Anda di halaman 1dari 5

1. Upaya pelestarian lingkungan hidup harus dilakukan oleh seluruh masyarakat bukan hanya pemerintah.

Sebanyak apapun usaha pemerintah dalam melestarikan lingkungan hidup akan percuma apabila tidak
diimbangi dengan usaha dari masyarakat. Masyarakat perlu menyadari bahaya tidak melestarikan
lingkungan bagi kehidupannya. Dengan demikian akan ada tindakan jelas dalam pelestarian lingkungan
hidup.

Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dengan dukungan pemerintah antara lain:

a. Menjalankan progam penanaman seribu pohon.

Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan rob bukan terjadi begitu saja. Bencana ini utamanya
terjadi karena kurangnya daerah resapan air hujan akibat penggundulan hutan. Alih fungsi hutan menjadi
lahan pertanian dan bangunan membuat tanah menjadi lemah dalam menyerap air. Akibatnya lapisan
tanah terkikis dan terjadilah erosi. Dengan adanya erosi terus menerus dan tidak adanya penahan tanah,
maka longsorpun mudah terjadi. Begitu juga dengan terjadinya abrasi.

Karang dan hutan bakau diambil untuk keperluan pribadi tanpa memperhatikan lingkungan, sehingga
tidak ada penghalang ombak laut. Bahaya semacam ini dapat dihindarkan dengan melakukan reboisasi
(penanaman hutan yang gundul) serta melakukan reklamasi hutan bakau. Dengan adanya penahan
tanah terhadap air hujan atau ombak, maka kemungkinan terjadi bencana banjir, longsor, dan rob bisa
berkurang. Di wilayah padat penduduk bisa disiasati dengan melakukan penanaman pohon-pohon buah
atau tanaman hias disekitar rumah. Selain membantu tanah untuk meresap air, lingkungan sekitar rumah
terlihat lebih hidup dengan adanya tanaman.

b. Tidak membuang limbah ke sungai atau laut

Selain penggundulan hutan, pembuangan sampah di aliran sungai juga mempengaruhi terjadinya banjir.
Sampah plastik misalnya, sulit untuk didegradasi dan biasanya menumpuk di sepanjang aliran sungai.
Saat hujan datang, aliran terhalang sampah sehingga aliran air membelok keluar dari aliran sungai yang
seharusnya. Selain menjadi penyebab banjir, dampak sampah plastik bagi kesehatan juga cukup
beresiko.

Air-air yang tergenang di sampah plastik peran besar dalam daur hidup nyamuk yang membawa penyakit
malaria atau demam berdarah. Bukan hanya limbah sampah, pabrik yang dekat aliran sungai juga sering
membuang limbahnya pada sungai. Pembuangan limbah seperti ini masih perlu banyak dievaluasi
karena pada kenyataannya limbah yang dibuang banyak yang mengandung logam berat. Bahaya logam
berat bagi lingkungan sangat besar. Selain baunya yang menyengat, logam berat dapat meracuni ikan
dan bersifat karsiogenik bagi tubuh manusia.

c. Mengurangi pencemaran udara

Dampak pencemaran udara bukan hanya menimpa manusia tetapi juga unsur biotik dan abiotik di
lingkungan hidup. Pencemaran udara utamanya berasal dari asap kendaraan bermotor dan limbah asap
pabrik. Wilayah dengan pencemaran udara yang tinggi terlihat banyak kabut yang menutupi cahaya
matahari. Akibat kekurangan cahaya pada tumbuhan dan hewan dapat dilihat dari cara mereka
beradaptasi. Cara hewan beradaptasi dengan lingkungan berpolusi contohnya seperti warna kupu kupu
pada wilayah industri biasanya lebih gelap. Pencemaran udara dapat dikurang dengan beberapa cara,
diantaranya:

 Menanam pohon atau tanaman hias disepanjang jalan raya untuk mengurangi polusi asap
kendaraan.
 Membangun taman kota di beberapa tempat di kota besar.
 Mengolah kembali limbah pabrik agar setelah dilepaskan ke udara tidak mengandung zat-zat yang
dapat merusak lingkungan.
 Mengurangi jumlah kendaraan bermotor
 Optimalisasi penggunaan kendaraan publik massal seperti kereta dan bus sehingga pengguna
kendaraan pribadi berkurang.

d. Tidak melakukan perburuan liar dan perusakan alam

Semua unsur dalam lingkungan hidup saling berinteraksi dan mengalami hubungan timbal balik. Untuk itu
perlu disadari bahwa dengan merusak alam dengan melakukan penebangan ilegal, perburuan liar,
hingga perusakan hutan akan merusak rantai makanan dan pada akhirnya akan berimbas kepada
kehidupan manusia. Oleh karena itu, pelaku perusakan lingkungan hidup harus diberi sanksi yang berat
agar ada rasa jera untuk mengulangi perbuatannya. Pada lingkungan laut contohnya, penggunaan pukat
harimau dan bom ikan sebaiknya dihentikan dan diberi sanksi yang tegas karena mengancam ekosistem
dan kehidupan biota laut didalamnya.

e. Melakukan sosialisasi lingkungan hidup

Program program pemerintah harus selalu disosialisasikan kepada masyarakat lewat penyuluhan lalu
didukung kegiatan lain agar masyarakat punya kesadaran untuk melestarikan lingkungan. Sebagai
contoh masyarakat diberikan sosialisasi mengenai ciri lingkungan sehat dan tidak sehat. Setelah
sosialisasi selesai, dibuat kegiatan atau lomba rumah sehat.

Sehingga masyarakat antusias dan terbiasa berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan dalam
kehidupan sehari-hari. Kesadaran semacam ini juga perlu ditanamkan pada anak anak. Dalam
lingkungan sekolah dasar sebaiknya manfaat ekologi sudah diajarkan sejak dini. Dengan demikian saat
tumbuh, anak terbiasa mengambil keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya bagi lingkungan
hidup.

2. Langkah awal pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia tidak terlepas dari siding umum PBB atau
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm pada bulan Juni 1972. Oleh karena itu
corak kebijakan hukum lingkunganya cenderung bersifat incidental, parsial, sektoral dan jalan pintas.
Diharapkan kedepan akan dibangun corak kebijakan hukum lingkungan yang lebih bersifat
komprehensif, kohesif, dan konsisten. Jika kebijakan lingkungan kemudian dirumuskan dalam rangkayan
norma yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan lingkungan, maka Yang dimaksud dengan
kebijakan hukum lingkungan dalam arti sempit adalah penentuan konsep, proses, strategi dan siasat
yang termasukan secara sistematis berkenaan dengan rencana, program, proyek dan kegiatan
pemerintah dan masyarakat sebagai sarana pencapaian tujuan pengelolaan lingkingan hidup melalui
pendaya gunaan peraturan perundang-undangan beserta kelembagaannya.

Pemikiran yang didukung oleh hasil penelitian dan pengkajian mengungkapkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi buruknya pengaturan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah karena
kebijakan peraturan perundang-undangan yang sengaja didesain (atau mungkin juga karena “kelalaian”)
untuk tidak cukup efektif mencegah dan menyelesaikan masalah lingkungan. Kelemahan ini dapat dilihat
dari beberapa peraturan perundang-undangan linkungan hidup yang cenderung bersifat pragmatis,
reaktif, sektoral, parsial dan berjanka pendek. Dengan demikian, tidak sedikit terjadi disharmoni antara
peraturan perundang- undangan lingkungan hidup dengan perundang-undangan sector, yankni berupa
konflik, kontradiksi, tumpang tindih, gap dan inkonsistensi.
Adapun titik kelemahan dari keberadaan UU No.23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
(UUPLH) adalah tidak cukup mampu menempatkan dirinya sebagai UU yang menjadi landasan untuk
menilai dan menyesuaikan (atau dengan perkataan lain sebagai undang-undang yang berfunsi “ payung
“) tehadap UU “Sektor”. Bahkan UU “Sektor” ini dalam tataran pelaksanaannya justru lebih dominan dan
malah terkesan mengnyampingkan keberlakuan UUPLH.

3. A. Bagaimana pembuktian:

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (“UU PPLH”). Mengambil sampel pada dasarnya merupakan salah satu wewenang pejabat
pengawas lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (1) UU PPLH:

“Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) berwenang:

a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret;
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;
h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.”

Lalu siapakah pejabat pengawas lingkungan hidup yang dimaksud dalam UU PPLH ini? Undang-undang
ini tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan pejabat pengawas lingkungan hidup. Akan tetapi, kita
bisa merujuk pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNomor 07 Tahun 2001 tentang Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (“Kepmen LH 7/2001”).

Pejabat pengawas lingkungan hidup berdasarkan Pasal 1 angka 2 Kepmen LH 7/2001 adalah pegawai
negeri sipil yang berada pada instansi yang bertanggung jawab yang memenuhi persyaratan tertentu
dan diangkat oleh menteri.

B. Apa yang dapat dilakukan masyarakat kepada pemerintah:

Masyarakat dapat meminta Pemerintah untuk melakukan uji sampel air dan apabila terbukti sungai
tercemar oleh limbah bahan berbahaya dan beracun dari pabrik maka masyarakat dapat meminta
Pemerintah untuk mendesak perusahaan melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 53 ayat (1) UU PPLH dan apabila tidak dilakukan maka Masyarakat
dapat menuntut Pemerintah untuk pencabutan Surat Izin Pembuangan Limbah Cair.

C. Apa yang dapat dilakukan masyarakat kepada pabrik:

Masyarakat mendesak Perusahaan untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup dengan
tahapan
D. Terangkan apa LSM dapat menjadi Pihak dalam kasus ini:

Bisa, meskipun dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia belum mengakomodir mengenai LSM
bertindak sebagai pihak dalam kasus lingkungan hidup. Namun dalam prakteknya sudah banyak LSM
yang notabene bukan merupakan pihak yang terkena dampak dalam kasus pencemaran lingkungan
hidup diberi akses di pengadilan sebagai pihak yang menggugat. Hak gugat organisasi lingkungan
merupakan salah satu bagian dari hukum standing yang berkembang banyak di belahan dunia.

Contoh kasus: Walhi mengajukan gugatan pencemaran dan perusakan lingkungan terhadap Inti
Indorayon Utama dan diterima oleh Pengadilan Negeri Jakart Pusat

E. Apabila menjadi kuasa hukum masyarakat bagaimana?

Saya kan melakukan mediasi terlebih dahulu antara masyarakat dan pihak perusahaan, kemudia apabila
melalaui jalur mediasi tidak dapat ditempuh saya akan mendesak Pemerintah untuk melakukan uji
sampel air dan apabila terbukti sungai tercemar oleh limbah bahan berbahaya dan beracun dari pabrik
maka masyarakat dapat meminta Pemerintah untuk mendesak perusahaan melakukan penanggulangan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 53 ayat (1) UU PPLH dan apabila
tidak dilakukan maka Masyarakat dapat mendesak Pemerintah untuk pencabutan Surat Izin
Pembuangan Limbah Cair.

4. A. Terangkan Jenis Sanksi Administratif menurut UUPPLH


teguran tertulis

paksaan pemerintah dengan penghentian sementara kegiatan produksi, pemindahan sarana


produksi, penutupan saluran pembuangan air limbah, pembongkaran, penyitaan barang atau alat
yang berpotensi menimbulkan pelanggaran, penghentian sementara seluruh kegiatan, tindakan lain
yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan fungsi lingkungan hidup

pembekuan izin lingkungan

pencabutan izin lingkungan

B. Hak Veto Lingkungan adalah cara pandang baru pemerintah dalam meresmpon keterbatasan daya
dukung lingkungan, hak veto semacam sinyal tanda bahaya yang muncul akibat penerapan kebijakan
bermasalah. Sinyal tersebut bisa datang dari komunitas masyarkat, LSM, pemerintah daerah, akademisi,
atau lembaga legislatif.

C. Memberi efek jera kepada Perusahaan yang telah merusak dan mencemari lingkungan hidup
D. Fungsi PTUN dalam penyelesaian sengketa lingkungan tidak hanya memberikan perlindungan hukum
kepada orang atau badan hukum perdata yang dirugikan sebagai pencari keadilan, PTUN juga
memberikan perlindungan hukum kepada lingkungan hidup yang menderita kerusakan karena
dikeluarkannya KTUN untuk dilakukannya suatu usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak
negative terhadap lingkungan hidup.

5. A. Alat bukti dalam TPL:


Keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa, dan/atau alat bukti lain,
termasuk alat bukti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
Mengapa butuh keterangan ahli, untuk membuktikan apakah telah terjadi suatu perkara pidana atau
perdata lingkungan hidup. Hal ini dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan siapa, apa, dimana,
kapan, mengapa, dan bagaimana (5W/1H) dari perkara tersebut sesuai dengan interpretasi terhadap
hasil analisis ilmiah yang telah dilakukan.

B. Aparat penyidik dalam TPL adalah PPNS (Pengawas Pegwas Negeri Sipil)

C. PPNS dapat memperkarakan Perusak Lingkungan tanpa melalui POLRI


Berdasarkan UU 32 Tahun 2009 Pasal 95 tidak menyebutkan bahwa PPNS dapat mengajukan Perkara ke
Pengadilan, kewenangannya hanya sampai menangkap dan menahan pelaku tindak pidana oleh sebab
itu karena PPNS dibawah koordinasi POLRI maka untuk pengajuan perkara TPL harus melalui POLRI
terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai