Laprak Getmek - Intan Chairina
Laprak Getmek - Intan Chairina
GETARAN KAPAL
Disusun Oleh
Intan Chairina
1606877761
I. Tujuan Praktikum
II. Alat
2. Pegas
3. Penggaris
4. Stopwatch
∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
𝑥̇ = 0, maka : 𝜔𝑛 𝐵 = 0
Karena 𝜔𝑛 tidak selalu 0, maka B = 0
Maka penyelesaiannya berbentuk :
𝜇𝑚𝑔 𝜇𝑚𝑔
𝑥 = (𝑥0 − ) cos 𝜔𝑛 𝑡 +
𝑘𝑒𝑞 𝑘𝑒𝑞
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena
amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo
𝜇𝑚𝑔
getaran berkurang sebesar 2 ( 𝑘 ).
𝑒𝑞
𝑘𝑒𝑞
𝜔𝑛 = √
𝑚
Dalam frekuensi :
1 𝑘𝑒𝑞
𝑓𝑛 = √
2𝜋 𝑚
Dalam perioda :
𝑘𝑒𝑞
𝜏𝑛 = 2𝜋√
𝑚
Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur
dengan timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :
4𝜋 2 𝑘𝑒𝑞
𝑚=
𝜏𝑛 2
Setelah itu, persentase kesalahan akan dihitung dengan menggunakan rumus :
|𝑚 − 𝑚𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 |
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = . 100%
𝑚𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
1. Hasil Data
Error yang t erj adi pada praktikum dapat diketahui menggunakan rumus
Dari rumus-rumus diatas didapat hasil pengolahan data sebagai berikut :
x n t Tavg m error
1 1,2 1,2
0,07 1 1,5 1,5 1,3 85,7 86,31
1 1,2 1,2
2 2,9 1,45
0,08 2 2,7 1,35 1,333 90,15 95,99
2 2,4 1,2
3 4,3 1,433
0,09 3 4 1,333 1,433 104,2 126,5
3 4,6 1,533
N t (s) τ (s)
τ (s) M
Error
Xo (m) rata- hitung
(%)
1 2 3 1 2 3 1 2 3 rata (kg)
0,07 1,00 1,00 1,00 1,20 1,50 1,20 1,20 1,50 1,20 1,30 85,70 86,31
0,08 2,00 2,00 2,00 2,90 2,70 2,40 1,45 1,35 1,20 1,33 90,15 95,99
0,09 3,00 3,00 3,00 4,30 4,00 4,60 1,43 1,33 1,53 1,43 104,18 126,49
Berdasarkan pengolahan diatas didapatkan massa rata-rata sebesar 93,3 kg,
dan error rata-ratanya adalah 102,9%
3. Grafik
i. Massa Vs Simpangan
1.4
Massa (kg)
1.35
1.3
1.25
1.2
0.07 0.08 0.09
Simpangan x (m)
ii. Perioda vs Simpangan
Simpangan Vs Perioda
1.45
1.4
1.3
1.25
1.2
0.07 0.08 0.09
Simpangan x (m)
Simpangan Vs Error
140.00%
120.00%
100.00%
Error (%)
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
0.07 0.08 0.09
Simpangan x (m)
Error
VI. Analisis
1. Analisis percobaan
Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh tiga grafik yaitu grafik (i)
Massa dengan Simpangan, grafik (ii) Periode dengan Simpangan, dan grafik
(iii) Error dengan Simpangan. Pada grafik i, didapatkan hasil grafik yang
cenderung naik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar simpangan maka
massa yang didapatkan semakin besar. Dari grafik ini dapat diambil
kesimpulan bahwa perubahan simpangan memengaruhi perubahan massa objek
dimana seharusnya simpangan tidak berpengaruh terhadap massa objek.
Pada grafik ii juga didapatkan garis yang cenderung naik. Hal ini
dikarenakan periode percobaan berbanding lurus dengan massa objek yang
didapat karena dalam mencari massa (sumbu X pada grafik A) praktikan
menggunakan periode. Periode yang didapat oleh praktikan sendiri cenderung
konstan berada dikisaran 1,3 s-1,4 s. Hal ini menunjukkan bahwa periode
gerakan sebuah objek jika menggunakan pegas dengan konstanta yang sama
akan cenderung konstan.
3. Analisis Kesalahan
VII. Kesimpulan
I. Tujuan Praktikum
II. Alat
1. Voltage Regulator
2. Motor
3. Poros
4. Penyangga Poros
6. Penggaris
Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu
fenomena dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh
gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini
terlihat sebagai poros yang berputar pada sumbunya dan pada saat yang sama
poros yang berdefleksi juga berputar relatif mengelilingi sumbu poros. Fenomena
whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang seimbang maupun tidak. Pada
sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh defleksi statis atau
gaya magnetik yang tidak merata pada mesin – mesin elektrik. Defleksi awal ini
membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya sentrifugal yang terjadi
akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan
dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran kritisnya
lalu akan mencapai keadaan setimbang.
1 𝑘
𝜔𝑐 = √
2𝜋 𝑀
besar.
Maka :
1 𝑔 0,498
𝑁𝑐 = √ =
2𝜋 𝛿 √𝛿
Kondisi pada percobaan :
1. Piringan berada ditengah poros :
𝑀𝑔𝐿3
𝛿=
48𝐸𝐼
Dimana : E = Modulus Young untuk logam poros (Pa)
𝜋𝑑4
I = Momen Inersia Area Poros (m4) = 64
𝐸𝐼
𝑁𝑐 = 1,103√ 3
𝑀𝐿
𝐸𝐼𝐿
𝑁𝑐 = 0,276√
𝑀𝑎2 𝑏 2
3. Mengatur beban pada posisi variabel (a) jarak 22 cm dan posisi variabel (b)
bervariasi yaitu berjarak 18 cm, 19 cm, 20 cm, 21 cm, 22 cm antara
penyangga 1 (tetap) dan penyangga 2 (berubah)
7. Mencari nilai putaran kritis secara teori berdasarkan dari data yang didapat
a. Hasil Data
Massa jenis alumunium (ρ)
: 2700 kg/m3
Diameter Shaft (D) : 5.5 x 10-3 m
Diameter beban (d) : 7.5 x 10-2 m
Ketebalan beban (t) : 1.5 x 10-2 m
Massa Beban (m) : 0.502 kg
Modulus young teoritis (E) : 69 GPa
b. Pengolahan data
3. Tingkat kesalahan atau error pada percobaan ini dapat dirumuskan dalam :
| 𝑁 r𝑒𝑎𝑙 − 𝑁 t𝑒𝑜r𝑖t𝑖s |
Error = 𝑥100%
𝑁t𝑒𝑜r𝑖t𝑖s
Berikut adalah table dari hasil pengolahan data yang ada :
Error
No a (cm) b (cm) L (cm) Nc (rpm) Nc teori (rpm) (%)
1 0,22 0,22 0,44 1800 811,5621452 54,91321
2 0,22 0,245 0,465 1600 1063,674787 33,52033
3 0,22 0,265 0,485 1400 1297,947809 7,289442
4 0,22 0,285 0,505 1300 1563,165068 20,24347
5 0,22 0,305 0,525 1350 1861,15578 37,86339
c. Grafik
Nc vs jarak b
2000
1800
1600
1400
1200
RPM
1000
800
600
400
200
0
0.22 0.245 0.265 0.285 0.305
Nc Praktikum 1800 1200 1400 1300 1350
Nc teori 811.5621452 1063.674787 1297.947809 1563.165068 1861.15578
jarak b (m)
Nc Praktikum Nc teori
Jarak b Vs Error
60
50
Error (%)
40
30
20
10
0
0.22 0.245 0.265 0.285 0.305
Jarak b (m)
Error
VI. Analisis
1. Analisis Percobaan
Pada praktikum modul Whirling Shaft ini praktikan memiliki tujuan untuk
mencari putaran kritis dari suatu poros yang diberikan beban sehingga memiliki
defleksi statik. Selain itu juga praktikum ini bertujuan untuk membandingkan
putaran kritis yang didapat secara praktek dengan putaran kritis yang didapat
secara teori. Praktikan melakukan percobaan dengan memvariasikan jarak b pada
alat percobaan untuk mendapatkan variasi hasil yang kemudian akan diolah dan
dijelaskan pada analisis hasil dan grafik.
3. Analisis kesalahan
Pada percobaan kali ini didapatkan error rata-rata sebesar 30,774%. Nilai
error tersebut menurut praktikan dapat disebabkan karena beberapa faktor. Yang
pertama adalah kurang akuratnya alat yang digunakan oleh praktikan yaitu
tachometer dalam mengukur rpm dari shaft. Kemudian adanya keterbatasan
kemampuan praktikan dalam melihat alat ukur yang digunakan sehingga dapat
terjadi kesalahan pengukuran. Selain itu juga terdapat perbedaan properties antara
beban yang digunaan dalam praktikum dengan properties literature dengan benda
aslinya.
Selain kesalahan-kesalahan yang sudah praktikan sebutkan di atas, terdapat
satu faktor lain yang berpengaruh besar terhadap error yang didapat oleh praktikan
ini yaitu penentuan putaran kritis dalam praktikum yang sangat subjektif.
Praktikan tidak mengetahui pasti kapan shaft mengalami putaran kritis sehingga
penentuan putaran kritis hanya berdasarkan subjektifitas praktikan. Hal ini
berpengaruh besar terhadap hasil yang didapat.
VII. Kesimpulan
1. Nilai putaran kritis dari poros berada pada rentan 881-1800 rpm untuk
putaran kritis teoritis, dan rentan 1800-1350 rpm untuk hasil pengukuran
bergantung dari jarak atau panjang shaft
2. Pada percobaan ini terdapat error hasil perhitungan sebesar 30,774%.
4. Semakin panjang shaft yang digunakan, maka semakin kecil nilai rpm
kritisnya.
I. Tujuan Praktikum
II. Alat
1. Kabel USB
2. Kabel NI DAQ
3. Komputer
4. Belt
5. Pengontrol Motor
6. Stoboskop
7. Baut dan Mur sebagai beban
Balancing adalah proses menyamakan berat dari suatu beban pada ujung poros
sehingga dapat berputar dengan getaran yang kecil. Hal yang umum dijumpai adalah
balancing pada roda mobil. Roda - roda mobil tersebut diseimbangkan agar putarannya
juga seimbang. Roda - roda yang seimbang akan stabil saat berputar walaupun ada gaya
sentrifugal berlawanan arah dengan pusat roda.
Sebuah benda unbalance merupakan benda yang memiliki komposisi gaya-
gaya inersia dan momen-momen yang tidak seimbang. Balancing merupakan sebuah
teknik untuk menemukan dan mengkoreksi gaya-gaya yang tidak seimbang diimbangi
dengan suatu gaya inersia atau momen yang melawan gaya unbalance.
Unbalance pada suatu shaft merupakan situasi dimana titik tengah gravitasi
putaran shaft tidak sama dengan titik tengah geometris dari shaft. Besar unbalance
tergantung dari gaya sentrifugal yang terjadi saat operasi.
F=I.ω2
Dimana, F = Gaya Reaksi (N)
I = Unbalance (kg,m)
ω = Kecepatan Putar Angular (rad/s)
Unbalance dapat dibayangkan sebagai berat yang dipasang secara eksentrik di
badan yang berputar. Jenis-jenis unbalance yaitu static unbalance, couple unbalance,
quasistatic unbalance, dan dynamic unbalance.
4. Melihat pada grafik power spectrum frekuensi rotor yang berputar di 12 Hz.
7. Sedikit demi sedikit swicth (knob) diputar, terletak dekat transduser hingga
menyentuh plat (maksimum displacement dari cradle) yang dapat menyebabkan
stroboskop berkedip.
8. Meihat angka yang terletak sejajar dengan transducer (di atas switch sekrup putar)
dan mencatat (sebagai sudut fase dari titik referensi 0)
9. Memutar balik switch knob putar lalu mematikan motor tanpa merubah kontrol
kecepatan.
10. Memutar disk 5 sehingga titik 0 pada disk berada pada titik yang terbaca pada
langkah no.8 dengan melonggarkan skrup 3 buah yang ada di disk dengan kunci L
3/32”.
11. Dari rms yang didapat dari labview, dikalibrasi dengan grafik kalibrasi amplitudo
yang diberikan.
13. Memperhatikan slot yang ada pada disk koreksi (disk 5) berjari-jari antara 45-65mm.
16. Memasang massa counterbalance pada r yang ditentukan pada langkah no.15 pada
lokasi slot yang sesuai dengan langkah no.10
19. Mencatat rms yang terbaca setelah dalam kecepatan yang stabil.
20. Melakukan set stroboskop ke eksternal lalu melihat angka yang muncul pada langkah
no.8.
24. Memutar disk sesuai sudut yang ditunjukkan dari hasil penjumlahan vector.
25. Memasang U pengganti ini pada disk koreksi dengan set terlebeih dahulu m dan r
yang cukup pada slot tersebut.
V. Pengolahan Data
VII. Aplikasi
Proses balancing dapat dengan mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya adalah proses balancing pada ban mobil. Mobil yang kita gunakan sehari-hari
tidak selalu berjalan pada kondisi jalan yang halus dan rata. Tidak jarang ban mobil
mengalami benturan akibat lubang ataupun permukaan jalan lain yang tidak rata.
Benturan-benturan yang mengenai ban mobil ini akan memengaruhi kestabilan ban
tersebut. Hal ini dikarenakan ban tersebut mengalami benturan yang berbeda beda pada
keempat bannya sehingga perlu dilakukan proses balancing agar keempat ban tersebut
memiliki kestabilan/massa yang sama. Proses balancing ini tidak berbeda jauh dengan
percobaan yang praktikan lakukan yaitu dengan memutar ban mobil satu persatu hingga
balance.
VIII. Kesimpulan
2. Setiap benda memiliki titik seimbang tergantung dari massa, radius dan sudut
dari pemberat yang ada.
3. Balancing dilakukan untuk mengurangi getaran dengan menambah beban
counter pada sisi berlawanan dari gaya unbalance.