Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

GETARAN KAPAL

PRAKTIKUM I – GETARAN BEBAS DENGAN PEREDAMAN COULOMB


PRAKTIKUM II – WHIRLING SHAFT
PRAKTIKUM III - BALANCING

Disusun Oleh

Intan Chairina
1606877761

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
2019
PRAKTIKUM 1 - GETARAN BEBAS DENGAN PEREDAM COULOMB

I. Tujuan Praktikum

1. Mengukur masa dari suatu objek melalui periode naturalnya

2. Membandingkan massa objek yang didapat melalui periode natural dengan


massa objek yang dengan diukur menggunakan timbangan

II. Alat

1. Manusia sebagai beban

2. Pegas

3. Penggaris

4. Stopwatch

III. Dasar Teori

Sistem Massa-2 Pegas dengan Peredaman


Coulomb
Bila objek bergerak ke kanan dan dilepas, maka gaya yang bekerja pada sistem
adalah gaya pegas = 𝑘𝑒𝑞 𝑥 dan gaya gesekan = 𝜇𝑁
Dalam persamaan gerak :

∑ 𝐹 = 𝑚𝑎

−𝑘𝑒𝑞 𝑥 + 𝜇𝑚𝑔 = 𝑚𝑥̈


Dengan penyelesaian :
𝑥 = 𝐴 cos 𝜔𝑛 𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝑛 𝑡 + 𝜇𝑚𝑔
Jika t = 0, maka :
𝜇𝑚𝑔
𝑥 = 𝑥0 , maka : 𝑥0 = 𝐴 + 𝑘𝑒𝑞
𝜇𝑚𝑔
𝐴 = 𝑥0 − 𝑘𝑒𝑞

𝑥̇ = 0, maka : 𝜔𝑛 𝐵 = 0
Karena 𝜔𝑛 tidak selalu 0, maka B = 0
Maka penyelesaiannya berbentuk :
𝜇𝑚𝑔 𝜇𝑚𝑔
𝑥 = (𝑥0 − ) cos 𝜔𝑛 𝑡 +
𝑘𝑒𝑞 𝑘𝑒𝑞
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena
amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo
𝜇𝑚𝑔
getaran berkurang sebesar 2 ( 𝑘 ).
𝑒𝑞

Mencari frekuensi natural :


Dari persamaan gerak :
𝜇𝑚𝑔
𝑚𝑥̈ + 𝑘𝑒𝑞 (𝑥 − )=0
𝑘𝑒𝑞
Dengan :
𝜇𝑚𝑔
𝑥′ = 𝑥 −
𝑘𝑒𝑞
𝑥̇ ′ = 𝑥̇
𝑥̈ ′ = 𝑥̈
Maka :
𝑚𝑥̈ ′ + 𝑘𝑒𝑞 𝑥 ′ = 0
𝑘𝑒𝑞 ′
𝑥̈ ′ + 𝑥 =0
𝑚
Sehingga :

𝑘𝑒𝑞
𝜔𝑛 = √
𝑚

Dalam frekuensi :

1 𝑘𝑒𝑞
𝑓𝑛 = √
2𝜋 𝑚

Dalam perioda :

𝑘𝑒𝑞
𝜏𝑛 = 2𝜋√
𝑚
Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur
dengan timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :
4𝜋 2 𝑘𝑒𝑞
𝑚=
𝜏𝑛 2
Setelah itu, persentase kesalahan akan dihitung dengan menggunakan rumus :
|𝑚 − 𝑚𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 |
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = . 100%
𝑚𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

IV. Langkah Percobaan

1. Memperhatikan dengan baik dan mengikuti pengarahan dari assisten praktikum.


2. Mengecek dudukan obyek beban yaitu orang di kursi sesuai dengan rancangan
bentuk kursi agar objek yang diteliti tidak bergerak (tidak terjadi perubahan titik
pusat massa obyek) yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
3. Memegangi alat percobaan dengan kuat agar tidak bergerak ketika percobaan
dilakukan.
4. Meletakkan objek pada alat (pada percobaan ini, objek adalah salah satu
praktikan). Objek sebelumnya sudah diukur massanya dengan timbangan.
5. Menarik kebelakang obyek pada dudukannya sejauh defleksi awal X0 sesuai
pengarahan dari assisten praktikum. Tarik bagian bawah dari dudukannya karena
bila yang ditarik bagian atas dudukan / sandaran maka dudukan dapat terlepas
dari penumpunya, yaitu bantalan – bantalan yang telah dipasang.
6. Melepas obyek beserta dudukan, mengamati gerak osilasi dan menghitung
jumlah osilasi sampai osilasi berhenti. Men-start stopwatch saat obyek dilepas
dan stopwatch dihentikan saat gerak osilasi berhenti. Menghitung jumlah gerak
osilasi dan mengukur lama waktunya sehingga didapat periode satu gerak osilasi
/ getaran.
7. Mengulangi langkah f dan g untuk nilai X0 yang berbeda sampai 5 kali
pengulangan.
8. Menghitung frekuensi getaran pribadi dari sistem untuk masing – masng
pengulangan dengan menggunakan data – data yang sudah ada.
V. Pengolahan Data

1. Hasil Data

Konstanta pegas = 500 N/m


Konstanta ekivalen = 2000 N/m
Massa eksperimen = 46 kg
x n t
1 1,2
0,07 1 1,5
1 1,2
2 2,9
0,08 2 2,7
2 2,4
3 4,3
0,09 3 4
3 4,6
2. Pengolahan data

Massa benda secara teoritis dapat dihitung menggunakan rumus :

Nilai periode dari percobaan dapat dihitung dengan rumus:

Error yang t erj adi pada praktikum dapat diketahui menggunakan rumus
Dari rumus-rumus diatas didapat hasil pengolahan data sebagai berikut :

x n t Tavg m error
1 1,2 1,2
0,07 1 1,5 1,5 1,3 85,7 86,31
1 1,2 1,2
2 2,9 1,45
0,08 2 2,7 1,35 1,333 90,15 95,99
2 2,4 1,2
3 4,3 1,433
0,09 3 4 1,333 1,433 104,2 126,5
3 4,6 1,533

N t (s) τ (s)
τ (s) M
Error
Xo (m) rata- hitung
(%)
1 2 3 1 2 3 1 2 3 rata (kg)
0,07 1,00 1,00 1,00 1,20 1,50 1,20 1,20 1,50 1,20 1,30 85,70 86,31
0,08 2,00 2,00 2,00 2,90 2,70 2,40 1,45 1,35 1,20 1,33 90,15 95,99
0,09 3,00 3,00 3,00 4,30 4,00 4,60 1,43 1,33 1,53 1,43 104,18 126,49
Berdasarkan pengolahan diatas didapatkan massa rata-rata sebesar 93,3 kg,
dan error rata-ratanya adalah 102,9%

3. Grafik

i. Massa Vs Simpangan

Simpangan Vs Massa Perhitungan


1.45

1.4
Massa (kg)

1.35

1.3

1.25

1.2
0.07 0.08 0.09
Simpangan x (m)
ii. Perioda vs Simpangan

Simpangan Vs Perioda
1.45

1.4

Perioda (s) 1.35

1.3

1.25

1.2
0.07 0.08 0.09
Simpangan x (m)

iii. Error Vs Simpangan

Simpangan Vs Error
140.00%
120.00%
100.00%
Error (%)

80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
0.07 0.08 0.09
Simpangan x (m)

Error
VI. Analisis

1. Analisis percobaan

Pada praktikum ini


praktikan melakukan percobaan
untuk mengukur massa suatu objek
melalui periode naturalnya serta
membandingkan massa objek yang
didapat melalui periode natural
dengan massa objek yang didapat
melalui timbangan. Objek yang
digunakan disini adalah salah satu
praktikan dari kelompok 1 yang
memiliki massa paling ringan untuk
memudahkan proses percobaan.

Praktikan mencari massa objek dengan cara menggunakan pegas yang


divariasikan simpangannya. Kemudian praktikan mencatat jumlah osilasi dan
waktu yang terjadi dari setiap percobaan untuk kemudian diolah. Hasil
percobaan akan dijelaskan pada analisis hasil dan grafik.

2. Analisis hasil dan grafik

Praktikan melakukan pengolahan data menggunakan data yang didapat


dari percobaan berupa periode. Periode didapatkan dari waktu dan jumlah
gelombang yang didapat dari percobaan. Setelah mendapatkan periode dari
masing masing percobaan, praktikan melakukan perhitungan massa dan
didapatkan massa hasil praktikum sebesar 85,7 kg-104,2 kg dengan rata rata
93,3 kg.

Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh tiga grafik yaitu grafik (i)
Massa dengan Simpangan, grafik (ii) Periode dengan Simpangan, dan grafik
(iii) Error dengan Simpangan. Pada grafik i, didapatkan hasil grafik yang
cenderung naik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar simpangan maka
massa yang didapatkan semakin besar. Dari grafik ini dapat diambil
kesimpulan bahwa perubahan simpangan memengaruhi perubahan massa objek
dimana seharusnya simpangan tidak berpengaruh terhadap massa objek.

Pada grafik ii juga didapatkan garis yang cenderung naik. Hal ini
dikarenakan periode percobaan berbanding lurus dengan massa objek yang
didapat karena dalam mencari massa (sumbu X pada grafik A) praktikan
menggunakan periode. Periode yang didapat oleh praktikan sendiri cenderung
konstan berada dikisaran 1,3 s-1,4 s. Hal ini menunjukkan bahwa periode
gerakan sebuah objek jika menggunakan pegas dengan konstanta yang sama
akan cenderung konstan.

Pada grafik iii yaitu perbandingan error dengan simpangan didapatkan


garis yang cenderung naik juga. Hal ini disebabkan karena semakin besar
simpangan maka semakin besar pula massa yang didapatkan oleh praktikan
sehingga error yang terjadi akan semakin besar. Kesalahan-kesalahan yang
terjadi akan dijelaskan pada analisis kesalahan.

3. Analisis Kesalahan

Pada praktikum ini praktikan mendapatkan error rata-rata sebesar


102,9%. Error yang cukup besar ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
alat percobaan yang praktikan gunakan tidak ada alat pengukur yang jelas.
Dalam menentukan simpangan pegas, praktikan hanya menggunakan
penglihatan tanpa melakukan pengukuran secara mendalam sehingga dapat
terjadi kesalahan saat menentukan jarak simpangan pegas. Kemudian proses
perhitungan jumlah osilasi atau gelombang juga hanya menggunakan
subjektifitas dari praktikan dimana hal ini akan memengaruhi hasil percobaan
berupa periode yang didapat karena perhitungan jumlah gelombang yang tidak
sesuai. Selanjutnya dalam menentukan waktu juga praktikan hanya
menggunakan stopwatch yang ada di Handphone salah satu praktikan. Hal ini
dapat memengaruhi hasil karena dapat terjadi perbedaan waktu antara
percobaan dimulai dengan stopwatch dimulai. Begitu juga saat percobaan
selesai dan stopwatch diberhentikan.

VII. Kesimpulan

1. Massa yang terihitung diperoleh berdasarkan periode naturalnya dan


mendapat nilai di kisaran 85,7 kg-104,2 kg, dengan rata-ratanya sebesar 93.3
kg.
2. Perbedaan anatara massa hasil praktikum dengan massa timbangan adalah
sebesar 47,3 kg, atau error sebesar 102,9 %, alasan dari error tersebut adalah
dari kesalahan pada praktikum.

VIII. Daftar Pustaka

Modul Praktikum Mesin Getaran Mekanis, Mata Kuliah Getaran Mekanis.


Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition.
1998. Prentice-Hall International
Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition
SI Version. 2004. John Wiley and Sons.
PRAKTIKUM 1 - WHIRLING SHAFT

I. Tujuan Praktikum

1. Mengamati fenomena whirling pada poros yang berputar yang kecil –


panjang.
2. Mengetahui nilai putaran kritis dari poros yang berputar.

3. Membandingkan putaran kritis yang didapat secara praktek dengan


putaran kritis yang didapat secara teori.

II. Alat

1. Voltage Regulator

2. Motor

3. Poros

4. Penyangga Poros

5. Bebab pada Poros

6. Penggaris

III. Dasar Teori

Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu
fenomena dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh
gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini
terlihat sebagai poros yang berputar pada sumbunya dan pada saat yang sama
poros yang berdefleksi juga berputar relatif mengelilingi sumbu poros. Fenomena
whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang seimbang maupun tidak. Pada
sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh defleksi statis atau
gaya magnetik yang tidak merata pada mesin – mesin elektrik. Defleksi awal ini
membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya sentrifugal yang terjadi
akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan
dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran kritisnya
lalu akan mencapai keadaan setimbang.

Skema Whirling Shaft


Maka, gaya sentrifugal radialnya adalah :
𝑀𝜔2 (ℎ + 𝑦)
yang sama dengan gaya elastis pada poros, maka :
𝑀𝜔2 (ℎ + 𝑦) = 𝑘𝑦
Dimana : k = elastisitas poros (N/m)
Sehingga didapat perbandingan :
𝑦 1
=
ℎ 𝑘
−1
𝑀𝜔 2
𝑘 𝑔
Jika 𝑓𝑛 = √𝑀 = √𝛿 adalah frekuensi alami getaran poros, maka :

1 𝑘
𝜔𝑐 = √
2𝜋 𝑀

Dimana : 𝛿 = defleksi statis dari poros yang mengalami pembebanan W = Mg


pada titik tengahnya (m)
𝜔𝑐 = kecapatan kritis angular dari sistem
Lalu didapat :
𝑦 1
=
ℎ 𝜔 2
( 𝜔𝑐 ) − 1
𝑦
Jika = 𝜔𝑐 , maka = ∞, ini merupakan kondisi untuk terjadinya whirling yang

besar.
Maka :
1 𝑔 0,498
𝑁𝑐 = √ =
2𝜋 𝛿 √𝛿
Kondisi pada percobaan :
1. Piringan berada ditengah poros :
𝑀𝑔𝐿3
𝛿=
48𝐸𝐼
Dimana : E = Modulus Young untuk logam poros (Pa)
𝜋𝑑4
I = Momen Inersia Area Poros (m4) = 64

Sehingga didapat persamaan untuk putaran kritis :

𝐸𝐼
𝑁𝑐 = 1,103√ 3
𝑀𝐿

2. Piringan tidak berada ditengah poros :

𝐸𝐼𝐿
𝑁𝑐 = 0,276√
𝑀𝑎2 𝑏 2

IV. Langkah Percobaan

1. Menyiapkan peralatan praktikum

2. Menghubungkan Voltage Regulator ke sumber listrik

3. Mengatur beban pada posisi variabel (a) jarak 22 cm dan posisi variabel (b)
bervariasi yaitu berjarak 18 cm, 19 cm, 20 cm, 21 cm, 22 cm antara
penyangga 1 (tetap) dan penyangga 2 (berubah)

4. Menaikan kecepatan putar poros hingga beban mencapai whirling maksimum


pada Voltage Regulator

5. Mencatat kecepatan putar poros yang terbaca pada catu daya

6. Mengulangi percobaan pada jarak (B)

7. Mencari nilai putaran kritis secara teori berdasarkan dari data yang didapat

8. Membandingkan nilai putaran kritis secara teoritis dengan hasil percobaan


V. Pengolahan Data

a. Hasil Data
Massa jenis alumunium (ρ)
: 2700 kg/m3
Diameter Shaft (D) : 5.5 x 10-3 m
Diameter beban (d) : 7.5 x 10-2 m
Ketebalan beban (t) : 1.5 x 10-2 m
Massa Beban (m) : 0.502 kg
Modulus young teoritis (E) : 69 GPa

Jarak dari Jarak dari Putaran


Benda ke Kanan Benda ke Kiri Kritis
b(m) a(m) Eksperimen
Nexp(rpm)
1 0.22 0.22 1800
2 0.24 0.22 1600
3 0.26 0.22 1400
4
Percobaan 0.28 0.22 1300
5ke- 0.3 0.22 1300

b. Pengolahan data

1. Mo men Inersia Poros = 𝜋𝑑 4 𝜋0,0554


= = 4,48952 × 10−7 𝑚4
64 64

2. Momen Inersia Poros

3. Tingkat kesalahan atau error pada percobaan ini dapat dirumuskan dalam :
| 𝑁 r𝑒𝑎𝑙 − 𝑁 t𝑒𝑜r𝑖t𝑖s |
Error = 𝑥100%
𝑁t𝑒𝑜r𝑖t𝑖s
Berikut adalah table dari hasil pengolahan data yang ada :

Error
No a (cm) b (cm) L (cm) Nc (rpm) Nc teori (rpm) (%)
1 0,22 0,22 0,44 1800 811,5621452 54,91321
2 0,22 0,245 0,465 1600 1063,674787 33,52033
3 0,22 0,265 0,485 1400 1297,947809 7,289442
4 0,22 0,285 0,505 1300 1563,165068 20,24347
5 0,22 0,305 0,525 1350 1861,15578 37,86339

Pada percobaan ini didapatkan error rata-rata sebesar 30,774%

c. Grafik

i. Jarak b vs putaran kritis

Nc vs jarak b
2000
1800
1600
1400
1200
RPM

1000
800
600
400
200
0
0.22 0.245 0.265 0.285 0.305
Nc Praktikum 1800 1200 1400 1300 1350
Nc teori 811.5621452 1063.674787 1297.947809 1563.165068 1861.15578
jarak b (m)

Nc Praktikum Nc teori

ii. Jarak b vs error

Jarak b Vs Error
60
50
Error (%)

40
30
20
10
0
0.22 0.245 0.265 0.285 0.305
Jarak b (m)

Error
VI. Analisis

1. Analisis Percobaan

Pada praktikum modul Whirling Shaft ini praktikan memiliki tujuan untuk
mencari putaran kritis dari suatu poros yang diberikan beban sehingga memiliki
defleksi statik. Selain itu juga praktikum ini bertujuan untuk membandingkan
putaran kritis yang didapat secara praktek dengan putaran kritis yang didapat
secara teori. Praktikan melakukan percobaan dengan memvariasikan jarak b pada
alat percobaan untuk mendapatkan variasi hasil yang kemudian akan diolah dan
dijelaskan pada analisis hasil dan grafik.

2. Analisis Hasil dan Grafik

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yang kemudian


praktikan olah dan mendapatkan hasil berupa dua buah grafik yaitu grafik (i)
antara jarak b dengan putaran kritis, dan grafik (ii) jarak b dengan nilai error.
Pada grafik A didapatkan bahwa gradien grafik tersebut memiliki nilai negatif.
Hal itu ditunjukkan karena terjadi penururnan pada grafik A. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar jarak b maka rpm kritis akan semakin
kecil. Kemudian pada grafik B diperoleh grafik dengan nilai error yang
cenderung turun seiring bertambahnya jarak b. Menurut praktikan hal ini
terjadi karena semakin besar jarak b maka nilai putaran kritis akan semakin
kecil sehingga data yang didapat dari tachometer lebih akurat. Hal ini juga
disebabkan oleh fenomena slip pada alat yang mengalami putaran tinggi.

3. Analisis kesalahan

Pada percobaan kali ini didapatkan error rata-rata sebesar 30,774%. Nilai
error tersebut menurut praktikan dapat disebabkan karena beberapa faktor. Yang
pertama adalah kurang akuratnya alat yang digunakan oleh praktikan yaitu
tachometer dalam mengukur rpm dari shaft. Kemudian adanya keterbatasan
kemampuan praktikan dalam melihat alat ukur yang digunakan sehingga dapat
terjadi kesalahan pengukuran. Selain itu juga terdapat perbedaan properties antara
beban yang digunaan dalam praktikum dengan properties literature dengan benda
aslinya.
Selain kesalahan-kesalahan yang sudah praktikan sebutkan di atas, terdapat
satu faktor lain yang berpengaruh besar terhadap error yang didapat oleh praktikan
ini yaitu penentuan putaran kritis dalam praktikum yang sangat subjektif.
Praktikan tidak mengetahui pasti kapan shaft mengalami putaran kritis sehingga
penentuan putaran kritis hanya berdasarkan subjektifitas praktikan. Hal ini
berpengaruh besar terhadap hasil yang didapat.

VII. Kesimpulan

1. Nilai putaran kritis dari poros berada pada rentan 881-1800 rpm untuk
putaran kritis teoritis, dan rentan 1800-1350 rpm untuk hasil pengukuran
bergantung dari jarak atau panjang shaft
2. Pada percobaan ini terdapat error hasil perhitungan sebesar 30,774%.

3. Faktor posisi dari tumpuan dan kekakuan poros mempengaruhi defleksi.

4. Semakin panjang shaft yang digunakan, maka semakin kecil nilai rpm
kritisnya.

VIII. Daftar Pustaka


Modul Praktikum Mesin Getaran Mekanis, Mata Kuliah Getaran
Mekanis. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition.
1998. Prentice-Hall International
Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth
Edition SI Version. 2004. John Wiley and Sons
PRAKTIKUM 3 – BALANCING

I. Tujuan Praktikum

1. Mencari tahu bagaimana ciri-ciri benda yang mengalami unbalancing


2. Melakukan balancing dengan memberikan counter-balance

II. Alat

1. Kabel USB
2. Kabel NI DAQ
3. Komputer
4. Belt
5. Pengontrol Motor
6. Stoboskop
7. Baut dan Mur sebagai beban

III. Dasar Teori

Balancing adalah proses menyamakan berat dari suatu beban pada ujung poros
sehingga dapat berputar dengan getaran yang kecil. Hal yang umum dijumpai adalah
balancing pada roda mobil. Roda - roda mobil tersebut diseimbangkan agar putarannya
juga seimbang. Roda - roda yang seimbang akan stabil saat berputar walaupun ada gaya
sentrifugal berlawanan arah dengan pusat roda.
Sebuah benda unbalance merupakan benda yang memiliki komposisi gaya-
gaya inersia dan momen-momen yang tidak seimbang. Balancing merupakan sebuah
teknik untuk menemukan dan mengkoreksi gaya-gaya yang tidak seimbang diimbangi
dengan suatu gaya inersia atau momen yang melawan gaya unbalance.
Unbalance pada suatu shaft merupakan situasi dimana titik tengah gravitasi
putaran shaft tidak sama dengan titik tengah geometris dari shaft. Besar unbalance
tergantung dari gaya sentrifugal yang terjadi saat operasi.
F=I.ω2
Dimana, F = Gaya Reaksi (N)
I = Unbalance (kg,m)
ω = Kecepatan Putar Angular (rad/s)
Unbalance dapat dibayangkan sebagai berat yang dipasang secara eksentrik di
badan yang berputar. Jenis-jenis unbalance yaitu static unbalance, couple unbalance,
quasistatic unbalance, dan dynamic unbalance.

IV. Langkah Kerja

1. Mempersiapkan labview, terlihat amplitudo awal sekitar 0,0...

2. Menyalakan motor pada posisi yang sudah ditetapkan.

3. Menunggu hingga konsisten dan stabil.

4. Melihat pada grafik power spectrum frekuensi rotor yang berputar di 12 Hz.

5. Setelah stabil stop running, lalu mencatat rms yang terbaca.

6. Memindahkan switch stroboskop ke eksternal.

7. Sedikit demi sedikit swicth (knob) diputar, terletak dekat transduser hingga
menyentuh plat (maksimum displacement dari cradle) yang dapat menyebabkan
stroboskop berkedip.

8. Meihat angka yang terletak sejajar dengan transducer (di atas switch sekrup putar)
dan mencatat (sebagai sudut fase dari titik referensi 0)

9. Memutar balik switch knob putar lalu mematikan motor tanpa merubah kontrol
kecepatan.

10. Memutar disk 5 sehingga titik 0 pada disk berada pada titik yang terbaca pada
langkah no.8 dengan melonggarkan skrup 3 buah yang ada di disk dengan kunci L
3/32”.

11. Dari rms yang didapat dari labview, dikalibrasi dengan grafik kalibrasi amplitudo
yang diberikan.

12. Mencatat U nya

13. Memperhatikan slot yang ada pada disk koreksi (disk 5) berjari-jari antara 45-65mm.

14. Mentukan m dan r yang cocok dari U yang didapat; U = m . r

15. Menimbang massa pada timbangan digital yang ada.

16. Memasang massa counterbalance pada r yang ditentukan pada langkah no.15 pada
lokasi slot yang sesuai dengan langkah no.10

17. Menyalakan kembali motor.


18. Melakukan run labview kembali.

19. Mencatat rms yang terbaca setelah dalam kecepatan yang stabil.

20. Melakukan set stroboskop ke eksternal lalu melihat angka yang muncul pada langkah
no.8.

21. Mematikan motor.

22. Mengulangi langkah no. 11 dan 12.

23. Menjumlahkan dengan menggunakan vektor sehingga didapat U yang menggantikan


U awal.

24. Memutar disk sesuai sudut yang ditunjukkan dari hasil penjumlahan vector.

25. Memasang U pengganti ini pada disk koreksi dengan set terlebeih dahulu m dan r
yang cukup pada slot tersebut.

V. Pengolahan Data

a. Tabel Data Percobaan


Percobaan 1 Percobaan 2
RMS awal 9 RMS 9 RMS
Speed 12 Hz 12 Hz
Unbalance 1050,9 g.mm 1080,9 g.mm
R pada disk 65 mm 65 mm
Massa baut 16,15 g 16,22 g
Massa yg diberi 16,02 g 16,24 g
Heavy Spot 5 5
High Spot 1 1
RMS akhir 7,12 7,45
VI. Analisis

Balancing adalah kegiatan menyeimbangkan suatu benda yang berputar akibat


kecacatan produksi, kecacatan ini menyebabkan momen inersia yang tidak diinginkan
sehingga benda bergetar dan tidak stabil dan menggangu fungsi benda. Untuk
mengembalikan fungsi dan mengurangi getaran yang terjadi, dilakukan proses balancing.
Balancing dilakukan dengan meletakan beban sebesar cacat yang terjadi pada arah
berlawanan (atau 180° ) dari cacat dengan jarak yang sama, cara ini digunakan untuk
melawan momen inersia yang terjadi akibat kecacatan. Batas RMS untuk balancing
adalah 3 - 4. Pada praktikum kali ini, Praktikan tidak melakukan percobaan secara
langsung tetapi hanya diberikan data yang sudah tersedia untuk dianalisa. Hal ini
dikarenakan komputer dari percobaan kali ini rusak dan tidak bisa digunakan.
Pada percobaan pertama RMS awal diberikan 9 RMS, dengan unbalance sebesar
1050,9 g.mm dan didapatkan RMS akhir sebesar 7,12 RMS. Sedangkan pada percobaan
kedua diberikan 9 RMS, dengan unbalance sebesar 1080,9 g.mm dan didapatkan RMS
akhir sebesar 7,45 RMS. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses balancing
sudah terjadi, tapi tetap tidak mengubah dari unbalance menjadi balance.

VII. Aplikasi

Proses balancing dapat dengan mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya adalah proses balancing pada ban mobil. Mobil yang kita gunakan sehari-hari
tidak selalu berjalan pada kondisi jalan yang halus dan rata. Tidak jarang ban mobil
mengalami benturan akibat lubang ataupun permukaan jalan lain yang tidak rata.
Benturan-benturan yang mengenai ban mobil ini akan memengaruhi kestabilan ban
tersebut. Hal ini dikarenakan ban tersebut mengalami benturan yang berbeda beda pada
keempat bannya sehingga perlu dilakukan proses balancing agar keempat ban tersebut
memiliki kestabilan/massa yang sama. Proses balancing ini tidak berbeda jauh dengan
percobaan yang praktikan lakukan yaitu dengan memutar ban mobil satu persatu hingga
balance.

VIII. Kesimpulan

1. Benda mengalami unbalance karena moment unbalance yang terjadi di benda


tersebut, bisaanya terlihat adanya getaran dan ketidak kosntanan putaran
benda.

2. Setiap benda memiliki titik seimbang tergantung dari massa, radius dan sudut
dari pemberat yang ada.
3. Balancing dilakukan untuk mengurangi getaran dengan menambah beban
counter pada sisi berlawanan dari gaya unbalance.

IX. Daftar Pustaka

Modul Praktikum Mesin Getaran Mekanis, Mata Kuliah Getaran Mekanis.


Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Thomson, William. 1998. Theory of Vibration with Application 5th Edition.
USA:Prentice- Hall International

Anda mungkin juga menyukai