KEPERAWATAN KELUARGA
OLEH
IKA LESTARI
SUKMAWATY P
SYARIFATUN NISAA JAMAL
NURUL MANZILAH
NUR FIRDAYANTI LANIPI
FERA NUR RAMADHANI
RIZKY DWI SYAFITRI
SYAFUTRI RESKI WANTI LAGUNI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga merupakan
sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan
berinteraksi satu sama lain yang lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan
atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Keluarga memiliki keterkaitan yang erat dengan kesehatan setiap anggotanya
(Jhonson dan Leny, 2010).
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagaimana konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap tahap?
2. Bagimana konsep teori asuhan keperawatan keluarga?
3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi pada
keluarga dengan anak usia remaja?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap tahap
2. Konsep teori asuhan keperawatan keluarga?
3. Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi pada keluarga dengan
anak usia remaja?
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Carter dan Mc Goldrick (1989) dalam Padila (2012) membagi keluarga dalam 5 tahap
perkembangan, yaitu:
1. Keluarga antara (masa bebas/pacaran) dengan usia dewasa muda
2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
3. Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai anak usia
sekolah)
4. Keluarga yang memiliki anak dewasa
5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
6. Keluarga lansia
4
d. Menetapkan tujuan bersama
e. Persiapan menjadi orang tua
f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua)
5
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi dan keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memnuhi kebutuhan anak yang lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan
ubungan orang tua-anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga besar
dan komunitas)
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
6
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
dari perkawinan anak-anaknya
b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
7
B. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan
keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan
perencanaan, perencanaan asuhan dan penelitian (Jhonson dan Leny, 2010).
1. Pengkajian keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan di mana perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya.
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan rumah,
pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to toe dan
telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil x-ray, pap smear
dan lain sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga
adalah:
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
i. Komposisi keluarga: menjelaskan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah
tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi
bagian dari keluarga tersebut. Bentuk komposisi keluarga
dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang
sudah dewasa, kemudia diikuti dengan anggota keluarga
8
yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang
tua, kemudia mencantumkan jenis kelamin, hubungan
setiap anggota keluarga tersebut, tempat tanggal lahir atau
umur, pekerjaan dan pendidikan.
ii. Genogram: genogram keluarga merupakan sebuah diagram
yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon
keluarga). Genogram merupakan alat pengkahian
informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga,
riwayat dan sumber-sumber keluarga. Diagram ini
menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan
horizontal (dalan generasi yang sama) untuk memahami
kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit.
Untuk hal tersebut, maka genogram keluarga harus memuat
informasi tiga generasi (keluarga inti dan keluarga
masing-masing orang tua).
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Pisah
: Cerai
9
: Tidak menikah
: Kembar
: Anggota serumah
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/ tipe keluarga
tersebut
g) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditetntuka oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
10
kebutuhan-kebuthan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang yang dimiliki oleh keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat relreasi tertentu,
namu dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
11
dengan sumber air, sumber air minum digunkan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
b) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan
atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
d) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
12
e) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Struktur keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialiasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggotan keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mapu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhdapa anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapar
meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai reproduksi keluarga adalah:
i. Berapa jumlah anak
13
ii. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga
iii. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana anggota keluarga
memnuhi kebutuhan sandang pangan dan papan serta sejauh
mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya pengingkatan status kesehatan keluarga.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
14
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
15
Contoh :
1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga Bapak N
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga melakukan stimulasi
terhadap balita.
2) Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi.
16
- Gangguan citra tubuh
Nilai – nilai keluarga Konfilk lain
Fungsi efektif - Gangguan proses keluarga
- Gangguan menjadi orang tua
- Berkabung yang disfungsional
- Koping keluarga tidak efektif
- Resiko terjadi kekerasan
Fungsi sosialisasi - Perubahan proises keluarga
- Kurang pengetahuan
- Kurang peran orang tua
- Perubahan menjadi orang tua
- Perilaku mencari pertolongan
kesehatan (diagnosa
wellness)
Fungsi perawatan kesehatan - Perubahan pemeliharaan
kesehatan perilaku mencari
kesehatan
Proses dan strategi koping - Koping keluarga tidak efektif
keluarga - Resiko kekerasan
17
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
a. Aktual
3
(tidak/kurang
sehat)
1
b. Ancaman
2
kesehatan
c. Keadaan
1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat di
ubah
2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah
untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. rendah 1
Sumber : Baylon & Maglaya
18
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun
tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat
dan dukungan masyarakat
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu
ada
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah masalah
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencangkup
tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana
evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik,
dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukan
waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright
dan Lrahey dalam friedman (1998) membagi intervensi keperawatan keluarga
menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu intervensi permulaan dan intervensi
lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat sportif edukatif
dan langsung kearah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah
intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung.
19
Feeman (1970) dalam Friedman (1998) mengklasifikasikan (tipologi) intervensi
keperawatan keluarga menjadi :
a. Intervensi supplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga seperti
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan
dirumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab
pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber
perawataan untuk keluarganya termasuk dukungan internal dan ekternal.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektis dan psikomotor
(prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, tetapi
modalitas ataupun terapi koplementer pada akhirnya ditunjukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga
dalam kesehatan.
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respons verbal, sikap
atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita
tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam menentukan
standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya
sama, standarnya bisa jadi berbeda.
Contoh:
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat menjelaskan
tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue.
20
Kriteria: Respons verbal (karena menjelaskan)
Standar: Tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue
1) Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas
2) Perdarahan dibawah kulit, dan lain sebagainya
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada
keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawatan terhadap
keluarga mencangkup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1. mengintifikasi konsukuensi tidak melakukan tindakan
2. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit :
1. mendemostrasikan cara perawatan
2. menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3. mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan
d. membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi :
1. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
1. memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
21
2. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada Metode
yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat bervariasi
seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan,
kontrak, memanajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi.
5. Penilaian
Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan penilaian.
Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap, demikian
halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planning).
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu
makannya lebih baik
O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak P naik
BB nya 0,5 kg
A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.
22
BAB III
KASUS
Sebuah keluarga dengan kepala keluarga berinisial Tn. A usia 59 tahun. Memiliki seorang
istri berinisial Ny. E berusia 55 tahun. Anak pertama bernama Tn. S, berjenis kelamin
laki-laki, berusia 27 tahun dan baru 6 bulan menikah dan berprofesi sebagai guru. Anak
kedua bernama Nn. T, berjenis kelamin perempuan, berusia 25 tahun, sekarang sudah
bekerja di bank swasta dan sudah tidak tinggal dengan orang tuanya. Tn. A bekerja
sebagai Guru SMP dan Ny. E sebagai ibu rumah tangga. Sebagai Guru SMP, Tn. A
mendapat gaji Rp. 3.000.000 per bulan. Tahun depan Tn. A akan pensiun. Tn. A merasa
sedikit bingung dengan apa kegiatan yang akan ia lakukan setelah pensiun dan
memikirkan bahwa penghasilan juga akan berkurang. Tn. A memiliki penyakit hipertensi
sejak 5 tahun lalu. Tn. A sering merasa pusing dan terasa berat pada tengkuk saat Tn. A
merasa terlalu lelah. Akan tetapi Tn. A tidak segera berobat ke puskesmas, Tn. A hanya
beristirahat dan meminum obat warung karena beranggapan bahwa sakit tersebut akan
hilang dengan sendirinya. Rumah terlihat berantakan, tidak ada pertukaran udara karena
kurangnya ventilasi rumah.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. A
b. TTL : Palembang, 3 September 1957
c. Usia : 59 Tahun
d. Alamat : RT 01 RW 02, Desa Srikandi, Indralaya
e. Pekerjaan KK : Guru SMP
f. Pendidikan KK : SMA
g. Komposisi keluarga : Ayah, ibu dan dua orang anak
No. Nama JK TTL Hubungan Pekerjaan Pendidikan
1. Ny. E P Palembang, Istri IRT SMP
12 Agustus
1961 (usia 55
tahun)
2. Tn. S L Inderalaya, Anak Guru S1
25 Juni 1989
(27 tahun)
3. Nn. T P Inderalaya, Anak Pegawai S1
10 April 1991 Bank
(25 tahun)
24
Genogram
h. Tipe keluarga
Tipe keluarga adalah keluarga inti dengan orang tua dan dua anak
kandung.
i. Latar belakang budaya
Keluarga ini adalah keluarga dengan latar belakang budaya Sumatera baik
Tn. A maupun Ny. E. Keluarga ini memegang adat budaya Sumatera
dalam praktik kehidupan sehari-hari.
j. Agama
Keluarga memeluk agama islam dan aktif dalam kegiatan keagamaan di
lingkungan sekitar. Ny. E sering mengikuti pengajian ibu-ibu setiap satu
minggu sekali. Menurut Ny. E, keluarganya melaksanakan shalat dan
puasa.
k. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A merupakan pencari nafkah di keluarga, ia bekerja sebagai guru SMP.
Status ekonomi tergolong sederhana dengan penghasilan Rp. 3.000.000
per bulan. Menurut Ny. E, penghasilan Tn. A sudah mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Keluarga Tn. A tidak memiliki tabungan yang dikhususkan
untuk kesehatan.
25
l. Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Pada hari libur, biasanya keluarga Tn. A berkumpul di rumah untuk
membersihkan kebun kecil dibelakang rumah mereka dan menonton televisi
bersama. Waktu luang juga biasa digunakan Ny. E untuk berbincang dengan
tetangga.
26
Saat ini kondisi Tn. A pusing dan berat pada tengkuk. Tn. A sudah di
diagnosis hipertensi sejak 5 tahun lalu saat berobat ke puskesmas. Saat
ditanya mengenai hipertensi, Ny. E dapat menjelaskan dengan sederhana
bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui penyebab dari hipertensi, selain itu Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui tanda dan gejala hipertensi selain pusing dan berat pada
tengkuk. Menurut Ny. E, keluhan Tn. A tidak terlalu mengkhawatirkan
karena Tn. A tidak terlihat sakit, dan tetap dapat menjalankan aktivitas
seperti biasa. Tn. A tidak mau berobat ke puskesmas karena merasa bahwa
keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya.
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga merupakan rumah sendiri, ukuran
9x6 meter. Menurut Ny. E, keluarganya belum mampu merenovasi rumah
karena keterbatasan biaya. Rumah terlihat berantakan. Jarak antara rumah
Ny. E dengan yang lainnya sangat dekat, hanya kurang dari satu meter.
Kondisi ventilasi kurang karena sehingga cahaya yang masuk sedikit dan
pertukaran udara sangat kurang. Tn. A sering merasa pengap dan sesak
dengan kondisi rumah. Tetapi ia tidak mengatakan dengan istrinya.
Istrinya mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa karena
ventilasi rumah sudah seperti itu saat mereka pertama kali tinggal. Untuk
mengubahnya tentu membutuhkan biaya. Ny. E mengatakan bahwa
rumah yang bersih adalah rumah yang di sapu setiap hari. Ny. E
mengatakan rumahnya sudah cukup bersih. Menurut Ny. E ini tidak
menjadi masalah karena semua rumah di sini juga mengalami hal yang
sama.
b. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW
Lingkungan di mana keluarga Tn. A tinggal merupakan tempat hunian
yang padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya
kurang dari 1 meter. Terdapat banyak rumah petak atau rumah kontrakan
27
disekitar rumah Ny. E. Antar tetangga sangat rukun, mereka terkadang
menghabiskan waktu untuk mengobrol di teras salah satu rumah. Jarak
masjid hanya sekitar 50 meter dari rumah Ny. E. Menurut Ny. E,
sebelumnya terdapat klinik dokter akan tetapi sekarang sudah tidak ada.
Sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit, mereka pergi ke
puskesmas yang berjarak 500 meter. Kegiatan posyandu biasa diadakan
di rumah RT.
Untuk fasilitas umum, lingkungan rumah Ny. E sangat strategis karena
dekat dengan Pasar Indralaya yang berjarak kurang lebih 1 KM.
c. Mobilitas geografis keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini mereka
tempati dan tidak pernah pindah rumah.
d. Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, Ny. E selalu
mengikuti pengajian tiap minggu.
e. Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan dari keluarga besar sangat membantu keluarga Tn. A dan Ny. E.
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka orang tua dari Ny. E akan
membantu pekerjaan rumah.
4. Struktur lingkungan
a. Pola komunikasi
Komunikasi antara Tn. A dan Ny. E tidak mengalami kesulitan, apabila
terdapat hal yang penting dibicarakan biasanya mereka langsung
membicarakannya. Menurut Ny. E, mereka sama-sama orang Sumatera
jadi jika berbicara tanpa basa basi. Tn. A dan Ny. E dekat dengan
anak-anak mereka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga Tn. A, kekuasaan dibagi menurut peran masing-masing. Untuk
masalah-masalah yang berhubungan dengan kepentingan rumah tangga,
Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada Ny. E namun apabila tidak bisa
28
diatasi, Ny. E selalu meminta bantuan dan pertimbangan Tn. A. Tn. A
selalu membeikan tanggung jawab keuangan kepada Ny. E. Apabila
terdapat keputusan penting dan mendesak, Tn. A lah yang
bertanggungjwab mengambil keputusan dan semua keluarga akan
mematuhi.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. A: Ayah dan suami, ia merupakan pencari nafkah satu-satunya dan
merupakan pemimpin keluarga. Perannya di keluarga dilakukan
sebaik-baiknya, menurut Tn. A ia selalu berusaha menjadi suami dan ayah
yang baik.ia selalu berusaha memenuhi keinginan istri dan anaknya. Tn. A
tidak pernah mengambil keputusan sepihak, ia selalu melibatkan Ny. E
untuk memberikan masukan. Tn. A selalu memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya dengan keluarga.
Ny. E: Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Ia selalu berusaha
memberikan yang terbaik dan mengasuh anak-anaknya dengan
sebaik-baiknya. Ia pun merasa sangat dihargai oleh suaminya sehingga
tidak mau mengecawakan Tn. A.
Tn. S: Merupakan anak pertama. Menurut Ny. E, Tn. S merupakan
tumpuan harapan keluarga. Tn. S setiap bulan sering mengirimkan uang
untuk kedua orang tuanya. Begitupun dengan Nn. T.
d. Nilai atau norma dalam keluarga
Nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai sumatera karena mereka berasal
dari suku yang sama. Namun menurut Ny. E ia tidak tahu seperti apa nilai
Sumatera sehingga mereka menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.
Norma yang dianut adalah norma agama. Apabila menurut agama tidak
baik, maka mereka tidak akan melakukan hal tersebut.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Tn. A dan Ny. E selalu berusaha saling memperlihatkan kasih sayang baik
antara mereka berdua untuk anak-anaknya. Tidak ada perbendaan antara
29
anak pertama dan kedua. Mereka selalu berusaha menerapkan komunikasi
terbuka dalam segala hal sehingga jarang jarang terjadi perselisihan antara
Tn. A dan Ny. E.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam hal pengasuhan anak, Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada Ny. E
namun apabila ada masalah yang mendesak biasanya mereka
membicarakan bersama. Menurut keluarga, anak adalah amanah yang
harus dijaga sebaik-baiknya. Keluarga mencoba menerapkan kedisiplinan
kepada semua anak mereka, sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitar
berjalan dengan baik. Begitu juga dengan anak-anak mereka.
c. Fungsi perawatan keluarga
Dalam keluarga, Ny. E yang berperan melakukan perawatan pada
anak-anak mereka saat masih kecil dan Tn. A. Ny. E mengatakan bahwa ia
selalu berusaha menyiapkan sarapan untuk mereka keluarga, dengan
membeli bahan di pasar. Untuk semua anaknya, saat masa kehamilan ibu
menjaga kehamilan dengan kemampuan dan biaya seadanya, dan setelah
lahir Ny. E membawa anak-anaknya ke posyandu untuk imunisasi.
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, jika tidak terlalu mengganggu
maka tidak diberi obat. Apabila sudah merasa tidak enak badan, salah satu
keluarga membelikan obat di warung.
6. Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang serta kesehatan keluarga
Keluarga tidak merasakan adanya stressor saat ini.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stessor
Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap stressor yaitu:
1) Sistem dukungan sosial keluarga kuat. Keluarga besar selalu
memberikan bantuan kepada keluarga Tn. A
2) Tempat tinggal yang memadai dengan sarana kesehatan yang tersedia
3) Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
c. Strategi koping yang digunakan
30
Strategi koping yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman masa lalu
dan berpusat pada Ny. E untuk menangani masalah kesehatan pada
keluarga. Keluarga juga menggunakan sistem dukungan sosialnya yaitu
dari keluarga besar dalam membantu mereka saat membutuhkan
pertolongan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga terutama Ny. E secara sadar telah melakukan adaptasi
disfungsional yaitu apabila tidak memiliki biaya untuk membeli sayuran,
Ny. E masih dapat memtik sayur di kebun belakang rumah mereka.
7. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pada keluarga secara umum kondisi
kesehatan secara fisik, Ny. E tidak memiliki gangguan. Sedangkan Tn. A
merasa pusing dan berat pada tengkuk. An. S dan An. T belum terkaji karena
mereka tidak ada dirumah saat dilakukan pengkajian. Dibawah ini akan
dijabarkan hasil pemeriksaan fisik Tn. A.
31
distribusi normal, tidak terdapat lesi pada kulit
kepala.
Kuku Kuku bersih, rata dan tidak terdapat kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala Kepala terlihat simetris, bentuk oval, tidak ada lesi
dan tenderness. Rambut berwarna hitam dan
distribusi merata, testur halus, tebal, tidak ada kutu
dan ketombe. Tn. A mengatakan kepala terasa
pusing.
Muka Wajah terlihat simetris, warna kulit sawo matang,
distribusi warna merata sesuai dengan warna kulit
tubuh.
Telinga Teling tidak ada kelainan, tidak ada les, bengkak
maupun nyeri tekan.
Mata Mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda,
sklera berwarna putih.
Hidung dan sinus Hidung terlihat simetris, tidak ada lesi maupun
cairan.
Mulut dan tenggorokan Warna bibir merah muda, lembab, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada gigi berlubang dan tidak ada
bau mulut.
Leher Leher terlihat simetris, tidak ada gangguang fungsi
dan kelainan anatomis. Akan tetapi Tn. A
mengatakan terasa berat pada tengkuk.
4. Pemeriksaan dada
Pernapasan Pernapasana normal, 18 kali per menit, Tn. A tidak
mengalami gangguan pernapasan. Terdengar suara
bronchial pada trakea, bronkhovesikuler pada
bronkus, vesikuler pada paru-paru. Tidak terdengar
suara atau bunyi napas tambahan.
32
Kardiovaskuler Bunyi jantung normal, terdengar suara S1 dan S2.
Tidak terdengar suara murmur. TD 140/90 mmHg,
nadi 88 kali per menit.
5. Pemeriksaan abdomen
Bising usus terdengar jelas pada kuadran kanan atas, frekuensi 10 kali per
menit, turgor elastis.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas tidak ada kelainan, tidak ada gangguan fungsi maupun kelainan
anatomis.
8. Harapan keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat untuk membantu
mengatasi masalah Tn. A dan ingin sekali Tn. A tidak memiliki keluhan lagi.
B. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. Data subjektif: Nyeri pada Ketidakmampuan
a. Tn. A mengatakan keluarga Tn. A keluarga mengenal
kepalanya terasa pusing khususnya Tn. A masalah hipertensi
b. Terasa berat pada tengkuk
c. Sudah didiagnosis
hipertensi sejak 5 tahun
lalu
d. Tn. A tidak pernah
berobat, bila keluhan
datang Tn. A hanya
istirahat atau membeli
obat warung
e. Saat ditanya mengenai
hipertensi, Tn. A dan Ny.
33
E dapat menjelaskan
secara sederhana bahwa
hipertensi adalah tekanan
darah tinggi
f. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui penyebab
hipertensi
g. Tn. A dan Ny. E tidak
mengetahui tanda dan
gejala hipertensi selain
pusing dan berat pada
tengkuk
h. Menurut Ny. E dan Tn. A
tidak terlalu
mengkhawatirkan karena
keluhan akan hilang
dengan sendirinya
Data Objektif:
a. TD 140/90 mmHg
b. Nadi 88 kali per menit
c. Tidak memiliki obat
hipertensi
2. Data Subjektif: Risiko terjadinya Ketidakmampuan
a. Ny. E mengatakan bahwa penyakit TB paru keluarga mengenal
rumah merupakan rumah pada keluarga Tn. A pentingnya
sendiri khususnya Tn. A kebersihan
b. Menurut Ny. E, lingkungan dan
keluarganya belum sirkulasi udara yang
mampu merenovasi rumah baik
karena keterbatasan biaya
34
c. Tn. A mengatakan sering
merasa pengap dan sesak
dengan kondisi rumah
d. Ny. E mengatakan bahwa
ia tidak bisa melakukan
apa-apa karena keadaan
ventilasi sudah seperti itu
sejak mereka pertama kali
menempati rumah
e. Ny. E mengatakan bahwa
rumah yang bersih adalah
rumah yang di sapu setiap
hari
f. Ny. E mengatakan
rumahnya sudah cukup
bersih
g. Menurut Ny. E ini tidak
menjadi masalah karena
semua rumah di sini juga
mengalami hal yang sama.
Data Objektif:
a. Rumah terlihat berantakan
b. Ventilasi kurang
c. Ukuran rumah 9x6 meter
d. Lingkungan rumah padat
dengan jarak antar rumah
kurang dari 1 meter
e. Kondisi ventilasi kurang
karena sehingga cahaya
yang masuk sedikit dan
35
pertukaran udara sangat
kurang
36
e. Tn. A dan Ny. E
mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui
tahap perkembangan pada
keluarga usia pertengahan.
Data Objektif:
a. Tn. A terlihat bingung
b. Bertanya mengenai tugas
perkembangan keluarga
pada usia pertengahan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga
3. Ketidakmampuan koping keluarga
4. Penurunan koping keluarga
5. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
6. Deficit pengetahuan
7. Gangguan proses keluarga
8. Resiko jatuh
D. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas (Reduksi Ansietas)
Definisi : Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subyektif terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
Tindakan :
Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
37
Monitor tanda tanda ansietas
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Edukasi
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Latih kegiatan pengahlian utnuk mengurangi ketegangan
Latih teknik relaksasi
38
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Mahasiswa agar menambah pengetahuan sengan membaca berbagai referensi
sehingga menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga.
2. Seluruh perawat agar meningkatkan pengetahuan tanteng asuhan keperawatan
keluarga, agar dapat diaplikasikan di lingkungan sekitar serta dikembangkan di
tatanan pelayanan kesehatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Friedman. 1998. Buku Ajar Keperawatan Keluarga; Riset, Teori dan Praktek. Edisi
Kelima. Jakarta: FKUI
Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu
Sylvia A, Price & Loraraine M, Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC
40