integrasi wilayah dengan menguasai maritim, sedangkan integrasi
vertikal antara pemerintah pusat dan daerah dibina melalui jaringan birokrasi
kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi
yang tidak mempunyai jaringan dengan massa rakyat. Dapat dikatakan bahwa
pemerintah kolonial tidak mempunyai dukungan yang berarti dari rakyat Indonesia.
Integrasi model kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman bangsa
Indonesia, tetapi hanya untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada
penguasa kolonial.
c. Model Integrasi Nasional Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa Indonesia
sejak bernegara merdeka pada tahun 1945. Integrasi model ini berbeda dengan
integrasi model kedua. Integrasi model kedua dimaksudkan agar rakyat jajahan
mendukung pemerintah kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial dan
penguasaan wilayah. Sedangkan integrasi model ketiga ini dimaksudkan untuk
membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki
semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang
baru.
Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa,
khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai
dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda. Para kaum terpelajar mulai
menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih
kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur yang sederajat dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Sehingga mereka yang
berasal dari berbagai daerah berkumpul dan bersatu untuk mendirikan organisasi-
organisasi pergerakan nasional, baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan,
kedaerahan, politik, ekonomi, perdagangan, dan kelompok perempuan. Misalnya,
Sukarno yang berasal dari Jawa, Muhammad Hatta yang berasal daari Sumatra, AA.
Maramis dari Sulawesi, dan Tengku Muhammad Hasan dari Aceh.
Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilakukan dengan
melalui beberapa tahapan-tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Masa Perintis
Masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan munculnya
organisasi pergerakan nasional Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
b. Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri
bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beranekaragam
menyatakan diri sebagai bangsa yang memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
c. Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta kemerdekaan
dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI
(Gabungan Politik Indonesia) pada tahun 1938 mengusulkan agar Indonesia
Berparlemen.Namun, perjuangan menuntut Indonesia merdeka tersebut tidak berhasil.

d. Masa Pendobrak
Pada masa ini, semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah berhasil
mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan. Kemerdekaan
bangsa Indonesia diploklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, bebas, dan sederajat dengan bangsa lain.
Nasionalisme telah mendasari bagi pembentukan negara kebangsaan Indonesia
modern.
Di sisi politik, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan
pernyataan bangsa Indonesia baik ke dalam maupun ke luar bahwa bangsa ini telah
merdeka, bebas dari belenggu penjajahan, dan sederajat dengan bangsa lain di dunia.
Dari sisi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan
“revolusi integratifnya” bangsa Indonesia, dari bangsa yang terpisah dengan beragam
identitas menuju bangsa yang satu, yakni bangsa Indonesia.

D. Argumen Tentang dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional Indonesia


1.Dinamika integrasi nasional di Indonesia
Sejak negara indonesia merdeka pada tahun 1945,upaya membangun integrasi
secara terus-menerus dilakukan. Ada banyak perkembangan dan dinamika dari
integrasi yang terjadi di Indonesia.Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan
zaman waktu itu.Dinamika dapat dicontohkan dalam peristiwa integrasi berdasar 5
jenis integrasi sebagai berikut:
a.Integrasi bangsa
Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU(Memorandum of Understanding) di
Vantaa,Helsinki,dan Finlandia pemerintah indonesia berhasil secara damai mengajak
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh
kedaulatan bersama NKRI.Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi
yang terjadi di Aceh tahun 1975 smapai 2005.
b.Integrasi wilayah
Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957,pemerintah Indonesia
mengumumkan kedaulatan wilayah indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil
diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau
negara indonesia.Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial
indonesia.Wilayah indonesia merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi
merupakan pemisah pulau,tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di indonesia.
c.Integrasi nilai
Nilai pancasila merupakan nilai integratif bagi bangsa indonesia.Pengalaman
mengembangkan pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan misalnya
melalui kegiatan pendidikan pancasila baik dengan mata kuliah diperguruan tinggi
dari mata pelajaran disekolah.Melalui kurikulum 1975 mulai diberikan nya mata
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila(PMP) disekolah.Saat ini,melalui kurikulum
2013 terdapat mata pelajaran PPKN.Melalui pelajaran ini pancasila sebagai nilai
bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda.
d.Integritas elit-massa
Dinamika elit-massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyatnya
melalui berbagai kegiatan.Misalnya kunjungan ke daerah,temu kader PKK,dan kotak
pos presiden.Kegiatan yang sifatnya elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal
integrasi nasional.
e.Integrasi tingkah laku(perilaku integratif)
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan lembaga-lembaga politik dan
pemerintahan termasuk biokrasi.Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka
orang-orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang
teratur,sistematis,dan bertujuan.Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi di
Indonesia diawali dengan hasil sidang 1 PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yakni memilih
presiden dan wakil presiden sidang PPKI 2 tanggal 19 Agustus 1945 memutuskan
pembentukan dua belas kemetrian dan delapan provinsi indonesia.
2.Tantangan dalam membangun integrasi
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional indonesia,tantangan yang dihadapi
datang dari dimensi horizontal dan vertikal.Dalam dimensi horizontal tantangan yang ada
berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku,agama,ras
dan geografi.Sedangkan dalam dimensi vertikal,tantangan yang ada adalah berupa celah
perbedaan anatara elit dan massa,dimana latar belakang pendidikan kekotaan
menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang cenderung berpandangan
tradisional.Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul
kepermukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal,sehingga hal ini memberikan
kesan bahwa dalam kasus indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi
vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal ini,salah satu persoalan yang dialami oleh negara-
negara berkembang termasuk indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah
masalah primodialisme yang masih kuat.Titik pusat goncangan primordial biasanya
berkisar pada beberapa hal yaitu masalah hubungan darah,jenis bangsa,bahasa
daerah,agama dan kebiasaan.
Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusan di masalah
SARA.Gerakan separatisme dan kedaerahan,demonstrasi dan unjuk rasa.Hal ini bisa
berpeluang mengancam inetgrasi horizontal di indonesia
Terkait dengan dimensi vertikal,tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin
untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya.Pemimpin mau mendengar
keluhan rakyat,mau turun tangan dengan masalah rakyat, dan dekat dengan kelompok-
kelompok yang merasa dipinggirkan.

Keinginan yang kuat dari pemerintah unuk mewujudkan aspirasi


masyarakat,kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah,dan ketaatan warga masyarakat
melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda adanya integrasi vertikal.Sebaliknya
kebijakan demi kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang kurang sesuai dengan
keinginan dan harapan masyarakat serta penolakan sebagian besar warga masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah menggambarkan kurang adanya inetgritas
vertikal.Memang tidak ada kebijakan pemerintah yang dapat melayani dan memuaskan
warga masyarakat tetapi setidaknya kebijakan pemerintah hendaknya dapat melayani
keinginan dan harapan sebagian masyarakat.

E. Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional


Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara,
karena masyarakat merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat
suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik , maka akan banyak
kerugian yang ditimbulkan, baik fisik maupun mental spiritual. Kerusakan fisik seperti
kerusakan sarana dan prasarana, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kerusakan
mental spiritual seperti perasaan kekhawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan
mental yang berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki
oleh negara yang semestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat yang akhirnya harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik
tersebut. Dengan demikian, negara yang selalu diwarnai dengan konflik di dalamnya akan
sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin
diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawa potensi integrasi jjuga
menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk
bekerjasama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat merupakan
potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada di dalam
masyarakat seperti perbedaan suku, agama, budaya, dan perbedaan kepentingan yang
menyimpan konflik, terlebih lagi apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan
disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya, integrasi masyarakat
sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara sehingga perlu untuk
diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat ini berarti kegagalan
untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang bersangkutan

F. Rangkuman Tentang Integrasi Nasional


Pertahanan dan keamanan negara memang bukan hanya tugas TNI saja, kita pun
sebagai warga negara wajib untuk membela negara sesuai dengan UUD NRI tahun 1945
pada pasal 30 ayat (1), yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”Integrasi berasal dari bahasa Latin yakni
integrate yang berarti member tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, integrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Kata
Nasional berasal dari kata nation (inggris) yang berarti bangsa. Dengan demikian, yang
dimaksud integrasi nasional adalah kesatuan yang bulat dan utuh dari suatu bangsa.
Integrasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu integrasi sosial, integrasi kebudayaan, dan
integrasi nasional.

G. Contoh-contoh praktik kewarganegaraan


1. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu
bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya, sama
halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Banyak rakyat dan pemimpin negara yang mempunyai argumen masing-
masing untu kepentingannya. Namun Kadang juga secara terioristis, perbedaan
kepentingan dapat menimbulkan masalah yang besar bagi orang yang melakukanya.
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik
ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
2. Dendam karena kekalahan dengan sekolah lain
Biasanya ini terjadi ketika adanya per tandingan bola antar sekolah. Dimana tim
sekolah yang satu kalah dengan sekolah yang lain. Hal ini menyebabkan adanya
rasa kecewa dan celakanya mereka ini biasanya melampiaskan rasa kekecewaan
nya dengan mengajak berkelahi tim sekolah lain tersebut. Hal ini tentunya
merupakan bentuk ketidak spor tifan pelajar dalam mengalami kekalahan. Apabila
seorang siswa dari suatu sekolah menengah atas dipalak atau dirampas uang dan
hartanya, dia akan melapor kepada pentolan di sekolahnya. Kemudian pentolan itu
akan mengumpulkan siswa untuk menghampiri siswa dari sekolah musuh ditempat
dimana biasanya mer eka menunggu bis atau kendar aan pulang. Apabila jumlah
siswa dari sekolah musuh hanya sedikit, mereka akan balik memalak atau
merampas siswa sekolah musuh tersebut. Tetapi jika jumlah siswa sekolah musuh
tersebut seimbang atau lebih banyak, mereka akan melakukan kontak fisik.

3. Pertentangan Sosial
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu
bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika
individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan
dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau
alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari
kepentingan tersebut. Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua
orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun
rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal
kepentingannya.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu
tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh
individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membedabedakan yang lain.
4. Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang
mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan
individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan
hak yang harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas
dan melakukan tindakan penyelesaian.
Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau
masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak
langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak
tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.
5. Meningkatnya Kriminalitas
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap
orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke arah
yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut
dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang
karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan
dalam kehidupannya. Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus
akan diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan
kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua
orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan
setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan
kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban
yang dilakukan.
6. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal
itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh
karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan
remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-
perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua
orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang. Selain
itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya sifat
individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan masyarakat
lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang berwenang. Perubahan sosial,
ekonomi, budaya, dan unsur budaya lainnya dapat mengakibatkan disintegrasi..
Remaja yang bersangkutan cenderung melakukan tindakan-tindakan yang
mengarah ke kejahatan seperti mengambil barang atau hak milik orang lain tanpa
izin. Ketiga, ada yang namanya kenakalan khusus (istimewa), dalam bentuk ini
kenakalan remaja yang dimaksud sudah tingkat tinggi karena telah menyentuh pada
tindak kriminalitas.Contohnya, melakukan pemerkosaan pada anak dibawah umur;
seperti kasus Yuyun yang pernah marak menjadi perbincangan; penyalahgunaan
narkotika bahkan sampai berujung pembunuhan atau penghilangan nyawa manusia.
7. Korupsi Membuat Kepercayaan Masyarakat Menghilang
Korupsi adalah perbuatan yang membunuh kelangsungan hidup suatu negara.
Walaupun begitu, tindak pidana korupsi seperti menjadi budaya yang dianggap
lumrah. Pada tahun 2014-2015 Mahkamah Agama telah memutuskan adanya 803
kasus tindak pidana korupsi di Indonesia (Ayuningtyas, 2016). Bahkan Indonesia
masuk dalam urutan negara ke-88 dari 168 negara di dunia menurut survei Lembaga
Transparency International (TI) dalam kategori tindak pidana korupsi (Hafid,
2016). Hal ini sangat menyedihkan, dimana uang yang dikorupsi adalah uang
rakyat. Uang ini seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan
rakyat, namun hanya segelintir orang secara individu dan kelompok yang
menikamatinya.
Kesejahteraan sebagai kunci kemakmuran suatu negara tidak akan tercapai jika
masih banyak perilaku korupsi. Berbagai macam kalangan sudah terlibat dalam
tindak pidana korupsi, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha,
wiraswasta, guru, jaksa, bahkan hakim. Sebagai contoh kasus yang yaitu
tertangkapkapnya Irman Gusman yang menjabat sebagai Ketua DPD (Rizki, 2015).
Sedihnya korupsi dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan sebagai wakil
rakyat. Seharusnya orang-orang ini yang membawa Indonesia menjadi lebih maju,
bukan melakukan tindak pidana korupsi.
Dampak korupsi tidak hanya dirasakan satu sisi saja, namun saling berkaitan
satu sama lain, seperti urutan domino yang berjatuhan. Bukan hanya pembangunan
saja yang bermasalah, namun seluruh faktor pembangun bangsa juga bermasalah.
Pada tahun 2015 sejumlah 31,077 triliun merupakan jumlah kerugian negara akibat
tindak pidana korupsi, data ini diperoleh dari survei Indonesia Corruption Watch
(ICW) (Dwi, 2016). Untuk memenuhi defisit maupun melaksanakan pembangunan,
suatu negara harus berhutang.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan
perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan
secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar
baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif
bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru
B. SARAN
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi
nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak
adanya konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun
indonesia ini berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah
negara yang satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia. Bagi
pembaca diharapkan kita bisa menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan
proses pemersatuan perbedaan perbedaan yang ada pada negara kita sehingga terciptanya
keserasian dan tidak adanya konflik dalam negara.

DAFTAR RUJUKAN

https://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/diakses pada 9 september


2019
http://silva.web.unej.ac.id/2015/09/14/pentingnya-integrasi-nasional-bagi-indonesia/ Diakses
pada 9 september 2019
Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)/ Diakses pada 9
september 2019
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya
integrasi-nasional.org/wiki)/Diakses pada 9 september 2019
https://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/ Diakses pada 9 september
2019

Anda mungkin juga menyukai