Anda di halaman 1dari 47

KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Ph Air Terhadap Petumbuhan dan Perkembangan


Tanaman Selada
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Biologi
semester I

Disusun oleh:
Arga Christian Roymansa (4)
Arvianty Nazila Nira Prawesty (5)
Gizha Adhira Salsabilla (11)
Kem Achmad Ichsani Rahadian (15)

Kelas XII MIPA 1

SMA NEGERI 48 Jakarta Timur


Jalan Pinang Ranti II No. 1, Makasar, Jakarta Timur 13560
Telp. 8006204 / Fax. 8009437
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ilmiah
yang berjudul “Pengaruh pH Air Terhadap Petumbuhan dan Perkembangan Tanaman Selada”
dengan lancar.
Karya tulis ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas biologi kelas XII semester 1.
Rasa terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat Ibu Dra. Neneng Heni Mardaleni
selaku pembimbing materi dalam penyusunan karya tulis ini, serta semua pihak yang telah
mendukung penyusunan karya tulis ini yang namanya tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh pH air pertumbuhan dan
perkembangan tanaman selada. Juga, diharapkan karya tulis ini dapat menjadi acuan atau
referensi untuk penulisan karya tulis selanjutnya.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik atau saran pembaca
demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Jakarta, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II


DAFTAR ISI....................................................................................................................... III
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian........................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Penelitian .................................................................................................... 2
1.4 Variabel Penelitian ..................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................................... 3

BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4


2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................................................ 4
2.2 pH (Derajat Keasaman) .............................................................................................. 7
2.3 Tanaman Selada .......................................................................................................... 10
2.4 Cahaya Matahari ......................................................................................................... 11
2.5 Hidroponik .................................................................................................................. 12
2.6 Rockwool .................................................................................................................... 13
2.7 Kerangka Pikiran ......................................................................................................... 15
2.8 Hipotesis ...................................................................................................................... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 19


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................... 19
3.2 Variable Penelitian ..................................................................................................... 19
3.3 Metode Penelitian....................................................................................................... 19
3.4 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................................... 20
3.5 Langkah Kerja Penelitian ........................................................................................... 20
3.6 Tabel Data Penelitian ................................................................................................. 21
3.7 Desain Penelitian ........................................................................................................ 21

BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 22


4.1 Deskripsi Penelitian ................................................................................................... 22
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................................... 24
4.3 Analisis Data .............................................................................................................. 25
4.4 Pembahasan ................................................................................................................ 29
BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 32


LAMPIRAN 1 RANCANGAN PERCOBAAN ................................................................ 33
LAMPIRAN 2 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 34
LAMPIRAN 3 TO DO LIST.............................................................................................. 42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa terdiri dari makhluk
hidup dan benda mati. Semua makhluk hidup maupun benda mati memiliki fungsi dan
manfaat yang berbeda-beda. Tuhan menciptakannya berbeda-beda karena Ia mengetahui
bahwa perbedaan itulah yang membuat dunia ini menjadi lebih indah. Keindahan alam
semesta beserta isinya patut disyukuri oleh kita. Dengan mensyukurinya maka hidup ini
akan mudah untuk dijalani.

Alam semesta merupakan suatu kesatuan hidup antara kondisi fisik sumber daya
alam seperti air, matahari, udara, mineral dengan makhluk hidup yang terkandung di
dalamnya. Dalam sebuah kehidupan terdapat interaksi antara lingkungan dengan
makhluk hidup. Bentuk interaksi yang terjadi adalah proses timbal balik yang kompleks.
Dan sudah menjadi hukum alam bahwa semua makhluk hidup harus saling berinteraksi
karena mereka tidak dapat hidup sendiri serta memiliki ketergantungan satu sama lain.

Pada hakikatnya alam tak pernah bisa dipisahkan dari manusia, sebagaimana
yang dapat kita amati di dalam kehidupan sehari-hari. Manusia memanfaatkan alam
disekitarnya seperti tumbuh-tumbuhan untuk dapat bertahan hidup. Tumbuh-tumbuhan
memiliki fungsi diantaranya yaitu sebagai pemberi oksigen, pencegah banjir, pencegah
longsor, juga sebagai bahan pangan, bahan bangunan, bahan untuk membuat pakaian dan
sebagai tanaman penyejuk. Manfaat tersebut menciptakan proses kehidupan yang lancar
serta menunjang kehidupan manusia dari generasi ke generasi selanjutnya.

Makhluk hidup memiliki suatu proses untuk melangsungkan kehidupannya, yaitu


proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan proses untuk
menambah volume, massa, maupun tinggi suatu organisme. Selain bertambah volume
dan massanya, seluruh organisme juga akan mengalami perkembangan yaitu proses
menuju kedewasaan atau proses mematangkan fungsi organnya sehingga dapat
[1]
memberikan keturunan pada jenisnya.

1
Proses pertumbuhan dan perkembangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi pertumbuhan serta tidak pernah jauh dari kehidupan sehari-hari kita
yaitu air. Air adalah sumber energi makhluk hidup yang dapat menyokong segala
kehidupan di alam dan salah satu unsur vital yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Air
terdiri dari berbagai macam seperti air tanah, air hujan, air comberan, air laut dan masih
banyak lagi. Air sangat diperlukan selama siklus kehidupan tanaman mulai dari proses
pertumbuhan dan perkembangan sampai tanaman mati. Tanaman dapat tumbuh dengan
baik jika air yang diperlukan memiliki pH tertentu yang sesuai dengan kriteria
penanaman.

Oleh karena itu, kelompok kami melaksanakan penelitian ini untuk mengetahui
apakah tingkat keasaman atau pH suatu air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam melakukan penanaman agar tumbuhan dapat hidup dengan baik. Serta untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata pelajaran biologi yang dibimbing oleh Ibu Heni
Mardaleni.

1.2 Tujuan Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa tujuan, diantaranya yaitu :
1. Mengetahui pengaruh pH air terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selada.
2. Mengetahui alasan pH air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman selada.

1.3 Rumusan Penelitian


Rumusan penelitian ini antara lain adalah:
1. Apa pengaruh pH air terhadap pertuimbuhan dan perkembangan tanaman selada?
2. Mengapa pH air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selada?

2
1.4 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya; variabel
bebas yaitu pH air, dan variabel terikat yaitu tanaman selada serta variabel terkontrol
yaitu cahaya matahari, media tanam dan metode tanam hidroponik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman selada.
2. Mengetahui pH manakah yang dapat membuat tanaman selada tumbuh dan
berkembang dengan baik.
3. Menambah pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Memberikan pengetahuan bagi semua orang yang tertarik dalam bidang pertanian
untuk menggunakan pH yang tepat ketika menanam tumbuhan.
5. Sebagai bahan ajar dan referensi dalam bidang pendidikan.
6. Dapat menerapkan hasil penelitian dalam kehidupan sehari-hari.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pertubuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah adanya perubahan bentuk dikarenakan bertambahnya jumlah sel


yang diikuti dengan pembesaran ukuran sel-sel yang membentuk makhluk hidup
tersebut. Pertumbuhan merupakan proses irreversible atau tidak dapat kembali ke bentuk
semula. Pertumbuhan pada makhluk hidup bisa dilihat dari ukuran yang semakin
membesar. Pada tumbuhan sendiri ditandai dengan ukuran yang semakin bertambah,
akar dan batang yang semakin besar dan kuat.

Pertumbuhan pada tumbuhan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Pertumbuhan Primer

Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang sangat dasar yang terjadi pada
tumbuhan. Pertumbuhan primer terjadi karena sel-sel pada jaringan meristem
melakukan pembelahan secara terus-menerus. Jaringan meristem terdapat pada ujung
akar dan ujung batang. Karena itu, pertumbuhan primer mempengaruhi ukuran akar
dan batang pada tumbuhan. Pertumbuhan primer diantaranya adalah pembentukan
lapisan epidermis, korteks, xilem primer, floem primer juga empelur.

Titik pertumbuhan primer dibagi menjadi 3 bagian:

Ujung akar : Sel-sel yang berkembang pada ujung akar membentuk jaringan-jaringan
penyusun akar seperti: epidermis, endodermis, korteks dan silinder pusat.

Daerah pemanjangan setelah daerah pembelahan : Di sini, pertumbuhan tumbuhan


ditandai dengan bertambahnya ukuran tumbuhan tersebut.

Daerah diferensiasi : Sel-sel yang bertumbuh di daerah diferensiasi berkembang


membentuk sel-sel dengan fungsi khusus.

4
2. Pertumbuhan Sekunder

Disebut juga dengan meristem sekunder. Pertumbuhan ini ditandai dengan


pelebaran batang, penambagan lingkar tahun dan jaringan parenkim yang
menghubungkan kulit kayu dengan empelur atau disebut juga dengan jari-jari
empelur.

Pada xilem dan floem terdapat sel-sel kambium yang membelah aktif. Sel
kambium yang membelah ke dalam akan membentuk xilem sekunder sedangkan yang
membelah ke luar membentuk floem sekunder. Pertumbuhan sekunder ini biasanya
dipengaruhi oleh musim. Aktivitas kambium akan meningkat pada musim penghujan
dan menurun pada musim kemarau.

Pertumbuhan primer dan sekunder ini akan terus berlangsung selama tumbuhan
tersebut masih hidup.

Perkembangan adalah proses perubahan fungsi organ-organ tubuh yang menjadi


lebih kompleks. Perkembangan terjadi karena adanya diferensiasi sel. Diferensiasi sel
adalah proses mekanisme yang menyebabkan sel dengan struktur dan fungsi yang
sama menjadi berbeda, menjadi jaringan yang dewasa. Perkembangan pada tumbuhan
contohnya dengan munculnya bunga sebagai alat reproduksi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan pada tumbuhan pun tidak luput dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan dibagi menjadi 2, yaitu

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah terkatung pada


gen dan hormon. Gen adalah unit yang berfungsi untuk pewarisan sifat. Gen berbentuk
susunan DNA yang menentukan pewarisan yang sama dengan induknya. Sedangkan
hormon adalah pembawa pesan kimia antar sel. Macam-macam hormon pada tumbuhan:

Auksin: dibentuk oleh ujung batang dan ujung akar pada tumbuhan dan berperan dalam
proses pemanjangan sel dan merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem.
Selain itu, Auksin pun berfungsi untuk pertumbuhan buah dan diferesiasi sel.

5
Giberelin: berfungsi dalam merangsang pembentukan serbuk sari dan membuat tumbuhan
menjadi besar. Sangat berpengaruh dalam pertumbuhan akar, daun, bunga serta buah.

Sitokinin: berfungsi untuk memperpanjang usia jaringan tumbuhan.

Asam Absistat atau Dormin: berfungsi mempertahankan kelangsungan hidup tumbuhan


saat ada pengaruh buruk dari lingkungan luar. Dormin pun berfungsi untuk menutup
stomata di saat tumbuhan kekurangan air.

Gas Etilen: berfungsi untuk mempercepat pemasakan buah mentah juga membantu dalam
penembalan batang.

Kalin: terbagi menjadi 4 bagian yaitu Rizokalin yang berfungsi untuk merangsang
pembentukan akar, Kaukalin yang bersungsi untuk pertumbuhan batang, Filokalin yang
berfungsi untuk pembentukan daun dan Antokalin yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan bunga.

Asam Traumalin: berfungsi untuk memperbaiki jaringa yang luka pada akar atau batang.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah materi lain selain tumbuhan itu sendiri yang berdampak
pada tumbuhan tersebut. Beberapa di antaranya adalah:

a) Nutrisi

Seperti layaknya makhluk hidup pada umumnya, tumbuhan pun memerlukan


makanan untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Tumbuhan memerlukan unsur-
unsur makanan dan mineral dalam jumlah tertentu. Nutrisi yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dalam jumlah banyak disebut makronutrien. Makronutrien di antaranya
adalah karbon, oksigen, nutrigen, fospor, magnesium dan kalium. Sedangkan nutrisi
yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut mikronutrien. Contoh mikronutrien
adalah klor, besi, tembaga dan lain-lain.

b) Cahaya Matahari

Cahaya matahari sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan


perkembangan pada tumbuhan hijau. Cahaya matahari digunakan untuk membantu
proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembentukan makanan pada tumbuhan.

6
Makanan yang dihasikan dalam proses fotosintesis inilah yang membantu
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Respon tumbuhan pada cahaya
matahari mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan tersebutyang dikontrol oleh pigmen
bernama fitokrom.

c) Suhu

Suhu di mana tumbuhan itu berada dapat mempengaruhi proses fotosintesis. Cara
tumbuhan bertahan hidup akan suhu yang tidak tetap adalah dengan mengatur proses
penguapan yang terjadi pada daun. Jika suhu tinggi, tumbuhan akan meningkatkan
proses penguapan dan menurunkannya ketika suhu rendah.

d) Kadar Air

Air memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan. Airlah yang mengatur laju pada proses fotosintesis dan mengedarkan
hasilnya pada seluruh bagian tubuh sel tumbuhan.[1]

2.2 pH (Derajat Keasaman)

Istilah “pH” pertama kali dijelaskan oleh ahli biokimia Denmark, SPL Sorensen pada
tahun 1909. pH adalah singkatan untuk “kekuatan hidrogen” di mana “p” adalah
singkatan kata Jerman untuk kekuasaan, potenz, dan H adalah simbol unsur untuk
hidrogen. H dikapitalisasi karena standar untuk memanfaatkan simbol unsur. Singkatan
ini juga diberlakukan di Perancis, dengan pouvoir hidrogen menerjemahkan sebagai
“kekuatan hidrogen”.[2]

pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.[3] Lebih rincinya, pH mengukur
jumlah ion hydronium dan ukuran tersebut divisualisasikan dengan skala logaritma dari 0
sampai 14.[4] Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut.
Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.[3] Nilai pH juga tergantung pada suhu. Hal ini
umumnya diasumsikan bahwa solusi yang netral memiliki pH 7.00. Dalam kebanyakan

7
kasus itu adalah pendekatan yang sangat baik, tapi itu benar hanya untuk 25oC. Jika
peningkatan suhu di atas 25oC, pH larutan netral akan menurun di bawah 7. Dan jika
penurunan suhu di bawah 25 derajat celcius, nilai pH akan meningkat di atas 7.[2]

Air asam memiliki pH kurang dari 7 dan air basa lebih dari 7. Setiap angka ini
menggambarkan perubahan derajat asam/basa sebesar 10-kali lipat. Jadi air dengan pH
lima sepuluh kali lipat lebih asam daripada air dengan pH enam.[3] Asam klorida atau
asam muriatic adalah larutan yang sangat kaustik yang duduk di ujung ekstrim dari skala
asam. Bahan kimia ini sering digunakan untuk menurunkan pH air yang sangat basa,
seperti dalam pengobatan kolam renang dan akuarium. Hanya sejumlah kecil asam
klorida yang diperlukan, relatif terhadap jumlah air yang dirawat.

Asam rendah pada skala antara 1,5-2,0 adalah asam lambung, atau asam lambung
yang membantu kita mencerna makanan. Cola termasuk dalam kisaran 2,5, bahkan lebih
asam dari cuka sekitar 3,0. Mungkin juga mengejutkan untuk mengetahui bir yang
sedikit lebih asam daripada hujan asam, dan kopi hanya sedikit kurang asam.

Air murni memiliki pH netral dan air liur manusia melayang dekat dengan netral,
sementara darah kita adalah sedikit basa. Air laut berada pada skala antara 7,7 dan 8,3,
dan produk-produk seperti sabun tangan, amonia dan pemutih skor tinggi pada skala basa
berjalan antara 9,0-12,5. Sangat basa adalah baking soda atau sodium bikarbonat sering
digunakan untuk meningkatkan basa air asam.

Para penggemar aquarium sangat bergantung pada pengukuran yang tepat terkait
untuk ikan menjaga tetap sehat. Tubuh besar air seperti danau dan lautan memiliki
fluktuasi pH yang sangat kecil, sehingga ikan tidak toleran terhadap fluktuasi asam basa.
Tanaman yang membusuk, sisa makanan ikan dan bahkan limbah ikan semua memiliki
kecenderungan untuk menciptakan keasaman dalam akuarium, sedangkan beberapa jenis
batu dan kerang dapat terus melepaskan sejumlah jejak kalsium, meningkatkan
alkalinitas.

Karena perlakuan kimia air dan faktor-faktor lainnya, air keran di banyak kota-kota
besar di seluruh Amerika Serikat cenderung basa dengan pH mendekati 8,0. Meskipun
minum air keran dengan alkalinitas tidak berbahaya, menurunnya kualitas air keran

8
selama bertahun-tahun telah menghasilkan banyak orang memilih untuk menyaring
keran atau filter untuk menghilangkan klorin, chloramin, pestisida dan zat lainnya. Filter
ini tidak mengubah pH air.[4] Kadar pH dalam air sangat dipengaruhi oleh kandungan
kimia di dalamnya. Oleh karenanya, pH sering digunakan sebagai indikator apakah air
tersebut mengalami perubahan kimiawi atau tidak. Kadar pH dapat diubah yaitu dengan
menggunakan garam asam dan garam basa. Larutan buffer adalah salah satu produk yang
banyak dijual di pasaran, karena sudah banyak dimanfaatkan untuk menaikkan atau
menurunkan kadar asam atau basa suatu larutan.[5]

Berikut adalah alat-alat yang digunakan untuk mengukur pH:


1.Indikator Universal

Untuk mengukur pH air bisa


memanfaatkan alat yang mudah dan sederhana
yaitu Kertas Indikator Universal. Indikator
universal adalah indikator pH berisi larutan dari
beberapa senyawa yang menunjukkan beberapa
perubahan warna yang halus pada rentang pH
antara 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau
kebasaan larutan.

2.pH meter

pH meter merupakan alat pengukur pH elektronik yang


umum dipakai untuk air yang jernih dan tidak bercampur
lumpur. Karena jika digunakan pada air yang keruh dan
bercampur dengan lumpur maka pH tersebut tidak lagi akurat
atau hasil ukuran akan selalu berubah-ubah, dan setiap
pemakaian wajib dikalibrasi atau disetel ulang.
Untuk memakainya anda bisa mengambil air yang akan diukur kadar pH nya, setelah
itu nyalakan pH meter dan masukkan pada air uji. Lalu tunggu hingga digital number
pada alat tersebut tenang atau tidak berubah-ubah.

9
3.TDS Meter

TDS (Total Dissolved Solids) merupakan alat ukur pH


air dengan partikel padatan yang terlarut didalam air, contoh
partikel ini misalnya aluminium, besi, mangan, dll yang tidak
terlihat oleh mata dan bisa secara terus menerus dipantau dan
ditempel pada dinding.

TDS meter ini begitu tepat apabila digunakan untuk mesin pengolah air minum,
sehingga TDS air yang diolah senantiasa terjaga kualitasnya karena dapat dipantau
dengan mudah. Alat pengukur pH air ini bisa mengukur jumlah padatan yang terlarut
dalam air dengan satuan mg/L (ppm) yang ditampilkan berupa angka digital.[6]

2.3 Tanaman Selada

Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim
sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad.

Lactuca sativa, satu-satunya jenis Lactuca yang didomestikasi, merupakan tumbuhan


asli lembah dari bagian timur Laut Tengah. Bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno
menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk "kepala" telah ditanam sejak 4500
SM. Awalnya, tanaman ini mungkin digunakan sebagai obat, dan untuk minyak-bijinya
yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui digunakan untuk diambil
minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun dan batang yang berduri, tidak
membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta mengandung banyak getah.

Pemuliaan tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak
berduri, lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak
pahit. Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan membentuk
kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang dibudidayakan agak lebih
kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada kubis" pada tahun 1543.

10
Ada empat kelompok budidaya selada:

1.capitata, selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead)

2.longifolia, selada cos (romaine)

3.crispa, selada daun longgar

4.asparagina, selada batang

Nilai gizi dan manfaat

Selada mempunyai kandungan mineral, termasuk iodium, fosfor, besi, tembaga,


kobalt, seng, kalsium, mangan, dan potasium, sehingga selada mempunyai khasiat
terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kulit luar yang hijau adalah yang paling
baik. Dimasak perlahan-lahan selama 15 menit merupakan obat penderita insomnia.[7]

2.4 Cahaya Matahari

Sinar matahari atau cahaya matahari merupakan salah satu dari beberapa unsur
kehidupan. Tanpa adanya cahaya atau sinar matahari, kita tidak akan dapat hidup. Bisa
kita bayangkan sendiri Bumi tanpa cahaya matahari seperti apa. Selain akan selalu gelap,
bumi juga akan selalu dingin. Dinginnya bumi akan membuat makhluk hidup tidak dapat
tumbuh, misalnya tanaman. Jika tanaman tidak dapat hidup maka binatang dan manusia
juga tidak akan dapat hidup. Selain sebagai penunjang kehidupan sebagai penghangat
suhu Bumi, sinar matahari juga memiliki manfaat lainnya.

11
Manfaat sinar matahari antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai salah salah satu syarat untuk fotosintesis.


2. Sumber vitamin D alami.
3. Membantu berbagai pekerjaan manusia.
4. Sumber mata pencaharian. [8]

2.5 Hidroponik

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan


tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan
air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah.
Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang
memiliki pasokan air yang terbatas. Hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan
media tanam rockwool.

Berikut ini beberapa kelebihan penanaman menggunakan metode hidroponik, yaitu:

1. Kelebihan bertanam menggunakan metode hidroponik yaitu penghematan biaya,


karena kalian tidak harus melakukan penyiraman air kalian hanya perlu melakukan
kontrol

2. Tidak perlu lahan yang luas sebab penggunaan hidroponik hanya menggunakan lahan
kecil meskipun jumlah tanaman berjumlah banyak

3. Proses perawatan lebih ramah lingkungan sebab tidak perlu menggunakan obat hama
atau pestisida

4. Hidroponik tidak merusak tanah sebab media penanam sama sekali tidak
menggunakan tanah.[9]

12
2.6 Rockwool

Rockwool merupakan salah satu media tanam yang banyak digunakan oleh para
petani hidroponik. Media tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media
lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara yang dapat disimpan
oleh media tanam ini.

Rockwool pertama kali dibuat pada tahun 1840 di Wales oleh Edward Parry, namun
karena massa jenis yang ringan dan kondisi penyimpanan yang tidak baik, tiupan angin
yang sedikit dapat menerbangkan rockwool yang telah diproduksi dan membahayakan
lingkungan kerja. Sehingga produksi ketika itu harus dihentikan.

Rockwool terbuat dari bebatuan, umumnya kombinasi dari batuan basalt, batu kapur,
dan batu bara, yang dipanaskan mencapai suhu 1.600 derajat Celcius sehingga meleleh
menjadi seperti lava, dalam keadaan mencair ini, batuan tersebut disentrifugal
membentuk serat-serat. Setelah dingin, kumpulan serat ini dipotong dengan ukuran yang
sesuai dengan kebutuhan.

Rockwool digunakan sebagai media tanam hidroponik yang mampu menyerap banyak
pupuk cair sekaligus udara yang membantu pertumbuhan akar dalam penyerapan unsur
hara, mulai dari tahap persemaian sampai pada fase produksi. Keunggulan pemanfaatan
rockwool sebagai media tanam yaitu:

1) Ramah lingkungan

2) Tidak mengandung patogen penyebab penyakit

3) Mampu menampung air hingga 14 kali kapasitas tampung tanah

4) Dapat meminimalkan penggunaan disinfektan

5) Dapat mengoptimalkan peran pupuk.

Namun karena terbuat dari bebatuan yang biasanya mengandung mineral alkali dan
alkali tanah dalam jumlah besar, pH dari rockwool cenderung tinggi bagi beberapa jenis
tanaman (antara 7.8 hingga 8.0) sehingga dibutuhkan perlakuan khusus sebelum
dijadikan media tanam atau dengan memanfaatkan pupuk yang bersifat asam.

13
Selain sebagai media tanam, rockwool juga digunakan sebagai insulasi termal dan
penyerap suara yang baik. Tergantung dari asal bahannya, temperatur yang dapat
diterima oleh rockwool sebelum meleleh[10]

Catatan kaki :

1. https://dosenbiologi.com/tumbuhan/pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-tumbuhan

2. https://tatangsma.com/2015/05/pengertian-ph-dan-rumus-ph.html

3. https://id.wikipedia.org/wiki/PH

4. https://usaha321.net/pengertian-ph.html

5. https://kabartani.com/apa-ph-itu-apakah-ph-air-penting-bagaimana-cara-merubah-
kadar-ph.html

6. https://www.semuaikan.com/pengertian-ph/

7. https://id.wikipedia.org/wiki/Selada

8. https://ilmugeografi.com/astronomi/penyinaran-matahari

9. https://sentrabudidaya.com/panduan-cara-menanam-hidroponik/

10. https://id.wikipedia.org/wiki/Rockwool

14
2.7 Kerangka Pikiran

Laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman hidroponik dipengaruhi oleh


beberapa faktor penting, salah satunya adalah pH larutan nutrisi yang digunakan. Derajat
pH larutan nutrisi dipengaruhi oleh air, nutrisi dan cahaya. pH larutan nutrisi hidroponik
diukur dengan menggunakan sebuah alat yang disebut pH Meter. Pada alat tersebut
terdapat skala pH yang terdiri dari 14 angka, mulai dari 0 hingga 14. Pada umumnya pH
ideal larutan nutrisi untuk tanaman hidroponik adalah 7.0, pada angka tersebut larutan
bersifat netral. Namun sebagian besar tanaman hidroponik masih memiliki toleransi
terhadap pH dalam rentang 6,0 hingga 6,5. Larutan nutrisi hidroponik yang menunjukkan
skala dibawah angka 7 bersifat asam, sedangkan larutan dengan skala lebih dari 7 hingga
angka 14 bersifat basa.

Derajat pH mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman


hidroponik, pada larutan nutrisi hidroponik yang bersifat netral memungkinkan tanaman
dapat tumbuh dengan baik dan bertahan hidup dalam jangka waktu yang maksimal.
Unsur hara yang terdapat pada larutan nutrisi hidroponik yang memiliki skala ph antara
6,0 – 6,5 dapat diserap dengan baik oleh akar tanaman sehingga tanaman cukup
mendapatkan makanan yang dibutuhkan. Sedangkan larutan nutrisi hidroponik yang
memiliki skala pH dibawah 6.0 (asam) atau diatas 7.0 (basa) tidak baik bagi
pertumbuhan tanaman. Berikut ini penjelasan tentang pengaruh pH terhadap tanaman
hidroponik ;

a) pH larutan nutrisi hidroponik dibawah 6.0 (asam)

Larutan nutrisi hidroponik dengan skala pH dibawah 60 bersifat asam, karena


jumlah ion H+ yang terdapat pada larutan jumlahnya lebih tinggi daripada ion OH-.
Pada kondisi ini unsur hara makro seperti kalsium, magnesium dan fosfor akan terikat
secara kimiawi sehingga sulit atau tidak dapat diserap oleh akar tanaman sehingga
tanaman mengalami defisiensi unsur hara. Akibatnya tanaman akan tumbuh kerdil
dan tidak dapat berproduksi dengan maksimal. Unsur alumunium dan dan mangan
yang terdapat pada larutan nutrisi yang bersifat asam akan menjadi racun yang dapat
merugikan tanaman.

15
b) pH larutan nutrisi hidroponik diatas 7.0 (basa)

Berbanding terbalik dengan larutan nutrisi yang bersifat asam, pada larutan nutrisi
yang bersifat basa (pH diatas 7.0) jumlah ion OH- lebih tinggi daripada jumlah ion
H+. Pada larutan nutrisi hidroponik yang bersifat basa unsur hara mikro seperti
tembaga, mangan, seng dan besi akan terikat secara kimiawi sehingga tidak dapat
diserap oleh akar tanaman. Akibatnya tanaman mengalami defisiensi unsur hara,
pertumbuhannya kerdil dan cepat mati.

c) Larutan nutrisi hidroponik bersifat netral (6.0 – 6.5)

Pada larutan nutrisi yang bersifat netral ion H+ dan ion OH- memiliki jumlah yang
seimbang sehingga tidak ada pengikatan unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Pada kondisi seperti ini tanaman hidroponik dapat tumbuh dan berproduksi dengan
maksimal, usia tanaman juga lebih panjang atau maksimal sesuai dengan jenis
tanamannya. Pada larutan nutrisi yang bersifat netral unsur hara makro dan unsur hara
mikro dapat diserap oleh akar tanaman secara sempurna, sehingga kebutuhan
makanan dapat terpenuhi dengan baik.

Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkab perubahan pH larutan nutrisi
hidroponik diantaranya :

a) Proses Fotosintesis

Proses fotosintesis pada tanaman terjadi ketika ada cahaya atau sinar
matahari. Proses tersebut terjadi pada pagi hari hingga siang hari, pada saat itu
tanaman memproduksi dan menyimpan makanan (nutrisi) dalam bentuk gula
dan pati. Makanan atau nutrisi dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk
sel-sel dinding dan pertumbuhan. Tanaman juga menghasilkan oksigen dengan
menyerap air dari akar dan karbon (CO2) dari udara. Dampak dari proses
fotosintesis tersebut adalah perubahan (swing) pH kearah alkalis (basa) atau
pH naik. Naiknya pH terjadi karena proses fotosintesis ketika ada cahaya,
bukan karena suhu/temperatur larutan nutrisi yang naik pada siang hari. pH
naik adalah dampak dari proses fotosintesis dimana pada saat tersebut tanaman
membutuhkan banyak air,membutuhkan karbon, melepaskan oksigen,
memproduksi makanan dan menyimpan energi.

16
b) Respirasi

Ketika matahari terbenam proses fotosintesis berhenti. Pada keadaan


gelap atau tidak ada cahaya tanaman hanya melakukan proses pernafasan atau
respirasi. Pada malam hari (tanpa cahaya) tanaman akan mengolah makanan
yang berupa gula dan pati yang disimpan pada saat fotosintesis. Makanan
tersebut digunakan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan. Pada proses ini tanaman akan melepaskan CO2 atau carbon.
CO2 yang larut dalam air (H2O) akan menghasilkan asam karbonat (H2CO3).
Dampak dari proses ini adalah perubahan pH ketingkat yang lebih asam atau
pH turun. Artinya pH akan turun ketika tanaman memproses makanan menjadi
energi, tanaman membutuhkan oksigen dan ketika tanaman memproduksi air
dan carbon dioksida.

c) Media tanam

Yang terakhir adalah pengaruh media tanam. Setiap jenis media tanam
memiliki nilai pH yang berbeda-beda. Misalnya adalah rockwool, rockwool
baru yang belum pernah dipakai memiliki nilai pH yang cukup tinggi atau
bersifat basa. Sebelum digunakan rockwool harus dinetralisir atau diturunkan
pH nya terlebih dahulu. Caranya adalah dengan merendam rockwool baru
menggunakan air selama kurang lebih 24 jam. Air yang digunakan untuk
menetralisir rockwool adalah air yang memiliki pH stabil (5,5) air suling
misalnya air tetesan AC. Namun hal ini tidak berlaku untuk semua jenis
rockwool, rockwool yang memiliki kualitas tinggi memiliki pH yang stabil.
Rockwool kualitas tinggi dibuat dari batuan basaltik (diabas) yang memiliki
keseimbangan mineral yang lebih baik, tahan terhadap reaksi kimia dan non-
reaktif.[1]

Catatan kaki :

1. https://mitalom.com/pengaruh-ph-larutan-nutrisi-pada-tanaman-hidroponik/

17
2.8 Hipotesis

Hipotesis yang kami buat berdasarkan teori diatas adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh pH air terhadap pertumbuhan tanaman selada adalah semakin normal pH air
yang digunakan (mendekati 7) maka pertumbuhan tanaman akan semakin optimal.

2. pH air mempengaruhi pertumbuhan tanaman dikarenakan sifat dari golongan pH itu


sendiri, semakin asam pH maka sifatnya akan semakin korosif sehingga tidak sesuai
dengan kondisi ideal tanaman tumbuh. Begitu juga sebaliknya, semakin basa suatu air
yang digunakan, maka akan semakin kaustik dan menyebabkan pelapukan sehingga
kondisi tersebut bukanlah kondisi ideal untuk tanaman tumbuh.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2019 sampai 16 Agustus
2019, dan telah dilakukan di salah satu rumah anggota kelompok 4 bernama Kem yang
berada di Jalan Depnaker Pinang Ranti Mansion Blok D2-18 Kelurahan Pinang Ranti,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, 13560.

3.2 Variabel Penelitian


1. Variabel Bebas/Manipulasi
 pH air.
2. Variabel Terikat
 Pertumbuhan dan perkembangan tanaman selada.
3. Variabel Kontrol
 Cahaya Matahari
 Media Tanam
 Metode Tanam

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian ini telah dilakukan dengan secara deskriptif dengan cara mengukur
tinggi dan kecepatan pertumbuhan serta perkembangan tanaman.
Pengukuran tinggi telah dilakukan dengan cara mengukur tinggi kecambah dari
permukaan tanah/rockwool dengan penggaris.
Kecepatan pertumbuhan telah dilakukan dengan cara mengumpulkan data tinggi
kecambah setiap harinya, kemudian telah dibuat kesimpulan kecepatan pertumbuhan dari
data yang sudah dikumpulkan.
Perkembangan tanaman telah dilakukan dengan cara menuliskan ciri-ciri dari
kecambah yang tumbuh selama delapan hari, kemudian menyimpulkan perkembangan
yang terjadi pada masing-masing kecambah.

19
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah:
Alat:
1. Wadah
2. Pisau
3. Tusuk gigi
4. Penggaris

Bahan:
1. Rockwool
2. Benih tanaman Selada
3. Larutan Jeruk
4. Air kelapa
5. Air aqua
6. Air keran
7. Larutan sunlight

3.5 Langkah Kerja Penelitian


Adapun langkah kerja penelitian ini sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Memotong rockwool menjadi 15 bagian kecil
3. Melubangi setiap satu bagian rockwool dan mengisi lubang tersebut dengan benih
selada
4. Memisahkan 15 bagian rockwool menjadi lima kelompok yang terdiri dari tiga
rockwool
5. Menyiram tumbuhan selada dengan pH air yang berbeda pada setiap kelompok
6. Menempatkan semua kelompok tanaman selada pada tempat yang teduh
7. Mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman setiap hari
8. Mencatat hasil pengamatan

20
3.6 Tabel Data Penelitian
Pertumbuhan panjang tanaman dengan
Hari Larutan Air Air Air Larutan
jeruk kelapa aqua keran sunlight
Ke-1
Ke-2
Ke-3
Ke-4
Ke-5
Ke-6
Ke-7
Ke-8

3.7 Desain Penelitian

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian yang kami lakukan adalah menguji pertumbuhan dan perkembangan


tanaman selada menggunakan metode hidroponik dengan penyiraman pH air yang
berbeda. Dengan tujuan mengetahui pH air mana yang paling efektif untuk pertumbuhan
tanaman selada. Pertama-tama, kami menyiapkan air jeruk, air kelapa, air aqua, air keran,
dan air sunlight untuk penyiraman tanaman selada. Air-air tersebut kami periksa pH-nya
dengan menggunakan indikator universal. Berikut adalah pH air-air tersebut.

1. Air jeruk menunjukkan pH sebesar 4.


2. Air kelapa menunjukkan pH sebesar 5.
3. Air aqua menunjukkan pH sebesar 5,5.
4. Air keran menunjukkan pH sebesar 8.
5. Air sunlight menunjukkan pH sebesar 8.

Kedua, kami memotong-motong rockwool menjadi 15 bagian kecil untuk menjadi


media tanaman selada. Bagian-bagian kecil tersebut kami bagi menjadi 5 kelompok yang
terdiri dari 3 rockwool setiap kelompoknya. Kami menggunakan 3 rockwool setiap
kelompok agar bila terjadi kegagalan pada satu rockwool, rockwool lainnya dapat
menggantikan rockwool tersebut. Setelah di potong, kami menusuk bagian tengah
rockwool dengan tusuk gigi untuk menaruh benih tanaman selada. Pembagian rockwool
tersebut kami taruh di nampan dan diberi label nama. Untuk perlakuannya, setiap
kelompok rockwool tersebut akan diberi perlakuan yang berbeda. Berikut adalah
perlakuan pada setiap kelompok rockwool.

1. Kelompok A disiram oleh air jeruk.


2. Kelompok B disiram oleh air kelapa.
3. Kelompok C disiram oleh air aqua.
4. Kelompok D disiram oleh air keran.
5. Kelompok E disiram oleh air sunlight.

22
KELOMPOK A KELOMPOK B KELOMPOK C
(air jeruk) (air kelapa) (air aqua)

KELOMPOK D KELOMPOK E
(air keran) (air sunlight)

Hal-hal yang kami perhatikan saat penelitian berlangsung adalah tinggi tanaman,
kecepatan tumbuh, dan rockwool/media tanam. Selain itu, kami menyadari bahwa di
dalam air jeruk, air kelapa, dan air sunlight juga memiliki zat terlarut yang akan
memengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
yang akurat kami mengambil foto benih-benih selada tersebut bersama rockwoolnya
setiap hari dan mengukur pertumbuhan tingginya menggunakan penggaris. Kami lakukan
hal ini sampai kami mendapatkan 8 data pertumbuhan dan perkembangan tanaman selada.

23
4.2 Hasil Penelitian

Pertumbuhan Panjang Tanaman Dengan


Hari Air
Air Jeruk Air Kelapa Air Aqua Air Keran
Sunlight
ke-0 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm
ke-2 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm
ke-3 0 mm 0 mm 3 mm 7 mm 0 mm
ke-4 0 mm 0 mm 7 mm 15 mm 1 mm
ke-5 0 mm 0 mm 13 mm 21 mm 2,5 mm
ke-6 0 mm 0 mm 20 mm 25 mm 3 mm
ke-7 0 mm 0 mm 22 mm 25 mm 3 mm
ke-9 0 mm 0 mm 24 mm 26 mm 3 mm

Rata - rata 0 mm 0 mm 11,125 mm 14.875 mm 1,5625 mm

24
4.3 Analisis Data

Tanaman selada dengan air jeruk:

1. Pada hari ke-2, benih selada tidak mengalami perkecambahan


2. Pada hari ke-3, benih selada tidak memngalami perkecambahan dan rockwool mulai
berubah warna menjadi coklat kehitaman.
3. Pada hari ke-4, rockwool mengeluarkan bau busuk.
4. Pada hari ke-6, benih selada tetap tidak mengalami perkecambahan dan rockwool
mengeras dan mengkerut serta tidak dapat menyerap air jeruk
5. Pada hari ke-7, karena benih selada tampak mati dan rockwool sudah mengeras serta
berbau maka kami tidak melanjutkan pengamatan.

Dari pengamatan tersebut dapat dianalisis bahwa benih selada tidak dapat tumbuh
dengan air jeruk yang ber-pH 4. Dapat dilihat juga rockwool mengalami oksidasi akibat
dari asam air jeruk sehingga oksigen yang masuk ke rockwool terhambat dan rockwool
mengeras serta mengkerut. Bau busuk yang dikeluarkan oleh rockwool tersebut juga
disebabkan oleh air jeruk yang dibiarkan di tempat terbuka.

25
Tanaman selada dengan air kelapa:

1. Pada hari ke-2, benih selada tidak mengalami perkecambahan


2. Pada hari ke-4, benih selada tidak mengalami perkecambahan dan rockwool mulai
menghitam
3. Pada hari ke-6, benih selada tidak mengalami perkecambahan dan rockwool berwarna
hitam kecoklatan serta mengeluarkan bau busuk.

Dari pengamatan diatas dapat dianalisis bahwa benih selada tidak mengalami
perkecambahan karena air kelapa memiliki pH yang lebih rendah dari batas normal, yang
membuat tumbuhan tidak mengalami pertumbuhan tetapi membuat rockwool menghitam
dan berbau.

Tanaman selada dengan air Aqua:

1. Pada hari ke-2, benih selada tidak mengalami perkecambahan


2. Pada hari ke-3, benih selada mengalami perkecambahan
3. Pada hari ke-4, benih selada tumbuh akar sepanjang 7 mm
4. Pada hari ke-5, akar benih selada tumbuh sampai dengan 15 mm
5. Pada hari ke-6, selada mulai tumbuh sehelai daun
6. Pada hari ke-7, daun selada melebar dan akar memulai tertancap pada rockwool
7. Pada hari ke-9, selada mulai tumbuh sehelai daun lagi

26
Dari pengamatan diatas dapat dianalisis bahwa air Aqua efektif untuk pertumbuhan
tanaman selada. Air aqua memiliki pH sebesar 5,5 yang sesuai dengan pertumbuhan
normal tanaman selada.

Tanaman selada dengan air keran:

1. Pada hari ke-2, benih selada tidak mengalami perkecambahan


2. Pada hari ke-3, akar tumbuh sepanjang 7 mm dan tumbuh sehelai daun selada
3. Pada hari ke-4, selada tumbuh sepanjang 15 mm dan daun selada melebar
4. Pada hari ke-5, akar selada tertancap pada rockwool dan daun mulai mekar
5. Pada hari ke-6, selada tumbuh sepanjang 25 mm
6. Pada hari ke-7, selada tidak bertambah panjang yaitu tetap sepanjang 25 mm
7. Pada hari ke-9, selada tumbuh sepanjang 26 mm dan batang serta daunnya bertambah
lebar

Dari pengamatan diatas dapat dianalisis bahwa benih selada dapat tumbuh dengan
baik di air keran serta mengalami perpanjangan yang signifikan dibandingkan dengan
menggunakan air yang lain. pH air keran dapat mempercepat proses pertumbuhan
tanaman selada.

27
Tanaman selada dengan air sunlight:

1. Pada hari ke-2, benih selada tidak mengalami perkecambahan.


2. Pada hari ke-4, benih selada terbuka dan mulai terlihat akar yang menunjangnya.
3. Pada hari ke-6, benih selada serta akarnya berubah menjadi coklat kehitaman.
4. Pada hari ke-7, benih selada terbelah menjadi dua, salah satunya memiliki akar.
5. Pada hari ke-9, benih selada berhenti mengalami pertumbuhan.

Dari pengamatan tersebut dapat dianalisis bahwa pada awalnya benih selada
mengalami pertumbuhan yang sangat lambat. Kemudian benih selada terbelah menjadi
dua dan berhenti mengalami pertumbuhan. Dan dapat dilihat rockwool yang terkena air
sabun masih dalam kondisi yang baik.

28
4.4 Pembahasan

Dari hasil pengamatan diatas, hal-hal yang dibahas adalah mengapa dan bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan tanaman selada dapat berlangsung dengan baik atau
tidak berlangsung baik maupun tidak berlangsung sama sekali.

Air jeruk, proses pertumbuhan tanaman selada menggunakan metode hidroponik


dengan pengairan berupa air jeruk adalah tidak berlangsung sama sekali. Dari tabel hasil
pengamatan dapat dilihat, pertumbuhan tanaman selada dengan menggunakan air jeruk
dari hari ke-0 sampai hari ke-9 tidak ada pertambahan panjang sama sekali, tetap pada 0
mm. Dan pada prosesnya pun rockwool berubah menjadi coklat kehitaman dan mengecil
serta berbau busuk hingga mengeras.

Air jeruk mempunyai sifat asam dengan pH sebesar 4 dan mempunyai zat-zat terlarut
di dalamnya yang mendukung sifat asam tersebut. Karena sifat asam tersebut, maka pada
saat disiramkan ke rockwool, rockwool lama-kelamaan akan mengalami oksidasi, yaitu
terhambatnya oksigen yang masuk ke dalam rockwool. Sehingga rockwool tidak
mendapatkan oksigen untuk pertumbuhan tanaman selada.

Air kelapa, pertumbuhan tanaman selada dengan air kelapa pun juga berakhir sama
dengan pemberian air jeruk. Hanya saja, karena air kelapa tidak seasam air jeruk, yaitu
dengan pH sebesar 5, maka oksidasi pada rockwool air kelapa tidak secepat pada
rockwool air jeruk.

Air aqua, pertumbuhan tanaman selada dengan air aqua berlangsung dengan baik.
Dari tabel, pertambahan tinggi tanaman selada terus meningkat drastis hingga hari ke-6.
Pada hari ke-6, pertambahan tinggi selada menurun menjadi hanya 2 mm. Tetapi pada
hari tersebut, tanaman selada mulai memekarkan kedua helai daun pertamanya.

Air aqua memiliki sifat cukup asam dengan pH sebesar 5,5. Walaupun cukup asam,
air aqua tidak memiliki zat-zat terlarut didalamnya. Sehingga rockwool pun tidak
mengalami oksidasi. Dengan demikian, tanaman selada dapat tumbuh dengan baik hingga
memiliki dua helai daun kecil.

29
Air keran, pertumbuhan tanaman selada dengan air keran juga berlangsung dengan
baik seperti dengan air aqua. Tetapi, pertumbuhan tanaman selada dengan air keran lebih
cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan air aqua. Tanaman dengan air keran lebih
tinggi 5 mm daripada tanaman dengan air aqua pada hari ke-6. Dan berdasarkan
pengamatan, daun tanaman dengan air keran lebih lebar dibandingkan tanaman dengan air
aqua.

Air keran memiliki sifat cukup basa dengan pH sebesar 8. Sama seperti air aqua, air
keran juga tidak memilki zat-zat yang terkandung didalamnya. Dan rockwool pun juga
tidak mengalami oksidasi. Oleh karena itu, tanaman selada dengan air keran dapat
tumbuh dengan baik.

Dan yang terakhir, air sunlight. Pertumbuhan tanaman selada dengan air sunlight
berlangsung tidak baik. Pada hari ke-4, tanaman hanya dapat tumbuh 1 mm. Pada hari ke-
6, pertumbuhan tanaman selada mencapai 3 mm. Selanjutnya tanaman tersebut berhenti
tumbuh.

Air sunlight bersifat basa dengan pH sebesar 8 sama dengan air keran. Walaupun
memiliki pH yang sama, air sunlight tidak membuat tanaman selada tumbuh optimal. Hal
tersebut dikarenakan oleh zat-zat terlarut yang dimiliki air sunlight. Zat-zat tersebut
mempengaruhi pertumbuhan tanaman selada. Sehingga tanaman tersebut tidak dapat
tumbuh secara optimal.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa air jeruk dan air kelapa tidak
dapat mendukung proses pertumbuhan tanaman selada karena memiliki pH < 6 dan
bersifat asam dimana unsur hara terikat secara kimiawi serta tidak dapat diserap sehingga
tanaman selada tidak mengalami perkecambahan. Walaupun air keran dan air sunlight
memiliki pH yang sama yaitu 8, air sunlight justru memberhentikan proses pertumbuhan
karena dalam air sunlight terdapat partikel zat selain H2O yang bersifat racun serta
menghambat proses pertumbuhan bagi tanaman. Sedangkan air keran dan air aqua
memiliki pH yang baik serta unsur hara yang diperlukan bagi proses pertumbuhan
tanaman.

30
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, pengaruh pH air terhadap


pertumbuhan dan perkembangan tanaman selada adalah pada suasana asam pH sekitar 4-
5 tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, pada kondisi netral pH sekitar 5,5-8 tanaman
dapat tumbuh dengan baik, pada kondisi basa pH >8 tanaman tidak dapat tumbuh
dengan baik.

Pada suasana asam tanaman tidak dapat tumbuh karena rockwool mengalami
oksidasi yang menyebabkan rockwool tidak dapat menyerap O2. Pada suasana netral
rockwool dapat menerima air tersebut sekaligus udara untuk pertumbuhan tanaman.
Pada suasana basa benih selada berubah menjadi kehitaman dikarenakan sifat basa air
yang tidak dapat diterima oleh benih selada.

31
Daftar Pustaka

https://bintangdanlangit.wordpress.com/2014/08/29/laporan-penelitian-biologi-pengaruh-ph-
terhadap-pertumbuhan-kecambah-kacang-hijau/

https://dosenbiologi.com/tumbuhan/pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-tumbuhan

https://tatangsma.com/2015/05/pengertian-ph-dan-rumus-ph.html

https://id.wikipedia.org/wiki/PH

https://usaha321.net/pengertian-ph.html

https://kabartani.com/apa-ph-itu-apakah-ph-air-penting-bagaimana-cara-merubah-kadar-
ph.html

https://www.semuaikan.com/pengertian-ph/

https://id.wikipedia.org/wiki/Selada

https://ilmugeografi.com/astronomi/penyinaran-matahari

https://sentrabudidaya.com/panduan-cara-menanam-hidroponik/

https://id.wikipedia.org/wiki/Rockwool

https://mitalom.com/pengaruh-ph-larutan-nutrisi-pada-tanaman-hidroponik/

32
Lampiran 1. Rancangan Percobaan

1. Rumusan Masalah
a. Apa pengaruh pH air terhadap pertuimbuhan dan perkembangan tanaman selada?
b. Mengapa pH air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selada?

2. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh pH air terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selada.
b. Mengetahui alasan pH air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman selada.

3. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas: pH air
b. Variabel terikat: tanaman selada
c. Variabel terkontrol: cahaya matahari, media tanam dan metode tanam hidroponik

4. Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Memotong rockwool menjadi 15 bagian kecil.
c. Melubangi setiap 1 bagian rockwool dan mengisi lubang tersebut dengan benih
selada.
d. Memisahkan 15 bagian rockwool tersebut menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3
rockwool.
e. Menyiram tumbuhan selada dengan pH air yang berbeda pada setiap kelompok.
f. Menempatkan semua kelompok tanaman selada pada tempat yang teduh.
g. Mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman setiap hari
h. Mencatat hasil pengamatan

33
5. Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
deskriptif dengan cara mengukur tinggi dan kecepatan pertumbuhan serta
perkembangan tanaman.

34
HASIL EKSPERIMEN

1. Tanaman selada dengan air keran

No Gambar Keterangan

Hari Ke-0 (0 mm)


Biji selada ditanam di rockwool lalu diberi
1 air keran.

2
Hari Ke-2 (0 mm)

Biji selada belum memperlihatkan


perkecambahannya.

3
Hari Ke-3 (7 mm)
Biji selada sudah berkecambah. Tumbuh
akar sepanjang 7 mm, mengangkat biji
selada ke atas.

4
Hari Ke-4 (15 mm)

selada tumbuh sepanjang 15 mm dan daun


selada melebar.

35
5
Hari Ke-5 (21 mm)

Akar selada tertancap pada rockwool dan


daun mulai mekar menjadi dua.

6
Hari Ke-6 (25 mm)

Batang selada meninggi 4 mm.

7 ‘
Hari Ke-7 (25 mm)

Selada memulai petumbuhan helai


daunnya yang ke-3.

36
2. Tanaman selada dengan air aqua

No Gambar Keterangan

Hari Ke-0 (0 mm)

Biji selada ditanam di rockwool lalu diberi


1 air aqua.

2
Hari Ke-2 (0 mm)

benih selada tidak mengalami


perkecambahan

3
Hari Ke-3 (3 mm)

benih selada mengalami perkecambahan

4
Hari Ke-4 (7 mm)

batang selada mulai tumbuh membawa


benih ke atas

5
Hari Ke-5 (13 mm)

Batang selada mulai meninggi

37
6
Hari Ke-6 (20 mm)

Selada tumbuh dua helai daun

7
Hari Ke-7 (22 mm)

Selada cukup tertancap kuat pada


rockwool

38
3. Tanaman selada dengan air sunlight

No Gambar Keterangan

Hari Ke-0 (0 mm)

Biji selada ditanam di rockwool lalu diberi


1
air sunlight.

2
Hari Ke-2 (0 mm)

Benih selada tidak mengalami


perkecambahan.

3
Hari Ke-3 (0 mm)

Belum ada tanda-tanda perubahan pada


benih.

4
Hari Ke-4 (1 mm)

benih selada mulai terbuka dan terlihat


akar yang keluar.

5
Hari Ke-5 (2,5 mm)

Akarnya bertambah panjang ke bawah.

39
6
Hari Ke-6 (3 mm)

Benih selada serta akarnya terlihat


berwarna coklat kehitaman

7
Hari Ke-7 (3 mm)

benih selada terbelah menjadi dua, salah


satunya memiliki akar. benih terlihat
kosong dan mati.

40
4. Tanaman selada dengan air jeruk

No Gambar Keterangan

Hari Ke-0 (0 mm)

Biji selada ditanam di rockwool lalu diberi


1
air jeruk.

2
Hari Ke-2 (0 mm)

benih tidak mengalami perkecambahan

3
Hari Ke-3 (0 mm)

Setelah 3 hari diberi air jeruk, benih


terlihat belum tumbuh dan rockwool mulai
berubah warna menjadi coklat kehitaman.

4
Hari Ke-4 (0 mm)

Rockwool mengeluarkan bau busuk.

5
Hari Ke-5 (0 mm)
Rockwool mulai mengeras dan terlihat
tidak adanya tanda-tanda kehidupan pada
benih selada.

41
5. Tanaman selada dengan air kelapa

No Gambar Keterangan

Hari Ke-0 (0 mm)

Biji selada ditanam di rockwool lalu diberi


1
air kelapa.

2
Hari Ke-2 (0 mm)

Benih selada tidak mengalami


perkecambahan.

3
Hari Ke-3 (0 mm)

Benih selada tetap masih belum terbuka.

4
Hari Ke-4 (0 mm)

Setelah 4 hari diberi air kelapa, Rockwool


mulai menghitam.

5
Hari Ke-5 (0 mm)

Rockwool mulai mengkeras dan


mengeluarkan bau busuk. Serta tidak
adanya tanda-tanda kehidupan benih
selada.

42
Lampiran 3.

43

Anda mungkin juga menyukai