Anda di halaman 1dari 10

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DAN SISTEM PELAPORAN

A. Pendahuluan

Program Keselamatan Pasien di rumah sakit Rumah sakit merupakan tempat yang paling
kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, dan beragam profesi serta latar
belakang sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus
menerus (Depkes, 2008). Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan dan
menjamin keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang berisiko tinggi terhadap
terjadinya incident keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan terhadap
keselamatan paling sering disebabkan oleh kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal
keselamatan, dan hal ini disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja (Reason,
2009).

B. Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan Insiden keselamatan pasien/ patient safety
incident merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah sebagai
berikut :

Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis.

Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu 11 tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:

“keberuntungan” (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat).

“pencegahan” (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan dosis lethal, tetapi
staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).

“peringanan” (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan dosis lethal, segera
diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti).

Kejadian Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam literatur safety management sebagai
suatu kejadian yang berhubungan dengan keamanan pasien yang berpotensi atau mengakibatkan efek
diakhir pelayanan, yang dapat dicegah sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang (Aspden,
2004). KNC juga diungkapkan sebagai kejadian yang berpotensi menimbulkan cedera atau kesalahan, yang
dapat dicegah karena tindakan segera atau karena kebetulanm dimana hasil akhir pasien tidak cedera
(Medical Human Reseources, 2008).

KNC lebih sering terjadi dibandingkan dengan kejadian tidak diharapkan, frekuensi kejadian ini tujuh
sampai seratus kali lebih sering terjadi. Data KNC harus dianalisis agar pencegahan dana pembentukan
sistem dapat dibuat sehingga cedera aktual tidak terjadi. Sebagian besar kasus KNC memberi dampak
pada pada penyebab insiden atau proses hingga kejadian nyaris cedera itu terjadi (Mustikawati, 2011).
Terciptanya keselamatan pasien sangat didukung oleh sistem pelaporan yang baik setiap kali inisiden
terjadi. Faktor penyebab kejadian nyaris cedera sulit didapatkan jika tidak didukung oleh dokumentasi
yang baik (sistem pelaporan). Hal ini dapat mengakibatkan langkah pencegahan dan implementasi untuk
perbaikan sulit dilakukan (Cahyono,2008)

Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit Standar Keselamatan pasien berdasarkan “Buku Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang diterbitkan pada tahun 2006. Menguraikan tentang
Standar Keselamatan Pasien, yang dimana standar tersebut terdiri dari tujuh standar, yaitu : 1. Hak pasien,
2. Mendidik pasien dan keluarga, 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, 4. Penggunaan
metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien, 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, 6. Mendidik staf 13 tentang
keselamatan pasien, dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

C. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit

Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan
sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk
mengenali dan melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas
yang melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan terjadinya
suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau bahkan kejadian yang menyebabkan
kematian atau cedera serius (sentinel). Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu 20
pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak
terulang kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu
layanan, yang merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari
kebijakan, termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada.

Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara
internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan
pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan
dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit
melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur
rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
D. Jenis dan Metode Pelaporan

Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharpakan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian sentinel, berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (2008). Pelaporan insiden dapat dilakukan dengan dua cara ,seperti secara internal
dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien
rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan dari
rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit
melakukan pencatatan 21 kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur
rumah sakit.

Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden keselamatan pasien. Sehingga, dapat
dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan
bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Adapun ketentuan terkait pelaporan insiden
sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan sebagai
berikut:

Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.

Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit
meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan
pada seluruh karyawan.

Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.

Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian atau yang
terlibat dalam kejadian.

Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan manfaat
laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi 22 formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan,
pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

Penelitian dari Rat Dewa pada tahun 2014 mengemukakan laporan KNC di RSUP Sanglah Denpasar pada
masing-masing ruang rawat inap tidak seragam. Perbedaan jumlah rata-rata ini memiliki faktor yang
spesifik sehingga menyebabkan adanya perbedaan jumlah pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori dari
Mark (2001), bahwa Budaya keselamatan pasien terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan
pasien yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture),
sehingga untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit harus dapat
mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif.
E. Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian,

Penyebab (petugas), Faktor Pemicu. Menurut Buku “Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien” (2008),
Untuk mengisi Tipe insiden di dalam suatu laporan, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih
dahulu. Insiden terdiri dari :

Tipe Insiden dan Subtipe insiden

Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden Medication error; merupakan salah satu penyebab error yang signifikan
di Rumah Sakit. Kejadian medication error terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur, lingkungan atau
sistem yang melibatkan prescribing, dispensing, dan administration. (Rusmi, dkk,2012). Medication error
sering sekali tidak terungkap dan hampir tidak ada upaya untuk mencegah. Untuk mencegah terjadinya
medication 23 error diperlukan kerjasama antar Pelaksana Program pencegahan medication error (PIP)
oleh tim multidisiplin (Muladi, 2015).

Menurut Departement Kesehatan RI (2008), analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan
kefarmasian seperti kesalahan penulisan resep (perscreption error), kejadian obat yang merugikan
(adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan
(adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien yang memerlukan
pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara ”kesalahan
merupakan hal yang manusiawi” (to err is human). Menurut Buku Pedoman Pelaporan Keselamatan
Pasien pada tahun 2008.

Tipe Insiden dibedakan menjadi 15 Kelompok yang disetiap 1 kelompok tersebut mempunyai sub tipe
insiden.

Tipe insiden pertama adalah administrasi klinik, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu

proses (serah terima, perjanjian, daftar tunggu/antrian, rujukan/konsultasi, admisi, keluar/pulang dari
ranap/RS, pindah perawatan,identifikasi pasien,consent, pembagian tugas,dan respon terhadap
kegawatdaruratan)

masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia, salah pasien dan
salah proses/salah pelayanan)

Tipe insiden kedua adalah proses/prosedur klinis, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua
yaitu

proses (skrining/pencegahan/medical check up, Diagnosis/assesment, prosedur/pengobatan, general


care, test/investigasi, spesimen/hasil, belum dipulangkan) dan

masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia, salah pasien, salah
proses/pengobatan/prosedur dan salah bagian tubuh/sisi).

Tipe insiden ketiga adalah dokumentasi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu
dokumen yang terkait (order /peminatan, chart/rekam medik/konsultasi, checklist, form/sertifikat,
instruksi /informasi /kebijakan /SOP, label /identitas /kartu, surat/email/rekaman komunikasi,
laporan/hasil/photo) dan

masalah (dokumen hilang/tidak tersedia, terlambat mengakses dokumen, salah dokumen/salah orang,
tidak jelas/membingungkan dan informasi dalam dokumen tidak lengkap).

Tipe insiden keempat adalah infeksi nosokomial (Hospital associated infection), yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi dua yaitu

tipe organisme (bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa, ricketisia, prion/partikl protein yang infeksius,
organisme tidak teridentifikasi) dan

tipe/bagian infeksi (bloodstream, bagian yang dioperasi, abses, pneumonia, kanul IV, protesis infeksi,
drain/tube urin, dan jaringan lunak).

Tipe insiden kelima adalah medikasi/cairan infus, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga
yaitu

medikasi/cairan infus yang terkait (daftar medikasi dan daftar cairan infus),

proses penggunaan medikasi/cairan infus (peresapan, persiapan/dispensing, pemaketan, pemberian,


supply/pesan, penyimpanan, monitoring) dan

masalah (salah pasien, salah obat, salah dosis/kekuatan/frekuensi, salah formulasi/presentasi, salah rute
pemberian, salah jumlah/kuantitas, salah dispensing label/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan,
ommited medicine or dose, obat kadaluarsa, dan adverse drug reaction (reaksi efek samping obat).

Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang dimana sub tipe insidennya dibagi
menjadi tiga yaitu

transfusi darah/produk darah terkait (produk selular, faktor pembekuan, albumin/plasma protein dan
imunoglobin),

proses transfusi darah/produk darah terkait (test pre transfusi, peresepan, persiapan, pengantaran,
pemberian, penyimpanan, monitoring, presentasi/pemaketan dan supply/pesan) , dan

masalah (salah pasien, salah darah/produk darah, salah dosis /frekuensi, salah jumlah form, salah
dispensing/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, obat atau dosis yang diabaikan, darah kadaluarsa
dan efek samping (adverse effect).

Tipe insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu

nutrisi yang terkait (diet umum dan diet khusus),

proses nutrisi (peresepan /permintaan, persiapan /manucfatur /proses memasak supply/order,


presentation, dispensing/alokasi, pengantaran, pemberian dan penyimpanan), dan

masalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah frekuensi, salah konsistensi, dan salah penyimpanan.
Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu

oksigen/gas terkait (daftar oksigen/gas terkait),

proses penggunaan oksigen/gas (label cilinder/warna kode, peresepan, pemberian, pengantaran,


supply/order dan penyimpanan) dan

masalah (salah pasien, salah gas, salah rate/flow/konsentrasi, salah mode pengantaran, kontraindikasi,
salah penyimpanan, gagal pemberian dan kontaminasi.

Tipe insiden kesembilan adalah alat medis/alat kesehatan, yang dimana sub tipe insidennya dibagi
menjadi dua yaitu

tipe alat medis/alat kesehatan (daftar 26 alat medis/alat kesehatan/equipment property) dan

masalah (presentation / pemaketan tidak baik, ketidak tersediaan, inappropiate for task, tidak
bersih/tidak steril, kegagalan/malfungsi, dislodgement/removal, user error.

Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu

perilaku pasien (tidak kooperatif, tidak pantas/sikap bermusuhan/kasar, beresiko/sembrono/berbahaya,

masalah dengan penggunaan substansi/abuse, mengganggu, diskriminasitif/berprasangka, berkeliaran,


melarikan diri, sengaja mencederai diri, bunuh diri) dan agresion/assault (agresi verbal, kekerasan fisik,
kekerasa seksual, kekerasan terhadap mayat, dan ancaman nyawa).

Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu

tipe jauh (tersandung, slip, kolaps, hilang keseimbangan) dan

keterlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher, toilet, peralatan terapi, tangga dan
dibawa/dibantu oleh orang lain.

Tipe insiden kedua belas adalah kecelakaan yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi sembilan
yaitu

benturan tumpul (kontak dengan benda/binatang, kontak dengan orang, hancur remuk dan gesekan
kasar),

serangan tajam/tusukan (cakaran/sayatan, tusukan, gigitan/sengatan, serangan tajam dan lainnya),

kejadian mekanik lain (benturan akibat ledakan bom, kontak dengan mesin), peristiwa mekanik lain,

mekanisme panas (panas yang belebihan dan dingin yang berlebihan),

ancaman pada pernafasan (ancaman mekanik pernafasan, tenggelam/hampir tenggelam, pembatasan


oksigen kekurangan tempat, confinement to oxygen-deficient place),

paparan bahan 27 kimia atau substansi lainnya (keracunan bahan kimia atau substansi lain dan bahan
kimia korosif) ,
mekanisme spesifik yang lain menyebabkan cedera (paparan listrik/radiasi,

paparan suara/getaran, paparan tekanan udara,dan

paparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena dampak cuaca/bencana alam.

Tipe insiden ketigabelas adalah infrastruktur/bangunan/benda lain yang terpasang tetap yang dimana sub
tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu

keterlibatan struktur/bangunan (daftar struktur, daftar bangunan dan daftar furniture) dan

masalah (inadekuat dan damaged / faulty / worm).

Tipe insiden keempat belas adalah resource/manajemen organisasi yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi tujuh yaitu

beban kerja manajemen yang berlebihan,

ketersedian/keadekuatan tempat tidur/pelayan,

sumber daya manusia,

ketersediaan staff,

organisasi,

kebijakan/ SOP, dan

Tipe insiden kelimabelas adalah laboratorium/patologi yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi
tujuh yaitu

pengambilan/pick up,

trasnport,

sorting,

data entry,

procesing,

verifikasi/validasi dan

hasil

Pelapor

Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden keselamatan pasien. Perawat memiliki
kewajiban membuat laporan mengenai insiden keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan berperan
penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Adib, 2009)
Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) pelapor dikategorikan
sebagai berikut :
Karyawan

Dokter

Perawat

Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

Pasien

Pendamping pasien

Pengunjung

Potensi Korban

Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan pasien. Berdasarkan buku
pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) potensi korban dikategorikan sebagai berikut :

Karyawan

Dokter

Perawat

Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

Pasien

Pendamping pasien

Pengunjung

Divisi Kejadian

Divisi Kejadian adalah Kejadian yang dikelompokkan berdasarkan katagori spesialisasi Ilmu
Kedokteran.Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) divisi/ spesialisasi
insiden jika melibatkan pasien adalah dikategorikan sebagai berikut :

Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya

Anak dan Subspesialisasinya

Bedah dan Subspesialisasinya

Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya

THT dan Subspesialisasinya

Mata dan Subspesialisasinya

Saraf dan Subspesialisasinya

Anastesi dan Subspesialisasinya


Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya

Jantung dan Subspesialisasinya

Paru dan Subspesialisasinya

Jiwa dan Subspesialisasinya

Orthopedi,Traumatologi dan Subspesialisnya

Bedah Syaraf dan Subspesialisnya

Urologi dan Subspesialisnya

Patologi Klinik dan Subspesialisnya

Mikrobiologi Klinik dan Subspesialisnya

Radiologi dan Subspesialisnya

Patologi Anatomi dan Subspesialisnya

Radiologi dan Subspesialisnya

Neurologi dan Subspesialisnya

Gizi dan Subspesialisnya

Gigi dan Subspesialisnya

Penyebab (petugas)

Penyebab adalah orang yang mengakibatkan terjadinya sebuah insiden. Faktor individu atau petugas
sangat berpengaruh terhadap budaya keselamatan pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, tingkat
kelelahan, perasaan takut disalahkan, perasaan malu, dan keterlibatan keluarga/pasien.(Buerhaus, et.al,
2011) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) penyebab dari segi
petugas dapat dikategorikan sebagai berikut :

Dokter

Perawat

Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

Faktor Pemicu

Faktor pemicu adalah faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden . Berdasarkan buku pedoman
Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab
masalah dapat menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1) yaitu :

Faktor Eksternal / di luar RS

Faktor Organisasi dan Manajemen


Faktor Lingkungan kerja

Faktor Tim

Faktor Petugas / Staf

Faktor Tugas

Faktor Pasien

Faktor komunikasi

Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera

Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan untuk lebih memperbaiki
proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang
sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien
berdasarkan hakhaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Adanya program keselamatan pasien rumah
sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi
kegiatan pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko,
implementasi solusi agar dapat meminimalkan timbulnya risiko,meminimalisir angka kejadian nyaris
cedera, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian,
serta strategi pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Dengan adanya program keselamatan pasien yang dilaksanakan di setiap rumah sakit, diharapkan dapat
mengurangi jumlah insiden keselamatan pasien, yang dimana dapat berpedoman pada 7 Standar
Keselamatan pasien yang berdasarkan pada “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
yang diterbitkan pada tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai