Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS DI RUANG 25 RUMAH SAKIT UNIT


DAERAH dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
NAMA : WINDA SETIOWATI
NIM : 1930054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus (DM) di
Ruang 25 Rumah Sakit Unit Daerah dr. Saiful Anwar Malang yang dilakukan Oleh :
Nama : Winda Setiowati
NIM : 1930054
Prodi : Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Kegawatdaruratan dan Kritis yang dilaksanaka pada tanggal 27 Oktober 2019 – 01 November
2019 yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 01 November 2019

Malang, 01 November 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN (RKM)

Departemen : KMB Mahasiswa : Winda Setiowati


Periode : 2019 Pembimbing : Bu Eni
Ruang : 25 Minggu ke :1

A. Target yang ingin dicapai


Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien selama 1 minggu (27 Oktober 2019
s/d 01 November 2019)
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Diabetes Melitus (DM).
2. Mampu mengkaji kadar gula darah pada pasien dengan Diabetes Melitus (DM).
3. Mampu memberikan terapi insulin pada pasien dengan Diabetes Melitus (DM).
4. Mampu mengetahui diit yang sesuai pada pasien dengan Diabetes Melitus (DM).
5. Mampu memberikan tindakan rawat luka pada pasien Diabetes Melitus (DM).

B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1. a. Melakukan pengkajian pada Hari Dapat melakukan pengkajian
pasien Diabetes Melitus ke-1 dasar
(DM).
2. a. Mampu mengkaji kadar Hari a. Mampu mengkaji status
gula darah pada pasien ke-2
Diabetes Melitus (DM).
b. Mampu memberikan terapi b. Mampu mengkaji kekuatan
insulin Diabetes Melitus otot.
(DM).
3. a. Memberikan terapi Hari ke a. Mampu memberikan terapi
oksigenasi 3 -6 oksigenasi
b. Memantau tanda – tanda vital b. Mampu memantau tanda –
tanda vital

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


1. Tindakan pengkajian sesuai target kompetensi
2. Tindakan pemeriksaan kadar gula darah sesuai target kompetensi
3. Tindakan monitor kadar gula darah pasien sesuai target kompetensi
4. Tindakan memberikan terapi insulin sesuai target kompetensi
5. Tindakan memberikan oksigenasi sesuai target kompetensi
6. Tindakan memantau tanda – tanda vital sesuai target kompetensi
D. Evaluasi Diri Praktikan
a. Mampu melakukan semua rencana

Mengetahui,
Malang, 01 November 2019
Pembimbing lahan RSSA Malang Mahasiswa

Winda Setiowati
NIM 1930054
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin
terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya.
InternationalDiabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensiDiabetes
Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikanDM sebagai penyebab
kematianurutan ke tujuh di duniasedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me
litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus
tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar
sampai 57%. Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2disebabkan oleh faktor risiko
yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua
adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat.
Dalam Perkeni 2006 menyebutkan bahwa World Heatlh Organization (WHO)
juga memprediksi kenaikan jumlah pasien di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000
menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada di
peringkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan
Cina menurut Reputrawati dalam Hans (2008). .Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan gejala adalah 1,1%. Sedangkan prevalensi nasional DM
berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada pendudukumur >15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Riset ini juga menghasilkan angka
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) secara nasional berdasarkan hasil pengukuran gula
darah yaitu pada penduduk berumur>15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan
sebesar 10,2%.

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus mulai dari
pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis, pencengahan sampai penanganannya.
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.

1.4 MANFAAT
Dari laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada penderita diabetes melitus
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
Memberikan motivasi kepada perawat untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan
kepada pasien diabetes melitus sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam tindakan.
2. Bagi instansi terkait
Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dengan
meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penanganan dibetes melitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari
empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para
pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Fatimah, 2015).
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin
terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya (Annani, 2012).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih
dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam-diam atau “Silent killer”. Seringkali
manusia tidak menyadari apabila orang tersebut telah menyandang diabetes, dan
seringkali mengalami keterlambatan dalam menanganinya sehingga banyak terjadi
komplikasi. Diabetes juga dikenal sebagai “Mother of Disease” karena merupakan
induk atau ibu dari penyakit-penyakit lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung dan
pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. Penyakit Diabetes Melitus dapat
menyerang semua lapisan umur dan sosial ekonomi. Apabila dibiarkan tidak terkendali
maka penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi lain yang membahayakan kesehatan
(Annani, 2012).
2.2 Etiologi
Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) DM tipe 1
a. Faktor genetic : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTTI) DM tipe 2


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak
tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI
ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.Pada
awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan glikemia Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh beberapa hal,


yaitu:
a. Pola Makan Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan jumlah
atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk
disekresikan.
b. Obesitas orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang yang
tidak gemuk.
c. Faktor genetik seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluargayang
terkena juga.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi
pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat
menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan
hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormoninsulin.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat
menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu
menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi
insulin

2.3 Klasifikasi
1. DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak pada
sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan
mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-
kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat
kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro, 2007). Pada DMT 1 biasanya
reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya cukup atau normal
(jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin pada
orang normal ± 35.000 sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin
(Tjokroprawiro, 2007). DMT1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada
DMT1 tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus
mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT 1 tanpa pengaturan harian, pada
kondisi darurat dapat terjadi (Riskesdas,2007).

2. DM Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin=DMT 2)


DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan
disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut:
(Tjokroprawiro, 2007). Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang,
sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin
yang efektif belum memadai. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara
20.000-30.000) pada obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000. Kadang-kadang
jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak
efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin terganggu). Terdapat
kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler terganggu. Adanya
kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4. DM tipe2 ini biasanya terjadi di usia
dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes tipe2, walaupun
keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe2 sudah menjadi umum di
Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat,
kegemukan dan malas berolahraga (Riskesdas, 2007).

2.4 Manifestasi Klinis


a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah keginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar.
Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan.
f. Kesemutan pada ekstremitas.
g. Infeksi kulit dan pruritus.
h. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat.
(Purwanto. H, 2016).

2.5 Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari terikatny ainsulin
tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolismglukosa dalam
sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai
adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal –hal tersebut insulin
menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam
mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya glukosa dalam
darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk
disekresikan .Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu,
keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut, sertakadar
glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis
meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini. 11Walaupun sudah terjadi
adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe
II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel yangadekuat untuk mencegah
terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada badan keton yang menyertainya. Dan
kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi hal initidak terjadi pada
penderita diabetes melitus tipe II.
2.6 Pathway
2.7 Komplikasi
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam
5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa
pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
b. Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
c. Penyakit vaskuler perifer
d. Stroke
e. Mikroangiopati
f. Retinopati
g. Nefropati

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan kadar serum glukosa
Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
b. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu nilai lain
lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr

c. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol

d. Pemeriksaan kadar glukosa urin


Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim
glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam urin.

(Carpenito, 2013)
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.

Tujuan penatalaksanaan nutrisi :

1. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral


2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3. Memenuhi kebutuhan energi
4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
6. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.

b. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia.

c. Terapi
Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah

Obat oral anti diabetik


1. Sulfonaria
Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
2. Biguanid
Metformin 500 mg

d. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat, pengenalan
dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien

Meliputi nama, umur biasanya penderita Diabetes Mellitus Tipe II berusia

diatas 40 tahun, jenis kelamin, agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui

tingkat pengetahuan klien yang akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman

klien akan suatu informasi, pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui apakah

pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau bahkan faktor presipitasi

terjadinya penyakit DM, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk RS, tanggal

pengkajian, diagnosa medis dan alamat.

B. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang


Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya klien dengan Diabetes Mellitus akan mengeluh adanya

gejala-gejala spesifik seperti poliuria, polidipsi dan poliphagia, mengeluh

kelemahan dan penurunan berat badan.


Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular, kelelahan,

gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot yang menunjukkan

gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis. Dapat juga

adanya keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh atau bahkan membusuk

menjadi latar belakang penderita datang ke rumah sakit.


Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST dari mulai keluhan

dirasakan sampai klien datang ke rumah sakit.

Keluhan Utama Saat Pengkajian


Berisi tentang keluhan klien pada saat dilakukan pengkajian yang

dikembangkan dengan metode PQRST.


b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas, hipertensi, riwayat

penyakit pankreatitis kronis, dan riwayat glukosuria selama stress

(kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit), atau terapi obat

(glukokortikosteroid, diuretik tiazid, kontrasepsi oral). Perlu juga dikaji

apakah klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Penyakit Menular
Pada umumnya penderita DM mudah terkena penyakit peradangan atau

infeksi seperti TBC Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada

yang mempunyai penyakit menular seperti TBC Paru, Hepatitis, dll.


Riwayat Penyakit Keturunan
Kaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama

dengan klien yaitu DM karena DM merupakan salah satu penyakit yang

diturunkan, juga perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang

mempunyai penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, atau penyakit

endokrin lainnya.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk : normochepal
Rambut : lebat, sedikit beruban
Mata : Conjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (- / -), Reflek
cahaya +/+, fungsi penglihatan baik.
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus.
Tidak ada peningkatan JVP.
3. Thorak
Inspeks: simetris
Perkusi: Sonor kanan kiri
Palpasi : fremitus kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak.
Auskultasi : paru-paru : Vesikuler kanan kiri
Jantung : S1 S2 murni, iktus cordis teraba
4. Abdomen
Inspeks: Perut kelihatan lebih besar, dengan diameter 30 cm.
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi: timpani
Auskultasi : Peristaltik 20 x per menit
5. Inguinal dan genitalia
Tidak ada kelainan di regio inguinal. Klien terpasang dower catheter sejak
tanggal 23 maret 2005.
6. Ekstremitas
\Terdapat ulkus di tumit kaki kiri, luas ulkus dengan diameter ± 5 cm
kadalamannya ± 1 cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat udema
di bagian distal kaki kiri. Infus terpasang di tangan kiri.

3.2 Diagnosa Keperawatan


3. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi
4. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Secara
Aktif
5. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi, Kurang
Pengetahuan, Faktor Mekanik (tekanan, benturan, gesekan)

3.3 Rencana Keperawatan


Ketidakseimbangan 1) Status nutrisi 1) Manajemen Nutrisi
Nutrisi : Kurang Defenisi : sejauh mana Aktivitas :
Dari Kebutuhan tingkat nutrisi yang  Mengkaji adanya pasien alergi
Tubuh berhubungan tersedia untuk dapat terhadap makanan
dengan memenuhi kebutuhan  Berkolaborasi dengan ahli gizi
Ketidakmampuan proses metabolik. untuk menentukan jumlah kalori
Untuk Mengabsorbsi Indikator : dan jenis gizi yang dibutuhkan
Nutrisi  Intake nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi
Definisi : intake  Intake makanan pasien
nutrisi tidak adekuat  Mengatur pola makan dan gaya
mencukupi untuk  Intake cairan dalam hidup pasien
memenuhi batas normal  Mengajarkan pasien bagaimana
kebutuhan proses  Energi cukup pola makan sehari- hari yang
metabolik.  Indeks masa tubuh sesuai dengan kebutuhan
Batasan dalam batas normal  Memantau dan mencatat
Karakteristik : 2) Status nutrisi : masukan kalori dan nutrisi
 Nafsu makan asupan makanan dan  Timbang berat badan pasien
menurun cairan dengan interval yang sesuai
 Berat badan Definisi : jumlah  Memberikan informasi yang
menurun (20% atau makanan dan cairan tepat tentang kebutuhan nutrisi
lebih dibawah ideal) dalam tubuh selama dan bagaimana cara
 Kelemahan/ waktu 24 jam. memenuhinya
kerapuhan pembuluh Indikator :  Membantu pasien untuk
kapiler  Intake makanan menerima program gizi yang
 Penurunan berat melalui oral adekuat dibutuhkan
badan dengan intake
 Intake cairan melalui
makanan yang cukup oral adekuat 2) Therapy nutrisi
 Kurangnya  Intake cairan melalaui Aktivitas :
informasi intravena dalam batas  Memantau makanan dan
 Konjungtiva dan normal minuman yang dimakan dan
membran mukosa 3) Status nutrisi : hitung intake kalori sehari yang
pucat intake nutrisi sesuai
 Tonus otot buruk Definisi : intake nutrisi  Memantau ketepatan anjuran
 Melaporkan intake yang dibutuhkan diet untuk memenuhi kebutuhan
makanan yang untuk memenuhi nutrisi sehari- hariyang sesuai
kurang dari proses metabolic  Berkolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan makanan Indikator : untuk menentukan jumlah kalori
yang tersedia  Intake kalori dalam dan jenis gizi yang dibutuhkan
batas normal untuk memenuhi kebutuhan gizi
 Intake protein dalam pasien
batas normal  Memberikan makanan sesuai
 Intake lemak dalam dengan diet yang dianjurkan
batas normal  Memantau hasil labor
 Intake karbohidrat Memberikan
dalam batas normal  Mengajari kepada keluarga dan
 Intake serat dalam pasien secara tertulis contoh diet
batas normal yang dianjurkan
 Intake mineral 3) Monitor Gizi
dalam batas Aktivitas :
normal  Memantau berat badan pasien
 Memantau turgor kulit
 Memantau mual dan muntah
 Memantau albumin, total
protein, Hb, hematokrit, dan
elektrolit
 Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak enak
 Memantau apakah konjungtiva
pucat, kemerahan, atau kering
 Memantau intake nutrisi dan
kalori

Kekurangan Volume a) Keseimbangan 1) Manajemen Cairan


Cairan berhubungan cairan Aktivitas :
dengan Kehilangan Defenisi : keseimbangan  Mempertahankan keakuratan
Volume Cairan cairan di intraselluler dan catatan intake dan output
Secara Aktif ekstraselluler di dalam  Memonitor status hidrasi
Definisi : penurunan tubuh (kelembaban membran mukosa,
cairan Intravaskuler, Indikator : nadi, tekanan darah ortostatik ),
Interstisial, dan atau  Tekanan darah jika diperlukan
Intrasel. Diagnosis ini dalam batas  Memonitor vital sign
mengacu pada normal  Memonitor hasil labor yang
dehidrasi yang  Keseimbangan sesuai dengan retensi cairan
merupakan kehilangan intake dan output (BUN, Ht, osmolalitas urin)
cairan saja tanpa selama 24 jam  Memonitor masukan makanan/
perubahan dalam  Turgor kulit baik cairan dan hitung intake kalori
natrium.  Membran harian
Batasan mukosa lembab  Berkolaborasi untuk pemberian
Karakteristik :  Hematokrit cairan IV
 Perubahan status dalam batas 2) Monitor Cairan
mental normal Aktivitas :
 Penurunan  Menentukan faktor resiko dari
tekanan darah b) Hidrasi ketidakseimbangan cairan
 Penurunan Definisi : kecukupan (polyuria, muntah, hipertermi)
volume/ tekanan cairan di intraselluler dan  Memonitor intake dan output
nadi ekstraselluler di dalam  Memonitor serum dan jumlah
 Penurunan turgor tubuh elektrolit dalam urin
kulit/ lidah Indikator :  Memonitor serum albumin dan
 Pengisian vena  Turgor kulit baik jumlah protein total
menurun  Membran  Memonitor serum dan
 Membran mukosa lembab osmolaritas urin
mukosa/ kulit kering  Intake cairan  Mempertahankan keakuratan
 Peningkatan dalam batas normal catatan intake dan output
hematokrit meninggi  Pengeluaran Urin  Memonitor warna, jumlah dan
 Peningkatan dalam batas normal berat jenis urin.
denyut nadi 3) Terapi Intravena
 Konsentrasi urine Aktivitas :
meningkat  Periksa tipe, jumlah, expire date,
 Kehilangan berat karakter dari cairan dan
badan seketika kerusakan botol
 Kehausan  Tentukan dan persiapkan pompa
 Kelemahan infuse IV
 Hubungkan botol dengan selang
yang tepat
 Atur cairan IV sesuai suhu
ruangan
 Kenali apakah pasien sedang
penjalani pengobatan lain yang
bertentangan dengan
pengobatan ini
 Atur pemberian IV, sesuai resep,
dan pantau hasilnya
 Pantau jumlah tetes IV dan
tempat infus intravena
 Pantau terjadinya kelebihan
cairan dan reaksi yang timbul
 Pantau kepatenan IV sebelum
pemberian medikasi intravena
 Ganti kanula IV, apparatus, dan
infusate setiap 48 jam,
tergantung pada protocol
 Perhatikan adanya kemacetan
aliran
 Periksa IV secara teratur
 Pantau tanda-tanda vital
 Batas kalium intravena adalah 20
meq per jam atau 200 meq per
24 jam
 Catat intake dan output
 Pantau tanda dan gejala yang
berhubungan dengan infusion
phlebitis dan infeksi lokal

Kerusakan a) Integritas a) Managemen Tekanan


Integritas Jaringan Jaringan : kulit Aktifitas ;
berhubungan dan membran  Memakaikan pasien pakaian
dengan Perubahan mukosa yang tidak membatasi gerak
Sirkulasi, Kurang Defenisi : keutuhan  Menahan diri untuk melakukan
Pengetahuan, Faktor struktur dan fungsi tekanan pada bagian tubuh yang
Mekanik (tekanan, fisiologis normal dari sakit
benturan, gesekan) kulit dan membrane  Meninggikan ektremitas yang
Definisi : kerusakan mukosa terluka
pada selaput lendir, Indikator :  Memutar posisi pasien setiap
kornea, kulit dan  Temperature kulit dua jam sekali, berdasarkan
jaringan subkutan dalam batas jadwal khusus
Batasan normal  Memantau area kulit yang
Karakteristik :  Susunan dalam kemerahan atau rusak
 Kerusakan batas normal  Memantau pergerakan dan
jaringan  Perfusi jaringan aktifitas pasien
(kornea, baik  Memantau status nutrisi pasien
membrane  Integritas kulit  Memantau sumber tekanan dan
mukosa, kulit, baik geseran
dan subkutan)
b) Perawatan Luka (3660)
 Kehilangan b) Penyembuhan Aktifitas :
jaringan luka : tahapan  Mengganti balutan plester dan
kedua debris
Definisi : tingkat  Mencukur rambut sekeliling
regenerasi dari sel dan daerah yang terluka, jika perlu
jaringan setelah
 Mencatat karakteristik luka
dilakukan penutupan
termasuk warna, bau dan ukuran
Indikator :
 Membersihkan dengan larutan
 Granulasi dalam
saline atau nontoksik yang
keadaan baik
sesuai
 Bekas luka dalam
 Memberikan pemeliharaan kulit
keadaan baik
luka bernanah sesuai kebutuhan
 Penurunan
 Mengurut sekitar luka untuk
ukuran luka
merangsang sirkulasi
 Menggunakan unit TENS
(Transcutaneous Elektrikal
Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka
yang sesuai
 Menggunakan salep yang cocok
pada kulit/ lesi, yang sesuai
 Membalut dengan perban yang
cocok
 Mempertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
 Memeriksa luka setiap
mengganti perban
 Membandingkan dan mencatat
secara teratur perubahan-
perubahan pada luka
 Menjauhkan tekanan pada luka
 Mengajarkan pasien dan
anggota keluarga prosedur
 perawatan luka
c) Posisi
Aktivitas :
 Menyediakan tempat tidur yang
terapeutik
 Memelihara kenyamanan tempat
tidur
 Menempatkan dalam posisi yang
terapeutik
 Posisi dalam mempersiapkan
kesajajaran tubuh
 Kelumpuhan/menyokong bagian
tubuh
 Memperbaiki bagian tubuh
 Menghindari terjadinya amputasi
dalam posisi fleksi
 Memposisikan untuk
mengurangi dyspnea (mis. posisi
semi melayang), jika diperlukan
 Memfasilitasi pertukaran udara
yang bagus untuk bernafas
 Menyarankan untuk peningkatan
rentang latihan
 Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
 Memasang footboard untuk tidur
 Gunakan teknik log roll untuk
berputar
 Meningkatkan eliminasi urin,
jika diperlukan
 Menghindari tempat yang akan
melukai
 Menopang dengan backrest, jika
diperlukan
 Memperbaiki kaki 20 derajat
diatas jantung, jika diperlukan
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati.
.Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa secara
nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah
1,1%. Sedangkan prevalensi nasional DM berdasarkan hasil pengukuran gula darah
pada pendudukumur >15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Riset
ini juga menghasilkan angka Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) secara nasional
berdasarkan hasil pengukuran gula darah yaitu pada penduduk berumur>15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan sebesar 10,2%.

4.2 SARAN
Diharapkan laporan pendahuluan pada pasien dengan diabetes melitus ini dapat
dijadikan informasi bagi sesama perawat dan tenaga medis lain dalam meningkatkan
asuhan keperawatan pada penderita diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA

Anani, Sri, dkk. 2012. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan
Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus.
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Vol, 4 No. 5
Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta : Kemenkes RI
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga


University Press.
WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016

Anda mungkin juga menyukai